PPh Pasal 26 dipotong 20% x Penghasilan Bruto, tanpa pengurangan dalam bentuk apapun, seperti:
1. Biaya Jabatan
2. Iuran Pensiun
3. Iuran JHT/THT
4. PTKP
1. Tarif 20% berlaku jika antara Indonesia dan negara karyawan itu berasal tidak ada perjanjian
penghindaran pajak berganda/P3B (Tax Treaty)
2. Kurs yang digunakan untuk menghitung pajak adalah kurs yang dikeuarkan oleh Menteri Keuangan,
bukan kurs Bank Indonesia.
Contoh: Mr. Saku Kurata warga negara Jepang bekerja di PT Toyota Astra Itl di Jakarta. Karyawan itu
tinggal di Indonesia sejak 5 Maret 2021 s.d. 5 Agustus 2021. Antara Indonesia dan Jepang tidak ada
P3B. Gaji Saku Kurata perbulan $7,500. Kurs US$ menurut SK Menteri Keuangan, 1$= Rp14.550.
Hitung PPh Pasal 26 yang dipotong atas gaji Saku Kurata perbulan.
20% x Rp109.125.000 = Rp21.825.000
PPh Pasal 23, PPh Pasal 26, dan PPh Pasal 4 Ayat 2 (PPh Final)
a. Atas dividen
1. Jika dividend dibayar kepada WP Badan berbentuk PT kalau kepemilikan PT tersebut kurang
dari 25%. Sedangkan jika diatas 25%, dikecualikan dari pemotongan Pasal 23.
2. Jika dividend dibayar kepada WP Badan lainnya, seperti firma, koperasi, dipotong PPh Pasal
23 sebesar 15%.
3. Jika dividend dibayar kepada WP Badan luar negeri, dipotong oleh PPh Pasal 26 sebesar 20%.
4. Jika dividend dibayar kepada WP Orang Pribadi, dipotong oleh PPh Pasal 17 dan PPh Final.
b. Atas bunga
1. Jika bunga dibayarkan kepada WP yang bukan Bank, dipotong PPh Pasal 23 sebesar 15%.
2. Jika bunga dibayarkan kepada WP luar negeri, dipotong PPh Pasal 26 sebesar 20%.
3. Jika bunga dibayarkan oleh Bank Kepada Nasabah, dipotong PPh Final sebesar 20%.
4. Jika WP membayarkan bunga kepada Bank, dikecualikan dari pemotongan PPh Pasal 23.
c. Atas royalti
1. Jika royalty dibayarkan kepada WP dalam negeri, dipotong PPh Pasal 23 sebesar 15%.
2. Jika royalty dibayarkan kepada WP luar negeri, dipotong PPh Pasal 26 sebesar 20%.
d. Atas hadiah
1. Jika dibayarkan kepada
2. Jika dibayarkan kepada WP luar negeri, dipotong PPh Pasal 26 sebesar 20%.
3. Jika dibayarkan kepada pihak yang ada hubungannya dengan yang membayar hadiah,
dipotong PPh Pasal 23 sebesar 15%.
Contoh: Perusahaan menyayembarakan logo
4. Jika dibayarkan kepada pihak yang tidak memiliki hubungan dengan pembayar hadiah,
dipotong PPh Final sebesar 25%.
e. Atas sewa
1. Selain sewa tanah dan bangunan, jika penerimanya adalah WP dalam negeri, dipotong PPh
sebesar 2% tidak termasuk PPN.
2. Jika WP dibayarkan ke WP luar negeri, dipotong PPh Pasal 26 sebesar 20%.
3. Jika yang dibayar adalah sewa tanah dan bangunan, dipotong PPh Pasal 4 Ayat 2 sebesar
10%.
f. Atas jasa
1. Jika dibayarkan kepada WP Badan seperti PT, Firma, dll. Dipotong PPh Pasal 23.
2. Jika dibayarkan kepada WP Orang Pribadi, dipotong PPh Pasal 21.
3. Jika dibayarkan kepada WP luar negeri, dipotong PPh Pasal 26.
Contoh: PT Trisakti membayar jasa audit laporan keuangan 2020, kepada KAP Taufik Hidayat dan
rekan sebesar Rp495.000.000 termasuk PPN.
Laporan keuangan dibuat antara januari sampai maret thn depannya kalo badan januari smp
April
Yang berlaku hari ini self-assessment system (berlaku untuk yang mempunyai usaha (mencari
laba)) maka pajak atas laba dihitung atas pembukuan, pencatatan, dan pph 23.
Hasil perhitungan pph atas laba usaha pada akhir tahun pajak sbb;
a. Jika PPh terutang lebih besar daripada kredit pajak/uang muka pajak/pajak dibayar
di muka/prepaid tax= kurang bayar (PPh Pasal 29) atau PPh kurang bayar paling
lambat disetor untuk WP Orang Pribadi paling lambat tanggal 25 Maret tahun
berikutnya kalo WP Badan paling lambat tanggal 25 April tahun berikutnya. Kalo
telat kena sanksi bunga 2% per bulan (dalam pajak sehari = sebulan)
b. Jika PPh terutang lebih kecil daripada kredit pajak/uang muka pajak/pajak dibayar di
muka/prepaid tax= lebih bayar (PPh Pasal 28A) atau PPh lebih bayar. Atas PPh lebih
bayar, maka WP lebih bayar dapat merestitusi atau meminta kembali atau
dikompensasi
c. Jika PPh terutang = kredit pajak, maka PPh nihil.
pajak yang dibayar oleh WP dalam negeri di Luar Negeri karena WP dalam negeri mempunyai laba di luar
negeri.