Anda di halaman 1dari 8

BAB 9

AKUNTANSI PPH PASAL 26

Capaian Pembelajaran:
Setelah membaca dan mengkaji bab ini, mahasiswa akan mampu:
1. Mengetahui pengertian PPh pasal 26
2. Mengidentifikasi pemotong PPh pasal 26
3. Menganalisis obyek PPh pasal 26
4. Melakukan penghitungan dan pemotongan PPh pasal 26
5. Mencatat akuntansi PPh pasal 26

9.1. PENGERTIAN PPH PASAL 26


Pasal 26 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 mengatur tentang pemotongan atas
penghasilan yang bersumber dari Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar
negeri selain bentuk usaha tetap. Badan usaha apapun di Indonesia yang melakukan
transaksi pembayaran (gaji, bunga, dividen, royalti dan sejenisnya) kepada Wajib Pajak Luar
Negeri diwajibkan untuk membayar PPh Pasal 26 atas transaksi tersebut.
Pengenaan PPh pasal 26 menurut peraturan perpajakanmenganut dua sitem yaitu
(Waluyo, 2016) :
a. Sistem Pemenuhan sendiri: sistem ini digunakan sebagai kewajiban perpajakan
untuk WP LN yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT.
b. Sistem pemotongan: pada sistem ini dilakukan pemotongan pajak terhadap
penghasilan oleh pihak yang wajib membayar bagi WP LN lainnya.

9.2. PEMOTONG PPh PASAL 26


Pemotong PPh Pasal 26 dilakukan oleh :
1. Badan pemerintah;
2. Subjek Pajak dalam negeri;
3. Penyelenggara kegiatan;
4. Bentuk usaha tetap;
5. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya yang melakukan pembayaran kepada
Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap.
6. Orang pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeri tertentu, yang ditunjuk oleh Kepala
Kantor Pelayanan Pajak sebagai Pemotong PPh Pasal 23, yaitu:
 Akuntan, arsitek, dokter, notaris, Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT),
kecuali camat pengacara, dan konsultan yang melakukan pekerjaan bebas
 Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan.
9.3. OBYEK PEMOTONGAN PPh PASAL 26
Jenis-jenis penghasilan yang wajib dipotong Pajak Penghasilan Pasal 26 adalah :
a. dividen;
b. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang;
c. royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
d. imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan;
e. hadiah dan penghargaan;
f. pensiun dan pembayaran berkala lainnya;
g. premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya;
h. keuntungan karena pembebasan utang.

9.4. TARIF DAN PERHITUGAN PPh PASAL 26


Tarif yang dikenakan adalah 20% untuk setiap jenis penghasilan yang dikenakan PPh
Pasal 26 atau tarif yang sesuai dengan persetujuan penghindaran pajak berganda (P3B)
antar negara atau tax treaty. Jadi besarnya PPh pasal 26 adalah (Resmi, 2019):

PPh 26 = 20% x DPP atau PPh 26 = Tarif Tax Treaty x DPP

Penerapan tarif tax treaty yang lebih rendah dari tarif umum, mengharuskan WP luar negeri
untuk menunjukkan Surat K eterangan Domisili(SKD) atau certificate of residence dari kantor
pajak negara asal.

Tarif 20% dikenakan dari dasar pengenaan pajak, dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Tarif 20% dari penghasilan bruto;


2. Tarif 20% dari penghasilan neto;
3. Tarif 20% dari penghasilan kena pajak setelah dikurangi Pajak Penghasilan.
Penerapan tarif 20% dari penghasilan bruto; diterapkan untuk penghasilan yang bersumber
dari modal dalam bentuk :
a. Dividen.
b. Bunga, termasuk premium, diskonto, insentif yang terkait dengan jaminan
pembayaran pinjaman.
c. Royalti, sewa, dan pendapatan lain yang terkait dengan penggunaan aset.
d. Insentif yang berkaitan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan.
e. Hadiah dan penghargaan.
f. Pensiun dan pembayaran berkala.
g. Premi swap dan transaksi lindung lainnya.
h. Perolehan keuntungan dari penghapusan utang.
Contoh 1:

PT Almas Bersaudara Smart (PT ABS) adalah perusahaan pengeboran minyak bumi, pada
tanggal 16 April 2020 membayar jasa teknik kepada Mr. Ahmed yang berkebangsaan Turki
dengan mendapat imbalan jasa sebesar US $ 20.000 untuk jangka waktu satu tahun. Kurs
Menteri Keuangan yang berlaku pada saat pembayaran adalah US $1 = Rp 14.500,00
(asumssikan Mr. Ahmed tidak mempunyai Surat Keterangan Domisili /SKD). Maka PPh pasal
26 yang harus dipotong oleh PT ABS adalah:

PPh 26 = 20% x (20.000x Rp 14.500,00)= Rp 58.000.000,00

Penerapan tarif 20% dari penghasilan neto; diterapkan untuk :


a. Penghasilan dari penjualan harta di Indonesia;
b. Premi asuransi dan reasuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar
negeri.
Besarnya perkiraan penghasilan neto dihitung berdasarkan kondisi sebagai berikut
a. untuk premi yang dibayar tertanggung kepada perusahaan asuransi di luar negeri
baik secara langsung maupun melalui pialang, besarnya perkiraan penghasilan neto
adalah 50% dari jumlah premi yang dibayar (penghasilan bruto),sehingga :
PPh Pasal 26 = 20% x penghasilan neto
= 20% x(50% xpenghasilan bruto)
= 10% x penghasilan bruto
= 10% x jumlah premi yang dibayar
Contoh 2.1.
PT Cahaya Tiga Putra (PT CTP) merupakan perusahaan persewaan mobil. Pada tahun 2020
mengasuransikan semua mobilnya ke perusahaan asuransi di luar negeri Savety Life Inc.
sebesar Rp 3.000.000.000.
PPh Pasal 26 yang dipotong oleh PT CTP adalah :
20% x (50% x Rp 3.000.000.0000 )= Rp 300.000.000

b. untuk premi yang dibayar perusahaan asuransi yang berkedudukan di Indonesia


kepada perusahaan asuransi di luar negeri baik secara langsung maupun melalui
pialang adalah 10% dari jumlah premi yang dibayar (penghasilan bruto), sehingga :

PPh Pasal 26 = 20%  penghasilan neto


= 20%  (10% penghasilan bruto)
= 2%  penghasilan bruto
= 2%  jumlah premi yang dibayar
Contoh 2.2.
Misalnya pada contoh 2.1., PT CTP tidak mengasuransikan mobilnya langsung ke
perusahaan asuransi di luar negeri, tetapi mengasuransikan mobilnya yang dimiliki kepada
perusahaan asuransi dalam negeri yaitu Perusahaan Asuransi Amanah Terindah dengan
jumlah premi sebesar Rp 1.000.000.000. Untuk mengurangi resiko, Perusahaan asuransi
Amanah Terindah mengasuransikan sebagian polis asuransinya kepada perusahaan di luar
negeri Carcroz Insurance Ltd. Dengan premi sebesar Rp 500.000.000.PPh Pasal 26 yang
harus dipotong Amanah Terindah adalah :
20% x (10% x Rp 500.000.000 ) = Rp 10.000.000

c. untuk premi yang dibayar perusahaan reasuransi yang berkedudukan di Indonesia


kepada perusahaan asuransi di luar negeri baik secara langsung maupun melalui
pialang adalah 5% dari jumlah premi yang dibayar (penghasilan bruto), sehingga :

PPh Pasal 26 = 20%  penghasilan neto


= 20%  (5% penghasilan bruto)
= 1%  penghasilan bruto
= 1%  jumlah premi yang dibayar

Tarif 20% dari penghasilan kena pajak setelah dikurangi Pajak Penghasilan; diterapkan
pada bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia yang penghasilan atau bagian labanya tidak
ditanamkan kembali di Indonesia. Jika penghasilan setelah dikurangi pajak tersebut
ditanamkan kembali di Indonesia, atas penghasilan tersebut tidak dipotong PPh Pasal 26.

Contoh 3.

Suatu bentuk usaha tetap di Indonesia memperoleh Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp
20.000.000.000.

PPh Pasal 26 dihitung sebagai berikut :


Penghasilan Kena Pajak Rp 20.000.000.000
PPh terutang : 25% x 20.000.000.0000 Rp 5.000.000.000
Penghasilan setelah dikurangi pajak Rp 15.000.000.000
PPh Pasal 26 yang terutang : 20%  Rp 15.000.000.000 Rp 3.000.000.000

Jika penghasilan setelah dikurangi pajak tersebut ditanamkan kembali di Indonesia, atas
penghasilan sebesar Rp 15.000.000.000 tidak dipotong PPh ps 26.

Atas pembayaran premi asuransi dan premi reasuransi kepada perusahaan asuransi di luar
negeri dikenakan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 26 sebesar 20% (dua puluh persen)
dari perkiraan penghasilan neto.

KAPAN PPh Ps 26 TERUTANG?

PPh ps 26 terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran premi atau pada akhir bulan
terutangnya premi asuransi tersebut.

KAPAN PPH PASAL 26 YANG DIPOTONG HARUS DISETOR dan KAPAN SPT PPh Pasal 26
DILAPOR?

PPh pasal 26 disetorkan selambat-lambatnya tanggal 10 masa berikutnya setelah bulan saat
terutangnya pajak, Pelaporan SPT PPh Pasal 26 Paling lambat tanggal 20 masa berikutnya.

9.5. AKUNTANSI PPH PASAL 26

Pencatatan jurnal pembayaran penghasilan ke WP LN pada dasarnya sama dengan


pencatatan akuntansi PPh pasal 21. Jurnal dibuat pada saat pembayaran atau saat terutang
pajak. Berikut ini adalah contoh cara menjurnal atas transaksi contoh di atas.

Pencatatan atas transaksi pada contoh 1:

TGL PT ABS
  KET DEBET KREDIT
16
Apri 290.000.0
l Beban jasa teknik 00.  
Kas 232.000.000
  Utang PPh pasal 26   58.000.000

Pemotongan PPh pasal 26 atas transaksi tersebut harus disetor oleh PT ABS paling lambat
tanggal 10 bulan berikutnya, maka jurnal yang dibuat adalah:

TGL PT ABS
  KET DEBET KREDIT
10
Me 58.000.000
i Utang PPh pasal 26 .  
Kas
    58.000.000

Pencatatan atas transaksi pada contoh 2.1:

TGL PT CTP
  KET DEBET KREDIT
16
Apri 3.000.000.
l Beban Asuransi mobil 000.  
Kas 2.700.000.000
  Utang PPh pasal 26   300.000.000

Pencatatan atas transaksi pada contoh 2.2:

Jurnal yang dibuat PT CTP pada waktu membayar kepada PT AmanahTerindah:

TGL PT CTP
  KET DEBET KREDIT
16
Apri 1.000.000.
l Beban Asuransi mobil 000.  
Kas 980.000.000
  Utang PPh pasal 23   20.000.000
Jurnal yang dibuat PT Amanah Terindah pada waktu menerima pemabayaran dari PT CTP:

TGL PT Amanah TErindah


  KET DEBET KREDIT
16 980.000.00
Apri Kas 0.
l Uang Muka PPh pasal 23 20.000.000  
1.000.000.000
  Pendapatan Jasa  

Jurnal yang dibuat PT Amanah Terindah pada waktu mengasuransikan kembali kepada
Carcroz Insurance Ltd.:

TGL PT Amanah Terindah


  KET DEBET KREDIT
16
Apri 500.000.00
l Beban Asuransi 0  
Kas 390.000.000
  Utang PPh ps 26 10.000.000

LATIHAN SOAL

SOAL 1: Perhitungan PPh 26 atas Hadiah

Tuan Rozak seorang atlet dari Brunei Darusssalam mengikuti lomba bulutangkis di
Indonesia dan berhasil meraih juara dengan hadiah uang tunai sebesar Rp 400.000.000.
Hitunglah PPh 26 yang dipotong oleh penyelenggara kegiatan dan bagaiman jurnal yang
dibuat!

SOAL 2: Perhitungan PPh 26 atas Premi Asuransi

PT Almas Bersaudara Smart (PT. ABS) memiliki perwakilan di luar negeri dan
mengasuransikan gedung kantor dan pabriknya ke Enjoylife Insurance LTd, sebuah
perusahaan asuransi di luar negeri. PT ABS membayar jumlah premi asuransi pada 2020
sebesar Rp5.000.000.000. Hitunglah PPh 26 dan bagaimana jurnal yang dibuat!

SOAL 3: Jika PT ABS mengikuti asuransi melalui perusahaan yang ada di Indonesia, misal PT
Asuransi Amanah Terindah (PT. AT), dengan membayar jumlah premi yang sama sebesar
Rp5.000.000.000, kemudian PT Asuransi AT mengikutkan (reasuransi) perusahaan tersebut
ke perusahaan asuransi di luar negeri, yakni ke Enjoylife Insurance LTd, dengan membayar
premi sebesar Rp 2.500.000.000, Hitunglah PPh 26 bagaiman jurnal yang dibuat!

SOAL 4: Perhitungan PPh 26 atas Gaji Orang Pribadi

Mr. Umar Faruq adalah warga negara Malaysia yang bekerja di Indonesia. Ia merupakan
karyawan asing pada perusahaan PT ABS. Mr. Umar Faruq sudah tinggal di Indonesia selama
183 hari. Dia sudah beristri dan punya 1 orang anak. Pada Juli 2020, Charles memperoleh
gaji sebesar US$30000 sebulan. Kurs yang berlaku pada bulan tersebut adalah Rp14.500 per
dolar AS. Maka, perhitungan PPh 26 atas gaji Mr. Umar Faruq adalah....Kemudian bagaiman
PT ABS mencatat transaksi tsb!

SOAL 5: BUT

PT ZYZ memiliki penghasilan kena pajak BUT di Indonesia pada 2020 sebesar
Rp60.000.000.000.Hitunglah: PPh terutang tahun2020 atas penghasilan PT XYZ, berapa PPh
pasal 26 yang harus dibayar jikalaba tersebut tidak ditanamkan kembali di Indonesia. Dan
buatlah jurnal atas transaksi tsb!

Anda mungkin juga menyukai