Anda di halaman 1dari 11

PPh Pasal 23: Penjelasan, Tarif, dan

Perhitungannya
edited by Boby Chandro Oktavianus • 20 October 2016

Sebagai warga negara yang baik, taat membayar pajak dan paham ketentuan pajak sudah menjadi
kewajiban kita bersama. Dari berbagai jenis pajak yang dibebankan kepada warga negara hingga
penghasilan yang diterima perseorangan ataupun perusahaan, termasuk objek pajak yang akan
dikenakan pajak penghasilan (PPh).

Sesuai dengan undang-undang, pajak penghasilan dibagi menjadi PPh Pasal 21, 22, 23, 24, dan
25. Ulasan ini akan membahas mengenai segala hal terkait PPh 23, termasuk tarif dan
perhitungannya.

Penjelasan PPh Pasal 23

Mengutip dari situs pajak.go.id, pajak penghasilan (PPh) Pasal 23 adalah pajak yang dipotong
atas penghasilan yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain
yang telah dipotong PPh Pasal 21.
Biasanya PPh Pasal 23 dikenakan saat adanya transaksi di antara dua pihak. Pihak yang berlaku
sebagai penjual atau penerima penghasilan atau pihak yang memberi jasa akan dikenakan PPh
Pasal 23. Sementara pihak pemberi penghasilan atau pembeli atau pihak penerima jasa akan
memotong dan melaporkannya kepada kantor pajak.

Siapakah yang berhak memotong PPh Pasal 23 dan pihak


penerima penghasilan yang terkena potongan PPh Pasal
23?
Untuk mengetahui siapa saja yang berhak memotong PPh Pasal 23 dan pihak penerima
penghasilan yang terkena potongan PPh 23, Anda bisa melihat daftar di bawah ini.

1. Pemotong PPh Pasal 23


a. Badan Pemerintah.
b. Subjek Pajak Badan dalam negeri.
c. Penyelenggaraan kegiatan.
d. Bentuk Usaha Tetap (BUT).
e. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.
f. Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri tertentu yang ditunjuk Direktur Jenderal Pajak sesuai
dengan KEP-50/PJ/1994, di antaranya:
 Akuntan, arsitek, dokter, notaris, Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), kecuali camat, pengacara,
dan konsultan yang melakukan pekerjaan bebas.
 Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan atas pembayaran
berupa sewa.
2. Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 23:
a. Wajib Pajak (WP) dalam negeri dalam hal ini bisa orang pribadi atau badan.
b. Bentuk Usaha Tetap (BUT).
Dari daftar di atas, sudah diketahui siapa yang diperbolehkan melakukan pemotongan terhadap
PPh Pasal 23 dan siapa saja yang harus terkena pemotongan pajak penghasilan PPh 23. Kemudian
penghasilan apa saja yang akan dikenakan PPh Pasal 23?
Jenis Penghasilan yang Dikenakan PPh Pasal 23
Secara umum, hampir semua penghasilan bisa dikenakan ketentuan PPh Pasal 23. Rincian
detailnya bisa dilihat di bawah ini.

1. Dividen.
2. Bunga, termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian
utang.
3. Royalti.
4. Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan (PPh),
yaitu penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri orang pribadi yang
berasal dari penyelenggara kegiatan sehubungan dengan pelaksanaan suatu kegiatan.
5. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa dari penghasilan
lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai PPh sebagaimana dimaksudkan
dalam Pasal 4 ayat (2) UU PPh.
6. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa
lain selain jasa yang telah dipotong PPh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 UU PPh.

Jenis Penghasilan yang Dikecualikan PPh Pasal 23


PPh Pasal 23 juga mengatur beberapa penghasilan yang tidak dikenakan pajak dengan rincian
daftar berikut ini.

1. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank.


2. Sewa yang dibayar atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak opsi.
3. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai WP dalam
negeri, koperasi, dan BUMN/BUMD dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan
berkedudukan di Indonesia dengan syarat:
a. dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan;
b. bagi perseroan terbatas, BUMN/BUMD, kepemilikan saham pada badan yang memberikan
dividen paling rendah 25% dari jumlah modal yang disetor;
c. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak
terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi termasuk pemegang unit
penyertaan kontrak investasi kolektif;
d. Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi yang dibayarkan koperasi kepada anggotanya;
e. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan yang berfungsi
sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan.
Setelah mengetahui penghasilan apa saja yang bisa dikenakan PPh Pasal 23, Anda juga harus
memahami berapa tarif yang dikenakan kepada Wajib Pajak. Berikut ini penjelasannya.
Tarif dan Objek PPh Pasal 23
Tarif dari pajak penghasilan (PPh Pasal 23) dikenakan atas Dasar Pengenaan Pajak (DPP) atau
jumlah bruto dari penghasilan. Di dalam PPh Pasal 23, terdapat dua jenis tarif yang diberlakukan,
yaitu 15% dan 2% tergantung dari objek pajaknya. Di bawah ini adalah tarif dan objek pajak yang
terkena PPh Pasal 23 yang berlaku di Indonesia.

1. Dikenakan 15% dari jumlah bruto atas:


a. dividen kecuali pembagian dividen kepada orang pribadi dikenakan final, bunga, dan royalti;
b. hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotong PPh pasal 21.
2. Dikenakan 2% dari jumlah bruto atas sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta, kecuali sewa tanah dan/atau bangunan.
3. Dikenakan 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, dan
jasa konsultan.
4. Dikenakan 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa lainnya, misalnya:
a. Jasa penilai;
b. Jasa aktuaris;
c. Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;
d. Jasa perancang;
e. Jasa pengeboran di bidang migas kecuali yang dilakukan BUT;
f. Jasa penunjang di bidang penambangan migas;
g. Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang penambangan selain migas;
h. Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;
i. Jasa penebangan hutan
5. Untuk yang tidak ber-NPWP dipotong 100% lebih tinggi dari tarif PPh Pasal 23.
6. Yang dimaksud dengan jumlah bruto adalah seluruh jumlah penghasilan yang dibayarkan,
disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah,
subjek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan
perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap. Tidak
termasuk:
a. Pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan yang dibayarkan WP penyedia tenaga kerja kepada tenaga kerja yang melakukan
pekerjaan, berdasarkan kontrak dengan pengguna jasa;
b. Pembayaran atas pengadaan/pembelian barang atau material (dibuktikan dengan faktur
pembelian);
c. Pembayaran kepada pihak kedua (sebagai perantara) untuk selanjutnya dibayarkan kepada pihak
ketiga (dibuktikan dengan faktur tagihan pihak ketiga disertai dengan perjanjian tertulis);
d. Pembayaran penggantian biaya (reimbursement), yaitu penggantian pembayaran sebesar jumlah
yang nyata-nyata telah dibayarkan pihak kedua kepada pihak ketiga (dibuktikan dengan faktur
tagihan atau bukti pembayaran yang telah dibayarkan kepada pihak ketiga).
Ketentuan Mengenai Penyetoran dan Pelaporan
PPh Pasal 23
PPh Pasal 23 mengatur mengenai jadwal penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 23.

1. PPh Pasal 23 terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran, disediakan untuk dibayar, atau
telah jatuh tempo pembayarannya, tergantung peristiwa yang terjadi terlebih dahulu.
2. PPh Pasal 23 disetor Pemotong Pajak paling lambat tanggal sepuluh bulan takwim berikutnya
setelah bulan saat terutang pajak.
3. SPT Masa disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak setempat, paling lambat 20 hari setelah Masa
Pajak berakhir.
Apabila jatuh tempo batas akhir pelaporan atau penyetoran PPh Pasal 23 bertepatan dengan hari
libur, termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, penyetoran atau pelaporan dapat dilakukan pada
hari kerja berikutnya.

Perhitungan PPh Pasal 23


PT Insan Media Print adalah perusahaan yang bergerak di bidang penerbitan buku dan percetakan.
Perusahaan ini melakukan sejumlah pembayaran yang terkait dengan PPh Pasal 23 kepada
beberapa pihak dengan rincian:

1. Pembayaran terhadap royalti tiga orang penulis: Damayanti dengan NPWP 01.444.888.2.987.000,
Nurmadina NPWP 01.888.555.2.456.000, dan Azzahra yang belum memiliki NPWP. Royalti yang
diberikan kepada Damayanti sebesar Rp25.000.000. Royalti untuk Nurmadina sebesar
Rp10.000.000. Dan royalti untuk Azzahra sebesar Rp5.000.000.
2. Pembayaran bunga pinjaman kepada BRI dengan NPWP 03.111.222.2.541.000 untuk bulan
September sebesar Rp1.500.000.
Jadi, perhitungan pajak penghasilan (PPh Pasal 23) untuk PT Insan Media Print adalah sebagai
berikut:

1. Untuk pembayaran royalti kepada penulis:


a. Damayanti 15% x Rp25.000.000 = Rp3.750.000
b. Nurmadina 15% x Rp10.000.000 = Rp1.500.000
c. Azzahra 15% x Rp5.000.000 = Rp750.000
Karena Azzahra masih belum memiliki NPWP, maka dikenakan tambahan PPh sebesar 100%
dengan nominal: 100% x Rp750.000 = Rp750.000. Dengan demikian, Azzahra akan terkena
pemotongan sebesar Rp750.000 + Rp750.000 = Rp1.500.000. Setelah melakukan pemotongan
PPh Pasal 23, penulis akan mendapatkan hasil bukti pemotongan.

2. Untuk pembayaran atas bunga pinjaman pada BRI, tidak dikenakan PPh Pasal 23. Sebab termasuk
penghasilan yang dibayarkan atau terutang kepada bank dan merupakan pengecualian terhadap
PPh Pasal 23.

Ketetuan Tambahan yang Mengatur tentang PPh


Pasal 23
PPh Pasal 23 juga mengatur beberapa hal lain yang bisa menjadi referensi Anda dalam melakukan
pembayaran pajak.

1 Pembayaran PPh Pasal 23

Pembayaran yang dilakukan pihak pemotong bisa dilakukan dengan cara membuat ID
Billing terlebih dahulu untuk kemudian membayarnya melalui bank yang telah disetujui
Kementrian Keuangan. Sementara jatuh temponya adalah tanggal 10, satu bulan setelah bulan
terutang PPh Pasal 23.
2. Bukti Potong PPh Pasal 23
Sebagai bukti bahwa PPh Pasal 23 sudah dipotong, pihak pemotong wajib memberikan bukti
potong (rangkap pertama) yang sudah dilengkapi pihak yang dikenakan pajak tersebut.

3. Pelaporan PPh Pasal 23


Pelaporan dilakukan pihak pemotong dengan cara mengisi SPT Masa PPh Pasal 23. Lalu bisa
melaporkannya melalui fitur lapor pajak online. Jatuh tempo pelaporan adalah tanggal 20, sebulan
setelah bulan terutang PPh Pasal 23.

Objek dan Tarif PPh Pasal 23 sebelumnya diatur dengan UU Nomor 17 tahun 2000 dan PER-70/PJ./2007
Berikut daftar Objek dan Tarif PPh Pasal 23 per 1 Januari 2009:

Tarif PPh 23 Tarif PPh 23


Jenis Penghasilan - (bagi WP - (bagi WP
No ber-NPWP) yang tidak
(%) ber-NPWP)
(%)

(1) (2) (3) (4)

1 Dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf g UU PPh 15% 30%
dari Jumlah dari jumlah
bruto ruto

2 Bunga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf f UU PPh; 15% 30%
dari jumlah dari jumlah
bruto ruto

3 Royalti 15% 30%


dari jumlah dari jumlah
bruto bruto

4. Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong PPh 15% 30%
21 dari jumlah dari jumlah
bruto bruto

5. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali 2% 4% dari
sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang dari jumlah jumlah bruto
telah dikenai PPh Final pasal 4 (2) bruto tidak
tidak termasuk termasuk
PPN PPN

6. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa 2% dari 4% dari
konstruksi (*), jasa konsultan jumlah bruto jumlah bruto
tidak termasuk tidak
PPN termasuk
PPN

7 Jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana 2% dari 4% dari
dimaksud dalam Pasal 21 yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan Jumlah bruto jumlah bruto
berdasarkan PMK-244/PMK.03/2008 tidak termasuk tidak
PPN termasuk
a. Jasa penilai (appraisal); PPN

b. Jasa aktuaris;

c. Jasa akuntansi, pembukuan, dan asestasi laporan keuangan;


d Jasa perancang (design);

e Jasa pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak dan gas


bumi (migas), kecuali yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap;

f Jasa penunjang di bidang penambangan migas :

1. jasa penyemenan dasar (primary cementing) yaitu


penempatan bubur semen secara tepat diantara pipa selubung
dan lubung sumur;
2. jasa penyemenan perbaikan (remedial cementing), yaitu
penempatan bubur semen untuk maksud-maksud :
a. penyumbatan kembali formasi yang sudah kosong;
b. penyumbatan kembali zona yang berproduksi air;
c. perbaikan dari penyemenan dasar yang gagal;
d. penutupan sumur;
3. jasa pengontrolan pasir (sand control), yaitu jasa yang
menjamin bahwa bagian-bagian formasi yang tidak
terkonsolidasi tidak akan ikut terproduksi ke dalam rangkaian
pipa produksi dan menghilangkan kemungkinan tersumbatnya
pipa;
4. jasa pengasaman (matrix acidizing), yaitu pekerjaan untuk
memperbesar daya tembus formasi yang menaikan
produktivitas dengan jalan menghilangkan material penyumbat
yang tidak diinginkan;
5. jasa peretakan hidrolika (hydraulic), yaitu pekerjaan yang
dilakukan dalam hal cara pengasaman tidak cocok, misalnya
perawatan pada formasi yang mempunyai daya tembus sangat
kecil;
6. jasa nitrogen dan gulungan pipa (nitrogen dan coil tubing),
yaitu jasa yang dikerjakan untuk menghilangkan cairan buatan
yang berada dalam sumur baru yang telah selesai, sehingga
aliran yang terjadi sesuai dengan tekanan asli formasi dan
kemudian menjadi besar sebagai akibat dari gas nitrogen yang
telah dipompakan ke dalam cairan buatan dalam sumur;
7. jasa uji kandung lapisan (drill stem testing), penyelesaian
sementara suatu sumur baru agar dapat mengevaluasi
kemampuan berproduksi;
8. jasa reparasi pompa reda (reda repair);
9. jasa pemasangan instalasi dan perawatan;
10. jasa penggantian peralatan/material;
11. jasa mud logging, yaitu memasukkan lumpur ke dalam sumur;
12. jasa mud engineering;
13. jasa well logging & perforating;
14. jasa stimulasi dan secondary decovery;
15. jasa well testing & wire line service;
16. jasa alat kontrol navigasi lepas pantai yang berkaitan dengan
drilling;
17. jasa pemeliharaan untuk pekerjaan drilling;
18. jasa mobilisasi dan demobilisasi anjungan drilling;
19. jasa lainnya yang sejenisnya di bidang pengeboran migas.

g Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang penambangan selain


migas :

1. jasa pengeboran;
2. jasa penebasan;
3. jasa pengupasan dan pengeboran;
4. jasa penambangan;
5. jasa pengangkutan/ sistem transportasi, kecuali jasa angkutan
umum;
6. jasa pengolahan bahan galian;
7. jasa reklamasi tambang;
8. jasa pelaksanaan mekanikal, elektrikal, manufaktur, fabrikasi
dan penggalian/pemindahan tanah;
9. jasa lainnya yang sejenis di bidang pertambangan umum

h Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara:

1. bidang aeronautika, termasuk :


a. jasa pendaratan, penempatan, penyimpanan pesawat
udara dan jasa lain sehubungan dengan pendaratan
pesawat udara;
b. jasa penggunaan jembatan pintu (avio bridge);
c. jasa pelayanan penerbangan;
d. jasa ground handling, yaitu pengurusan seluruh atau
sebagian dari proses pelayanan penumpang dan
bagasinya serta kargo, yang diangkut dengan
pesawat, udara baik yang berangkat maupun yang
datang, selama pesawat udara di darat;
e. jasa penunjang lain di bidang aeronautika.
2. bidang non-aeronatika, termasuk :
a. jasa catering di pesawat dan jasa pembersihan pantry
pesawat;
b. jasa penunjang lain di bidang non-aeronautika

i Jasa penebangan hutan;

j Jasa pengolahan limbah;

k Jasa penyedia tenaga kerja (outsourcing services);

l Jasa perantara dan/atau keagenan;

m Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang


dilakukan oleh Bursa Efek, KSEI dan KPEI;

n Jasa custodian/penyimpanan/penitipan, kecuai ayng dilakukan oleh


KSEI;

o Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara

p Jasa mixing film;

q Jasa sehubungan dengan software komputer, termasuk perawatan,


pemeliharaan dan perbaikan;

r Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas,


AC, dan/atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang
ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau
sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;

s Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, perawatan, listrik,


telepon, air, gas, AC, TV Kable, alat transportasi/kendaraan dan/atau
bangunan selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang
lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi
sebagai pengusaha konstruksi;

t Jasa maklon; yaitu jasa pemberian jasa dalam rangka proses


penyelesaian suatu barang tertentu yang proses pengerjaannya
dilakukan oleh pihak pemberi jasa (disubkontrakkan), yang spesifikasi,
bahan baku dan atau barang setengah jadi dan atau bahan
penolong/pembantu yang akan diproses sebagian atau seluruhnya
disediakan oleh pengguna jasa, dan kepemilikan atas barang jadi
berada pada pengguna jasa

u Jasa penyelidikan dan keamanan;

v Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer; yaitu kegiatan


usaha yang dilakukan oleh pengusaha jasa penyelenggara kegiatan
meliputi antara lain penyelenggaraan pameran, konvensi, pagelaran
musik, pesta, seminar, peluncuran produk, konferensi pers, dan
kegiatan lain yang memanfaatkan jasa penyelenggara kegiatan

w Jasa pengepakan;

x Jasa penyediaan tempat dan / atau waktu dalam media masa, media
luar ruang atau media lain untuk penyampaian informasi;

y Jasa pembasmian hama;

z Jasa kebersihan atau cleaning service;

aa Jasa catering atau tata boga

Dan jangan dilupakan bahwa ada penghasilan-panghasilan yang dikecualikan dari pemotongan PPh pasal 23 antara
lain

1. penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank;


2. sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak opsi;
3. dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f UU PPh dan dividen yang diterima oleh orang
pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2c) UU PPh;
4. bagian laba sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf i UU PPh;
5. sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya;
6. penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan yang berfungsi sebagai
penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan yang terdiri dari :
a. Perusahaan pembiayaan yang merupakan badan usaha di luar bank dan lembaga keuangan
bukan bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha
lembaga pembiayaan dan telah memperoleh ijin usaha dari Menteri Keuangan
b. BUMN atau BUMD yang khusus didirikan untuk memberikan sarana pembiayaan bagi usaga
mikro, menengah dan koperasi, termasuk PT (Persero) Permodalan Madani.
RESUME PPH 23 PERPAJAKAN

Nama : Ronaldo Perdana Putra


NIM : 1602036747
Perpajakan D 16’ UR

Anda mungkin juga menyukai