Anda di halaman 1dari 17

PENGAUDITAN I

Pengauditan, Profesi Akuntan Publik, Kode Etik Akuntan Publik, dan Organisasi
Akuntan Publik di Indonesia

Oleh :
KELOMPOK 1

Dewa Ayu Dyah Prema Gandhi 2107531126 / 16


Khema Devi 2107531175 / 23
I Wayan Tresna Suwardiana 2107531194 / 28

PRODI SARJANA AKUNTANSI


UNIVERSITAS UDAYANA
2022
A. Pengauditan dan Jasa Asurans
a. Pengauditan dan Profesi Akuntan Publik
Kata “audit” berasal dari kata bahasa latin “audire” yang berarti
mendengarkan, mengontrol, memeriksa, dan merevisi. Menurut ASOBAC (A
Statement of Basic Auditing Concepts), pengauditan adalah proses sistematik
untuk memperoleh bukti-bukti secara objektif mengenai pernyataan kejadian
dan tindakan ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara pernyataan
itu dengan kriteria yang telah ditetapkan dan untuk menyampaikan hasilnya
kepada pemakai yang memiliki kepentingan. Randal J. Elder, Mark S.
Beaslev, dan Alvin A. Arens (2010) mendefinisikan pengauditan sebagai
akumulasi dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan
melaporkan tingkat korespondensi antara informasi dan kriteria yang
ditetapkan. Pengauditan harus dilaksanakan oleh seseorang yang kompeten
dan independen. Orang yang melakukan pengauditan disebut auditor.
Ada tiga pihak yang terlibat dalam proses pengauditan, yaitu auditor,
entitas yang diaudit (auditee), dan pemegang saham atau entitas yang
memerlukan pertanggungjawaban dari laporan yang diaudit, yang biasanya
diwakili oleh dewan komisaris. Hubungan antara ketiga pihak yang terlibat
akan menghasilkan tiga fungsi dalam audit, yaitu :
● Hubungan antara auditor dengan auditee akan menghasilkan fungsi
audit
● Hubungan antara auditee dengan pemegang saham akan menghasilkan
fungsi pertanggungjawaban
● Hubungan antara auditor dengan pemegang saham atau entitas yang
memerlukan pertanggungjawaban laporan yang diaudit akan
menghasilkan fungsi pengesahan

Menurut tujuan atau objeknya, audit dibedakan menjadi tiga jenis, yakni:
● Audit umum (audit laporan keuangan), adalah audit yang bertujuan
untuk menilai kewajaran yang diberikan klien berdasarkan prinsip
akuntansi yang berlaku
● Audit kepatuhan, adalah audit yang meliputi pemeriksaan atas aktivitas
keuangan atau operasi tertentu untuk menentukan tingkat kesesuaian
dengan aturan atau kondisi tertentu
● Audit operasional, adalah pemeriksaan yang sistematis atas aktivitas
operasional dalam kaitannya dengan tujuan tertentu.

Menurut hubungan antara auditor dengan auditee, terdapat tiga jenis audit,
yaitu:
● Auditor eksternal, adalah seorang CPA (Certified Public Accountant)
yang bersikap independen kepada perusahaan yang diaudit.
● Auditor internal, adalah suatu bagian fungsi yang independen di dalam
perusahaan yang memiliki tugas menguji dan mengevaluasi kegiatan
perusahaan serta memberikan jasa audit kepada perusahaan tersebut
● Auditor pemerintah, adalah instansi yang bertanggung jawab kepada
pemerintah untuk melaksanakan pemeriksaan kepada lembaga
pemerintah, BUMN, dan BUMD
Audit bertujuan untuk mengatasi konflik kepentingan antara penyaji
(perusahaan) dengan pengguna (birokrat, kreditur, dan pemegang saham)
laporan keuangan, dimana penyaji ingin agar laporan keuangannya selalu
memberikan gambaran positif mengenai keadaan keuangannya, dan di saat
yang sama, pemakai ingin agar laporan keuangan mencerminkan keadaan
yang sesungguhnya. Dengan dilaksanakannya audit, pemakai laporan
keuangan akan lebih yakin dengan kualitas laporan keuangan, karena setelah
diaudit, auditor akan memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan,
dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.
Dalam melaksanakan pekerjaannya, seorang auditor harus selalu
berpedoman pada SPAP (Standar Profesi Akuntan Publik) yang merupakan
prosedur dalam memberikan jasa bagi akuntan publik di Indonesia. SPAP
dikeluarkan oleh DSPAP IAPI (Dewan Standar Profesi Akuntan Publik
Institut Akuntan Publik Indonesia). SPAP terdiri dari lima standar, yaitu:
● Standar Auditing
● Standar Atestasi
● Standar Jasa Akuntansi dan Reviu
● Standar Jasa Konsultasi
● Standar Pengendalian Mutu
Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah badan usaha berbentuk perseorangan
atau persekutuan yang sudah mendapatkan izin dari Menteri Keuangan
sebagai tempat akuntan publik memberikan pelayanan. Untuk memberikan
pelayanan, akuntan publik harus memiliki KAP maksimal enam bulan setelah
izin diterbitkan, dan jika lebih dari waktu tersebut, izinnya akan dicabut.
Untuk mendapatkan izin tersebut, syarat yang harus dipenuhi adalah:
● Memiliki izin akuntan publik
● Merupakan anggota IAPI
● Mempunyai minimal dua orang auditor tetap yang memiliki
pendidikan formal paling rendah berijazah D3 dan minimal satu orang
diantaranya berijazah S1
● Memiliki NPWP
● Memiliki standar pengendalian mutu KAP yang memenuhi SPAP,
paling tidak mencakup seluruh aspek kebijakan mengenai seluruh dari
pengendalian mutu
● Domisili pemimpin KAP tidak berbeda dengan alamat domisili KAP
● Memiliki bukti kepemilikan atau sewa kantor dan denah ruang kantor
yang membuktikan bahwa kantor terpisah dari kegiatan lainnya
● Membuat surat pernyataan bermaterai yang berisi nama, alamat,
domisili, dan maksud didirikannya kantor
● Membuat surat permohonan, melengkapi formulir permohonan izin,
serta membuat surat pernyataan bermaterai yang menyatakan data yang
dibuat adalah benar

Jika KAP berbentuk persekutuan, terdapat syarat tambahan, yaitu:


● Memiliki NPWP KAP
● Memiliki perjanjian kerja sama yang dicatat dan disahkan oleh notaris
● Memiliki surat izin akuntan publik bagi pemimpin dan rekan akuntan
publik
● Memiliki tanda keanggotaan dari IAPI berlaku untuk pemimpin dan
rekan akuntan publik
● Memiliki surat persetujuan seluruh rekan kantor akuntan publik
mengenai penunjukan salah satu rekan menjadi pemimpin rekan
● Memiliki bukti tempat domisili pemimpin rekan dan rekan kantor
akuntan publik
KAP memberikan jasa audit, jasa atestasi dan asurans lainnya. Jasa atestasi
adalah jasa yang meliputi audit umum atas laporan keuangan, pemeriksaan
laporan keuangan prospektif, pemeriksaan pelaporan informasi keuangan
performa, dan review laporan keuangan. Jasa non atestasi adalah jasa yang
berhubungan dengan akuntansi, manajemen, keuangan, perpajakan, kompilasi,
dan konsultasi.

B. Hubungan Audit Dengan Disiplin Ilmu yang Lain


● Audit dengan akuntansi: Auditor harus mengkaji dan mengevaluasi laporan
keuangan dengan memberikan pendapat. Karena itu, ia harus memiliki
pengetahuan menyeluruh tentang konsep dan prinsip akuntansi.
● Audit dengan hukum: Audit terhadap suatu masalah bisnis harus dilakukan
sehubungan dengan kesesuaian dengan hukum. Dengan demikian, seorang
auditor harus memiliki pengetahuan yang baik tentang hukum yang
mempengaruhi klien.
● Audit dengan ekonomi: Auditor membutuhkan pengetahuan mengenai
lingkungan bisnis dan ekonomi yang mempengaruhi klien. Dengan demikian,
diperlukan konsep ekonomi untuk melakukan auditing secara bermakna.
● Audit dengan matematika dan statistika: Auditor berurusan dengan data
keuangan dan jumlah yang muncul dalam laporan keuangan. Oleh karena itu,
diperlukan pengetahuan tentang prosedur perhitungan yang terlibat dalam
menghitung berbagai item, misalnya penyusutan, penyediaan kredit macet,
pajak, dan sebagainya. Auditor juga diharapkan memiliki pengetahuan tentang
pengambilan sampel statistik untuk membuat kesimpulan yang bermakna.
● Audit dengan sistem informasi komputer: Untuk mempermudah proses
akuntansi, perusahaan akan memilih untuk menyimpan data dan laporan
keuangannya pada sistem informasi komputer. Dengan demikian, pengetahuan
kerja di komputer diperlukan bagi auditor untuk melakukan audit dengan cara
yang efektif.
● Audit dengan manajemen keuangan: Auditor untuk memahami dan
mengevaluasi laporan keuangan dengan cara yang lebih baik harus memiliki
pengetahuan tentang mengatur keuangan.
● Audit dengan ilmu keperilakuan: Auditor harus berurusan dengan banyak
orang untuk melakukan audit secara efisien. Oleh karena itu, ia harus memiliki
kemampuan bergaul dengan orang-orang.

C. Perkembangan Audit
Audit telah ada secara tidak resmi sejak masa sebelum masehi, saat laporan
keuangan pertama kali dibuat oleh negara kuno seperti Mesopotamia, Mesir, Yunani,
Roma, Inggris, dan India. Pada masa itu, audit dikhususkan untuk menemukan
kecurangan pada laporan keuangan dengan cara melaksanakan pemeriksaan dengan
saksama. Di Inggris, dengan berlakunya Companies Act 1892, mengharuskan
perusahaan, baik besar maupun kecil membutuhkan review objektif dari seorang
profesional khusus yang independen dan terampil dalam memeriksa laporan
keuangan.
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, prosedur audit yang dilaksanakan adalah
memeriksa setiap transaksi secara lengkap dan melaksanakan koreksi pada setiap
akun yang salah pada laporan keuangan. Pada sekitar tahun 1890, Inggris dan
Amerika menyadari perlunya cara yang lebih efisien dan tidak memerlukan biaya
besar, sehingga teknik sampling muncul dalam audit, dengan cara mengambil
transaksi berjumlah besar dari populasi data untuk dikoreksi kebenarannya, yang
sekarang dikenal dengan Audit Berbasis Risiko.
Pada tahun 1950, dunia bisnis menyadari komputerisasi bisa membantu akuntan
publik, profesional, dan pengusaha lainnya. Pada tahun 1960, dunia bisnis lebih
banyak menggunakan komputer daripada dunia ilmiah. Pada tahun 1970, komputer
digital sudah mulai bisa menangani berbagai data besar dan memproses informasi
dengan cepat. Hal ini membuat pekerjaan akuntan publik menjadi lebih mudah,
terutama dalam pembukuan, sehingga memberikan waktu senggang bagi akuntan
publik untuk melaksanakan kegiatan yang lebih penting, misalnya memeriksa
kebenaran laporan keuangan.
Di Indonesia, audit baru dikenal sejak tahun 1950-an, karena pada masa penjajahan
Belanda belum banyak perusahaan yang berdiri di Indonesia. Pada tahun tersebut,
perusahaan mulai banyak didirikan dan auditorsi sistem Amerika mulai dikenal di
Indonesia, terutama melalui pendidikan di perguruan tinggi. Selanjutnya, pada tahun
1973, IAI menetapkan Prinsip Auditorsi Indonesia dan Norma Pemeriksaan Auditor.
Berkembangnya perbankan sejak 1988 menuntut diadakannya audit atas laporan
keuangan perusahaan yang hendak mengajukan pinjaman ke bank. Lahirnya UU
Perseroan Terbatas dan UU Pasar Modal pada tahun 1995 mewajibkan suatu PT
membuat laporan keuangan dan jika PT tersebut merupakan perusahaan publik,
laporan keuangannya wajib diaudit oleh auditor publik. Dengan berkembangnya
perusahaan di Indonesia, IAI banyak menyempurnakan aturan yang berlaku di
Indonesia, yang sebelumnya berpatokan pada peraturan yang berlaku di Amerika
Serikat. Pada tahun 1994, IAI menyusun ulang prinsip auditorsi dan standar audit
yang disebut Standar Auditorsi Keuangan dan Standar Profesional Auditor Publik,
serta dibentuknya Dewan Standar Auditorsi oleh IAI yang secara terus menerus
menerbitkan Pernyataan Standar Auditorsi Keuangan.
Pada abad ke-21, fungsi pengauditan di Indonesia masih belum dipahami masyarakat
dengan terjadinya kesalahpahaman atas laporan auditor. Hal ini tampak pada kasus
Bank Summa dan skandal Bank Bali yang diaudit oleh Pricewaterhouse Coopers yang
dikomentari banyak pihak, dan sebagian besar komentar tersebut mencerminkan
kesalahpahaman masyarakat mengenai arti pendapat auditor atas laporan keuangan
yang diperiksanya dan perbedaan jenis audit yang bisa dilaksanakan oleh auditor.
a. Tujuan dan Fungsi Audit
Tujuan dari Audit adalah untuk memperoleh keyakinan memadai tentang
apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian
material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan. Audit juga
bisa digunakan untuk melaporkan laporan keuangan dan mengkomunikasikannya
sebagaimana ditentukan oleh Standar Audit (SA) berdasarkan temuan auditor.
Menurut Hery (2017: 84-85) tujuan audit secara umum dapat diklasifikasikan
menjadi 8, yaitu:
1. Eksistensi
Tujuan ini berkaitan dengan semua jumlah yang tercantum dalam
laporan keuangan benar-benar ada pada tanggal laporan posisi
keuangan.
2. Kelengkapan
Tujuan ini berkaitan dengan apakah semua jumlah yang harus tercatat
pada suatu akun benar-benar telah dicantumkan.
3. Keakuratan
Tujuan ini berkaitan dengan perhitungan atas seluruh jumlah yang
tercantum
4. Klasifikasi
Tujuan ini berkaitan dengan seluruh jumlah yang telah diklasifikasi
dalam akun secara tepat.
5. Pisah batas (cut-off)
Tujuan ini berkaitan dengan seluruh jumlah yang telah dicatat dalam
akun periode akuntansi yang tepat.
6. Rincian Hubungan
Tujuan ini berkaitan dengan total saldo akun sesuai dengan rincian
yang tertera dalam buku besar maupun catatan pendukung lainnya.
7. Nilai yang Dapat Direalisasi
Berkaitan dengan saldo akun aset tertentu, yang telah dikurangi atau
ditambah untuk mencerminkan nilai bersih yang dapat direalisasi.
8. Hak dan Kewajiban
Berkaitan dengan aset menjadi hak perusahaan dan utang kewajiban
perusahaan pada tanggal laporan posisi keuangan.
b. Perbedaan Akuntansi dan Audit
Akuntansi dan audit dapat dibedakan berdasarkan:
1. Definisi
Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengklasifikasian,
pengikhtisaran, dan pencatatan peristiwa-peristiwa ekonomi dengan
cara yang logis dengan tujuan menyediakan informasi keuangan untuk
mengambil keputusan.
Audit merupakan suatu proses evaluasi catatan/laporan keuangan
perusahaan, dengan tujuan untuk memastikan bahwa laporan keuangan
yang telah disusun memang sudah sesuai dengan standar yang berlaku
dan terbebas dari tindakan kecurangan (fraud).
2. Standar
Standar penerapan akuntansi yang digunakan di Indonesia adalah
PSAK-IFRS
Penerapan audit yang digunakan di Indonesia berpedoman pada
Standar Auditing (SA) atau Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP)
3. Tujuan
Akuntansi bertujuan untuk memberikan pandangan yang akurat dan
wajar atas laporan keuangan kepada berbagai pengguna.
Audit memiliki tujuan untuk menghasilkan sebuah opini audit guna
memverifikasi bahwa sebuah laporan keuangan sudah disusun dengan
benar, jujur, dan sesuai dengan standar yang berlaku.
4. Jenis
Jenis-jenis akuntansi diantaranya akuntansi keuangan, akuntansi
manajerial, akuntansi biaya, akuntansi syariah, dan akuntansi
pemerintah.
Audit dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu audit laporan
keuangan, audit kepatuhan dan audit operasional.
5. Keterampilan yang dibutuhkan
Dengan menjadi seorang akuntan diperlukan keterampilan dan
pengetahuan mengenai standar akuntansi, kemampuan mengambil
keputusan yang tepat waktu dan terukur, kemampuan dalam
menyeimbangkan risiko, pemahaman akan model pendapatan yang
berbeda, kemampuan untuk menafsirkan laporan keuangan, dan
memberikan saran kepada atasan.
Sementara itu, auditor dituntut untuk memiliki pengetahuan tentang
standar audit dan akuntansi, memilki kemampuan analisis, memiliki
pemahaman akan kerangka kerja akuntansi dalam organisasi, mampu
mengidentifikasi risiko, serta dapat menginterpretasikan laporan
keuangan dan pengaruh transaksinya terhadap perusahaan.
6. Level Tanggung Jawab
Seorang akuntan bertanggung jawab dalam menyajikan pandangan
yang benar dan adil tentang posisi keuangan perusahaan kepada pihak-
pihak yang kepentingan, seperti pemilik dan pemegang saham.
Sedangkan auditor tingkat pertanggungjawabannya lebih tinggi dari
akuntan karena laporan yang dikeluarkan oleh auditor merupakan
verifikasi dari pekerjaan yang dilakukan oleh akuntan.
7. Periode
Akuntansi adalah kegiatan yang selalu berlangsung. Sedangkan audit,
periode pengerjaannya dapat disesuaikan dengan keinginan dan
kebutuhan perusahaan.

D. Kode Etik Akuntan Publik


Kode Etik Profesi Akuntan Publik adalah aturan etika yang harus diterapkan oleh
anggota Institut Akuntan Publik Indonesia atau IAPI dan staf profesional (baik
anggota IAPI maupun bukan anggota IAPI) yang bekerja pada satu Kantor Akuntan
Publik (KAP). Kata Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata ‘ethos’ yang
memiliki arti karakter. Nama lain untuk kata Etika adalah moralitas, dimana kata ini
berasal dari bahasa Latin yaitu ‘mores’ yang berarti kebiasaan.
a. Prinsip-prinsip Umum dan Tanggung Jawab
Tanggung jawab profesi akuntan publik tidak hanya terbatas pada
kepentingan klien atau pemberi kerja. Ketika bertindak untuk kepentingan
publik, setiap praktisi harus mematuhi dan menetapkan seluruh prinsip dasar
dan aturan etika profesi yang diatur dalam Kode Etik. Adapun prinsip-prinsip
umum kode etik pada akuntan publik, yaitu:
1. Kejujuran
Jujur memiliki arti suatu sikap yang menyatakan apa yang
sebenar-benarnya tidak berbohong atau berkata hal-hal yang
menyalahi fakta. Kejujuran ini merupakan sebuah kewajiban
bagi seorang akuntan dalam menganalisis laporan keuangan
untuk semua pihak.
2. Integritas
Integritas adalah sebuah karakter dasar yang menjadi
komponen penting untuk menumbuhkan kepercayaan
masyarakat sehingga seorang akuntan diwajibkan untuk
bersikap jujur dan bertanggung jawab dalam pekerjaannya.
3. Moral
Moral sangat penting bagi seorang akuntan publik dalam
memilih informasi akuntansi yang beragam dan tersedia untuk
pegambilan keputusan ekonomi. Seorang akuntan dapat
dihadapkan pada dilema etis ketika menerapkan pertimbangan
profesional dalam penugasan. Oleh karena itu, seorang akuntan
harus punya tanggung jawab secara moral dan profesional
dalam semua pekerjaan yang dibebankan.
Aturan etika yang sudah ditetapkan harus diterapkan oleh anggota
Ikatan Akuntan Indonesia – Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP) dan
staf profesional (baik anggota IAI-KAP maupun yang bukan anggota IAI-
KAP) yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP). Anggota KAP yang
melaksanakan penugasan jasa auditing, atestasi, review, kompilasi,
konsultasi manajemen, perpajakan atau jasa profesional lainnya harus
mematuhi standar berikut:
a. Kompetensi Profesional, anggota KAP hanya boleh melakukan
pemberian jasa profesional yang secara layak diharapkan dapat
diselesaikan dengan kompetensi profesional.
b. Kecermatan dan Keseksamaan Profesional, anggota KAP wajib
melakukan pemberian jasa profesional dengan kecermatan dan
keseksamaan profesional.
c. Perencanaan dan Supervisi, anggota KAP wajib merencanakan dan
mensupervisi secara memadai setiap pelaksanaan pemberian jasa
profesional.
d. Data Relevan yang Memadai, anggota KAP wajib memperoleh
data relevan yang memadai untuk menjadi dasar yang layak bagi
kesimpulan atau rekomendasi sehubungan dengan pelaksanaan jasa
profesionalnya.
Anggota KAP yang melaksanakan tugasnya seperti auditing, atestasi, review,
kompilasi, konsultasi manajemen, perpajakan, dsb, tidak diperkenankan untuk:
a. Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa laporan
keuangan atau data keuangan lain suatu entitas disajikan sesuai dengan
PABU (Prinsip Akuntansi yang Berterima Umum).
b. Menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi material
yang harus dilakukan terhadap laporan atau data tersebut agar sesuai
dengan PABU. Apabila laporan tersebut memuat penyimpanan yang
berdampak material terhadap laporan atau data secara keseluruhan dari
prinsip-prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh Badan Pengatur Standar
yang ditetapkan IAI. Dalam keadaan luar biasa, laporan atau data
nungkin memuat penyimpangan seperti di atas. Dalam kondisi
tersebut, anggota KAP dapat tetap mematuhi ketentuan dalam butir ini
selama anggota KAP dapat menunjukkan bahwa laporan atau data
akan menyesatkan apabila tidak memuat penyimpangan, dengan cara
mengungkapkan penyimpangan dan estimasi dampaknya (bila praktis),
serta alasan mengapa kepatuhan atas prinsip akuntansi yang berlaku
umum akan menghasilkan laporan yang menyesatkan.
Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP juga memiliki tanggung
jawab yang harus dipatuhi selain standar yang sudah ditetapkan oleh IAI,
yaitu:
1) Tanggung Jawab kepada Klien
- Informasi Klien yang Rahasia
Anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang
rahasia, tanpa persetujuan dari klien. Ketentuan ini tidak dimaksudkan untuk :
1. Membebaskan anggota KAP dari kewajiban profesionalnya sesuai dengan
aturan etika kepatuhan terhadap standar dan prinsip-prinsip akuntansi
2. Mempengaruhi kewajiban anggota KAP dengan cara apapun untuk
mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti panggilan
resmi penyidikan pejabat pengusut atau melarang kepatuhan anggota KAP
terhadap ketentuan peraturan yang berlaku
3. Melarang review praktik profesional (review mutu) seorang Anggota sesuai
dengan kewenangan IAI atau
4. Menghalangi Anggota dari pengajuan pengaduan keluhan ataupemberian
komentar atas penyidikan yang dilakukan oleh badan yangdibentuk IAI-KAP
dalam rangka penegakan disiplin Anggota.
2) Tanggung Jawab kepada Rekan Seprofesi
a. Tanggung jawab kepada rekan seprofesi
Anggota wajib memelihara citra profesi, dengan tidak melakukan
perkataan dan perbuatan yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi.
b. Komunikasi antar akuntan publik.
Anggota wajib berkomunikasi tertulis dengan akuntan publik pendahulu
bila menerima penugasan audit menggantikan akuntan publik pendahulu
atau untuk tahun buku yang sama ditunjuk akuntan publik lain dengan
jenis dan periode serta tujuan yang berlainan. Akuntan publik pendahulu
wajib menanggapi secara tertulis permintaan komunikasi dari akuntan
pengganti secara memadai. Akuntan publik tidak diperkenankan
menerima penugasan atestasi yang jenis atestasi dan periodenya sama
dengan penugasan akuntan yang lebih dahulu ditunjuk klien, kecuali
apabila penugasan tersebut dilaksanakan untuk memenuhi ketentuan
perundang-undangan atau peraturan yang dibuat oleh badan yang
berwenang.
3) Tanggung jawab dan praktik lain
a. Perbuatan dan perkataan yang mendiskreditkan.
Anggota tidak diperkenankan melakukan tindakan dan/atau mengucapkan
perkataan yang mencemarkan profesi.
b. Iklan, promosi dan kegiatan pemasaran lainnya.
Anggota dalam menjalankan praktik akuntan publik diperkenankan mencari
klien melalui pemasangan iklan, melakukan promosi pemasaran dan kegiatan
pemasaran lainnya sepanjang tidak merendahkan citra profesi.
c. Komisi dan Fee Referal.
1. Komisi
Komisi adalah imbalan dalam bentuk uang atau barang atau bentuk
lainnya yang diberikan atau diterima kepada/dari klien/pihak lain untuk
memperoleh penugasan dari klien/pihak lain. Anggota KAP tidak
diperkenankan untuk memberikan/menerima komisi apabila
pemberian/penerimaan komisi tersebut dapat mengurangi independensi.
2. Fee Referal (Rujukan).
Fee referal (rujukan) adalah imbalan yang dibayarkan/diterima kepada/dari
sesama penyedia jasa profesional akuntan publik. Fee referal (rujukan)
hanya diperkenankan bagi sesama profesi.
c. Prinsip-prinsip Kode Etik Akuntan Publik
Hal yang menjadi tugas IAPI adalah membuat dan mengembangkan kode
etik profesi akuntan publik yang berkualitas dengan tetap berpedoman pada
standar internasional. Berhubungan dengan itu, IAPI memberikan tanggung
jawab kepada Dewan Standar Profesional Akuntan Publik IAPI untuk
mengembangkan dan menetapkan standar profesi dan kode etik profesi yang
berkualitas dan ditaati oleh seluruh profesi akuntan publik di Indonesia. Pada
dasarnya, setiap praktisi wajib mematuhi prinsip dasar etika profesi, yaitu:
● Prinsip integritas, adalah prinsip yang menyatakan bahwa setiap
praktisi wajib untuk bersikap tegas dan jujur dalam membangun
hubungan profesional dan hubungan bisnis dalam melaksanakan
pekerjaannya
● Prinsip objektivitas, prinsip ini menyatakan bahwa setiap praktisi tidak
boleh membiarkan subjektivitas, benturan kepentingan, dan pengaruh
tidak layak dari pihak lain memengaruhi pertimbangannya
● Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian
profesional, dimana setiap praktisi diwajibkan memelihara wawasan
dan keahlian profesionalnya pada suatu tingkatan yang disyaratkan
secara berkelanjutan sehingga klien bisa memperoleh jasa profesional
yang diberikan secara kompeten berdasarkan perkembangan terkini
dalam praktik, perundang-undangan, dan metode pelaksanaan
● Prinsip kerahasiaan, setiap praktisi diwajibkan menjaga kerahasiaan
informasi hasil hubungan profesional maupun hubungan bisnis, serta
tidak diperkenankan memberikan informasi tersebut kepada pihak lain
tanpa persetujuan klien, kecuali jika diwajibkan oleh ketentuan hukum
atau peraturan lainnya yang berlaku.
● Prinsip perilaku profesional, praktisi diwajibkan untuk mematuhi
segala hukum dan peraturan yang berlaku serta menghindari tindakan
yang dapat mencemarkan nama baik profesi.

Kepatuhan terhadap prinsip dasar etika profesi dapat mengalami ancaman.


Ada empat jenis ancaman, yaitu ancaman kepentingan pribadi, ancaman
advokasi, ancaman kedekatan, dan ancaman intimidasi. Ancaman kepentingan
pribadi adalah ancaman yang disebabkan oleh kepentingan finansial ataupun
kepentingan lainnya dari praktisi atau anggota keluarga, baik itu anggota
keluarga langsung atau anggota keluarga dekat. Ancaman advokasi adalah
terjadinya ancaman ketika sikap atau opini tentang suatu hal yang dapat
mengurangi objektivitas. Ancaman kedekatan adalah ancaman ketika praktisi
terlalu menaruh simpati terhadap kepentingan pihak lainnya sebagai akibat
kedekatan hubungannya. Ancaman intimidasi adalah ancaman ketika praktisi
dihalangi untuk bersikap objektif.
Ancaman tersebut dapat dicegah dengan cara :
● Pencegahan yang dibuat oleh profesi, undang-undang, dan dalam
lingkungan kerja
● Prosedur pendisiplinan atau pengawasan dari organisasi profesi
● Pemeriksaan eksternal oleh pihak ketiga yang memperoleh
kewenangan hukum atas laporan, komunikasi, maupun informasi yang
dihasilkan praktisi

E. Organisasi Akuntan Publik di Indonesia


a. Perkembangan Organisasi Akuntan Publik
Organisasi yang menaungi akuntan publik adalah IAPI (Institut
Akuntan Publik Indonesia). Perjalanan IAPI dimulai dengan didirikannya
Institut Akuntan Indonesia (IAI) yang merupakan perkumpulan akuntan
pertama di Indonesia, pada tanggal 23 Desember 1957. Pada masa itu, sangat
terasa warisan penjajahan Belanda, dimana tidak ada satupun akuntan yang
dimiliki atau dipimpin bangsa Indonesia. Pola Belanda, yakni kontinental
masih dianut oleh Indonesia. Belanda memiliki dua organisasi profesi, yaitu
Vereniging van Academisch Gevormde Accountans (VAGA) yang merupakan
ikatan akuntan lulusan perguruan tinggi dan Nederlands Instituut van
Accountans (NIvA) yang beranggotakan lulusan bermacam-macam program
sertifikasi akuntan yang memiliki pengalaman kerja. Akuntan Indonesia
pertama lulusan periode setelah kemerdekaan tidak bisa menjadi anggota
kedua organisasi tersebut. Keadaan ini mendorong Prof. R. Soemardjo
Tjitrosidojo dan empat orang lulusan pertama Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, yaitu Drs. Basuki T.Siddharta, Drs. Hendra Darmawan, Drs. Tan
Tong Joe dan Drs. Go Tie Siem berinisiatif mendirikan perkumpulan akuntan
Indonesia yang bernama IAI.
Pada masa Orde Baru, terjadi perubahan signifikan dalam
perekonomian Indonesia, seperti diterbitkannya UU Penanaman Modal Asing,
Penanaman Modal Dalam Negeri, dan dibukanya pasar modal, yang
menyebabkan kebutuhan akan profesi akuntan publik, serta pada masa itu
telah banyak berdiri kantor akuntan Indonesia dan masuknya kantor akuntan
asing yang bekerja sama dengan kantor akuntan Indonesia. Atas gagasan Drs.
Theodorus M. Tuanakotta, pada tanggal 7 April 1977, dibentuk Seksi Akuntan
Publik oleh IAI sebagai tempat bagi akuntan publik Indonesia untuk
melakukan program pengembangan akuntan publik. Perkembangan pasar
modal dan perbankan Indonesia menyebabkan perlunya perubahan standar
akuntansi keuangan dan standar profesional akuntan publik yang sesuai
dengan standar internasional, sehingga pada Kongres IAI ke-VII tahun 1994,
terjadi kesepakatan anggota IAI untuk memberikan hak otonomi kepada
akuntan publik dengan cara mengubah Seksi Akuntan Publik menjadi
Kompartemen Akuntan Publik.
Pada tanggal 24 Mei 2007, IAPI didirikan sebagai organisasi akuntan
publik yang independen melalui Rapat Umum Anggota Luar Biasa IAI -
Kompartemen Akuntan Publik. Didirikannya IAPI adalah respons terhadap
globalisasi, pada saat itu, Ketua Dewan Pengurus Nasional IAI, yaitu Drs.
Ahmadi Hadibroto menginisiasikan perluasan anggota selain individu.
Keputusan padai Kongres IAI X pada tanggal 23 November 2006 menjadi
dasar untuk mengubah IAI-Kompartemen Akuntan Publik menjadi
perkumpulan independen yang bisa mengembangkan profesi akuntan publik
secara mandiri dan diharapkan dapat memenuhi persyaratan IFAC yang
berkaitan dengan profesi dan etika akuntan publik. Pada tanggal 4 Juni 2007,
IAPI secara resmi diterima sebagai anggota asosiasi pertama oleh IAI, serta
pada tanggal 5 Februari 2008, pemerintah Indonesia mengakui IAPI sebagai
organisasi akuntan publik yang berhak melaksanakan ujian sertifikasi akuntan
publik, penyusunan dan penerbitan standar profesional dan etika akuntan
publik, serta mengadakan pendidikan berkelanjutan bagi akuntan publik di
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Yunita H.,D. (2014). Auditing I A Edisi 3. Universitas Terbuka


https://pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/PAJA3337-M1.pdf
Wally, Annisa. (2016, Oktober 15). Materi Kuliah tentang PROFESI AKUNTAN PUBLIK.
Diakses pada 9 September 2022, dari
https://annisawally0208.blogspot.com/2016/10/materi-kuliah-tentang-profesi-
akuntan.html
Brainkart.com. (2018, Juli 25). Relationship of Auditing with Other Disciplines. Diakses
pada 9 September 2022, dari https://www.brainkart.com/article/Relationship-of-
Auditing-with-other-Disciplines_35392/
https://www.studocu.com/id/document/universitas-janabadra/economic-akuntansi/
pengauditan-1-ringkasan-kode-etik-profesional-akuntan-publik-terutama-prinsip-
dasar-dan-ancaman-pencegahan/12325450
Jagoakuntansi.com. (2018, Januari 17). History of Auditing. Diakses pada 9 September 2022,
dari https://jagoakuntansi.com/2018/01/17/history-of-auditing/
Payamta. (2009, October 10). Sejarah Institut Akuntan Publik Indonesia. Diakses pada 10
September 2022, dari https://payamta.staff.uns.ac.id/2009/10/10/sejarah-institut-
akuntan-publik-indonesia-iapi/
https://repository.dinus.ac.id/docs/ajar/auditing-ch-4_etika-profesi.pdf
Kurniawan, M.R. (2020). Kode Etik Profesi Akuntan Publik. Diakses pada 10 September
2022, dari https://www.academia.edu/30511498/Kode_Etik_Profesi_Akuntan_Publik
STEI Indonesia. (Tidak diketahui). BAB II. Diakses pada 10 September 2022, dari
http://repository.stei.ac.id/2112/3/BAB%20II.pdf
Jusup, A.H. (2014). Auditing (Pengauditan Berbasis ISA). Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai