Anda di halaman 1dari 5

Nama : Kayla Leandra Nasution

NPM/Kelas : 170610200023/Kelas A
Mata Kuliah : Administrasi Perpajakan
Resume Materi Administrasi Perpajakan 11
Pada pertemuan kali ini akan membahas mengenai konsep dasar PPh pasal 26
dan PPh pasal 29. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26 adalah PPh yang
dikenakan/dipotong atas penghasilan yang bersumber dari Indonesia yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak (WP) luar negeri selain bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia.
Subjek pajak PPh pasal 26 terbagi menjadi Badan Pemerintah, Subjek Pajak Dalam
Negeri (Badan Dalam Negeri maupun Orang Pribadi Dalam Negeri), Penyelenggara
Kegiatan, Bentuk Usaha Tetap dan Perwakilan Perusahaan Luar Negeri Lainnya.
Sementara untuk objek pajaknya adalah Wajib Pajak Luar Negeri (Badan dan Pribadi)
selain badan usaha tetap (BUT) di Indonesia.
Objek penghasilan yang dikenakan pemotongan PPh pasal 26, yaitu dividen;
bunga termasuk premium diskonto dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang; royalty, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta, imbalan sehubangan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan; hadiah
dan penghargaan; pensiun dan pembayaran berkala lainnya; premi swap dan transaksi
lindung nilai nilainya. PPh pasal 26 memiliki tarif 20% dari dasar pengenaan pajak dengan
ketentuan sebagai berikut: tarif 20% dari penghasilan bruto, tarif 20% dari perkiraan
penghasilan neto, tarif 20% dari penghasilan kena pajak setelah dikurangi PPh terutang.
Ketentuan tarif 20% mengikuti kriteria sebagai berikut: tarif 20% (final) dari laba
bersih juga berlaku atas penjualan atau pengalihan saham perusahaan yang didirikan
atau bertempat di negara yang memberikan perlindungan pajak termasuk dalam BUT di
Indoneisa. Tarif 20% yang dipungut dari penghasilan kena pejak setelah dikurangi
dengan pajak termasuk di dalamnya dalam BUT di Indonesia. Tidak berlaku bagi wajib
pajak yang penghasilannya tersebut ditanamkan kembali di Indonesia. Tax treaty atau
P3B antara Indonesia dan negara-negara lain yang berada dalam perjanjian bisa saja
berbeda satu sama lain. Tarifnya biasanya dapat untuk mengurangi tingkat tarif biasa
sebesar 20% dan beberapa mungkin memiliki taif 0%.
Batas waktu pembayaran PPh pasal 26: PPh Pasal 26, batas waktu pembayaran
pajak adalah tanggal 10 bulan berikutnya. Batas waktu pelaporan PPh pasal 26 batas
waktu pelaporan surat pemberitahuan masa nya adalah tanggal 20 bulan berikutnya.
Pajak Penghasilan Pasal 29 (PPh Pasal 29) merupakan PPh Kurang Bayar (KB)
yang tercantum dalam SPT Tahunan PPh. PPh Kurang Bayar yaitu sisa dari PPh yang
terutang dalam tahun pajak yang bersangkutan dikurangi Kredit Pajak PPh Pasal 21,
Pasal 22, Pasal 23, dan Pasal 24 dan PPh Pasal 25. Hal tersebut tercantum dalam Pasal
28 UU Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan. Peraturan PPh Pasal 29
melingkupi Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu (WP OPPT) dan Wajib Pajak
badan (WPB). Kedua pihak Wajib Pajak ini bertanggung jawab untuk melunasi pajak
kurang bayar sebagaimana diatur dalam PPh Pasal 29 itu tadi.
Untuk WP OPPT, kekurangan pajak tersebut harus sudah dilunasi selambat-
lambatnya pada tanggal 31 Maret setiap tahunnya. Ini dilakukan jika tahun buku sesuai
dengan tahun kalender. Sementara jika tahun buku tidak sama dengan tahun kalender,
yakni dimulai sekitar tanggal 1 Agustus dan berakhir di 31 Juli untuk periode satu tahun,
maka tanggal jatuh temponya adalah 31 Oktober. Penerapan tanggal jatuh tempo
pelunasan pajak kurang bayar ini berbeda untuk WPB. Dengan sistem kalender
pembukuan yang sama dengan tahun kalender, maka pajak harus sudah dilunasi
sebelum 30 April. Sebaliknya, jika kalender buku berbeda dengan tahun kalender, maka
pelunasan paling lambat dilakukan sebelum tanggal 30 November.
Tarif PPh pasal 29 Dari penjelasan singkat pada poin sebelumnya, Anda bisa
menyimpulkan bahwa tarif PPh Pasal 29 ini sebenarnya berbeda dengan dua tarif pajak
lainnya yang diatur dalam pasal ini. Pertama, untuk WP OPPT, PPh Pasal 25 yang harus
dilunasi sebesar 0,5% dari jumlah omzet setiap bulannya. Sementara untuk PPh Pasal
29 yang wajib dilunasi adalah selisih dari PPh terutang dan PPh Pasal 25 yang sudah
dilunasi tadi. Kedua, untuk WPB, dikenakan tarif pajak yang berbeda sesuai dengan
besar pendapatan dalam masa satu tahun pajak. Berikut beberapa jenis tarif tersebut:
Pendapatan bruto mencapai Rp 4,8 miliar per tahun — Dikenakan tarif pajak PPh final
dengan mengambil 0,5% dari seluruh pendapatan bruto tersebut. Pendapatan bruto lebih
dari Rp 50 miliar per tahun — Dikenakan tarif pajak tunggal sebesar 22% dari laba bersih
sebelum terkena pajak. Pendapatan bruto lebih dari Rp 4,8 miliar dan kurang dari Rp 50
miliar per tahun — Tarif pertama sebesar 11% untuk pendapatan bruto hingga Rp4,8
miliar. Tarif kedua sebesar 22% untuk pendapatan bruto yang tidak mencapai Rp4,8
miliar – Rp50 miliar.
Cara bayar PPh pasal 29 Sebelum menyetor/membayar pajak kurang bayar PPh
Pasal 29, Anda harus mendapatkan Kode Billing terlebih dahulu dari DJP sebagai syarat
membayar pajak yang disetor menggunakan SSP. Setelah mendapat Kode Billing dari
DJP, selanjutnya membayarkan pajak kurang bayar tersebut melalui ATM (Anjungan
Tunai Mandiri), internet banking atau teller bank/pos persepsi. Perlu diingat, dalam
pembuatan Kode Billing untuk jenis setoran PPh Pasal 29 ini, WP Badan harus
menggunakan kode jenis setoran 411126-200. Sedangkan bagi WP Pribadi, kode jenis
setoran PPh Pasal 29 adalah 411125-200.
Ketentuan laporan SPT tahunan PPh 29. Pelaporan SPT tahunan PPh akan selalu
dilakukan setelah Tahun Pajak berakhir pada akhir bulan ketiga (Maret) untuk WP Orang
Pribadi dan akhir bulan keempat (April) bagi WP Badan. Anda dapat melaporkan semua
jenis SPT, mulai dari SPT Tahunan Pajak Badan, SPT Masa (bulanan) pajak, dan SPT
Tahunan Pajak Pribadi. Setelah menyampaikan SPT PPh, Anda akan memperoleh bukti
lapor dalam bentuk elektronik, yakni Bukti Penerimaan Elektronik (BPW) dari DJP, yang
berisi Informasi Nama WP Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Tanggal pembuatan BPE
Jam pembuatan BPW Nomor Tanda Terima Elektronik (NTTE)
Aturan baru sanksi tidak/telat lapor SPT pajak. PDJP telah menentukan kapan
batas waktu pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan (PPh) maupun
PPN. WP yang tidak lapor atau terlambat melakukan pelaporan pajak, harus bersiap
menghadapi sanksi atau denda keterlambatan. Sebelumnya, pengenaan sanksi
terlambat dan kurang bayar pajak sebesar 2% per bulan dalam Undang-Undang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) No. 6/1983 yang diubah dengan
UU 16/2009. Namun ketentuan diubah dalam UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja, menjadi disesuaikan dengan tingkat atau tarif suku bunga acuan per bulan.
Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 29:
1. Perhitungan PPh Pasal 29 Orang Pribadi
Pak Rudi adalah pengusaha restoran (UMKM) di Bandung yang termasuk ke
dalam Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu dan memakai pencatatan
di dalam penghitungan besarnya PPh. Berikut adalah perhitungan pajak tersebut:
Jumlah peredaran usaha/omzet dalam setahun adalah Rp200.000.000 PPh Pasal
25 (WPOPPT) yang telah dilunasi adalah (0,75% x Rp200.000.000) =
Rp1.500.000. Setelah dihitung kembali, pajak yang seharusnya dibayar Pak Rudi
yang terutang selama setahun ialah Rp2.000.000 PPh Pasal 29 yang wajib
dilunasi Pak Rudi adalah Rp2.000.000 – Rp1.500.000 = Rp500.000
2. Perhitungan PPh Pasal 29 Badan
Koperasi Unit Desa Maju Jaya setelah menghitung jumlah PPh terutang tahun
pajak 2011, diketahui PPh terutangnya dalam setahun sebesar Rp12.000.000.
Pada 2012, koperasi memperoleh laba yang lebih banyak. Sesudah dihitung
kembali, pajak terutang pada 2012 adalah Rp15.000.000.
Angsuran dari PPh Pasal 25 selama tahun 2012 (12 bulan) adalah Rp1.000.000 x
12 = Rp12.000.000 (asumsi pembayaran tahun berjalan).
PPh Pasal 29 tahun 2012 yang wajib dilunasi KUD Maju Jaya adalah: PPh yang
terutang – Angsuran PPh Pasal 25 atau Rp15.000.000 – Rp12.000.000 =
Rp3.000.000
Selanjutnya adalah praktik penghitungannya. Pertama PPh 26.
Praktik Perhitungan PPh 26
1. Kasus I - Pembayaran Asuransi
● PT Mary mempunyai wakil di luar negeri yang mengasuransikan gedung
bertingkat kepada perusahaan di negeri tersebut dan melakukan pembayaran
sejumlah premi di tahun 2020 dengan bayaran Rp 1 Miliar.
Perkiraan Penghasilan
50% x 1.000.000.000 = Rp500.000.000
PPh 26
20% x Rp500.000.000 = Rp100.000.000

● Walau tak jarang juga jika perusahaan Marry Mengasuransikan gedung ke


perusahaan Indonesia, dengan melakukan pembayaran premi sejumlah Rp1
Miliar.Perusahaan dapat melakukan reasuransi ke perusahaan di negeri tersebut
dan hanya perlu membayar Rp 500 juta.
Perkiraan Penghasilan
10% x Rp500.000.000 = Rp50.000.000
PPh 26
20% x Rp50.000.000 = Rp10.000.000

2. Kasus II - Pemindahan Saham


Kendall Jenner merupakan seorang warga negara Amerika yang memiliki 25% saham
atas PT MellyIndonesia. Tahun ini Kendall menjual seluruh sahamnya senilai Rp.8 miliar
kepada Harry seorang warga negara Inggris. Asumsikan tidak ada P3B antara Indonesia
dan Inggris serta Amerika sehubungan dengan transaksi tersebut. Hitunglah PPh Pasal
26 dari transaksi tersebut?

= 20% x Rp 100.000.000 = Rp 20.000.000

atas penghasilan yang diterima oleh atlet dari China tersebut akan dipotong PPh Pasal
26 sebesar Rp 20.000.000. yang artinya atlet tersebut hanya mendapat total hadiah Rp.
80.000.0000

Praktik Perhitungan PPh 29

1. Kasus I - Pribadi

Pak Tony adalah pengusaha restoran (UMKM) di Bandung yang termasuk ke dalam
Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu dan memakai pencatatan di dalam
penghitungan besarnya PPh. Berikut Adalah perhitungan pajak tersebut:
Jumlah peredaran usaha/omzet dalam setahun adalah Rp200.000.000

PPh Pasal 25 (WPOPPT) yang telah dilunasi


(0,75% x Rp200.000.000) = Rp1.500.000.

Setelah dihitung kembali, pajak yang seharusnya dibayar Pak Tony yang terutang
selama setahun ialah Rp2.000.000. PPh Pasal 29 yang wajib dilunasi Pak Tony adalah?
Rp2.000.000 – Rp1.500.000 = Rp500.000
2. Kasus II - Badan

Koperasi Unit Desa Kembang bergerak dibidang simpan pinjam. Pada tahun 2019
memiliki penerimaan bruto dalam setahun sebesar Rp 500.000.000,- dan seluruh biaya-
biaya yang berkaitan dengan usaha(sesuai ketentuan perpajakan) sebesar Rp
425.000.000,-.

Penghasilan Neto
= Rp 500.000.000 – Rp 425.000.000 = Rp 75.000.000

Pajak Penghasilan yang terutang


= Rp75.000.000 x 25% x 50% = Rp9.375.000
PPh Pasal 25 (angsuran) yang harus dibayar KUD Kembang setiap bulan:
Rp9.375.000,- : 12 = Rp 781.250,-

Koperasi Unit Desa Kembang, setelah menghitung PPh terutang tahun pajak 2010
diketahui PPh terutang setahun sebesar Rp 12.000.000,-.

Angsuran PPh Pasal 25 selama tahun 2010 (12 bulan)


= Rp 781.250,- x 12 = Rp 9.375.000,-

PPh Pasal 29
= PPh yang terutang – angsuran PPh Pasal 25
= Rp12.000.000, – Rp9.375.000,- = Rp2.625.000,00

Anda mungkin juga menyukai