AUDITING
Jasa Audit dan Assurance
Pendekatan Sistematis
Resume:
Padlah Riyadi., SE., MM., Ak., CA., ACPA
1
BAGIAN I
PROFESI AUDIT
2
dengan kriteria - kriteria yang dimaksud yang dilakukan oleh seorang yang
kompeten dan independen .
Akuntansi berfungsi menyajikan informasi kuantitatif untuk pengambilan
keputusan. Sementara dalam auditing, aturan-aturan akuntansi menjadi
kriteria untuk membandingkan kesesuaian informasi. Dengan demikian,
akuntansi dan auditing berbeda dalam esensinya.
5. Jenis Audit
a. Audit Atas Laporan Keuangan/Financial Audit adalah audit yang
bertujuan untuk menentukan kesesuaian informasi terukur yang akan
diverifikasi dengan kriteria tertentu sepeti GAAP atau Standar
Akuntansi yang berlaku umum (PSAK).
b. Audit Operasional adalah penelaahan bagian dari prosedur atau
metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan
efektifitasnya .Hasilnya berupa rekomendasi perbaikan operasi.
c. Audit Ketaatan adalah audit atas ketaatan auditee terhadap prosedur
atau aturan tertentu yang telah ditetapkan baik aturan yang ditetapkan
perusahaan maupun aturan yang ditetapkan oleh atau dengan pihak
luar seperti pemerintah , bank , kreditor atau pihak lainnya. Audit atas
laporan keuangan pada hakekatnya adalah audit ketaatan terhadap
prinsip-prinsip akuntansu yang berlaku umum.
6. Jenis Auditor
a. Kantor Akuntan Publik Terdaftar, yaitu auditor yang mempunyai
tanggung jawab atas laporan keuangan historis yang dipubilkasikan
dari semua perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di bursa
saham, mayoritas perusahaan besar lainnya, serta banyak
perusahaan berskala kecil dan organisasi non komersil.
Untuk dapat bekerja sebagai akuntan publik terdaftar di Indonesia
paling tidak harus dipenuhi persyaratan berikut :
1. Persyaratan pendidikan yaitu sarjana ekonomi jurusan akuntansi
dari universitas negeri yang telah mendapat persetujuan dari
panitia ahli persamaan ijasah akuntan
2. Ujian Negara Akuntansi ( UNA ) untuk sarjana akuntansi swasta
dan negeri yang belum diakui
3. Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP)
4. Persyaratan Pengalaman ,yaitu seorang akuntan terdaftar harus
memiliki pengalaman kerja pada kantor akuntan publik atau BPKP
paling sedikit 3 tahun .
b. Auditor Pemerintah, yaitu auditor yang mempunyai tanggung jawab
mengevaluasi efisiensi, efektifitas, dan keekonomisan dari
program/proyek pemerintah. Di Indonesia ada beberapa lembaga yaitu
BPKP, BEPEKA, serta Itjen pada departemen-departemen pemerintah
.
c. Auditor Pajak, yaitu auditor yang bertanggung jawab melaksanakan
pemeriksaan atas tercapainya penerimaan negara dari sektor
perpajakan dan penegakan hukum dalam pelaksanaan perpajakan. Di
Amerika ada Internal Revenue Service ( IRS ), sementara di Indonesia
3
dilaksanakan oleh KPP dan Karikpa sebagai tenaga teknis
pemeriksaan pajak dari Direktorat Jenderal Pajak ( DJP ).
d. Auditor Intern, yaitu auditor yang bekerja di suatu perusahaan untuk
melaksanakan audit bagi kepentingan manajemen perusahaan.
Sebagai contoh di BUMN-BUMN di Indonesia ada unit SPI yang
menangani hal tersebut.
4
3. Dalam pelaksaan audit dan pelaporannya, auditor wajib
menggunakan Kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama .
b. Standar Pekerjaan Lapangan
1. Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan ika
digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.
2. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern
harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat,
saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
3. Bahan bukti kompeten yang memadai harus diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaa, konfirmasi, sebagai
dasar yag memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan hasil audit.
c. Standar Pelaporan:
1. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2. Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang di dalamnya
prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam
penyusunan laporan keuangan periode berjalan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informasi dalam laporan euangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.
4. Laporan audit harus memuat pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau asersi bahwa
pernyataan demikia tidak dapat diberikan.
5. Pengendalian Kualitas/Quality Control
Pengendalian mutu kualitas terdiri dari metode-metode yang digunakan
untuk memastikan bahwa KAP telah memenuhi tanggug jawab
profesionalnya kepada klien atau pihak tertentu lainnya. Komite Standar
Pengendalian Kualitas yang dibentuk oleh AICPA mengidentifikasi ada 5
elemen pengendalian kualitas, antara lain:
a. Indepensi, integritas, dan objektivitas
b. Manajemen sumber daya manusia
c. Penerimaan serta kelanggengan klien dan penugasannya
d. Kinerja atas penugasan
e. Pemantauan
6. AICPA mendirikan dua kompartemen yaitu SEC Practice Section dan
Private Companies Practice Section. Berikut adalah syarat-syarat untuk
menjadi SEC Practice Section.
a. Ketaatan pada standar pengendalian mutu .
b. Mandatory Peer Review
c. Pendidikan lanjutan
d. Rotasi partner
e. Penelaahan oleh partner lain
f. Larangan pemberian atas jasa tertentu
g. Pelaporan ketidaksepakatan
h. Pelaporan jasa konsultasi manajemen.
5
C. LAPORAN AUDIT
1. Unsur-unsur laporan audit bentuk baku:
a. Judul laporan. Contoh: Laporan Auditor Independen
b. Alamat laporan audit
c. Paragraf pendahuluan
1) Membuat suatu pernyataan sederhana bahwaKAP telah melakukan
audit
2) Menyatakan laporan keuangan yang telah diaudit termasuk tanggal
neraca serta periode akuntansi dari laporan laba rugi dan laporan
arus kas.
3) Menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan tanggung jawab
manajemen dan tanggung jawab auditor terletak pada pernyataan
pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pelaksanaan audit..
d. Paragraf scope.
1) Paragraf ini berisi pernyataan factual tentang apa yang
dilakukan auditor selama proses audit.
2) Menyatakan bahwa auditor melaksanakan audit berdasarkan
standar audit profesioanal akuntan pulik.
3) Menyatakan bahwa audit dirancang untuk memperoleh
keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari
salah saji material.
e. Paragraf pendapat
f. Nama KAP
g. Tanggal laporan audit
2. Laporan audit bentuk baku (laporan audit wajar tanpa syarat) diterbitkan
bila kondisi-kondisi berikut ini terpenuhi
a. Seluruh laporan keuangan yang meliputi neraca, laba rugi, laporan
laba ditahan, dan laporan arus kas lengkap
b. Semua aspek dari ketiga standar umum GAAS/SPAP telah dipatuhi
dalam penugasan audit tersebut
c. Bukti audit yang cukup memadai telah terkumpul, dan sang auditor
telah melaksanakan penugasan audit ini dengan sedemikian rupa
sehingga membuatnya mampu menyimpulkan bahwa ketiga standar
pekerjaan lapangan telah terpenuhi.
d. Laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum.
e. Tidak terdapat situasi yang membuat auditor merasa perlu untuk
menambahkan sebuah paragraf penjelasan atau memodifikasi kalimat
dalam laporan audit.
3. Empat kategori laporan audit
a. Wajar tanpa syarat: kelima kondisi yang dinyatakan dalam point 2 di
atas terpenuhi.
b. Wajar tanpa syarat dengan paragraph penjelasan atau dengan
modifikasi kalimat: Suatu proses audit telah dilaksanakan dengan
6
hasil yang memuaskan serta laporan keuangan telah disajikan dengan
wajar, tetapi auditor merasa perlu memberikan informasi tambahan
c. Wajar dengan pengecualian: auditor menyimpulkan bahwa
keseluruhan laporan keuangan memang telah disajikan dengan wajar,
tetapi lingkup audit telah dibatasi secara material atau terjadi
penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum.
d. Tidak wajar (adverse) atau menolak memberikan pendapat
(disclaimer): Auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan tidak
disajikan secara wajar (adverse), auditor tidak dapat memberikan
opininya mengenai apakah laporan keuangan telah disajikan secara
wajar (disclaimer). Pendapat disclaimer dapat disebabkan dua hal
yaitu dibatasinya lingkup audit dan ketidakindependennya auditor.
4. Penyebab-penyebab utama ditambahkannya suatu paragraph penjelasan
atau modifikasi kalimat dalam laporan audit bentuk baku
a. Tidak adanya konsistensi dalam penerapan prinsip akuntansi yang
berlaku umum
b. Ketidakpastian atas kelangsungan hidup perusahaan
c. Auditor menyetujui terjadinya penyimpangan dari prinsip akuntansi
yang berlaku umum
d. Penekanan pada suatu masalah
e. Laporan yang melibatkan auditor lainnya
5. Contoh perubaha yang dapat mempengaruhi konsistensi palaporan dan
memerlukan paragraph penjelasan
a. Perubahan prinsip akuntansi, seperti perubahan FIFO ke LIFO
b. Perubahan dalam entitas pelaporan, seperti penambahan suatu
perusahaan baru dalam lapran keuangan gabungan
c. Perbaikan kesalahan yang melibatkan prinsip akuntansi, yaitu dengan
melakukan perubahan dari prinsip akuntansi yang tidak diterima umum
pada prinsip akuntansi yang diterima secara umum, tern=masuk di
dalamnya perbaikan atas akibat dari kesalahan penggunaan prinsip
akuntansi.
6. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan ketidakpastian atas kemampuan
perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya
a. Terjadinya kerugian operasional atau kekurangan modal kerja yang
signifikan
b. Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jatuh tempo
c. Kehilangan pelanggan-pelanggan utama, terjadi bencana yang tidak
dijamin oleh asuransi, atau masalah ketenagakerjaan yang tidak
umum
d. Pengadilan, perundang-undangan, atau hal-hal serupa yang dapat
mengancam kemampuan operasional perusahaan
7. Materialitas memberikan suatu pertimbangan penting dalam menentikan
jenis laporan audit yang diterbitkan. Kesalahan penyajian laporan
keuangan dianggap material jika kesalahan penyajian tersebut dapat
mempengaruhi keputusan yang diambil oleh pengguna laporan keuangan.
7
HUBUNGAN ANTARA MATERIALITAS DENGAN JENIS OPINI
Pengaruhnya terhadap Keputusan Yang Dibuat oleh
Tingkat Pengguna Laporan Jenis Opini
Materialitas
Tidak Tidak mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh pengguna Wajar tanpa
Material laporan syarat
Mempengaruhi keputusan pengguna laporan hanya jika
informasi yang salah Wajar dengan
Material saji tersebut sangat penting bagi keputusan tertentu. Tetapi
keseluruhan lapo- Pengecualian
ran keuangan disajikan secara wajar
Sebagian besar atau seluruh keputusan yang dibuat oleh
Sangat pengguna laporan Disclaimer/
Material
sangat dipengaruhi oleh kesalahan penyajian tersebut Adverse
8. Aspek material
a. Perbandingan niali dollar pada suatu patokan tertentu
b. Terukur
c. Karakteristik item itu sendiri
D. ETIKA PROFESIONAL
1. Etika secara garis besar didefinisikan sebagai perangkat prinsip atau nilai
moral.
2. Kebutuhan akan etika dalam masyarakat cukup penting karena pada
dasarnya berhubungan dengan hukum.
3. Dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang dimana keputusan
mengenai perilaku yang layak harus dibuat.
4. Rasionalisasi perilaku tindakan tidak etis:
a. Setiap orang melakukannya
b. Jika merupakan hal yang sah menurut hukum, hal itu etka
c. Kemungkinan penemuan dan konsekuensinya
5. Menyelesaikan dilemma etika:
a. .Mendapatkan fakta-fakta yang relevan
b. Menentukan isu-isu etika dari fakta-fakta
c. Menentukan siapa dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi
oleh dilema
d. Menentukan alternatif yang tersedia bagi orang yang harus memecahkan
dilema
e. Menentukan konsekuensi yang mungkin dari setiap alternatif
f. Menetapkan tindakan yang tepat
6. Kebutuhan akan kepercayaan publik akan kualitas jasa yang diberikan
profesi, terlepas dari yang dilakukan secara perorangan. Bagi akuntan publik,
penting untuk meyakinkan klien dan pemakai laporan keuangan atas kualitas
audit dan jasa lainnya karena pemakai tidak memiliki kompetensi dan waktu
untuk mengevaluasi pekerjaan akuntan publik. Akuntan publik mempunyai
8
hubungan profesional yang berbeda dengan profesional lain. Profesional lain
hanya bertanggung jawab kepada klien yang ditanganinya sedangkan
akuntan publik ditugaskan dan dibayar oleh yang mengeluarkan laporan
keuangan ( klien ) sedangkan yang mendapat manfaat dari audit adalah
pemakai laporan keuangan yang umumnya tidak pernah berhubungan
dengan auditor .
7. Kode Etik Profesi.
Merupakan ketentuan umum mengenai perilaku yang ideal atau peraturan
khusus yang menguraikan berbagai tindakan yang tidak dapat dibenarkan .
Menurut AICPA kode etik profesi terdiri dari :
prinsip-prinsip : standar etika ideal yang dinyatakan dalam istilah filosofi.
terdiri dari dua bagian utama yaitu enam prinsip yang harus dipatuhi oleh
semua anggota AICPA dan diskusi tentang enam prinsip tersebut. Adapun
keenam prinsip tersebut adalah tanggung jawab, kepentingan masyarakat,
integritas, objektivitas dan indepedensi, penampilan, lingkup dan sifat jasa .
peraturan perilaku: standar etika minimum yang dinyatakan sebagai
peraturan spesifik.
Interpretasi: bersifat teoritis, tetapi praktisi harus menyesuaikan
penyimpangannya.
kaidah etika, penjelasan dan jawaban yang diterbitkan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan peraturan perilaku yang diajukan oleh praktisi dan
lainnya.tidak merupakan keharusan tapi praktisi harus memahaminya.
8. Peraturan 101- Independensi.
Anggota dalam praktek publik harus bersikap independen dalam
melaksanakan jasa profesionalnya seperti disyaratkan menurut standar yang
disusun oleh lembaga-lembaga yang dibentuk oleh dewan .
Beberapa konflik independensi yang biasa timbul :
1. Kepentingan keuangan .
Peraturan ini berlaku bagi partner atau pemegang saham tetapi untuk
non partner berlaku jika mereka terlibat dalam penugasan .
Berlaku bagi Pemilikan langsung dan untuk pemilikan tidak langsung jika
jumlahnya material .
Materialitas harus dipertimbangkan dalam hubungannya dengan
kekayaan pribadi anggota dan penghasilannya.
Interpretasi dari independensi adalah sebagai berikut :
pinjaman antara KAP dengan klien dilarang kecuali jumlahnya kecil,
hipotek rumah, atau pinjaman tanpa agunan .
Kepentingan keuangan pada hubungan saudara dilarang kecuali kontak
jarang terjadi atau letaknya yang terpisah secara geografis .
Hubungan investor atau investee bersama dengan klien dilarang kecuali
jumlahnya maksimal 5 % dari total aktiva .
Mantan partner atau pemegang saham boleh mengadakan hubungan
dengan klien
Tidak diperkenankan seorang anggota menjadi direktur atau pengurus
perusahaan klien kecuali untuk organisasi nirlaba atau sepanjang
profesinya bersifat kehormatan.
9
Tuntutan antara sebuah KAP dengan kliennya dilarang
Jasa pembukuan dan audit untuk klien yang sama oleh sebuah KAP
diijinkan dengan syarat :
1. Klien harus menerima tanggung jawab penuh atas laporan
keuangan .
2. Akuntan publik tidak berperan sebagai pegawai atau manajemen
perusahaan
3. Dalam pemeriksaan harus sesuai dengan standar auditing yang
berlaku umum
Honor audit tidak boleh dibayar oleh manajemen kecuali auditor
pemerintah atau komite audit
9. Peraturan 102- Integritas dan Obyektifitas
Auditor harus mempertahankan integritas dan obyektifitas dan bebas dari
perbedaan kepentingan dan tidak dengan sengaja salah mengemukakan
fakta-fakta atau mendelegasikan pertimbangan-pertimbangannya pada orang
lain .
10. Peraturan 201 - standar umum
Anggota harus mentaati standar -standar berikut dan interpretasinya yaitu :
kompetensi profesional, kepedulian profesional, perencanaan dan
pengwasan, dan data relevan yang mencukupi.
11. Peraturan 202- Ketaatan pada standar
Anggota yang melaksanakan audit, penelaahan, kompilasi, bantuan
manajemen, perpajakan , atau jasa profesional lainnya harus taat pada
standar yang diumumkan oleh lembaga yang ditetapkan dewan .
12. Peraturan 203- Prinsip Akuntansi
Anggota tidak dibenarkan menyatakan laporan keuangan tidak menyimpang
dari GAAP atau menyatakan tidak mengetahui setiap modifikasi yang
material jika laporan keuangan menyimpang dari prinsip akuntansi ditetapkan
oleh badan perumus yang ditunjuk dewan. Dan kalau ada penyimpangan
atau yang dapat menyebabkan penyimpangan maka dia harus menjelaskan
mengenai penyimpangan tersebut, akibatnya , alasan mengapa menyatakan
penyimpangan.
13. Peraturan 301-Kerahasiaan
Anggota dalam praktek publik tidak dibenarkan mengungkapkan semua
informasi rahasia klien tanpa ijin khusus dari klien .
Terdapat empat pengecualian yang berkaitan dengan tanggung jawab yang
lebih penting dari sekedar mempertahankan hubungan rahasia dengan klien
yaitu :
1. Kewajiban sehubungan dengan standar teknis
2. Dakwaan pengadilan
3. Penelaahan sejawat
4. Tanggapan kepada divisi etik.
14. Peraturan 302- Honor bersyarat
Anggota dalam praktek publik tidak boleh membuat honor bersyarat untuk
setiap jasa profesional atau menerima ongkos dari klien yang anggota
10
perusahaannya juga melakukan; audit atau penelaahan, kompilasi,
Pemeriksaan prospektif .
15. Peraturan 501- tindakan tercela
Anggota tidak akan melakukan tindakan yang mendatangkan aib bagi
profesinya .
Interpretasi dari tindakan yang mendatangkan aib diatas adalah sebagai
berikut :
1. Menahan catatan klien setelah mereka meminta
2. Melakukan diskriminasi berdasarkan ras, warna kulit, agama, jenis kelamin
dan lainnya
3. Jika melakukan audit atas badan pemerintah yang prosedurnya lain dari
GAAS , auditor tidak mengikuti keduanya kecuali dinyatakan dan beserta
alasannya pada laporan
16. Peraturan 502- Periklanan dan Penawaran
Anggota tidak dibenarkan melakukan periklanan dan penawaran yang
bersifat mendustai, menyesatkan dan menipu. Dan penawaran yang
menggunakan pemaksaan, desakan yang berlebihan, dan hasutan dilarang .
17.Peraturan 503 -A. Komisi yang dilarang
Anggota tidak diperkenankan merekomendasi atau mereferensi produk atau
jasa yang pihak lain bagi klien atau yang disediakan oleh klien demi untuk
memperoleh komisi atau menerima komisi , apakah anggota atau
perusahaan anggota juga memberikan jasa kepada klien untuk audit atau
penelaahan, kompilasi, pemeriksaan prospektif .
18.Peraturan 503 -B. Pengungkapan komisi yang diijinkan
Anggota diijinkan untuk memberikan jasa dengan menerima komisi dan
harus mengungkapkan kepada siapa merekomendasikannya.
19.Peraturan 505- Bentuk dan Nama praktek
Anggota dapat membuka praktek dalam bentuk perusahaan perorangan,
persekutuan, atau perseroan profesional sesuai dengan ketentuan dewan
dan tidak diperkenankan membuka praktek dengan nama yang menyesatkan
dan tidak boleh menyebut dirinya sebagai “AICPA” kecuali semua partner dan
pemegang sahamnya anggota dari lembaga tersebut .
E. KEWAJIBAN HUKUM
1. Para professional audit mempunyai tanggung jawab hukum untuk memenuhi
apa yang telah dicantumkan dalam kontrak dengan klien. .
2. Penyebab utama tuntutan hukum terhadap KAP adalah kurangnya
pemahaman pemakai laporan keuangan tentang perbedaan antara
kesalahan usaha, kesalahan audit, dan risiko audit
a. Kesalahan usaha, terjadi jika perusahaan tidak mampu membayar
kewajibannya atau tidak dapat memenuhi harapan para pemegang saham
karena keadaan ekonomi atau keadaan usaha. .
b. Kesalahan audit, terjadi jika auditor mengeluarkan pendapat yang salah
karena gagal memenuhi syarat - syarat GAAS .
c. Risiko audit, terjadi jika auditor menyimpulkan laporan keuangan secara
wajar sedangkan kenyataannya laporan tersebut salah saji material .
11
6. Konsep kehati-hatian (prudent person) menjelaskan bahwa auditor hanya
menjamin itikad baik dan integritas dan bertanggung jawab atas
kecerobohan, itikad buruk dan ketidak jujuran dan auditor terbebas dari
kerugian akibat kekeliruan dalam pertimbangan.
7. Empat sumber kewajiban hukum auditor:
a. Kewajiban kepada klien
Kewajiban terhadap klien timbul karena kegagalan untuk melaksanakan
tugas audit sesuai waktu yang disepakati , pembatalan dari suatu proses
audit yang tidak bertanggung jawab, gagal menemukan kecurangan, dan
pelanggaran kerahasiaan oleh akuntan publik .
Apabila terdapat tuntutan auditor dapat mengajukan pembelaan yaitu :
1. Tidak adanya kewajiban melaksanakan pelayanan, dalam hal ini tidak
dinyatakan dalam klausul .
2. Tidak ada kelalaian dalam pelaksanaan kerja, KAP mengklaim telah
mengikuti GAAS .
3. Kelalaian kontribusi terjadi jika tindakan klien yang menyebabkan
kerugian menjadi dasar bagi kerugian atau mempengaruhi audit
sehingga auditor tidak bisa menemukan sebab dari kerugian yang
terjadi.
4. Ketiadaan hubungan timbal balik, antara pelanggaran auditor terhadap
standar kesungguhan dengan kerugian yang dialami klien
8. Kewajiban terhadap pihak ketiga menurut Common Law
Pihak ketiga yang terdiri dari pemegang saham, calon pemegang saham,
pemasok, bankir dan kreditor lain, karyawan, dan pelanggan. Konsep
kewajiban tersebut antara lain sebagai berikut :
a. Doktrin ultramares, Kewajiban hukum dapat timbul jika pihak ketiga
merupakan primary beneficiary atau orang yang harus diberikan informasi
audit
b. Pemakai yang dapat diketahui sebelumnya, orang yang mengandalkan
keputusannya pada laporan keuangan .
c. Foreseeable user’s, pemakai yang dapat diketahui lebih dahulu
mempunyai hak yang sama dengan pemakai laporan keuagan yang
mepunyai hubungan kontrak
9. Kewajiban perdata menurut hukum sekuritas federal
a. Securities Act tahun 1933 tentang sekuritas menyangkut persyaratan
pelaporan untuk perusahaan yang mengeluarkan efek-efek baru. Menurut
ketentuan ini, auditor dapat digugat terhadap kesalahn pernyataan yang
material atau penghilangan dalam laporan keuangan yang diaudit, lalai
atau menipu dalam pelaksanaan audit.
b. Securities Exchange Act tahun 1934. Kewajiban auditor menurut
ketentuan ini seringkali berpusat pada laporan keuangan yang sudah
diaudit yang diterbitkan keluar dalam laporan tahunan atau diajukan
kepada SEC.
c. Racketeer Influenced and Corrupt Organization Act 1970, peraturan ini
ditujukan untuk kriminalitas yang melanda perusahaan. Namun, kalangan
bisnis seperti auditor sering dituntut berdasarkan peraturan ini .
12
d. Foreign Corrupt Practice Act tahun 1977 melarang pemberian uang suap
kepada pejabat di luar negeri untuk mendapatkan pengaruh dan
mempertahankan hubungan usaha
10. Kewajiban kriminal
Uniform Securities Acts, Securuties Acts 1933 dan 1934, Federal Mail Fraud
Statute dan Federal False Statement Statute menyebutkan bahwa menipu
orang lain dengan sadar terlibat dalam laporan keuangan yang palsu adalah
perbuatan kriminal .
11. Tanggapan Profesi Terhadap Kewajiban Hukum
AICPA dan profesi mengurangi resiko terkena sanksi hukum dengan
beberapa aktivitas khusus berikut.
a. Riset dalam auditing
b. Penetapan standar dan aturan.
c. Menetapkan persyaratan untuk melindungi auditor
d. Menetapka persyaratan penelaahan sejawat .
e. Melawan tuntutan hukum
f. Pendidikan bagi pemakai laporan
g. Memberi sanksi kepada anggota karena hasil kerja yang tak pantas
h. Perundingan untuk perubahan hukum .
12. Akuntan public dapat mengambil beberapa langkah berikut untuk
menghindari sanksi hukum
a. Hanya berurusan dengan klien yang memiliki integritas
b. Mempekerjakan staf yang kompeten dan melatih serta mengawasi
dengan pantas
c. Mengikuti standar profesi
d. Mempertahankan independensi
e. Memahami usaha klien
f. Melaksanakan audit yang bermutu
g. Mendokumentasika pekerjaan secara memadai
h. Mendapatkan surat penugasan dan surat pernyataan
i. Mempertahankan hubungan yang bersifat rahasia
j. Perlunya asuransi yang memadai; dan
k. Mencari bantuan hukum
BAGIAN II
PROSES AUDIT
13
b. Menemukan kekeliruan, ketidakberesan dan unsur pelanggaran hukum
yang material. Kekeliruan/ salah saji terdapat dua macam yaitu :
1) Errors/kekeliruan adalah kekeliruan salah saji yang tidak
disengaja.
2) Irregularities adalah kesalahan yang disengaja seperti
kecurangan/fraud manajemen dan kecurangan pegawai atau
penggelapan.
3. Skeptisme professional adalah suatu sikap yang penuh dengan pertanyaan di
dalam benaknya serta sikap penilaian kritis atas setiap bukti audit yang
diperoleh.
4. Laporan keuangan dipilah-pilah menjadi komponen yang lebih kecil untuk
memudahkan pelaksanaan audit. Cara yang umum untuk pemilahan tersebut
adalah dengan membaginya berdasarkan transaksi yang erat hubungannya
satu dengan lainnya ( pendekatan siklus ).
Contohnya siklus penjualan dan penerimaan kas, siklus perolehan dan
pembayaran, siklus penggajian dan pembayaran, siklus persediaan dan
pergudangan, dll.
5. Asersi manajemen merupakan sebuah pernyataan dari manajemen tentang
berbagai kelas transaksi dan akun dalam laporan keuangan. Asersi
manajemen terdiri dari :
1) Keberadaan atau keterjadian (existence)
2) Kelengkapan (completeness)
3) Hak dan Kewajiban
4) Penilaian dan Alokasi
5) Penyajian dan Pengungkapan
6. Tujuan audit transaksi dimaksudkan untuk menjadi kerangka kerja dalam
membantu auditor mengumpulkan bahan bukti kompeten yang cukup yang
disyaratkan dalam standar pekerjaan lapangan dan memutuskan bahan bukti
yang pantas dikumpulkan sesuai dengan penugasan .
Tujuan audit transaksi dapat dibedakan menjadi :
a. Tujuan audit umum transaksi. Terdiri dari eksistensi, kelengkapan,
akurasi, klasifikasi, pemilihan waktu yag tepat (timing), pemindahbukuan
(posting) dan pengikhtisaran, dan diikhtisarkan dengan benar.
b. Tujuan audit khusus transaksi yaitu untuk menerapkan tujuan umum pada
setiao jenis transaksi yang material yang terdapat dalam audit.
7. Tujuan Audit Untuk Saldo. Tujuan audit ini sama dengan tujuan audit
transaksi. Tujuan ini juga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Tujuan umum :
1) Eksistensi - angka-angka yang dicantumkan memang ada ( eksis ).
2) Kelengkapan - angka -angka yang ada telah dimasukkan seluruhnya .
3) Akurasi - jumlah yang ada disajikan pada jumlah yang benar.
4) Klasifikasi - angka yang dimasukkan di daftar klien telah
diklasifikasikan dengan tepat .
5) Pisah batas (Cut Off ) - transaksi yang dekat tanggal neraca dicatat
pada periode yang tepat .
14
6) Kecocokan rincian (detail tie in) - rincian dalam saldo akun sesuai
dengan angka-angka buku besar tambahan , dijumlah kebawah benar
dalam saldo akun, dan sesuai dengan jumlah dalam buku besar .
7) Nilai realisasi - aset dinyatakan dalam jumlah yang diestimasi dapat
direalisasi.
8) Hak dan Kewajiban - Kewajiban harus menjadi milik suatu entitas
berkaitan dengan hutang , sedangkan hak selalu dikaitkan dengan
aktiva .
9) Penyajian dan Pengungkapan - saldo perkiraan dan persyaratan
pengungkapan yang berkaitan telah disajikan dengan pantas dalam
laporan keuangan.
b. Tujuan khusus :
Tujuan khusus bagi setiap saldo perkiraan dapat dikembangkan setelah
tujuan umum dipahami paling sedikit harus ada satu tujuan, khusus untuk
setiap tujuan umum kecuali jika auditor menganggap tujuan itu tidak relevan.
8. Proses Audit adalah metodologi pelaksanaan audit yang jelas untuk
membantu auditor dalam mengumpulkan bahan bukti pendukung yang
kompeten.
Tahap-tahap dalam proses Audit:
a. Merencanakan dan merancang pendekatan audit
b. Mendapatkan pengetahuan atas bidang usaha klien .
c. Memahami struktur pengendalian intern klien dan menetapkan risiko
pengendalian intern.
d. Pengujian pengendalian dan transaksi .
e. Melaksanakan prosedur analitis dan pengujian terinci atas saldo .
f. Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit .
G. BUKTI AUDIT
1. Bukti audit merupakan informasi yang digunakan auditor untuk menentukan
apakah informasi kuantitatif yang sedang diaudit disajikan sesuai kriteria yang
ditetapkan.
2. Perbandingan untuk membedakan bahan bukti:
a. Tujuan penggunaan bahan bukti
b. Sifat bahan bukti yang digunakan
c. Pihak yang mengevaluasi bahan bukti.
d. Kepastian dari kesimpulan berdasarkan bahan bukti
e. Sifat kesimpulan
f. Konsekuensi yang timbul akibat kesimpulan yang salah dari bahan bukti
3. Berbagai keputusan auditor dalam pengumpulan ukti audit dapat dibagi
dalam empat bagian berikut
a. Prosedur-prosedur audit apakah yang akan digunakan
b. Ukuran sampel sebesar apakah yang akan dipilih untuk prosedur terte ntu
c. Item-item manakah yang akan dipilih dari populasi
d. Kapankah berbagai prosedur itu akan dilakukan
4. Prosedur audit adalah rincian instruksi untuk pengumpulan jenis bukti audit
yang diperoleh pada suatu waktu tertentu saat berlangsungnya proses audit.
15
5. Program audit adalah daftar atas berbagai prosedur audit untuk area tertentu
atau keseluruhan proses audit.
6. Persuasivitas bukti audit ditentukan oeh dua hal yaitu
a. Kompetensi, menunjukkan tingkat dapat dipercayainya suatu bahan bukti
1) Relevan, berkaitan terhadap tujuan pengujian auditor
2) Independensi penyedia data
3) Efektifitas struktur pengendalian intern
4) Pengetahuan yang diperoleh sendiri oleh auditor
5) Kualifikasi penyedia bukti
6) Objektivitas bukti
7) Ketepatan waktu (kapan dilaksanakan dan bagian periode yang
diaudit)
b. Kecukupan
a. Ukuran sampel memadai
b. Memilih item-item populasi yang tepat
7. Jenis Bahan Bukti Audit
a. Pemeriksaan fisik .
b. Konfirmasi .
c. Dokumentasi .
d. Pengamatan .
e. Tanya jawab dengan klien .
f. Hitung uji (Reperformance) .
g. Prosedur analitis .
.8. Efektifitas struktur pengendalian intern klien mempunyai pengaruh yang
besar pada keandalan kebanyakan jenis bahan bukti. Jenis bahan bukti
tertentu jarang mencukupi sendirian untuk memberikan bahan bukti yang
kompeten untuk memenuhi satu tujuan
9. Prosedur Analitis adalah evaluasi atas informasi keuangan yang dilakukan
dengan mempelajari hubungan logis antara data keuangan dan non
keuangan termasuk perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat dengan
ekspektasi auditor. Pelaksanaan prosedur analitis dapat dilakukan pada
seluruh tahap, baik tahap perencanaan, tahap pengujian dan tahap
penyelesaian
Alasan yang terpenting penggunaan prosedur analitis :
a. Memahami bidang usaha klien.
b. Penetapan kemampuan satuan usaha untuk menjaga kelangsungan
hidupnya.
c. Indikasi adanya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan.
d. Mengurangi pengujian audit yang terinci.
e. Wawancara
Jenis Prosedur Analistis
a. Membandingkan data klien dengan industri sejenis.
b. Membandingkan data klien dengan data yang serupa pada periode
sebelumnya
1) Perbandingan antara saldo tahun berjalan dengan saldo tahun lalu.
16
2) Membandingakan rincian total saldo dengan rincian serupa pada tahun
sebelumnya.
3) Membandingkan rasio dan hubungan persentase dengan tahun
sebelumnya.
c. Membandingkan data klien dengan data yang diperkirakan oleh klien.
d. Membandingkan data klien dengan data yang diperkirakan oleh auditor.
e. Membandingkan data klien dengan hasil perkiraan yang menggunakan
data non keuangan.
17
4. Isi dan Pengorganisasian kertas kerja
a. Berkas Permanen yaitu berkas yang berisi data historis atau yang bersifat
berkelanjutan mengenai klien.
b. Berkas tahun berjalan mencakup seluruh kertas kerja yang berkaitan untuk tahun
yang diaudit, yaitu program audit, informasi umum, neraca saldo, jurnal koreksi /
reklasifikasi, dan daftar-daftar pendukung.
5. Langkah-langkah menyiapkan kertas kerja audit
a. Identifikasi seperti nama klien, periode yang dicakup, deskripsi isi, inisial
pembuat, tanggal penyiapan dan kode indeks.
b. Ada indeks dan cross-check untuk memudahkan dalam pengorganisasian dan
pengarsipan.
c. Menunjukkan pelaksanaan pekerjaan audit, berupa memorandum, menanda
tangani prosedur audit, catatan yang dianggap perlu.
d. Berisi informasi yang cukup.
e. Kesimpulan singkat.
6. Kertas kerja merupakan harta milik auditor dan yang mempunyai hak untuk
memeriksa kertas kerja hanya pengadilan sebagai bahan bukti yuridis formal.
7. Auditor harus menjaga kerahasiaan, kecuali dikehendaki oleh hukum atau negara
atau profesinya
18
lain, perlunya mempertimbangkan lebih saji dan kurang saji, biaya audit relatif
yang mempengaruhi alokasi.
c. Estimasi Salah Saji dan Perbandingan .
d. Estimasikan kekeliruan gabungan
e. Bandingkan estimasi gabungan dengan pertimbangan awal mengenai
materialitas
3. Risiko adalah suatu tingkat ketidakpastian tertentu dalam pelaksanaan audit,
misalnya mengenai kompetensi bahan audit, efektivitas struktur pengendalian intern
klien dan apakah laporan keuangan memang telah disajikan secara wajar setelah
audit selesai.
4. Model risiko audit adalah model yang digunakan terutama untuk tahap
perencanaan dalam menentukan berapa besar bahan bukti yang harus dikumpulkan
dalam tiap siklus.
Rumus :
AAR
PDR =
IR X CR
19
I. PENGENDALIAN INTERNAL DAN RISIKO KENDALI
1. Kepentingan klien
a. Keandalan laporan keuangan
b. Mendorong efisiensi dan efektifitas operasional
c. Ketaatan kepada hukum dan peraturan
a. Kepentingan auditor
a) Keandalan pelaporan keuangan
b) Penekanan pada pengendalian atas golongan transaksi.
3. Beberapa hal yang harus dipahami:
a) Tanggung jawab managemen : Menetapkan dan melakukan pengendalian
usaha, bertanggung jawab dalam penyajian laporan keuangan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum.
b) Keyakinan memadai : struktur pengendalian intern seharusnya memberikan
keyakinan memadai bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar.
c) Keterbatasan bawaan : Efektifitas struktur pengendalian intern tergantung pada
kompetensi sumber daya manusia. Struktur pengendalian intern selalu memiliki
risiko pengendalian.
d) Metode pemrosesan data : Perhatikan perbedaan utama antara sistem akuntansi
sederhana dan mikro komputer dengan menggunakan perangkat lunak yang
dibeli perusahaan kecil dengan sistem EDP yang komplek bagi usaha
manufaktur internasional.
4, Elemen struktur pengendalian intern
a) Lingkungan pengendalian
b) Penetapan risiko managemen
c) Sistem informasi dan komunikasi akuntansi
d) Aktifitas pengendalian
e) Pemantauan.
5. Sub elemen lingkungan pengendalian
a) Integritas dan nilai-nilai etika.
b) Komitmen terhadap kompetensi.
c) Falsafah managemen dan gaya operasi.
d) Struktur organisasi.
e) Dewan komisaris dan komite audit.
f) Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab.
g) Kebijakan dan prosedur kepegawaian.
6. Penetapan risiko oleh managemen
Managemen menetapkan risiko sebagai bagian dari desain dan operasi struktur
pengendalian intern, untuk meminimalkan salah saji dan ketidakberesan. Auditor
menetapkan risiko untuk memutuskan bahan bukti yang dibutuhkan dalam audit.
Jika managemen secara efektif menilai dan bereaksi terhadap risiko, auditor
biasanya mengumpulkan lebih sedikit bahan bukti.
7. Sistem akuntansi
Kegunaaan sistem akuntansi adalah untuk mengidentifikasikan, menggabungkan,
mengklasifikasikan, menganalisa, mencatat dan melaporkan transaksi, dan untuk
mengelola akuntabilitas atas aktiva terkait.
20
8. Prosedur pengendalian
a. Pemisahan tugas yang cukup
b. Otorisasi yang pantas atas transaksi dan aktivitas
c. Dokumen dan catatan yang memadai
d. Pengendalian fisik atas aktiva dan catatan
e. Pengecekan independen atas pelaksanaan.
9. Pemantauan merupakan penilaian efektifitas rancangan dan operasi struktur
pengendalian intern secara periodik dan terus menerus oleh manajemen.
10. Pentingnya memahami struktur pengendalian intern untuk perencanaan audit.
a. Auditability : yaitu mendapat informasi yang cukup memuaskan mengenai
integritas managemen dan sifat dan luas catatan akuntansi.
b. Potensi salah saji yang material, dengan mengidentifikasi jenis kekeliruan dan
ketidakberesan yang potensial.
c. Risiko penemuan yaitu menetapkan risiko pengendalian bagi setiap tujuan
pengendalian, yang selanjutnya mempengaruhi risiko penemuan yang
direncanakan.
d. Perancangan pengujian yaitu memungkinkan auditor untuk merancang pengujian
saldo laporan keuangan yang efektif.
11. Pemahaman struktur pengendalian intern untuk rancangan dan operasi
a. Rancangan berbagai kebijakan dan prosedur dalam masing-masing elemen SPI.
b. Operasi dari elemen-elemen SPI.
12. Penetapan dan keputusan
a. Menetapkan apakah laporan keuangan dapat diaudit
b. Menetapkan tingkat risiko pengendalian yang didukung oleh pemahaman yang
diperoleh
c. Menetapkan apakah diharapkan tingkat risiko pengendalian yang lebih
rendah dapat didukung
d. Memutuskan tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan yang pantas untuk
digunakan.
13. Pengujian atas pengendalian
Apabila hasil pengujian atas pengendalian mendukung rancangan kebijakan dan
prosedur pengendalian seperti yang diharapkan, auditor dapat terus menggunakan
tingkat risiko pengendalian seperti yang direncanakan. Akan tetapi, apabila
kebijakan dan prosedur tersebut tidak beroperasi secara efektif, tingkat risiko
pengendalian yang ditetapkan tersebut harus dipertimbangkan kembali.
14. Risiko penemuan dan rencana pengujian atas saldo laporan keuangan
Jika tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan ada dibawah maksimum, hal ini
akan didukung oleh pengujian atas pengendalian yang spesifik. Penetapan ini
kemudian dikaitkan dengan tujuan spesifik audit untuk akun-akun yang dipengaruhi
oleh transaksi utama. Tingkat penemuan yang sesuai untuk setiap tujuan audit
spesifik ditentukan kemudian dengan memakai model risiko audit.
15. Prosedur untuk memperoleh pemahaman
a. Pengalaman auditor dalam periode sebelumnya atas satuan usaha tersebut
b. Tanya jawab dengan pegawai klien
c. Kebijakan dan pedoman sistem klien
d. Inspeksi dokumen dan catatan
21
e. Pengamatan atas aktivitas dan operasi satuan usaha.
16. Dokumentasi dari pemahaman
a. Deskripsi naratif adalah deskripsi tertulis dari struktur pengendalian intern klien.
b. Bagan arus adalah menggambarkan dengan simbol, diagram atas dokumen
klien dan urutan arus dalam organisasi.
c. Kuesioner pengendalian intern yang menanyakan satu rangkaian pertanyaan
mengenai pengendalian dalam tiap bidang audit, termasuk lingkungan
pengendalian, sebagai alat auditor untuk mengindikasikan aspek struktur
pengendalian intern yang mungkin tidak memadai.
17. Penetapan risiko pengendalian
Hal ini biasanya dilakukan terpisah untuk masing-masing jenis transaksi dalam
masing-masing siklus operasi.
Identifikasi tujuan audit berkait transaksi yang dinyatakan dalam bentuk umum, bagi
masing-masing jenis transaksi utama suatu satuan usaha.
Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi kebijakan dan prosedur yang berperan
dalam pencapaian masing-masing tujuan.
18. Identifikasi dan evaluasi kelemahan
a. Identifikasikan pengendalian yang ada
b. Identifikasikan ketiadaan pengendalian kunci
c. Tentukan salah saji yang besar dan potensial yang mungkin dihasilkan
d. Pertimbangkan kemungkinan pengendalian pengganti.
19.Pengujian atas pengendalian
a. Tanya jawab dengan pegawai suatu satuan usaha yang tepat
b. Pemeriksaan dokumen, catatan dan laporan
c. Pengamatan aktifitas berkenaan dengan pengendalian
d. Pelaksanaan ulang prosedur klien.
e. Luas pengujian tergantung kepada tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan.
22
2. Hubungan antara pengujian dan bahan bukti
Berdasarkan besarnya biaya yang diperlukan:
a) Prosedur analitis
b) Prosedur pemahaman atas struktur pengendalian intern dan pengujian atas
pengendalian
c) Pengujian substantif atas transaksi
d) Pengujian terinci atas saldo.
3. Penyimpangan dalam pengujian atas pengendalian mengindikasikan kemungkinan
kekeliruan yang mempengaruhi nilai rupiah laporan keuangan, sedangkan
penyimpangan dalam pengujian substantif adalah salah saji laporan keuangan.
Auditor memutuskan selama perencanaan, apakah akan menetapkan risiko
pengendalian dibawah maksimum. Pengujian atas pengendalian dilaksanakan untuk
menentukan apakah risiko pengendalian yang ditetapkan dapat dihindarkan.
4. Perancangan program audit
a. Pengujian atas transaksi, mencakup penjelasan pemahaman mengenai SPI,
gambaran prosedur yang dilaksanakan untuk memahaminya, dan rencana
tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan.
b. Prosedur analitis, dilakukan pada tiga tahap audit.
c. Pengujian terinci atas, bersifat subjektif dan memerlukan judgement profesional.
5. Pengujian terinci atas saldo dilakukan dengan tahap sebagai berikut:
a. Tentukan materialitas dan tetapkan risiko audit yang dapat diterima dan risiko
bawaan.
b. Tetapkan risiko pengendalian
c. Rancang dan perkirakan hasil pengujian atas transaksi dan prosedur analitis
d. Rancang pengujian terinci atas saldo untuk memenuhi tujuan spesifik audit.
6. Hubungan tujuan pengendalian intern dengan tujuan audit
Meskipun seluruh tujuan pengendalian intern telah dipenuhi, auditor akan
mengandalkan terutama kepada tujuan pengendalian substantif untuk memenuhi
tujuan kepemilikan dan pengungkapan, tujuan penilaian untuk penurunan dalam
nilai, dan tujuan spesifikasi untuk penyajian laporan keuangan.
BAGIAN III
PENERAPAN PROSES AUDIT PADA PENJUALAN DAN SIKLUS
PENAGIHANNYA
K. AUDIT SIKLUS PENJALAN DAN PENAGIHAN; TES PENGAWASAN DAN TES
SUBSTANTIF
1. Tujuan menyeluruh adalah untuk mengevaluasi apakah saldo-saldo yang
dipengaruhi oleh siklus ini telah disajikan secara wajar sesuai standar akuntansi
yang berlaku umum .
2. Siklus penjualan dan penerimaan kas adalah siklus yang meliputi keputusan dan
proses yang diperlukan untuk mengalihkan kepemilikan atas barang dan jasa yang
telah tersedia untuk dijual kepada pelanggan, dimulai dengan permintaan oleh
pelanggan dan berakhir dengan perubahan barang/jasa menjadi piutang usaha dan
menjadi kas.
3,
23
Golongan
Account terkait Fungsi Bisnis Dokumen dan Catatan
Transaksi
Penjualan Penjualan Pemrosesan Order pelanggan,
Piutang Usaha order pelanggan order penjualan, order
Persetujuan pelanggan atau order
penjualan kredit penjualan, dokumen
Pengiriman pengiriman, faktur
barang penjualan, jurnal
Penagihan ke penjualan, laporan
konsumen dan ikhtisar penjualan,
pencatatan berkas induk piutang
penjualan usaha, neraca saldo
piutang usaha,
rekening bulanan
Penerimaan kas Kas di Bank Pemrosesan dan Nota pembayaran,
Piutang usaha pencatatan Daftar penerimaan
penerimaan kas kas, Jurnal
penerimaan kas
Retur dan Retur dan Pemrosesan dan Nota Kredit, Jurnal
pengurangan pengurangan pencatatan retur retur dan pengurangan
harga penjualan harga penjualan dan pengurangan harga penjualan
Piiutang usaha harga penjualan
Penghapusan Piutang Usaha Penghapusan Formulir otorisasi
piutang tak Penyisiha piutang piutang tak tertagih penghapusan piutang
tertagih tak tertagih
Beban piutang tak Beban piutang tak Penyisihan piutang -
tertagih tertagih
Penyisihan piutang
tak tertagih
24
2) Mengidentifikasi pengendalian intern kunci untuk penjualan dan
kelemahannya.
3) Memadukan pengendalian intern kunci dan kelemahannya tersebut dengan
tujuan audit
4) Menaksir resiko pengendalian untuk setiap tujuan dengan mengevaluasi
kelemahan dan pengendalian tujuan
c. Evaluasi untung rugi pengujian atas pengendalian.
d. Merancang pengujian atas pengendalian untuk penjualan, untuk mengurangi
resiko pengendalian yang ditetapkan.
e. Merancang pengujian substantif atas transaksi penjualan, untuk menentukan
apakah ada kesalahan moneter atau penyimpangan dalam transaksi penjualan.
Pengujian substantif untuk transaksi penjualan antara lain sbb:
1) Untuk meyakini bahwa penjualan yang dicatat benar-benar ada
2) Transaksi penjualan yang terjadi telah dicatat
3) Penjualan dicatat secara akurat
4) Penjualan yang dicatat telah diklaisifikasikan dengan semestinya
5) Penjualan dicatat pada tanggal yang tepat
6) Transaksi penjualan dicatat dengan semestinya di berkas induk dan
diikhtisarkan dengan benar
5. Perancangan pengujian atas pengendalian, dan pengujian substantif transaksi
penjualan tersebut berguna untuk membantu auditor dalam merancang audit
program yang efektif dan efisien dalam memenuhi tujuan audit pada suatu situasi
tertentu
6. Metodologi perancangan pengujian atas pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi untuk penerimaan kas pada dasarnya sama dengan metode yang
dikembangkan untuk penjualan.
7. Tujuan audit berkait transaksi untuk penerimaan kas dikembangkan dari kerangka
acuan audit. Terdapat perbedaaan penekanan terhadap audit atas penerimaan kas.
Yaitu identifikasi kelemahan struktur pengendalian intern yang meningkatkan
kemungkinan terjadinya fraud/kecurangan. Beberapa hal yang harus diperhatikan
auditor terhadap hal ini antara lain:
a. Menentukan apakah kas yang diterima telah dicatat; ini adalah jenis defalkasi
uang yang paling sulit dideteksi auditor. Prosedur yang lazim dilakukan adalah
menelusuri dari nota pembayaran yang prenumbered atau daftar penerimaan
kas ke jurnal penerimaan kas dan buku tambahan piutang, dengan catatan
bahwa pengujian ini akan efektif kalau kas didaftar di cash register tape
b. Menyiapkan pembuktian atas penerimaan kas; Untuk menguji apakah seluruh
penerimaan kas telah disetor ke rekening bank. Prosedur yang lazim dilakukan
adalah rekonsiliasi bank
c. Pengujian untuk menemukan lapping piutang usaha. Lapping adalah
menangguhkan pencatatan penerimaan piutang untuk menyembunyikan adanya
kekurangan kas. Biasanya pengujian ini dilakukan kalau diyakini auditor bahwa
struktur pengendalian intern penerimaan kas lemah, antara lain ditandai dengan
tidak adanya pemisahan tugas antara orang yang menerima pembayaran dari
pelanggan dengan orang yang mencatat penerimaan dari piutang tersebut.
25
8. Pertimbangan utama yang harus diperhatikan dalam pos piutang tak tertagih adalah
keberadaan dari penghapusan piutang tak tertagih. Pengujian dilakukan untuk
mengetahui adanya kemungkinan klien untuk menutupi defalkasi atas kas dengan
menghapus piutang yang telah ditagih dan membebankannya ke pos ini. Yang
harus diperhatikan terhadap pengendalian intern pos ini adalah otorisasi yang
pantas atas penghapusan piutang oleh tingkat manajemen yang telah ditentukan
setelah suatu penyelidikan general tentang alasan mengapa pelanggan tidak dapat
membayar.
9. Pengendalian intern penjualan dan penerimaan kas di luar dari lima transaksi yang
berkaitan dengan siklus tersebut, yaitu nilai yang dapat direalisasi (realizable value),
hak dan kewajiban, serta penyajian da pengungkapan. Realizable value merupakan
unsur yang penting, karena kolektibilitas piutang sering menjadi perhatian utama
suatu business entity. Pengendalian yang lazim adalah:
a. Persetujuan kredit oleh orang yang berwenang,
b. Penyiapan neraca saldo piutang usaha menurut umur oleh orang yang
berwenang dan direview dengan semestinya
Kebijakan penghapusan piutang yang tidak tertagih.
26
Penggunaan teknik-teknik pengukuran Tidak menggunakan teknik pengukuran
matematis untuk menghitung hasil matematis, tapi memilih unsur-unsur
statistik formal sampel yang diyakini .
Terdapat kuantifikasi risiko uji petik Kesimpulan mengenai populasi diambil
pada perencanaan sampel dan lebih lewat pertimbangan/judgemental
evaluasi hasil sampling
Biasanya melalui metode pemilihan Metode pemilihan sampel dengan non
sampel probabilistik yaitu: probabilistik, yaitu:
acak-sederhana/simpel random sampel terarah/direct sample
sistematis/systematic blok/block
probabilitas-proporsional dg ukuran sembarang/haphazard
stratifikasi/stratified
27
a. Deviasi terhadap prosedur pengendalian yang dibuat klien
b. Kekeliruan atau penyimpangan moneter dalam populasi data transaksi, dan
c. Kekeliruan/penyimpangan moneter dalam rincian saldo akun.
8. Tingkat keterjadian atau pengecualian dalam uji petik acak atau sistematis adalah
merupakan ukuran yang tidak bias dari tingkat pengecualian dalam keseluruhan
populasi.
9. Dalam menggunakan uji petik atribut dalam auditing, auditor harus mengetahui
tingkat deviasi yang paling mungkin. Dengan demikian auditor mengarahkan
pada upper limit teratas dari estimasi interval. Batas atas ini disebut CUER
(Computed upper exception rate) dan didefinisikan sebagai tingkat deviasi
tertinggi yang dihitung dalam pengujian pengendalian dan pengujian substantif
atas transaksi.
10.Distribusi Uji Petik merupakan suatu frekuensi distribusi dari hasil-hasil atas
seluruh sampel yang mungkin dari suatu ukuran tertentu yang dapat diperoleh
dari populasi yang berisi beberapa parameter spesifik. Estimasi atribut didasarkan
pada distribusi binomial.
11. Metode penerapan uji petik atribut dalam audit terbagi dalam 3 kelompok yaitu :
a. Perencanaan Sampel
1) Nyatakan tujuan dari pengujian audit
2) Definisikan atribut dan kondisi deviasi. Atribut dari kepentingan dan kondisi
deviasi berasal langsung dari program audit.
3) Definisikan populasi, mengambil sampel secara acak dari keseluruhan
populasi dan menggenerelalisasi hasilnya untuk seluruh populasi
4) Definiskan unit uji petik.
5) Tentukan pengandalan berlebih yang dapat diterima.
6) Tentukan tingkat deviasi yang dapat ditoleransi.
7) Estimasikan tingkat deviasi populasi yang diharapkan.
8) Tentukan ukuran sampel awal. Ukuran sampel dipengaruhi oleh empat
faktor yaitu:ukuran populasi, tingkat deviasi yang dapat ditoleransi, resiko
pengandalan berlebih pada pengendalian intern yang dapat diterima, dan
tingkat deviasi populasi yang diharapkan.
b. Pemilihan Sampel dan Pelaksanaan Pengujian
1) Pilih sampel, unsur-unsur tertentu dalam populasi yang akan diikutkan
sebagai sampel
2) Laksanakan prosedur audit, memeriksa setiap unsur di dalam sampel
untuk mendapatkan catatan deviasi yang ditemukan.
c. Evaluasi Hasil
1) Generalisasikan hasil dari sampel untuk populasi.
2) Analisa deviasi
3) Putuskan akseptabilitas dari populasi tersebut
28
c) Completeness: semua piutang usaha telah dicata
d) Accuracy: pencatatan piutang usaha akurat
e) Classification: pengklasifikasian piutang usaha tepat
f) Cut off: pencatatan piutang usaha terjadi pada periode yang sesuai
g) Realizable value: piutang usata dicatat memadai pada nilai yang dapat
direalisasi
h) Rights: piutang usaha sah milik klien
i) Presentation and disclosure: penyajian dan pengungkapannya telah memadai
29
b) Waktu konfirmasi, sedekat mungkin dengan tanggal neraca.
c) Jumlah sampel yang akan dikonfirmasi.
d) Pemilihan item yang akan diuji, biasanya dilakukan dengan stratifikasi.
6. Jika konfirmasi positif tidak ditanggapi, auditor perlu menguji lagi antara lain
1. Penerimaan kas kemudian
2. Salinan faktur penjualan
3. Dokumen pengiriman
4. Korespondensi dengan klien
2. Langkah-langkah yang diambil dalam metode sampling atas monetary unit (SMU) :
a) Merencanakan sampel.
1) Menyatakan tujuan pengujian.
2) Menetapkan kondisi salah saji.
3) Menetapkan populasi.
4) Menetapkan unit sampling, dalam dollar atau unit lain.
5) Menentukan salah saji yang dapat diterima.
6) Menentukan resiko yang dapat diterima dari kesalahan penerimaan (ARIA).
Penentuannya dipengaruhi oleh control risk, acceptable audit risk, dan
substantive test.
7) Mengestimasikan tingkat pengecualian dari populasi.
8) Menentukan jumlah sampel awal. Penentuan sampel dipengaruhi oleh
materialitas, asumsi rata-rata kesalahan atas salah saji populasi, ARIA, nilai
buku populasi, tingkat perkecualian populasi, dan hbubungan dengan model
resiko audit.
b) Memilih sampel dan melaksanakan pengujian.
30
1) Memilih sampel. Dapat dilakukan dengan cara random dan sistematis, yakni
dengan random sederhana, sestematis, atau dengan komputerisasi.
2) Melaksanakan prosedur audit.
c) Mengevaluasi hasil pengujian.
1) Menggeneralisasikan dari sampel ke populasi. Terdapat empat aspek yang
harus diperhatikan dalam metode MUS :
a) Tabel atribut sampling harus digunakan.
b) Hasil atribut tersebut harus dikonversikan ke dollar / rupiah.
c) Harus dibuat asumsi persentase salah saji atas setiap item yang
mengandung salah saji.
d) Hasil statistik MUS digunakan sebagai error bounds.
2) Menganalisa perkecualian.
3) Memutuskan penerimaan terhadap populasi. Apabila populasi tersebut
ditolak, dapat dilakukan beberapa langkah lanjutan yakni dengan
meningkatkan pengujian terhadap area tertentu, menambah jumlah sampel,
membuat jurnal penyesuaian terhadap perkiraan bersangkutan, meminta
klien membetulkan lebih dahulu populasinya, atau bahkan memberikan
pendapat selain unqualified.
3. Kelebihan SMU
a) Secara otomatis memilih nilai rupiah yang lebih tinggi untuk di-sampling.
b) Mengurangi pengulangan pengujian atas sampel yang sama sehingga
mengurangi biaya.
c) Penerapannya cukup mudah.
d) Memberikan kesimpulan statistik dalam nilai rupiah.
4. kekurangan SMU
a) Total error bound yang dihasilkan mungkin terlalu tinggi.
b) Dalam populasi yang besar, diperlukan bantuan komputer untuk pemilihan
sampel.
BAGIAN IV
APILKASI DARI PROSES AUDIT KE SILUS LAINNYA
O. AUDIT ATAS SIKLUS PENGGAJIAN DAN KEPEGAWAIAN
1. Siklus ini penting karena
a. Gaji, upah, dan PPh pegawai merupakan komponen utama pada kebanyakan
perusahaan.
b. Beban tenaga kerja menjadi pertimbangan penting dalam penilaian persediaan.
c. Penggajian merupakan bidang yang banyak menimbulkan pemborosan karena
inefisiensi atau fraud.
31
3. Audit atas siklus ini terdiri atas
a. Peroleh pemahaman atas SPI
b. Penetapan risiko pengendalian
c. Pengujian pengendalian
d. Pengujian substantif atas transaksi
e. Pengujian analitis dan pengujian terinci atas saldo
c. Pembayaran Gaji :
1) Cek Gaji ( payroll check ), untuk mencegah transaksi pembayaran gaji yang
tidak diotorisasi.
Pengendalian internal: pembatasan otorisasi penandatanganan cek oleh orang
yang tidak mempunyai akses terhadap pengedalian waktu atau penyiapan gaji,
distribusi gaji oleh orang yang tidak terlibat fungsi lain, penyetoran kembali gaji
yang tdak diambil.
32
d. Surat Pemberitahuan Pajak, Penyiapan Surat Pemberitahuan dan Pembayaran
Pajak
1) untuk menginformasikan kapan setiap formulir harus diarsip , mencegah
kekeliruan dan kewajiban potensial untuk pajak dan sanksi.
Pengendalian internal: penetapan kebijakan yang jelas mengenai kapan setiap
formulir harus diarsip.
33
9.
PROSEDUR ANALITIS UNTUK PENGGAJIAN DAN KEPEGAWAIAN
Prosedur analitis Kekeliruan yang mungkin
Bandingkan saldo perkiraan beban gaji Salah saji akun beban gaji.
dengan tahun lalu ( disesuaikan untuk
peningkatan tingkat upah dan
peningkatan volume ).
Bandingkan tenaga kerja langsung Salah saji dari tenaga kerja
sebagai persentase dari penjualan langsung
dengan tahun lalu.
Bandingkan beban komisi sebagai Salah saji dalam beban komisi.
persentase dari penjualan dengan
tahun lalu.
Bandingkan beban pajak ditanggung Salah saji dalam beban pajak
perusahaan sebagai persentase dari ditanggung perusahaan.
gaji dengan tahun lalu (disesuaikan
untuk perubahan dalam tarif pajak)
Bandingkan akun hutang pajak Salah saji dalam hutang pajak
penghasilan pegawai dengan tahun penghasilan pegawai.
lalu.
10. Langkah-langkah dalam merancang pengujian terinci atas saldo utuk kewajiban
penggajian:
a. Tentukan materialitas dan tetapkan resiko audit yang dapat diterima serta risiko
bawaan untuk akun kewajiban penggajian.
b. Tetapkan risiko pengendalian untuk siklus penggajian dan kepegawaian.
c. Rancang dan laksanakan pengujian atas pengendalian, pengujian substantif
atas transaksi dan prosedur analitis untuk siklus penggajian dan kepegawaian.
d. Rancang dan laksanakan prosedur analitis untuk untuk saldo akun kewajiban
penggajian.
e. Rancang pengujian terinci atas saldo akun penggajian untuk memenuhi tujuan
spesifik audit yang meliputi prosedur audit, ukuran sampel, pos/unsur yang
dipilih, dan saat pelaksanaan.
34
1. Audit atas persediaan dan pergudangan penting, lama, dan kompleks:
a. Persediaan adalah bagian utama dari neraca, merupakan perkiraan terbesar
yang melibatkan modal kerja.
b. Persediaan lokasinya tersebar yang menyulitkan penghitungan dan
pengendalian fisik.
c. Persediaan bermacam ragam dan penilaiannya sulit.
d. Ada beberapa metode penilaian persediaan yang dapat diterima.
35
Bagian ini meliputi pemrosesan order pembelian, penerimaan bahan baku dan
penyimpanan bahan tersebut. Internal control fungsi ini dipahami dan diuji
sebagai pengujian atas pengendalian, dan pengujian substantif atas transaksi
dalam siklus perolehan & pembayaran dan siklus penggajian & kepegawaian.
b. Transfer Aktiva Tetap.
Bagian ini mencakup fungsi pemrosesan barang dan menyimpan barang jadi.
Dilakukan pengujian tersendiri atas siklus persediaan dan pergudangan.
c. Pengiriman dan Pencatatan Pendapatan dan Biaya.
Bagian ini mencakup pencatatan pengiriman barang. Pemahaman dan pengujian
internal control dilakukan sebagai audit atas siklus penjualan dan penerimaan
kas. Pengujian atas transaksi berupa akurasi berkas induk persediaan perpetual.
d. Pengamatan Fisik Persediaan.
Pengamatan penghitungan fisik pesediaan diperlukan untuk menentukan apakah
persediaan yang tercatat benar-benar ada pada tanggal neraca dan dihitung
dengan benar.
e. Menilai Harga dan Mengkompilasi Persediaan.
Biaya yang digunakan untuk menilai persediaan diuji dengan pengujian harga.
Hasil perhitungan fisik jumlah dan harga yang dicatat diuji dengan pengujian
kompilasi.
5. Pengendalian Akuntansi Biaya adalah hal-hal yang berkaitan dengan persediaan fisik
dan biaya yang terkait dari titik dimana bahan baku diminta pengorderannya sampai
titik dimana barang jadi selesai diproduksi dan dipindahkan ke gudang.
Pengendalian ini dibagi dua kategori:
a. Pengendalian fisik atas bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi.
1) Penggunaan gudang yang terpisah dengan akses yang terbatas
2) Penugasan pegawai tertentu
3) Dokumen prenumbered untuk otorisasi pemindahan persediaan
4) Berkas induk persediaan perpetual
b. Pengendalian atas biaya yang berkaitan.
1) Catatan biaya yang memadai.
6. Pengujian atas Akuntansi Biaya.
Dalam mengaudit akuntansi biaya auditor berkepentingan dengan empat aspek:
a. Pengendalian fisik
Pengujian dibatasi pada pengamatan dan tanya jawab. Diamati apakah gudang
dikunci dan ditangani oleh pegawai yang kompeten.
b. Dokumen dan catatan pemindahan persediaan.
Perhatian utama auditor dalam hal pemindahan persediaan ialah apakah
pemindahan yang dicata benar terjadi, pemindahan yang terjadi telah dicatat,
jumlah diskripsi dan tanggal transaksi dicatat dengan tepat. Pertama auditor
memahami internal control, kemudian pengujian melalui pemeriksaan terhadap
catatan dan dokumen dilakukan.
c. Berkas induk persediaan perpetual.
Pengujian atas berkas induk persediaan perpetual untuk mengurangi pengujian
fisik atau mengubah sat pelaksanaannya dilakukan dengan pemeriksaan
dokumen, yaitu dokumen untuk verifikasi pembelian bahan yang mendukung
36
pengurangan persediaan bahan dan peningkatan barang jadi, pengurangan
persediaan barang jadi.
d. Catatan biaya per unit.
Pencatatan akuntansi biaya yang memadai harus diintegrasikan dengan catatan
produksi dan catatan akuntansi lain untuk mendapatkan biaya yang akurat untuk
semua produk. Auditor harus memahami internal control, dan pengujian
dilakukan sebagai bagian dari pengujian terhadap perolehan, penjualan dan
penggajian. Pengalokasian overhead juga harus dievaluasi.
37
a. Pengendalian Penetapan Harga dan Kompilasi.
1) Penggunaan biaya standar
2) Penelaahan biaya per unit
3) Penelaahan persediaan yang rusak, usang, perputarannya lambat atau salah
saji.
4) Dokumen dan catatan yang memadai dari penghitungan fisik
5) Verifikasi intern oleh personel yang cakap dan independen
6) Kartu persediaan prenumbered.
b. Prosedur Penetapan Harga dan Kompilasi.
Kerangka acuannya adalah daftar persediaan yang didapat dari klien.
c. Penilaian Persediaan
Metode penetapan harga harus sesuai dengan GAAP, konsisten dan
mempertimbangkan nilai pasar dengan nilai penggantian.
38
b. Pengabaian suatu transaksi merupakan masalah audit utama karena satuannya
umumnya material.
c. Terdapat hubungan hukum antara satuan usaha klien dari pemegang saham,
obligasi atau dokumen-dokuman pemilikan yang serupa.
d. Terdapat hubungan langsung antara perkiraan bunga dan deviden dengan
pinjaman dan modal.
4. Wesel bayar adalah kewajiban hukum terhadap kreditor yang mungkin dijamin oleh
akiva maupun sama sekali tidak dijamin
c. Pengendalian Intern
1) Otorisasi yang pantas atas penerbitan wesel baru oleh dewan direksi atau
manajemen puncak
2) Pengendalian yang mencukupi atas pembayaran pokok pinjaman dan bunga
sebagai bagian siklus perolehan dan pembayaran
3) Dokumen dan catatan yang pantas meliputi buku tambahan dan pengawasan
terhadap wesel-wesel kosong atau telah dibayar oleh seorang petugas yang
bertanggungjawab
4) Verifikasi Independen secara peridodik melalui rekonsiliasi dengan buku
besar dan dibandingkan dengan catatan pemegang wesel. Beban bunga wesel
juga harus dihitung kembali.
39
Meliputi peerbitan wesel bayar dan pembayaran kembali pokok pinjaman serta
bunga. Pengujian harus ditekankan terhadap empat pengendalian intern yang telah
dibahas di depan.
e. Prosedur analitis
Prosedur analitis disini esensial karena pengujian terinci atas beban bunga dan
bunga terutang sering kali dieliminasi saat hasilnya menguntungkan. Contoh
prosedur analitis untuk wesel bayar dan perkiraan bunga:
1) Hitung kembali taksiran beban bunga dn basis tingkat bunga rata-rata dan wesel
bayar bulanan keseluruhan
2) Bandingkan wesel bayar outstanding dengan than sebelumnya
3) Bandingkan saldo total wesel bayar, beban bunga dan bunga terutang dengan
tahun sebelumnya
f. Pengujian terinci atas saldo
Langkah awal adalah penggunaan skedul wesel bayar dan bunga terutang yang
diperoleh dari klien. Skedul wesel bayar digunakan sebagai kerangka acuan
prosedur pengujian terinci atas saldo.
5. MODAL PEMILIK
a. Tujuan Audit, menentukan apakah :
1) Struktur pengendalian intern terhadap modal dan dividen yang berkaitan
mencukupi
2) Transaksi-transaksi modal telah dicatat sesuai dengan tujuan pengendalian
ntern
3) Saldo-saldo modal pemilik telah dilaporkan dan diungkapkan sesuai dengan
tujuan pengujian terinci atas saldo (kepemilikan tidak layak diterapkan)
b. Pengendalian Intern
Beberapa pengendalian intern penting yang diutamakan oleh auditor:
1) Otorisasi yang pantas atas transaksi
2) Petugas dari agen pemindahan saham yang independen
3) Pencatatan yang pantas dan pembagian tugas
40
a. Seluruh transaksi saham yang ada telah dicatat. Auditor dapat meminta
konfirmasi mengenai transaksi-transaksi modal saham dan mengenai nilai dari
transaksi-transaksi saham tersebut serta melakukan penelitian terhadap notulen
rapat
41
c. Setelah auditor yakin suatu transaksi pantas diklasifikasikan transaksi laba
ditahan, berikutnya harus ditentukan kebenaran nilainya.
d. Pertimbangan penting lainnya adalah menyelidiki apakah ada transaksi yang
seharusnya dimasukkan tapi belum dicatat.
e. Hal penting dalam menentukan apakah laba ditahan diungkapkan dengan benar
adalah keberadaan pembatasan-pembatasan terhadap pembayaran deviden.
2. Kecurangan/penyelewengan kas
a. Lapping, yaitu proses penggelapan kas oleh pemegang kas dengan melakukan
pinjaman tanpa persetujuan pejabat ybs dengan mengundur pencatatan penerimaan
kas
Unsur:
1) penerimaan kas tidak dicatat
2) penerimaan yang tidak dicatat diambil pemegang kas
3) gali lubang tutup lubang diisi kembali setelah ada penerimaan berikutnya
b. Kitting, bentuk window dressing dengan tujuan menutup kekurangan kas
cara: menarik cek dari rekening perusahaan pada suatu bank sebelum terjadi kliring,
dan menyetorkannya ke bank lain, biasa dilakukan akhir bulan. kedua rekening
menunjukkan saldo yang lebih besar.
5. PENGENDALIAN INTERNAL
a. Pengendalian atas siklus transaksi yang mempengaruhi penerimaan dan
pengeluran kas
42
b. Rekonsiliasi bank yang independen
6. PROSEDUR ANALITIS
a. Membandingkan saldo akhir pada rekonsiliasi bank, setoran dalam perjalanan, cek-
cek yang masih beredar, dan pos-pos rekonsiliasi lainnya dengan tahun
sebelumnya.
b. Membandingkan saldo kas dengan bulan sebelumnya
43
1) Memulai dengan rekonsiliasi bank untuk bulan Nov & membandingkan seluruh
pos rekonsiliasi dengan cancelled check & dokumen lain pada laporan bank
bulan Des
2) Semua sisa cancelled check & slip setoran dalam laporan bank bulan Des
dibandingkan dengan jurnal pengeluaran dan penerimaan kas bulan Des.
3) Semua pos yang belum selesai dalam rekonsiliasi bank bulan Nov & jurnal
pengeluaran serta penerimaan bulan Des harus masuk rekonsiliasi 31 Des dari
klien
4) Pos rekonsiliasi dalam rekonsiliasi 31 Des harus merupakan pos dari rekonsiliasi
bank bulan Nov & jurnal Des yang blm diselesaikan oleh bank.
44
c. Dokumen yang diperlukan rekonsiliasi bank, konfirmasi bank, laporan pisah
batas
d. Prosedur penting uji pengendalian dan uji substantif atas transaksi
BAGIAN V
MENYELESAIKAN AUDIT
S. MENYELESAIKAN AUDIT
1. Kewajiban bersyarat adalah kemungkinan potensi kewajiban di masa mendatang
kepada pihak ketiga untuk jumlah yang tidak diketahui sebagai akibat aktivitas
yang telah terjadi. Kondisi yang menyebabkan adanya kewajiban bersyarat :
a. Terdapat kemungkinan pembayaran dimasa datang kepada pihak ketiga akibat
kondisi saat ini
b. Terdapat ketidakpastian atas jumlah pembayaran di masa datang
c. Hasilnya akan ditentukan oleh peristiwa di masa datang
45
a. Tanya jawab dengan manajemen (lisan atau tulisan) mengenai kemungkinan
kewajiban bersyarat yang belum dicatat
b. Telaah surat ketetapan pajak untuk melihat penyelesaian perselisihan atas pajak
penghasilan
c. Telaah notulen rapat direksi, komisaris, pemegang saham atas adanya indikasi
tuntutan atau kewajiban lain
d. Analisa beban hukum untuk periode yang diaudit dan telaah faktur dan
pernyataan dari penasehat hukum atas adanya indikasi kewajiban bersyarat
khususnya tuntutan dan penetapan pajak yang ditunda
e. Dapatkan konfirmasi dari seluruh pengacara utama mengenai status kewajiban
bersyarat
f. Telaah kertas kerja yang ada mengenai informasi yang menunjukkan potensi hal
bersyarat
g. Dapatkan letter of credit dekat tanggal neraca dan konfirmasi saldo yang
digunakan maupun belum
46
8. Auditor mempunyai tanggungjawab untuk menelaah transaksi dan peristiwa yang
terjadi setelah tanggal neraca untuk menentukan apakah terjadi sesuatu yang
mempengaruhi penilaian atau pengungkapan atas laporan keuangan yang diaudit.
Tanggungjawab auditor dibatasi untuk periode yang diawali tanggal neraca dan
berakhir pada tanggal laporan audit.
47
b. Evaluasi atas asumsi kelangsungan hidup, auditor mengevaluasi apakah
terdapat keraguan mengenai kemampuan klien menjaga kelangsungan hidup
paling tidak satu tahun setelah tanggal neraca
c. Surat pernyataan klien, auditor perlu mendapatkan surat pernyataan yang
mendokumentasikan pernyataan lisan manajemen terpenting sepanjang
audit. Penolakan menandatangani surat pernyataan menyebabkan
pemberian pendapat dengan pengecualian atau pernyataan tidak
memberikan pendapat.
d. Informasi lain dalam laporan tahunan. Dalam PSA 44 informasi lain adalan
yang bukan bagian dari laporan tahunan tapi diterbitkan bersamanya.
48
1) Tanggung jawab auditor yang meliputi ; untuk mengevaluasi SPI dan konsep
keyakinan memadai .
2) Pokok-pokok kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan .
3) Penyesuaian laporan keuangan yang signifikan .
4) Ketidaksepakatan dengan manajemen yang meliputi ruang lingkup,penerapan
prinsip akuntansi, kalimat laporan
5) Kesulitan dalam melaksanakan audit .
d. Surat kepada manajemen untuk memberikan rekomendasi akuntan publik untuk
memperbaiki usaha klien .
49