Anda di halaman 1dari 5

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

Pajak Pertambahan Nilai atau PPN adalah pungutan yang dibebankan atas transaksi jual-beli barang
dan jasa yang dilakukan oleh wajib pajak pribadi atau wajib pajak badan yang telah menjadi
Pengusaha Kena Pajak (PKP)

yang berkewajiban memungut, menyetor dan melaporkan PPN adalah para Pedagang/Penjual.

Pihak yang berkewajiban membayar PPN adalah Konsumen Akhir. Konsumen bertindak sebagai
pihak yang membayar PPN lewat transaksi yang mereka lakukan dengan PKP. Sebagai bukti bahwa
konsumen lah yang menanggung beban membayar Pajak Pertambahan Nilai, besarnya pajak yang
dikenakan ini biasanya dicantumkan dalam struk belanja.

Dasar hukum pengenaan Pajak ini adalah Undang-Undang Dasar No. 42 tahun 2009. Dalam Undang-
Undang tersebut tercantum hal-hal yang berkaitan dengan apa saja yang termasuk objek yang
dikenai Pajak Pertambahan Nilai, tarif, bagaimana tata cara penyetoran dan pelaporan, dan lain
sebagainya
OBJEK PPN

Yang merupakan objek PPN atau hal-hal yang dikenai Pajak Pertambahan Nilai adalah sebagai
berikut:

• Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam Daerah Pabean yang
dilakukan oleh pengusaha

• Impor Barang Kena Pajak

• Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean

• Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean

• Ekspor Barang Kena Pajak berwujud atau tidak berwujud dan Ekspor Jasa Kena Pajak oleh
Pengusaha Kena Pajak (PKP)

• Kegiatan Membangun Sendiri bangunan dengan luas lebih dari 200m2 yang dilakukan di luar
lingkungan perusahaan dan/atau pekerjaan oleh Orang Pribadi atau Badan yang hasilnya
digunakan sendiri atau pihak lain.

• Penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, sepanjang
pajak masukan yang dibayar pada saat perolehan aktiva tersebut boleh dikreditkan.
PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP)

PKP merupakan pihak yang memungut Pajak Pertambahan Nilai dari konsumen, dan berkewajiban
menyetor dan melaporkannya kepada negara. Setiap tanggal di akhir bulan adalah batas akhir waktu
penyetoran dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai oleh PKP.

Tidak semua pedagang/pengusaha otomatis menjadi PKP, karena tergantung pada nilai transaksinya.
Sesuai dengan ketentuan PMK No.197/PMK.03/2013, suatu perusahaan atau seorang pengusaha
ditetapkan sebagai PKP bila transaksi penjualannya melampaui jumlah Rp4,8 miliar dalam setahun.

Jika pengusaha tidak dapat mencapai transaksi dengan jumlah Rp4,8 miliar tersebut, maka
pengusaha dapat langsung mencabut permohonan pengukuhan sebagai PKP.

BARANG YANG TIDAK DIKENAKAN PPN


Barang atau jasa yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai atau yang dikecualikan:

1. Barang hasil pertambangan atau pengeboran (minyak mentah, asbes, batu bara, gas bumi,
dan lain-lain).

2. Barang Kebutuhan Pokok (beras, jagung, susu, daging, kedelai, sayuran, dan lainnya).

3. Makanan dan minuman yang disajikan di rumah makan atau restoran.

4. Uang dan emas batangan.

5. Jasa pelayanan medis, pelayanan sosial, jasa keuangan, asuransi, pendidikan dan sebagainya.

Dasar Pengenaan Pajak PPN (DPP PPN)


Untuk menghitung PPN digunakan nilai yang menjadi Dasar Pengenaan Pajak (DPP) yang terdiri dari:
1. Harga Jual : Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak.

2. Penggantian : Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta
atau seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Jasa
Kena Pajak, atau ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud.

3. Nilai Impor : Nilai Impor adalah uang yang digunakan sebagai dasar penghitungan Bea Masuk
ditambah pungutan berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai kepabeanan dan cukai untuk impor Barang Kena Pajak.

4. Nilai Ekspor : Nilai Ekspor adalah uang atau biaya yang diminta oleh eksportir.

5. Nilai Lain : Nilai Lain adalah nilai berupa uang yang ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan
Pajak yang diatur oleh Menteri Keuangan.

DPP PPN yang diatur dalam Pasal 9 ayat 1 sebagai berikut:

1. Untuk penyerahan BKP atau pemanfaatan BKP tidak berwujud, DPP-nya adalah jumlah harga
jual.

2. Untuk pengimporan BKP, DPP-nya adalah nilai impor (definisi nilai impor lihat Pasal 1 angka
20 UU PPN).

3. Untuk pengeksporan BKP, DPP-nya adalah nilai ekspor.

4. Untuk kasus penyerahan BKP/JKP tertentu, DPP-nya adalah nilai lain. Nilai lain adalah suatu
jumlah yang ditetapkan Menteri Keuangan sebagai Dasa Pengenaan PPN atas jenis
penyerahan BKP/JKP tertentu.

TARIF PPN
Menurut ketentuan Undang-Undang No.42 tahun 2009 pasal 7, ketentuan tarif Pajak Pertambahan
Nilai adalah sebagai berikut:

1. Tarif PPN adalah 10% (sepuluh persen).

2. Tarif PPN sebesar 0% (nol persen) diterapkan atas:Ekspor Barang Kena Pajak
BerwujudEkspor Barang Kena Pajak Tidak BerwujudEkspor Jasa Kena Pajak

3. Tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berubah menjadi paling rendah 5%
(lima persen) dan paling tinggi sebesar 15% (lima belas persen) sebagaimana diatur oleh
Peraturan Pemerintah.

Cara Perhitungan PPN

Perhitungan PPN yang terutang dilakukan dengan cara mengalikan tarif pajak dengan DPP. Proses
perhitungan tersebut dapat diilustrasikan sebagai berikut: PPN = Tarif PPN x Dasar Pengenaan Pajak
(DPP).
CONTOH: membeli sepeda motor dengan harga beli Rp 15.000.000. maka konsumen akan dikenakan
PPN sebanyak : 10% x Rp 15.000.000 = Rp 1.500.000

Anda mungkin juga menyukai