Pengauditan, Profesi Akuntan Publik, Kode Etik Akuntan Publik, dan Organisasi
Akuntan Publik di Indonesia
Oleh :
KELOMPOK 1
Menurut tujuan atau objeknya, audit dibedakan menjadi tiga jenis, yakni:
● Audit umum (audit laporan keuangan), adalah audit yang bertujuan
untuk menilai kewajaran yang diberikan klien berdasarkan prinsip
akuntansi yang berlaku
● Audit kepatuhan, adalah audit yang meliputi pemeriksaan atas aktivitas
keuangan atau operasi tertentu untuk menentukan tingkat kesesuaian
dengan aturan atau kondisi tertentu
● Audit operasional, adalah pemeriksaan yang sistematis atas aktivitas
operasional dalam kaitannya dengan tujuan tertentu.
Menurut hubungan antara auditor dengan auditee, terdapat tiga jenis audit,
yaitu:
● Auditor eksternal, adalah seorang CPA (Certified Public Accountant)
yang bersikap independen kepada perusahaan yang diaudit.
● Auditor internal, adalah suatu bagian fungsi yang independen di dalam
perusahaan yang memiliki tugas menguji dan mengevaluasi kegiatan
perusahaan serta memberikan jasa audit kepada perusahaan tersebut
● Auditor pemerintah, adalah instansi yang bertanggung jawab kepada
pemerintah untuk melaksanakan pemeriksaan kepada lembaga
pemerintah, BUMN, dan BUMD
Audit bertujuan untuk mengatasi konflik kepentingan antara penyaji
(perusahaan) dengan pengguna (birokrat, kreditur, dan pemegang saham)
laporan keuangan, dimana penyaji ingin agar laporan keuangannya selalu
memberikan gambaran positif mengenai keadaan keuangannya, dan di saat
yang sama, pemakai ingin agar laporan keuangan mencerminkan keadaan
yang sesungguhnya. Dengan dilaksanakannya audit, pemakai laporan
keuangan akan lebih yakin dengan kualitas laporan keuangan, karena setelah
diaudit, auditor akan memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan,
dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.
Dalam melaksanakan pekerjaannya, seorang auditor harus selalu
berpedoman pada SPAP (Standar Profesi Akuntan Publik) yang merupakan
prosedur dalam memberikan jasa bagi akuntan publik di Indonesia. SPAP
dikeluarkan oleh DSPAP IAPI (Dewan Standar Profesi Akuntan Publik
Institut Akuntan Publik Indonesia). SPAP terdiri dari lima standar, yaitu:
● Standar Auditing
● Standar Atestasi
● Standar Jasa Akuntansi dan Reviu
● Standar Jasa Konsultasi
● Standar Pengendalian Mutu
Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah badan usaha berbentuk perseorangan
atau persekutuan yang sudah mendapatkan izin dari Menteri Keuangan
sebagai tempat akuntan publik memberikan pelayanan. Untuk memberikan
pelayanan, akuntan publik harus memiliki KAP maksimal enam bulan setelah
izin diterbitkan, dan jika lebih dari waktu tersebut, izinnya akan dicabut.
Untuk mendapatkan izin tersebut, syarat yang harus dipenuhi adalah:
● Memiliki izin akuntan publik
● Merupakan anggota IAPI
● Mempunyai minimal dua orang auditor tetap yang memiliki
pendidikan formal paling rendah berijazah D3 dan minimal satu orang
diantaranya berijazah S1
● Memiliki NPWP
● Memiliki standar pengendalian mutu KAP yang memenuhi SPAP,
paling tidak mencakup seluruh aspek kebijakan mengenai seluruh dari
pengendalian mutu
● Domisili pemimpin KAP tidak berbeda dengan alamat domisili KAP
● Memiliki bukti kepemilikan atau sewa kantor dan denah ruang kantor
yang membuktikan bahwa kantor terpisah dari kegiatan lainnya
● Membuat surat pernyataan bermaterai yang berisi nama, alamat,
domisili, dan maksud didirikannya kantor
● Membuat surat permohonan, melengkapi formulir permohonan izin,
serta membuat surat pernyataan bermaterai yang menyatakan data yang
dibuat adalah benar
C. Perkembangan Audit
Audit telah ada secara tidak resmi sejak masa sebelum masehi, saat laporan
keuangan pertama kali dibuat oleh negara kuno seperti Mesopotamia, Mesir, Yunani,
Roma, Inggris, dan India. Pada masa itu, audit dikhususkan untuk menemukan
kecurangan pada laporan keuangan dengan cara melaksanakan pemeriksaan dengan
saksama. Di Inggris, dengan berlakunya Companies Act 1892, mengharuskan
perusahaan, baik besar maupun kecil membutuhkan review objektif dari seorang
profesional khusus yang independen dan terampil dalam memeriksa laporan
keuangan.
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, prosedur audit yang dilaksanakan adalah
memeriksa setiap transaksi secara lengkap dan melaksanakan koreksi pada setiap
akun yang salah pada laporan keuangan. Pada sekitar tahun 1890, Inggris dan
Amerika menyadari perlunya cara yang lebih efisien dan tidak memerlukan biaya
besar, sehingga teknik sampling muncul dalam audit, dengan cara mengambil
transaksi berjumlah besar dari populasi data untuk dikoreksi kebenarannya, yang
sekarang dikenal dengan Audit Berbasis Risiko.
Pada tahun 1950, dunia bisnis menyadari komputerisasi bisa membantu akuntan
publik, profesional, dan pengusaha lainnya. Pada tahun 1960, dunia bisnis lebih
banyak menggunakan komputer daripada dunia ilmiah. Pada tahun 1970, komputer
digital sudah mulai bisa menangani berbagai data besar dan memproses informasi
dengan cepat. Hal ini membuat pekerjaan akuntan publik menjadi lebih mudah,
terutama dalam pembukuan, sehingga memberikan waktu senggang bagi akuntan
publik untuk melaksanakan kegiatan yang lebih penting, misalnya memeriksa
kebenaran laporan keuangan.
Di Indonesia, audit baru dikenal sejak tahun 1950-an, karena pada masa penjajahan
Belanda belum banyak perusahaan yang berdiri di Indonesia. Pada tahun tersebut,
perusahaan mulai banyak didirikan dan auditorsi sistem Amerika mulai dikenal di
Indonesia, terutama melalui pendidikan di perguruan tinggi. Selanjutnya, pada tahun
1973, IAI menetapkan Prinsip Auditorsi Indonesia dan Norma Pemeriksaan Auditor.
Berkembangnya perbankan sejak 1988 menuntut diadakannya audit atas laporan
keuangan perusahaan yang hendak mengajukan pinjaman ke bank. Lahirnya UU
Perseroan Terbatas dan UU Pasar Modal pada tahun 1995 mewajibkan suatu PT
membuat laporan keuangan dan jika PT tersebut merupakan perusahaan publik,
laporan keuangannya wajib diaudit oleh auditor publik. Dengan berkembangnya
perusahaan di Indonesia, IAI banyak menyempurnakan aturan yang berlaku di
Indonesia, yang sebelumnya berpatokan pada peraturan yang berlaku di Amerika
Serikat. Pada tahun 1994, IAI menyusun ulang prinsip auditorsi dan standar audit
yang disebut Standar Auditorsi Keuangan dan Standar Profesional Auditor Publik,
serta dibentuknya Dewan Standar Auditorsi oleh IAI yang secara terus menerus
menerbitkan Pernyataan Standar Auditorsi Keuangan.
Pada abad ke-21, fungsi pengauditan di Indonesia masih belum dipahami masyarakat
dengan terjadinya kesalahpahaman atas laporan auditor. Hal ini tampak pada kasus
Bank Summa dan skandal Bank Bali yang diaudit oleh Pricewaterhouse Coopers yang
dikomentari banyak pihak, dan sebagian besar komentar tersebut mencerminkan
kesalahpahaman masyarakat mengenai arti pendapat auditor atas laporan keuangan
yang diperiksanya dan perbedaan jenis audit yang bisa dilaksanakan oleh auditor.
a. Tujuan dan Fungsi Audit
Tujuan dari Audit adalah untuk memperoleh keyakinan memadai tentang
apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian
material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan. Audit juga
bisa digunakan untuk melaporkan laporan keuangan dan mengkomunikasikannya
sebagaimana ditentukan oleh Standar Audit (SA) berdasarkan temuan auditor.
Menurut Hery (2017: 84-85) tujuan audit secara umum dapat diklasifikasikan
menjadi 8, yaitu:
1. Eksistensi
Tujuan ini berkaitan dengan semua jumlah yang tercantum dalam
laporan keuangan benar-benar ada pada tanggal laporan posisi
keuangan.
2. Kelengkapan
Tujuan ini berkaitan dengan apakah semua jumlah yang harus tercatat
pada suatu akun benar-benar telah dicantumkan.
3. Keakuratan
Tujuan ini berkaitan dengan perhitungan atas seluruh jumlah yang
tercantum
4. Klasifikasi
Tujuan ini berkaitan dengan seluruh jumlah yang telah diklasifikasi
dalam akun secara tepat.
5. Pisah batas (cut-off)
Tujuan ini berkaitan dengan seluruh jumlah yang telah dicatat dalam
akun periode akuntansi yang tepat.
6. Rincian Hubungan
Tujuan ini berkaitan dengan total saldo akun sesuai dengan rincian
yang tertera dalam buku besar maupun catatan pendukung lainnya.
7. Nilai yang Dapat Direalisasi
Berkaitan dengan saldo akun aset tertentu, yang telah dikurangi atau
ditambah untuk mencerminkan nilai bersih yang dapat direalisasi.
8. Hak dan Kewajiban
Berkaitan dengan aset menjadi hak perusahaan dan utang kewajiban
perusahaan pada tanggal laporan posisi keuangan.
b. Perbedaan Akuntansi dan Audit
Akuntansi dan audit dapat dibedakan berdasarkan:
1. Definisi
Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengklasifikasian,
pengikhtisaran, dan pencatatan peristiwa-peristiwa ekonomi dengan
cara yang logis dengan tujuan menyediakan informasi keuangan untuk
mengambil keputusan.
Audit merupakan suatu proses evaluasi catatan/laporan keuangan
perusahaan, dengan tujuan untuk memastikan bahwa laporan keuangan
yang telah disusun memang sudah sesuai dengan standar yang berlaku
dan terbebas dari tindakan kecurangan (fraud).
2. Standar
Standar penerapan akuntansi yang digunakan di Indonesia adalah
PSAK-IFRS
Penerapan audit yang digunakan di Indonesia berpedoman pada
Standar Auditing (SA) atau Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP)
3. Tujuan
Akuntansi bertujuan untuk memberikan pandangan yang akurat dan
wajar atas laporan keuangan kepada berbagai pengguna.
Audit memiliki tujuan untuk menghasilkan sebuah opini audit guna
memverifikasi bahwa sebuah laporan keuangan sudah disusun dengan
benar, jujur, dan sesuai dengan standar yang berlaku.
4. Jenis
Jenis-jenis akuntansi diantaranya akuntansi keuangan, akuntansi
manajerial, akuntansi biaya, akuntansi syariah, dan akuntansi
pemerintah.
Audit dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu audit laporan
keuangan, audit kepatuhan dan audit operasional.
5. Keterampilan yang dibutuhkan
Dengan menjadi seorang akuntan diperlukan keterampilan dan
pengetahuan mengenai standar akuntansi, kemampuan mengambil
keputusan yang tepat waktu dan terukur, kemampuan dalam
menyeimbangkan risiko, pemahaman akan model pendapatan yang
berbeda, kemampuan untuk menafsirkan laporan keuangan, dan
memberikan saran kepada atasan.
Sementara itu, auditor dituntut untuk memiliki pengetahuan tentang
standar audit dan akuntansi, memilki kemampuan analisis, memiliki
pemahaman akan kerangka kerja akuntansi dalam organisasi, mampu
mengidentifikasi risiko, serta dapat menginterpretasikan laporan
keuangan dan pengaruh transaksinya terhadap perusahaan.
6. Level Tanggung Jawab
Seorang akuntan bertanggung jawab dalam menyajikan pandangan
yang benar dan adil tentang posisi keuangan perusahaan kepada pihak-
pihak yang kepentingan, seperti pemilik dan pemegang saham.
Sedangkan auditor tingkat pertanggungjawabannya lebih tinggi dari
akuntan karena laporan yang dikeluarkan oleh auditor merupakan
verifikasi dari pekerjaan yang dilakukan oleh akuntan.
7. Periode
Akuntansi adalah kegiatan yang selalu berlangsung. Sedangkan audit,
periode pengerjaannya dapat disesuaikan dengan keinginan dan
kebutuhan perusahaan.