Anda di halaman 1dari 5

Nama : Kayla Leandra Nasution

NPM/Kelas : 170610200023/Kelas A
Mata Kuliah : Administrasi Perpajakan
Resume Administrasi Pajak Materi ke-13
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah biaya yang dikenakan oleh Wajib Pajak
orang pribadi atau Wajib Pajak badan yang telah menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP)
pada saat melakukan pembelian dan penjualan barang dan jasa. Oleh karena itu,
pedagang/penjual wajib memungut, menyetor, dan melaporkan PPN. Namun, pihak yang
wajib membayar PPN adalah konsumen akhir. Mengenai dasar hukum PPN adalah yang
pertama UU No. 8 tahun 1983, UU No. 11 tahun 1994, UU No. 42 tahun 2009, dan dasar
hukum PPN: pemungutan, penyetoran, dan pelaporan. Adapun karakteritsik PPN
sebagai berikut: pajak objektif, pajak tidak langsung, multi stage tax, dipungut
menggunakan faktur pajak, bersifat netral, nonduplikasi, dan PPN ekspor dikenakan 0%
sedangkan konsumsi dalam negeri dikenakan 10%. Dasar pengenaannya terdapat harga
jual, penggantian,, nilai impor, nilai ekspor, dan nilai lain.
Barang kena pajak adalah barang yang memiliki wujud atau sifat yang menunjukan
barang tersebut bergerak atau tidak bergerak dan barang tidak berwujud yang dikenakan
pajak berdasarkan UU PPN. Aturan BKP yang dijelaskan dalam UU PPN bersifat
negative list atau padan prinsipnya seluruh barang merupakan BKP kecuali yang sudah
ditetapkan tidak dikenai PPN. Sementara, barang tidak kena pajak terdiri dari:
• Barang hasil pertambangan, penggalian, pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya: minyak mentah, gas bumi, tanah liat, marmer, tawas, bijih besi, bijih
timah, bijih tembaga, bijih perak, dsb
• Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak: beras,
gabah, jagung, sagu, kedelai, garam, daging, telur, susu, buah-buahan, sayur-
sayuran.
• Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung,
dan sejenisnya, tidak termasuk yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau
catering
• Uang, emas batangan, dan surat berharga (misalnya saham, obligasi)
Jasa Kena Pajak (JKP) adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan surat kuasa
atau perbuatan hukum yang menghasilkan fasilitas, barang, kemudahan, atau hak pakai,
termasuk bahan dan/atau petunjuk yang diberikan untuk pembuatan barang pesanan
atau jasa yang diminta oleh pelanggan menurut undang-undang PPN membayar pajak.
Seperti halnya cakupan BKP, ketentuan UU PPN tentang cakupan JKP juga merupakan
“negative list” , yaitu pada prinsipnya semua jasa adalah JKP, kecuali yang ditetapkan
sebagai jasa yang tidak dikenakan PPN. Sementara, jasa tidak kena pajak ialah:
• Jasa pelayanan kesehatan medis;
• Jasa pelayanan sosial
• Jasa pengiriman surat dengan perangko;
• Jasa keuangan;
• Jasa asuransi;
• Jasa keagamaan;
• Jasa Pendidikan;
• Jasa kesenian dan hiburan;
• Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan;
• Jasa angkutan umum darat, air, udara.
• Jasa tenaga kerja (Jasa perhotelan, jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam
rangka menjalankan pemerintahan secara umum jasa penyediaan tempat parkir,
jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam, jasa pengiriman uang
dengan wesel pos, jasa boga atau katering.
Objek PPN menurut UU No.42 Tahun 2009, yaitu
• Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam
Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha;
• Impor Barang Kena Pajak;
• Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean;
• Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;
• Ekspor Barang Kena Pajak berwujud atau tidak berwujud dan Ekspor Jasa Kena
Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP)
Subjek PPN
1. Pengusaha Kena Pajak (PKP)
Melaporkan usaha dan dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).
Memungut pajak terutang. Menyetorkan PPN yang masih dibayar dalam hal pajak
keluaran lebih besar daripada pajak masukan, yang dapat dikreditkan serta
menyetorkan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) yang terutang.
Melaporkan perhitungan pajak
2. Nonpengusaha Kena Pajak
Impor BKP. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam
daerah pabean. Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah
pabean. Melakukan kegiatan pembangunan. Pengusaha kecil juga merupakan
subjek PPN.
Tarif PPN adalah 10%, Tarif PPN sebesar 0% diterapkan atas Ekspor Barang
Kena Pajak Berwujud, Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, dan Ekspor Jasa
Kena Pajak. Tarif pajak sebagaimana dimaksud pada atyat 1 dapat berubah menjadi
paling rendah 5% dari paling tinggi sebesar 15% sebagaimana diatur oleh peraturan
pemerintah.
Selanjutnya mengenai PPnBM, Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
ialah pajak yang dikenakan pada barang yang tergolong mewah kepada produsen untuk
menghasilkan atau mengimpor barang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya. PPnBM
hanya dikenakan 1 kali pada saat penyerahan barang ke produsen. Dasar hukum PPnBM
adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang
dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) yang sudah diubah
beberapa kali, terakhir dengan UndangUndang Nomor 42 Tahun 2009. PPnBM dan PPN
diatur dalam undang-undang yang sama, karena PPnBM tidak dapat dikenakan tersendiri
tanpa pengenaan PPN.
Adapun objek PPnBM Berdasarkan Pasal 5 ayat 1 Undangundang No.42 tahun
2009, PPnBM dikenakan atas penyerahan BKP tergolong mewah yang diserahkan oleh
pengusaha yang menghasilkan BKP barang mewah. Walaupun demikian karena PPh
dan PPnBM merupakan pajak tidak langsung. Maka prinsipnya beban pajak dapat
digeser kepada pihak lain.PPnBM dikenakan atas Barang yang bukan merupakan
kebutuhan pokok. Barang yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu. Barang yang
dikonsumsi untuk menunjukkan status atau barang umumnya digunakan oleh
masyarakat berpenghasilan tinggi.
Subjek PPnBM adalah PKP yang menghasilkan BKP tergolong mewah dalam
lingkungan perusahaan atau pekerjaannya, dan pengusaha yang mengimpor barang
yang tergolong mewah. Walaupun demikian karena PPh dan PPnBM merupakan pajak
tidak langsung. Maka prinsipnya beban pajak dapat digeser kepada pihak lain.
Sementara, tarif PPnBM ditetapkan paling rendah 10% dan paling tinggi 200%.
Praktik Penghitungan PPN dan PPNBM
KASUS 1
PT Miranda mengimpor BKP yang tergolong mewah dengan nilai impor senilai
Rp200.000.000. Atas impor tersebut, dikenakan PPN sebesar 10% dan PPnBM sebesar
30%. DPP atas impor BKP yang tergolong mewah tersebut adalah senilai
Rp200.000.000. Berapakah nilai PPN dan PPNBM PT Miranda?

Jawaban
DPP (nilai impor) = 200.000.000
PPN = 10% x 200.000.000
PPN = 20.000.000

PPNBM = 200.000.000 x 30%


PPNBM = 60.000.000
KASUS 2
Seorang Pengusaha Kena Pajak (PKP) mengimpor Barang Kena Pajak (BKP) yang
tergolong mewah dengan nilai impor sebesar Rp 5.000.000,00. Barang Kena Pajak yang
tergolong mewah tersebut selain dikenai PPN juga dikenai PPnBM dengan tarif 20%.
Hitunglah jumlah yang harus dibayarkan PKP tersebut!

Jawaban
Penghitungan PPN dan PPnBM yang terutang atas impor BKP yang tergolong mewah
tersebut adalah:
DPP = Rp5.000.000,00
PPN = 10% x Rp5.000.000,00
PPN = Rp500.000,00

PPNBM = 20% x Rp5.000.000,00


PPNBM = Rp1.000.000,00
Jadi, total yang harus dibayar oleh PKP tersebut adalah Rp6.500.000

KASUS 3
Bapak Ahmad merupakan seorang pengusaha di bidang produksi film, pada suatu saat
beliau membeli sebuah mobil sport mewah dengan harga Rp900.000.000. Berdasarkan
DPP, mobil tersebut terkena tarif PPnBM sebesar 40%. Lalu, berapakah nilai uang yang
harus dibayarkan Bapak Ahmad untuk membawa masuk mobilnya ke Indonesia?

Jawaban
PPN = Tarif PPN x (Harga Barang – PPnBM)
PPN = 10% x (Rp900.000.000 – (Rp900.000.000 x 40%))
PPN = 10% x (Rp900.000.000 – 360.000.000)
PPN = 10% x Rp540.000.000
= Rp54.000.0000
Berarti total harga mobil yang harus dibayarkan Bapak Ahmad adalah:
Harga Mobil + PPN + PPnBM = Rp1.314.000.000

KASUS 4
PT Irsyadin Jaya merupakan sebuah perusahaan yang memproduksi berbagai macam
barang elektronik mewah seperti AC dan lemari pendingin. Barang yang diproduksi di sini
termasuk dalam kategori barang mewah dengan tarif PPnBM sebesar 20%.
Pada bulan Desember tahun 2017, PT Irsyadin Jaya menjual lemari pendingin ke Toko
Ahmad dengan sebanyak 30 unit dengan harga jual per barang sekitar Rp6.000.000.
Lalu, berapakah nilai PPN dan PPnBm yang harus dipungut dan dibayarkan PT Irsyadin
Jaya ke pemerintah?

Jawaban
PPN = Tarif PPN x (harga barang – PPNBM)
PPN = 10% x ((30 x Rp6.000.000) – (harga barang total x 40%))
PPN = 10 % x (Rp180.000.000 – (Rp180.000.000 x 40%))
PPN = 10% x 108.000.000 = Rp10.800.000

Total pajak yang harus dibayar PT Irsyadin Jaya adalah Rp10.800.000.

Anda mungkin juga menyukai