Anda di halaman 1dari 4

Jelaskan mekanisme penghitungan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan yang

menggunakan ketentuan Pasal 17 UU PPh!

Yth Tutor
Mohon izin menanggapi diskusi 2
Tarif PPh WP Badan sesuai Pasal 17 UU PPh adalah sebagai berikut:
a. Pasal 17 Ayat 1 UU PPh yaitu Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap
adalah sebesar 28%. Tarif umum pajak penghasilan badan usaha adalah sebesar 28%
dari omset kotor dikurangi biaya-biaya.
b. Pasal 17 Ayat 2 UU PPh, tarif tertinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dapat diturunkan menjadi paling rendah sebesar 25%. Apabila memenuhi ketentuan PP
No 81 Tahun 2007, maka tarif yang berlaku adalah 25% dari omset kotor dikurangi biaya-
biaya. Untuk omset dibawah Rp4,8 miliar, maka akan mendapat fasilitas penurunan tarif
sebesar 50% sehingga tarif efektifnya adalah 12,5% dari omset kotor dikurangi biaya-
biaya. Tarif Pasal 17 UU PPh Badan ini hanya berlaku untuk tahun pertama. Apabila  di
tahun tersebut omsetnya tidak mencapai Rp4,8 milyar, maka di tahun berikutnya tarif
pajak penghasilan badan mengacu pada PP No 46 Tahun 2013 yaitu sebesar 1% dari
omset kotor.
c. Selanjutnya, Pasal 17 Ayat 2a UU PPh, tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b menjadi 25% yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010.
d. Pasal 17 Ayat 2b UU PPh yaitu Wajib Pajak badan dalam negeri yang berbentuk PT yang
paling sedikit sebesar 40% dari jumlah keseluruhan saham yang disetor atau
diperdagangkan di bursa efek di Indonesia. Apabila telah memenuhi persyaratan tertentu
lainnya dapat memperoleh tarif sebesar 5% lebih rendah. Tarif ini tentu lebih rendah
daripada tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan ayat (2a).
e. Pasal 17 Ayat 2c UU PPh yaitu tarif yang dikenakan atas penghasilan berupa dividen
yang dibagikan kepada Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri, sebesar 10% dan
bersifat final.
f. Dan Pasal 17 Ayat 2d UU PPh yaitu ketentuan lebih lanjut mengenai besarnya tarif
sebagaimana dimaksud pada ayat (2c) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Langkah-langkah menghitung PPh WP Badan terutang adalah sebagai berikut:

a. Menghitung penghasilan setahun


Hitung seluruh penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam satu Tahun Pajak.
Penghasilan yang bukan merupakan objek pajak dan penghasilan yang dikenakan
PPh Final tidak perlu dimasukkan dalam penghitungan penghasilan setahun.
Jika penghasilan yang tidak dapat dikurangkan itu terlanjur masuk dalam
pembukuan, maka perlu mengeluarkan terlebih dahulu dari laporan rugi/laba terlebih
dahulu melalui koreksi fiskal. Contoh: Pada 2019 PT. XYZ telah melakukan
pembukuan dengan penjualan bruto Rp30 Miliar dan PKP sebesar Rp3 Miliar.
b. Mengurangi dengan biaya-biaya
untuk mengetahui Penghasilan Kena Pajak, WP Badan harus mengurangkan biaya-
biaya yang dikeluarkan berkaitan dengan kegiatan usaha, baik itu pengeluaran langsung
maupun tidak langsung. Biaya-biaya tersebut diantaranya; biaya sewa, pembelian
bahan, biaya perjalanan, biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa ( gaji, tunjangan,
honorarium, dan lainnya ), biaya bunga, royalti, premi asuransi, biaya promosi dan
penjualan, biaya pengolahan limbah, biaya administrasi dan lainnya. Tak ketinggalan
juga adalah harus mengurangkan biaya penyusutan atau amortisasi. Contoh: total biaya
PT. XYZ yang dapat dikurangkan sebagai pengurang penghasilan adalah sebesar Rp28
Miliar /tahun meliputi biaya bunga, royalti, asuransi, gaji dan tungjangan karyawan.
c. Biaya yang tidak dapat dikurangkan
Dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak, Wajib Pajak Badan juga harus
mengeluarkan biaya-biaya yang tidak dapat dikurangkan sesuai ketentuan
perundang-undangan perpajakan.
Biaya-biaya yang tidak dapat dikurangkan itu adalah pembagian laba/dividen, sisa
hasil usaha koperasi atau biaya untuk kepentingan pribadi pemegang saham,
sekutu, atau anggota maupun biaya lainnya yang diatur dalam peraturan perpajakan.
Jika biaya-biaya yang tidak dapat dikurangkan tersebut terlanjur dimasukkan dalam
pembukuan, maka harus dikeluarkan terlebih dahulu melalui koreksi fiskal. Contoh:
Total biaya yang tidak dapat dikurangkan adalah sebesar Rp3 Miliar.
d. Menghitung Penghasilan Netto Komersial
Menghitung penghasilan netto komersial dilakukan dengan mengurangkan
penghasilan bruto dengan total biaya yang dapat dikurangkan. Berdasarkan contoh
di atas maka penghasilan netto komersialnya adalah Rp30 Miliar – Rp28 Miliar =
Rp2 Miliar.
e. Menghitung koreksi fiskal
Koreksi fiskal ialah aktivitas pembetulan pencatatan keuangan yang akan dilaporkan
ke dirjen pajak dan selainnya. Umumnya, revisi ini dilakukan apabila draft laporan
tidak sesuai dengan format yang menjadi standar pajak. Koreksi fiskal telah
tercantum dalam peraturan perpajakan UU No. 36 tentang PPh Koreksi Fiskal.
Contoh berdasarkan kasus PT. XYZ diatas, koreksi fiskalnya adalah positif Rp1
Miliar.
f. Menghitung Jumlah PKP yang memperoleh fasilitas
Berdasarkan poin a diatas, jumlah PKP PT XYZ adalah sebesar Rp 3 Miliar. Adapun
PKP yang mendapat fasilitas fiskal adalah sebesar (Rp4,8 Miliar : Rp30 Miliar) x Rp3
Miliar =Rp480.000.000. Sehingga PKP yang tidak mendapatkan fasilitas adalah
sebesar Rp3 Miliar-Rp480.000.000 = Rp2,52Miliar.
g. Menghitung PPh Badan terutang
PPh badan terutang adalah sebesar ((50% x 25%) x Rp480.000.000)+ (25% x
(Rp3M – Rp480.000.000)) = Rp690.000.000

Rincian penghitungannya sebagaimana tabel berikut:


Rp
Penjualan Bruto
30.000.000.000
Rp
Jumlah Biaya
(28.000.000.000)
Rp
Penghasilan Neto Komersial
2.000.000.000
Rp
Koreksi Fiskal Positif
1.000.000.000
Rp
Penghasilan Kena Pajak
3.000.000.000
Jumlah PKP yang Memperoleh Fasilitas (Rp4,8M : Rp30M) x 3.000.000.000
Rp
480.000.000
Jumlah PKP yang tidak Memperoleh Fasilitas Rp3.000.000.000-Rp480.000.000
Rp
2.520.000.000
PPh Badan Terutang Tahun 2019 (50% x 25%) x Rp480.000.000
Rp
60.000.000
25% x (Rp3M-Rp480.000.000)
Rp
630.000.000
Rp
Jumlah PPh Badan Terutang Tahun 2019
690.000.000

Referensi:
BMP PAJA3331-Pajak Penghasilan II
https://klikpajak.id/blog/pahami-pajak-penghasilan-badan-pph-pasal-17/ diakses tanggal 22
April 2023 pukul 23.00 WIB
https://klikpajak.id/blog/wajib-pajak-badan-cara-menghitung-pph-badan/ diakses tanggal 22
April 2023 pukul 23.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai