Anda di halaman 1dari 6

Kelompok 3 :

- Hosea Winata
- Indah Senada Hutabarat
- Stanley Clarence

Soal perpajakan ( PPN & PPNBM )

1. Apa yang dimaksud dengan PPN & PPNBM?


2. Apa saja perbedaan dari PPN & PPNBM ?
3. Apa fungsi dari PPN & PPNBM ?
4. Apa saja Objek, subjek dan tarif dari PPN ?
5. Sebutkan dan jelaskan karakteristik dari PPN & PPNBM?
6. Mekanisme pelaporan PPN & PPNBM ?
7. Dasar Pengenaan pajak?
8. Berapa saja pengenaan tarif PPNBM ?
9. Pada tanggal 13 April 2022 PKP PT BBB di Surabaya menerima tagihan jasa akuntansi termasuk
Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp132.000.000 dari PKP PT CCC di Bandung yang
memberikan jasa akuntansi. Transaksi menagih jasa akuntansi di Bandung adalah penyerahan di
dalam daerah pabean, jasa akuntansi adalah jasa kena pajak, yang memberikan jasa akuntansi
adalah pengusaha kena pajak. Jadi transaksi itu dikenai Pajak Pertambahan Nilai. Transaksi ini
tidak mendapat fasilitas PPN tidak dipungut atau dibebaskan, sehingga besarnya PPN terutang
atas penyerahan jasa akuntansi pada tanggal 13 April 2022 di Bandung dihitung oleh PKP PT
CCC di Bandung untuk dipungut dengan Faktur Pajak.
10. PT A merupakan produsen mobil. Dalam menghasilkan mobil, PT A juga membeli
AC yang akan dipasang pada mobil yang dihasilkannya. Atas perolehan AC
tersebut, PT A telah membayar PPnBM senilai Rp350.000. Kemudian, berapa
besaran PPN dan PPnBM yang seharusnya dibayarkan PT A?

Jawaban :

1) PPN merupakan pajak yang dikenakan atas transaksi jual-beli Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau
Jasa Kena Pajak (JKP) yang memiliki pertambahan nilai dan pungutan ini hanya boleh dilakukan
dan dilaporkan oleh PKP.
PPnBM ialah pajak yang dibebankan kepada produsen barang mewah atas kegiatan produksi atau
impor barang tersebut. PPnBM biasanya dimasukkan ke dalam harga jual produk dan dibayarkan
oleh konsumen atas transaksi pembelian produk.
2) - Jenis pungutan. Pada PPN, jenis pungutan yang dibebankan adalah pungutan atas nilai tambah
barang. Sementara, PPnBM merupakan pungutan tambahan yang dikenakan selain PPN kepada
barang yang sifatnya mewah.
-Pengenaan Pajak. PPN dikenakan di setiap mata rantai jalur produksi maupun jalur distribusi,
mulai dari tingkat pabrikan, tingkat pedagang besar hingga tingkat pedagang pengecer.
Sementara, PPnBM hanya dikenakan satu kali, yakni saat impor atau saat penyerahan BKP di
dalam negeri oleh pabrikan yang menghasilkannya.
-Pengkreditan. PPN dapat dikreditkan melalui mekanisme pajak masukan dan pajak keluaran.
Sementara, PPnBM tidak dapat dikreditkan dengan PPN atau PPnBM lainnya.
3) - Fungsi PPN untuk perhitungan kekurangan pajak atau kelebihan pajak
Fungsi utama PPN Masukan dan Keluaran adalah sebagai perhitungan untuk mengetahui
seberapa besar jumlah pajak yang harus dibayarkan ke negara atau justru dapat diajukan
sebagai kompensasi kelebihan pembayaran PPN. Jika Pajak Masukan lebih besar dari Pajak
Keluaran, maka PKP dapat mengajukan kelebihan bayar PPN pada perhitungan masa pajak
berikutnya atau mengkreditkan PPN lebih bayar ke masa pajak berikutnya. Sebaliknya, jika Pajak
Keluaran lebih besar dibanding Pajak Masukan, maka PKP wajib menyetorkan PPN Terutang
tersebut ke kas negara.
-Fungsi PPN sebagai fungsi anggaran
Fungsi Pajak Pertambahan Nilai juga sebagai fungsi anggaran mengingat pajak yang disetorkan
ke nagara jadi salah satu sumber penerimaan negara yang dananya digunakan untuk membiayai
negara.
-Fungsi PPN sebagai fungsi regulasi pemerintah
Fungsi PPN berikutnya adalah untuk mengatur dan melaksanakan kebijakan pemerintah terutama
dalam bidang sosial ekonomi, seperti untuk menekan importasi guna meningkatkan daya saing
produk buatan Indonesia di pasar dalam negeri.
-Fungsi PPN sebagai fungsi stabilitas penerimaan negara
Fungsi PPN selanjutnya sebagai penerimaan negara yang berfungsi menjaga stabilitas ekonomi
seperti menekan inflasi dan lainnya.
-Fungsi PPN sebagai fungsi pembiayaan negara
Fungsi PPN juga sebagai pembiayaan pengeluaran umum dan pembangunan nasional, salah
satunya menciptakan lapangan pekerjaan dan lainnya.

Fungsi PPNBM
1) PPnBM adalah penyeimbang pembebanan pajak antara kalangan atas dan masyarakat
umum
2) PPnBM sebagai pengendali konsumsi BKP barang mewah
3) PPnBM adalah bentuk perlindungan pemerintah terhadap produsen kecil dan menengah
4) PPnBM berkontribusi terhadap penerimaan negara

4) Objeknya :
1. Penyerahan Barang kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam
Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha.
2. Imppor BKP dan/atau pemanfaatan JKP/BKP Tak Berwujud dari luar Daerah Pabean
di dalam Daerah Pabean.
3. Ekspor BKP dan/atau JKP.
4. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau
pekerjaan oleh orang pribadi atau badan.
5. Penyerahan aktiva oleh PKP yang menuru tujuan semula aktiva tersebut tidak untuk
diperjualbelikan, sepanjang PPN yang dibayarkan saat perolehan dapat dikreditkan.

Subjek PPN
subjeek dari PPN adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP), baik orang pribadi maupun badan
yang melakukan penyerahan BKP atau JKP yang dikenakan pajak sesuai dengan UU
yang berlaku.

Tarif PPN

Perubahan tarif PPN sudah serentak dilakukan sejak 1 April 2022 hingga kini.
Berdasarkan UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan atau biasa dikenal dengan UU HPP,
tarif PPN yang sebelumnya sebesar 10% diubah menjadi 11% yang mulai berlaku sejak 1
April 2022. Selanjutnya, kenaikan akan terjadi lagi menjadi 12% yang akan berlaku pada
1 Januari 2025. Jadi, tarif 11% ini berlaku atas transaksi yang penyerahan barang/jasanya
atau pembuatan faktur pajaknya dilakukan pada 1 April 2022 dan seterusnya. Sedangkan,
untuk taarif PPN sebesar 0% dikenakan atas:

o Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud


o Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
o Ekspor Jasa Kena Pajak

Pada umumnya, cara menghitung PPN adalah dengan mengalikan tarif PPN dengan
Dasar Pengenaan Pajak (DPP).

5.Karakteristik PPN
1. Merupakan pajak tidak langsung. Artinya, beban pajak dialihkan kepada pihak lain, yakni pihak
yang mengkonsumsi barang atau jasa yang menjadi objek pajak. Selain itu, tanggung jawab
penyetoran pajaknya tidak berada di pihak yang memikul beban pajak.
2. Merupakan pungutan yang sifatnya objektif. Kewajiban untuk membayar PPN ditentukan oleh
objek pajak, sehingga kondisi subjek pajak tidak diperhitungkan sama sekali. Kondisi seseorang
sebagai subjek pajak, terlepas dari gender, status sosial ataupun daya beli semuanya sama di mata
PPN sehingga dikenakan besaran pungutan yang sama.
3. Multi stage tax. Artinya, PPN dikenakan pada seluruh rantai produksi dan distribusi. Setiap
barang yang menjadi objek PPN mulai dari pabrikan ke pedagang besar hingga ke pengecer atau
ritel, semuanya dikenakan PPN.
4. Dihitung dengan metode indirect substraction. Pajak yang dipungut PKP penjual tidak langsung
disetorkan ke kas negara. PPN terutang yang harus dibayarkan ke kas negara merupakan hasil
perhitungan mengurangkan PPN yang dibayar kepada PKP lain yang dinamakan pajak masukan
dengan PPN yang dipungut dari pembeli yang dinamakan pajak keluaran.
5. Merupakan pajak atas konsumsi umum dalam negeri. PPN hanya dikenakan pada konsumsi BKP
dan/atau JKP yang dilakukan di dalam negeri. Oleh karena itu, komoditas impor juga dikenai
PPN dengan besaran sama dengan komoditas lokal.
6. Bersifat netral. Netralitas PPN dibentuk oleh dua faktor, yakni dikenakan atas konsumsi barang
maupun jasa dan menganut prinsip tempat tujuan (destination principle) dalam pemungutannya.
7. 1. Harga Jual
Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak.
2. Penggantian
Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Jasa Kena Pajak,
atau ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud.
3. Nilai Impor
Nilai Impor adalah uang yang digunakan sebagai dasar penghitungan Bea Masuk ditambah
pungutan berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
kepabeanan dan cukai untuk impor Barang Kena Pajak.
4. Nilai Ekspor
Nilai Ekspor adalah uang atau biaya yang diminta oleh eksportir.
5. Nilai Lain
Nilai Lain adalah nilai berupa uang yang ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan Pajak yang diatur
oleh Menteri Keuangan.

DPP PPN (Dasar Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai) yang diatur dalam Pasal 9 ayat 1 sebagai
berikut:

1. Untuk penyerahan BKP atau pemanfaatan BKP tidak berwujud, DPP-nya adalah jumlah
harga jual.
2. Untuk pengimporan BKP, DPP-nya adalah nilai impor (definisi nilai impor lihat Pasal 1
angka 20 UU PPN).
3. Untuk pengeksporan BKP, DPP-nya adalah nilai ekspor.
4. Untuk kasus penyerahan BKP/JKP tertentu, DPP-nya adalah nilai lain. Nilai lain adalah suatu
jumlah yang ditetapkan Menteri Keuangan sebagai Dasar Pengenaan Pajak Pertambahan
Nilai atas jenis penyerahan BKP/JKP tertentu.

Karakteristik ppnbm :
1. Merupakan pungutan tambahan. PPnBM merupakan pungutan tambahan yang dikenakan pada
barang mewah disamping PPN. Hal ini dimaksudkan agar konsumen yang membeli barang
mewah, yang notabene merupakan konsumen dengan daya beli tinggi, memikul beban tambahan
lebih tinggi dibanding konsumen berdaya beli rendah. Sebab, jika tidak dibebankan pungutan
tambahan, maka tidak ada asas keadilan, karena konsumen yang daya belinya tinggi membayar
persentase pajak yang sama dengan konsumen dengan daya beli rendah.
2. Hanya dikenakan satu kali. PPnBM hanya dikenakan satu kali, yaitu pada saat impor/penyerahan
BKP yang tergolong mewah yang dilakukan pabrikan yang menghasilan BKP yang tergolong
mewah.
3. Tidak dapat dikreditkan. Karena sasaran PPnBM adalah konsumen, maka tujuan memberi beban
pajak tambahan tidak akan tercapai apabila PPnBM dapat dikreditkan karena PPnBM yang
dibayar akan masuk kembali ke kas perusahaan pedagang besar. Oleh karena itu, PPnBM akan
dibebankan sebagai biaya oleh PKP yang menyerahkan BKP pada mata rantai distribusi yang
kedua, sehingga akan menjadi unsur harga jual yang diinta dari pembeli, yaitu PKP pada jalur
berikutnya atau konsumen yang secara langsung membeli dari pedagang besar.
4. Jika diekspor, PPnBM yang dibayar pada saat perolehan dapat diminta kembali. Meski PPnBM
tidak dapat dikreditkan, tetapi apabila BKP yang tergolong mewah diekspor, maka PPnBM yang
dibayar berkaitan dengan perolehan BKP yang tergolong mewah yang berhubungan langsung
dengan BKP, dapat diajukan permintaan restitusi.

6.Dalam hal pelaporan, PPN dan PPnBM menggunakan SPT Masa PPN atau bisa disebut juga SPT Masa
PPN 1111, yang merupakan form yang digunakan PKP untuk melaporkan hitungan besaran pajak PPN
dan PPnBM yang terutang. PKP yang memungut PPN dan/atau PPnBM wajib menerbitkan faktur pajak
sebagai bukti telah dipungutnya PPN dan/atau PPnBM. Dalam prosesnya penerbit faktur pajak harus
memiliki sertifikat elektronik dan membuat e-Faktur. Sejak hadirnya e-Filing, PKP yang ingin
melaporkan pajak, baik PPN maupun PPnBM tidak perlu lagi menyampaikan SPT secara manual. Hal
ini bahkan ditetapkan melalui Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-03/PJ/2015.
7. sebagai berikut

- Harga Jual

Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh
penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak.

- Penggantian

Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh
pengusaha karena penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang Kena Pajak
Tidak Berwujud.

- Nilai Impor

Nilai Impor adalah uang yang digunakan sebagai dasar penghitungan Bea Masuk ditambah pungutan
berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai kepabeanan dan
cukai untuk impor Barang Kena Pajak.

- Nilai Ekspor

Nilai Ekspor adalah uang atau biaya yang diminta oleh eksportir.

- Nilai Lain

Nilai Lain adalah nilai berupa uang yang ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan Pajak yang diatur oleh
Menteri Keuangan.

DPP PPN (Dasar Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai) yang diatur dalam Pasal 9 ayat 1 sebagai berikut:

- Untuk penyerahan BKP atau pemanfaatan BKP tidak berwujud, DPP-nya adalah jumlahharga
jual.
- Untuk pengimporan BKP, DPP-nya adalah nilai impor (definisi nilai impor lihat Pasal 1 angka 20
UU PPN).
- Untuk pengeksporan BKP, DPP-nya adalah nilai ekspor.
- Untuk kasus penyerahan BKP/JKP tertentu, DPP-nya adalah nilai lain. Nilai lain adalah suatu
jumlah yang ditetapkan Menteri Keuangan sebagai Dasar Pengenaan Pajak

Pertambahan Nilai atas jenis penyerahan BKP/JKP tertentu.

8. Tarif 10% = Kendaraan umum kategori tertentu, alat rumah tangga, alat pendingin,
hunian mewah, televisi, dan minuman non-alkohol.
Tarif 20% = Kendaraan bermotor kategori tertentu, alat fotografi, berbagai jenis
permadani, peralatan olahraga impor, dan barang
Tarif 25% = Kendaraan bermotor berat dan berbahan bakar solar, misalnya combi,
pick up, dan minibus.
Tarif 35% = Minuman bebas alkohol, bahan berbahan kulit impor, batu kristal, bus,
dan barang pecah belah
9. Harga jual termasuk Pajak Pertambahan Nilai = Rp132.000.000

DPP   =         100              x harga jual termasuk PPN

                 100 + %tarif PPN

            =             100            x Rp132.000.000

                    110

             = Rp120.000.000

PPN terutang = DPP PPN x Tarif PPN

= Rp120.000.000 x 11% = Rp13.200.000 Jadi, PPN dipungut oleh PKP PT CCC Bandung
sebesar Rp13.200.000

10. Apabila harga produksi mobil senilai Rp110.000.000 dan keuntungan yang
diinginkan PT A senilai Rp40.000.000 maka harga jual mobil tersebut senilai
Rp150.350.000. Dengan demikian, DPP atas mobil tersebut adalah senilai
Rp150.350.000. Selanjutnya, tarif PPnBM atas mobil yang diproduksi oleh PT A
ialah sebesar 20%.
Pajak yang terutang atas penyerahan BKP yang tergolong mewah tersebut.

Berdasarkan penghitungan di atas maka besaran PPN dan PPnBM adalah


Rp15.035.000 dan Rp30.070.000.

Anda mungkin juga menyukai