Anda di halaman 1dari 4

D.

PKP Wajib Pajak Badan


1. Tarif Wajib Pajak Badan
Pada tahun 2010-2019 tarif wajib pajak badan diatur dalam UU No. 36 Tahun 2008
pasal 17 ayat (1) huruf b, yaitu sebesar 25%. Tarif ini berlaku hingga tahun pajak 2019 dan
berakhir dengan dikeluarkanannya UU NO. 2 Tahun 2020 pasal 5 ayat (1) huruf a. Dengan
dikeluarkannya undang-undang tersebut, tarif PPh wajib pajak badan mengalami penurunan
menjadi 22% yang berlaku pada tahun pajak 2020 dan 2021. Dengan dikeluarkannya UU No.
7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP), tarif PPh badan yang
berlaku pada tahun 2022 menurun menjadi 20%.

2. Ketentuan Khusus

Tarif yang berlaku untuk PPh badan-badan tertentu dapat mengalami pengurangan
dengan ketentuan berikut.

a. Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008 pasal 31 huruf e, Wajik Pajak Dalam Negeri
(WPDN) badan dapat memperoleh pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif pada UU
No. 36 Tahun 2008 pasal 17 ayat (2) huruf b. Ketentuan ini berlaku dimulai dari tahun
pajak 2008. Adapun Wajib Pajak badan dalam negeri yang menerima fasilitas ini
ialah WPDN badan yang memiliki peredaran bruto sampai dengan Rp 50 miliar yang
dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan
Rp 4,8 miliar yang ketentuannya diatur lebih lanjut ke dalam SE 02 Tahun 2015
dengan beberapa poin penting yakni:
1. Peredaran bruto yang dimaksud ialah semua penghasilan yang diterima
dan/atau diperoleh dari kegiatan usaha dan dari luar kegiatan usaha, setelah
dikurangi retur dan pengurangan penjualan serta potongan tunai dalam tahun
pajak yang bersangkutan, sebelum dikurangi biaya 3M, baik yang berasal dari
Indonesia maupun luar Indonesia.
2. Fasilitas pengurang tarif berlaku untuk penghitungan PPh terutang atas PKP
yang berasal dari penghasilan yang bersifat non final.
b. Berdasarkan UU No. 2 Tahun 2020 Pasal 5 ayat (2), WPDN badan dapat memperoleh
tarif 3% lebih rendah dari tarif pada UU No. 2 Tahun 2020 pasal 5 ayat (1) huruf a
dan b. Ketentuan ini berlaku mulai tahun pajak 2020. Adapun Wajib Pajak badan
dalam negeri yang dimaksud dalam UU No. 2 Tahun 2020 Pasal 5 ayat (2) adalah:
1. Berbentuk Perseroan Terbatas
2. Dengan jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan pada bursa
efek di Indonesia paling sedikit 40%; dan
3. Memenuhi persyaratan tertentu, yang sebagaimana diatur dalam PP No.30
Tahun 2020 Pasal 3 ayat (2) yakni:
 Saham yang dimaksud dalam UU No. 2 Tahun 2020 ayat (2) huruf b
harus dimiliki oleh paling sedikit 300 pihak;
 Masing-masing pihak sebagaimana dimaksud di atas hanya boleh
memiliki saham kurang dari 5% dari keseluruhan saham yang
ditempatkan dan disetor penuh;
 Ketentuan sebagaimana dimaksud pada UU No. 2 Tahun 2020 ayat (2)
huruf a dan b harus dipenuhi dalam jangka waktu paling singkat 183
hari kalender dalam jangka waktu satu tahun pajak.
 Pemenuhan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a,
huruf b, dan huruf c dilakukan oleh Wajib Pajak Perseroan Terbuka
dengan menyampaikan laporan kepada Direktorat Jenderal Pajak.

3. Cara Menghitung PKP Wajib Pajak Badan

Langkah-langkah menghitung PKP wajib pajak badan adalah sebagai berikut.

a. Menghitung penghasilan neto dari kegiatan utama


Penghasilan neto utama diperoleh dari pengurangan antara peredaran bruto
dengan biaya 3M peredaran bruto sehingga dirumuskan dengan persamaan berikut.

Penghasilan Neto = Peredaran Bruto – Biaya 3 M Peredaran Bruto

Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan atau yang


lebih dikenal dengan biaya 3M adalah biaya-biaya yang berhubungan langsung
dengan kegiatan usaha yang penghasilannya merupakan objek pajak. Biaya 3M
sendiri termasuk komponen biaya yang dapat dijadikan pengurang untuk penghasilan
bruto dalam pajak penghasilan (PPh).
Biaya yang termasuk di dalamnya antara lain biaya yang secara langsung atau
tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, seperti biaya pembelian bahan dan
biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus,
gratifikasi, serta tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang. Pengeluaran-
pengeluaran sehubungan dengan pekerjaan yang boleh dikurangi dari penghasilan
bruto harus dilakukan dalam bentuk uang. Pengeluaran yang dilakukan dalam bentuk
natura atau kenikmatan, misalnya fasilitas menempati rumah dengan cuma-cuma,
tidak boleh dibebankan sebagai biaya.
b. Menghitung penghasilan neto lainnya
Penghasilan neto lainnya diketahui melalui pengurangan antara penghasilan
lainnya wajib pajak badan dengan biaya 3M penghasilan lainnya.
Penghasilan Neto Lainnya = Penghasilan Lainnya – Biaya 3M Penghasilan
Lainnya
c. Menghitung total penghasilan neto
Rumusnya adalah sebagai berikut:
Total Penghasilan Neto = Penghasilan Neto + Penghasilan Neto Lainnya
d. Mencari besar penghasilan kena pajak
PKP wajib pajak badan dicari menggunakan rumus berikut:
PKP = Total Penghasilan Neto – Kompensasi Kerugian
e. Mengelompokkan PKP
Apabila suatu wajib pajak badan tidak memperoleh fasilitas pengurangan tarif
PPh, maka PKP yang diperoleh akan langsung dikalikan dengan tarif PPh badan yang
berlaku. Namun, apabila suatu badan memperoleh fasilitas pengurangan tarif PPh,
maka PKP dibedakan menjadi PKP yang memperoleh fasilitas pengurangan tarif dan
PKP yang tidak memperoleh fasilitas pengurangan tarif.
PKP yang memperoleh fasilitas pengurangan tarif dicari dengan rumus berikut:
Rp 4.800 .000 .000−PKP
PKP yang memperoleh fasilitas pengurangan tarif =
Peredaranbrito
Sedangkan, PKP yang tidak memperoleh fasilitas pengurangan tarif dicari dengan
rumus berikut.
Total PKP – PKP yang memperoleh fasilitas pengurangan tarif

Contoh Soal

Pada tahun 2020, PT Purwa memperoleh penghasilan bruto sebesar Rp 6 Miliar. Selain
itu, diketahui selama tahun berjalan tersebut, PT Purwa memiliki rincian beban dan
pendapatan sebagai berikut:

 Pengeluaran biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan bruto


sebesar Rp5,4 miliar.
 Mendapatkan penghasilan lainnya sebesar Rp50 juta.
 Pengeluaran biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan lainnya
sebesar Rp30 juta.
 Kompensasi kerugian fiskal dari tahun sebelumnya Rp10 juta.
 Kredit PPh Pasal 25 Rp100 juta.
 Kredit PPh Pasal 22 Rp10 juta.
 Kredit PPh Pasal 23 Rp20 juta.

Berapa besaran PKP PT Purwa?

Cara Penyelesaian

1. Peredaran Bruto – Biaya 3M Peredaran Bruto = Penghasilan Neto


Rp6.000.000.000 – Rp5.400.000.000 = Rp600.000.000
2. Penghasilan lainnya – Biaya 3M Penghasilan Lainnya = Penghasilan Neto Lainnya
Rp50.000.000 – Rp30.000.000 = Rp20.000.000
3. Total Penghasilan Neto = Rp600.000.000 + Rp20.000.000
Total Penghasilan Neto = Rp620.000.000
4. Penghasilan Kena Pajak = Total Penghasilan Neto – Kompensasi Kerugian
Penghasilan Kena Pajak = Rp620.000.000 – Rp10.000.000 = Rp610.000.000
5. Karena omzet peredaran bruto PT Abjad XYZ di atas Rp4,8 miliar, maka memperoleh
fasilitas pengurangan tarif:
Jumlah PKP yang memperoleh fasilitas pengurangan tarif
Rp 4.800.000 .000 x Rp 610.000.000
= = Rp488.000.000
Rp 6.000.000 .000
Jumlah PKP yang tidak memperoleh fasilitas pengurangan tarif
= Rp610.000.000 - Rp488.000.000

Anda mungkin juga menyukai