Anda di halaman 1dari 17

AKUNTANSI KEUANGAN II

“Laba Ditahan”

Oleh :

KELOMPOK 3
Kelas B1

Gusti Ayu Agung Mas Medhayani 2107531111 / 12


Dewa Ayu Dyah Prema Gandhi 2107531126 / 15
I Kadek Rajendra Trinatha 2107531206 / 30

PRODI SARJANA AKUNTANSI

UNIVERSITAS UDAYANA

2022
A. KONSEP LABA TIDAK DIBAGI

Laba tidak dibagi mernpakan modal vang berasai dari dalam perusahaan yaitu
kumpulan laba dan rugi sampai saat terlentu sesudah dikurang dividen yang dibagi dan jumlah
yang dipindahkan ke rekening modal. Laba rugi int dapat berasal dari (a) laba rugi usaha, (b)
laba rugi kegiatan yang tidak rutin seperti laba penjualan aktiva tetap, dan (c) koreksi atas laba
tahun-tahun lalu. Apabila rekening laba tidak dibagi menunjukkan saldo debit maka disebut
defisit.

Laba tidak dibagi dapat digunakan untuk beberapa tujuan sebagai berikut.
1. Pembagian dividen.
2. Pembelian treasury stock.
3. Pembatasan laba tidak dibagi ur.tuk tujuan-tujuan tertentu.
4. Rekapitalisasi.
5. Penyerapan kerugian.

Pencatatan laba tidak dibagi hendaknya dipisahkan dari modal disetor agar diketahui
sumber masing-masing modal. Walaupun laba tidak dibagi itu sebagian jumlahnya sudah
dibatasi penggunaannya, tetapi keduanya termasuk dalam jumlah laba tidak dibagi. Dalam
neraca, iumlah laba tidak dibagi terdiri dan dua golongan rekening yaltu: (a) laba tidak dibagi
yang bebas dan (b) laba tidak bagi yang sudah mempunyai tujuan penggunaan. Apabila
perusahaan mengadakan kuasi reorganisasi di mana defisit yang ada dihapuskan dengan cara
menurunkan nilai nominal saham, maka laba yang diperoleh sesudah adanya reorganisasi semu
harus diberi tanda sehingga bahwa laba tidak dibagi itu merupakan hasil usaha sesudah adanya
reorganisasi semu.

B. DIVIDEN

Sangat sedikit perusahaan membayar dividen dalam jumlah yang setara dengan
ketersediaan saldo secara legal. Alasan utamanya adalah sebagai berikut.

1. Untuk mematuhi perjanjian (perjanjian obligasi) dengan kreditor tertentu, untuk


menahan semua bagian laba, dalam bentuk aset, untuk membangun perlindungan
tambahan terhadap kemungkinan kerugian.
2. Untuk memenuhi kebutuhan perusahaan, bahwa laba setara dengan biaya perolehan
saham tresuri yang dibeli akan dibatasi dengan pengumuman dividen.
3. Untuk menahan aset yang seharusnya dibayarkan sebagai dividen, untuk membiayai
pengembangan atau perluasan. Hal ini terkadang disebut pembiayaan internal,
menginvestasikan kembali laba, atau menarik kembali keuntungan ke dalam bisnis.
4. Untuk melancarkan pembayaran dividen dari tahun ke tahun dengan
mengakumulasikan laba pada tahun yang baik (menguntungkan) menggunakan
akumulasi laba tersebut sebagai dasar untuk dividen pada tahun yang tidak
menguntungkan.
5. Untuk membuat bantalan atau penyangga terhadap kemungkinan kerugian atau
kesalahan dalam perhitungan keuntungan.

Kondisi Keuangan dan Distribusi Dividen

Manajemen perusahaan yang efektif membutuhkan perhatian lebih dibandingkan


legalitas pembagian dividen. Manajemen juga harus mempertimbangkan kondisi ekonomi,
yang paling penting, likuiditas. Diasumsikan situasi yang ekstrem seperti ditunjukkan pada
tabel berikut.

Laporan Posisi Keuangan


Aset Tetap Rp500.000 Modal Saham Rp400.000
Saldo Laba Rp100.000
Rp500.000 Rp500.000
Perusahaan tersebut memiliki saldo kredit pada saldo laba. Tanpa dibatasi, perusahaan
dapat mengumumkan dividen sebesar Rp100.000. Akan tetapi, karena semua asetnya adalah
aset tetap yang digunakan dalam operasi, pembayaran dividen tunai sebesar Rp100.000 akan
memerlukan penjualan aset tetap atau pinjaman. Bahkan, jika laporan posisi keuangan
menunjukkan aset lancar, pertanyaannya adalah apakah perusahaan memerlukan aset kas
tersebut untuk tujuan lain.

Keberadaan liabilitas jangka pendek secara kuat menunjukkan bahwa perusahaan


membutuhan kas untuk melunasi utang lancar pada saat jatuh tempo. Selain itu, kebutuhan kas
sehari-hari untuk pembayaran gaji dan pengeluaran lainnya yang tidak termasuk dalam
liabilitas jangka pendek juga membutuhkan kas. ladi. sebelum mengumumkan dividen.
manajemen harus mempertimbangkan ketersediaan dana untuk membayar dividen. Perusahaan
tidak harus membayar dividen kecuall jika posisi keuangan sekarang dan di masa mendatang
dapat menjamin pembayarannya.
Jenis Dividen

1. Dividen Tunai
Dewan direksi memberikan suara pada saat pengumuman dividen tunai (cash
dividends). Setelah persetujuan atas keputusan tersebut, dewan direksi mengumumkan
dividen. Sebelum melákukan pembayaran, perusahaan harus menyiapkan daftar para
pemegang saham. Untuk alasan tersebut, biasanya terdapat jeda waktu antara
pengumuman dan pembayaran. Misalnya, dewan direksi dapat menyetujui keputusan
tersebut pada pertemuan tanggal 10 Januari (tanggal pengumuman), dan
mengumumkan pembayarannya pada tanggal 5 Februari (tanggal pembayaran) kepada
seluruh pemegang saham yang tercatat tanggal 25 Januari (tanggal tercatat).
Pengumuman dividen tunai merupakan liabilitas. Oleh karena pembayaran
biasanya diminta dengan segera, dan biasanya merupakan liabilitas jangka pendek.
Misalnya, Bark Company. pada 10 Juni mengumumkan dividen tunai sebesar Rp100
per saham atas 1 juta saham terutang pada 16 Juli kepada seluruh pemegang saham
yang tercatat pada 24 Juni. Perusahaan menggunakan jurnal berikut untuk mencatat
pengumuman dan pembayaran dividen saham biasa yang harus dibayar dalam bentuk
tunai.

Pada saat pengumuman (10 Juni)

Saldo Laba (Dividen Tunai Diumumkan) Rp100.000.000

Utang Dividen Rp100.000.000

Pada tanggal pencatatan (24 Juni)

Tidak ada jurnal

Pada tanggal pembayaran (16 Juli)

Saldo Laba (Dividen Tunai Diumumkan) Rp100.000.000

Utang Dividen Rp100.000.000

Untuk membuat akun buku besar yang menunjukkan jumlah dividen yang
diumumkan selama tahun tersebut, Bark dapat mendebit Dividen Tunai Diumumkan,
bukan Saldo Laba pada tanggal pengumuman. Kemudian, menutup akun tersebut ke
Saldo Laba pada akhir tahun.
2. Dividen Proverti
Dividen yang dibayarkan dalam bentuk aset perusahaan selain kas disebut
dividen properti (property dividends) atau dividen dalam bentuk barang. Dividen
properti dapat berupa barang dagang, real estat, atau investasi, atau bentuk apapun yang
ditetapkan dewan direksi. Oleh karena kesulitan yang jelas atas pecahan dari unit dan
pengiriman kepada pemegang saham, dividen properti biasanya dalam bentuk efek dari
perusahaan lain yang dimiliki perusahaan pendistribusi sebagai investasi.
Saat mengumumkan dividen properti, perusahaan harus menyatakan kembali
nilai wajar properti yang akan didistribusikan, dengan mengakui adanya keuntungan
atau kerugian sebagai selisih antara nilai wajar dan nilai tercatat properti pada tanggal
pengumuman. Perusahaan kemudian akan mencatat dividen yang diumumkan sebagai
debit ke Saldo Laba (atau Dividen Properti Diumumkan) dan mengkredit ke Utang
Dividen Properti, dengan jumlah yang sama dengan nilai wajar properti yang
didistribusikan. Setelah pembagian dividen, perusahaan mendebit Utang Dividen
Properti dan mengkredit akun yang berisi aset yang didistribusikan (dinyatakan kembali
pada nilai wajar).
Misalnya, Gilbert Company mengalihkan kepada pemegang sahamnya
sebagian investasinya dalam efek yang dimiliki untuk diperdagangkan (held-for-
trading) sehargaRp2.250.000 dengan mengumumkan dividen properti pada 28
Desember 2021, untuk didistribusikan pada tanggal 30 Januari 2022, kepada pemegang
saham yang tercatat pada 15 Januari 2021. Pada tanggal pengumuman, efek tersebut
memiliki nilai wajar sebesar Rp3.200.000. Trendler membuat jurnal sebagai berikut.

Pada tanggal pengumuman

Investasi Ekuitas Rp2.250.000

Keuntungan atau Kerugian yang Belum Direalisasi-Laba Rp2.250.000

Saldo Laba (Dividen Properti Diumumkan) Rp2.000.000

Utang Dividen Properti Rp2.000.000

Pada tanggal distribusi

Utang Dividen Properti Rp2.000.000

Investasi Ekuitas Rp2.000.000


3. Dividen Likuidasi
Sejumlah perusahaan menggunakan jumlah yang dibayarkan pemegang saham
sebagai dasar dividen. Tanpa pengungkapan memadai atas fakta ini, pemegang saham
bisa mengalami kekeliruan untuk percaya bahwa perusahaan mendapat keuntungan.
Untuk mengantisipasi hal ini, pernyataan yang jelas tentang sumber setiap dividen
harus menyertai setiap pembayaran dividen. Dividen berdasarkan saldo selain laba
terkadang digambarkan sebagai dividen likuidasi. Istilah ini menyiratkan bahwa
dividen tersebut merupakan pengembalian investasi pemegang saham dan bukan
merupakan keuntungan, atau bisa dikatakan setiap dividen yang tidak berdasarkan laba
akan mengurangi jumlah yang dibayarkan pemegang saham dan dividen tersebut
merupakan dividen likuidasi. Perusahaan yang bergerak di bidang industri ekstraktif
dapat membayar dividen sejumlah total akumulasi laba dan deplesi. Bagian dari dividen
yang melampaui total akumulasi laba menunjukkan pengembalian sebagian investasi
pemegang saham.
Contohnya, McChesney Mines Inc. mengeluarkan dividen kepada pemegang
saham biasa sebesar $1.200.000. pengumuman dividen tunai menyatakan bahwa
pemegang saham harus mempertimbangkan $900.000 sebagai laba dan sisanya sebagai
pengembalian modal. McChesney Mines Inc. mencatatkan dividen dengan jurnal
berikut:
Pada tanggal pengumuman:
Saldo laba $900.000
Premi saham – biasa $300.000
Utang dividen $1.200.000
Pada tanggal pembayaran:
Utang dividen $1.200.000
Kas $1.200.000
Dalam sejumlah kasus, manajemen dapat mengambil keputusan untuk
menghentikan bisnis dan mengumumkan dividen likuidasi. Dalam kasus ini, likuidasi
dapat berjalan selama beberapa tahun untuk memastikan perubahan aset yang teratur
dan wajar. Sebagai contoh, ketika Overseas National Airways bubar, pihaknya sepakat
untuk membayarkan dividen likuidasi kepada sejumlah pemegang saham selama
beberapa tahun dengan jumlah setara dengan $8,60 per saham. Setiap pembayaran
dividen likuidasi dalam kasus semacam itu mengurangi jumlah yang dibayarkan oleh
pemegang saham.
4. Dividen Saham
perusahaan menerbitkan dividen saham. Dalam hal ini, perusahaan tidak
mendistribusikan aset. Masing-masing pemegang saham mempertahankan proporsi
kepemilikan saham yang sama dalam perusahaan dan nilai buku yang sama setelah
perusahaan mengeluarkan dividen saham. Pastinya, nilai buku per saham lebih rendah
karena setiap pemegang saham mempunyai lebih banyak saham.
Sehingga, dividen saham adalah penerbitan saham sendiri oleh perusahaan
kepada pemegang saham secara prorata tanpa mendapat pertimbangan apapun. Dalam
mencatat dividen saham, beberapa percaya bahwa perusahaan harus mengalihkan nilai
pari saham yang diterbitkan sebagai dividen dari saldo laba menjadi modal saham.
Lainnya percaya bahwa perusahaan harus mengalihkan nilai wajar saham yang
diterbitkan (nilai wajar saham pada tanggal pengumuman) dari saldo laba untuk modal
saham dan premi saham.
Posisi nilai wajar diadopsi, minimal sebagian, untuk memengaruhi kebijakan
dividen saham perusahaan. Terbukti pada satu waktu, banyak dalam profesi akuntan
menganggap dividen saham secara berkala sebagai hal yang tidak pantas karena mereka
percaya bahwa istilah dividen jika digunakan dalam distribusi tambahan saham itu
menyesatkan investor karena aset neto investor tidak meningkat sebagai hasil dari
“dividen” ini. Akibatnya, kelompok ini memutuskan untuk mempersulit perusahaan
dengan mempertahankan serangkaian dividen saham dari akumulasi laba, dengan cara
mewajibkan penggunaan nilai wajar jauh melebihi nilai buku tersebut.
Saat dividen saham kurang dari 20 hingga 25 persen dari saham biasa yang
beredar ketika pengumuman dividen, perusahaan wajib mengalihkan nilai wajar saham
yang diterbitkan dari saldo laba. Dividen saham yang kurang dari 20 hingga 25 persen
dari saham biasa yang beredar sering disebut dividen saham kecil biasa. Metode
penanganan dividen saham dilakukan dengan alasan banyak penerima dividen saham
memandangnya sebagai distribusi laba perusahaan dan biasanya dalam jumlah yang
setara dengan nilai wajar dari tambahan saham yang diterima. Akan tetapi, argument
ini tidak meyakinkan. Secara umum sudah disepakati bahwa dividen saham bukan
merupakan laba bagi penerimanya. Oleh sebab itu, secara akuntansi yang baik
seharusnya tidak menganjurkan prosedur tersebut hanya karena beberapa penerima
menganggapnya sebagai laba.
Untuk memberikan gambaran mengenai dividen saham kecil, diberikan contoh
Vine Corporation memiliki 1000 lembar saham beredar dengan nilai pari €100 untuk
saham biasa dan saldo laba sebesar €50.000. Jika Vine mengumumkan 10 persen
dividen saham, maka Vine menerbitkan 100 saham tambahan kepada pemegang saham
untuk saat ini. Jika nilai wajar saham tersebut pada saat dividen saham adalah €130 per
saham, berikut adalah jurnalnya:
Pada tanggal pengumuman
Saldo laba (dividen diumumkan) €13.000
Dividen saham biasa yang dapat didistribusikan €10.000
Premi saham – biasa € 3.000
Perlu diperhatikan bahwa dividen saham tidak memengaruhi aset atau liabilitas apapun.
Jurnalnya hanya mencerminkan reklasifikasi ekuitas. Jika Vine menyusun laporan
posisi keuangan antara tanggal pengumuman dan distribusi, perusahaan harus
menunjukkan dividen saham biasa yang dapat didistribusikan pada bagian ekuitas
sebagai tambahan untuk modal saham-biasa (sedangkan utang dividen tunai atau
dividen properti dianggap sebagai utang jangka pendek).
Saat mengeluarkan saham, jurnalnya adalah sebagai berikut:
Pada tanggal distribusi
Dividen saham biasa yang dapat didistribusikan €10.000
Modal saham – biasa €10.000
Tidak peduli seberapa nilai wajar pada saat dividen saham, masing-masing pemegang
saham tetap memiliki kepentingan proporsional yang sama dalam perusahaan.
Sejumlah undang-undang yang berlaku secara khusus melarang diterbitkannya dividen
untuk saham treasuri. Dalam yurisdiksi yang mengizinkan saham treasuri untuk
berpartisipasi dalam pendistribusian dividen saham atau pemecahan saham, rencana
penggunaan saham treasuri tersebut memengaruhi praktik perusahaan. Contoh, jika
perusahaan menerbitkan saham treasuri dalam hubungannya dengan opsi saham
karyawan, saham treasuri dapat berpartisipasi dalam pendistribusian karena perusahaan
biasanya menyesuaikan jumlah saham dengan pilihan dividen saham atau pemecahan
saham. Akan tetapi, tidak ada tujuan yang berguna untuk mengeluarkan tambahan
saham berupa saham treasuri tanpa tujuan khusus, karena pada dasarnya saham tersebut
sama dengan saham yang diotorisasi tetapi belum diterbitkan.
5. Dividen Utang (Scrip Dividends)
Dividen Utang (Scrip dividends) timbul apabila laba ditahan itu saldonya
mencukupi untuk pembagian dividen, tetapi saldo kas yang ada tidak cukup. Sehingga
pimpinan PT akan mengeluarkan scrip devidends yaitu janji tertulis untuk membayar
jumlah tertentu di waktu yang akan dating. Scrip devidends ini mungkin berbunga,
mungkin juga tidak.
Jurnal pada saat pengumuman :
Laba Ditahan Rp. xx
Utang Dividen scrip Rp. Xx

Jurnal ketika pembayaran disertai bunga:


Utang Dividen Scrip Rp. xx
Biaya Bunga Rp. Xx
Kas Rp. xx

Akumulasi Dividen untuk Saham Prioritas

Dividen saham prioritas yang berakumulasi, sebelum secara resmi diumumkan belum
merupakan uang PT. Tetapi supaya jelas, di dalam neraca diminta untuk dilaporkan adanya
akumulasi dividen tersebut. Cara melaporkannya dalam neraca bisa:

• Dengan catatan kaki (footnote)


• Laba ditahan yang tidak dibatasi dikurangi dengan jumlah dividen yang belum dibayar
dengan cara sebagai berikut:

Laba ditahan Rp. xxx

Jumlah Dividen saham prioritas belum dibayar ( Rp. xxx)

Jumlah Rp. xxx

Dividen untuk Saham Tanpa Nilai Nominal

Jika saham yang beredar itu tanpa nominal, maka dividen yang akan dibagikan harus
dinyatakan dalam rupiah dan bukan dalam persentase. Apabila perusahaan ingin mentransfer
laba ditahan ke modal saham, tidak perlu mengumumkan dividen saham tetapi cukup
menjurnal sebagai berikut:

Laba Ditahan Rp. xx

Modal Saham Rp. xx

B. PEMBATASAN LABA TIDAK DIBAGI


Laba tidak dibagi berasal dari kumpulan laba rugi perusahaan baik yang rutin, tidak
rutin maupun yang merupakan koreksi laba tahun-tahun sebelumnya. Dividen yang dibagikan
dibebankan ke rekening laba tidak dibagi. Dari waktu ke waktu dapat dilakukan pembatasan
terhadap laba dimaksudkan agar tidak semua saldo tidak dibagi diminta sebagai dividen.
Pembatasan ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu (1) dengan membuat jurnal untuk
mencatat pembatasan laba. tidak dibagi, sehingga jumlah laba tidak dibagi terdiri dari dua
rekening yaitu rekening laba tidak dibagi yang masih bebas dan laba tidak dibagi yang dibatasi,
(2) tidak membuat jurnal pembatasan laba tidak dibagi. Dalam cara ini pembatasan-pembatasan
yang ada dilaporkan dalam neraca dengan suatu keterangan atau catatan kaki. Terdapat
beberapa penyebab yang mengakibatkan terjadinya pembatasan laba tidak dibagi sebagai
berikut:

1. Untuk mematuhi peraturan perundang-undangan. Umumnya undang-undang berkaitan


dengan laba tidak dibagi dimaksudkan agar tidak terjadi penurunan modal sampai di
bawah jumlah modal yang disetor. Contohnya adalah pembatasan untuk pembelian
treasury stock.
2. Untuk memenuhi perjanjian utang seperti dalam hal pengeluaran obligasi di mana
debitur harus membentuk dana pelunasan obligasi dan membatasi laba tidak dibagi.
3. Merupakan tindakan pimpinan perusahaan yang disesuaikan dengan rencana keuangan
perusahaan.
4. Merupakan tindakan pimpinan perusahahan untuk menjaga kemungkinan timbulnya
kerugian waktu yang akan datang.

Penyebab lain mengenai alasa terjadinya pembatasan laba tidak dibagi adalah sebagai
berikut.

1. Pembatasan Laba Tidak Dibagi untuk Memenuhi Perjanjian Utang Jangka


Panjang
Agar pengeluaran obligasi dapat lebih menarik kreditur, biasanya dengan
perjanjian yang mewajibkan perusahaan untuk membuat dana pelunasan obligasi yang
disimpan oleh pihak ketiga. Dana ini bisa merupakan setoran periodik dengan jumlah
tertentu, atau mungkin juga jumlahnya tidak sama. Untuk mengimbangi adanya dana
pelunasan obligasi, biasanya laba tidak dibagi juga diminta untuk dibatasi
penggunaannya. Pembatasan laba tidak dibagi dibuat dalam jumlah yang sama dengan
jumlah dana pelunasan obligasi. Bila obligasi yang beredar merupakan obligasi berseri,
jumiah pembatasan laba tidak dibagi tidak harus sama dengan jumlah pelunasan
obligasi. Pembatasan laba tidak dibagi ini dibuat selama obligasi masih beredar,
sesudah obligasi yang beredar itu dilunasi, pembatasan yang sudah dilakukan
dihapuskan dan dikembalikan ke rekening laba tidak dibagi. Jurnal yang dibuat untuk
membatasi laba tidak dibagi adalah sebagai berikut.

Laba Tidak Dibagi Rpxxx

Laba Tidak Dibagi untuk Pelunasan Obligasi Rpxxx

Sesudah obligasi dilunasi pembatasan laba tidak dibagi dihapuskan dengan


jurnal sebagai berikut.

Laba Tidak Dibagi untuk Pelunasan Obligasi Rpxxx

Laba Tidak Dibagi Rpxxx

Pembatasan laba tidak dibagi dapat juga dilakukan tanpa jurnal seperti di atas,
tetapi dengan memberi keterangan untuk menunjukkan jumlah yang dibatasi
penggunaannya.

2. Pembatasan Laba Tidak Dibagi untuk Perencanaan Keuangan


Perusahaan yang mempunyai rencana untuk memperluas kegiatannya, dapat
atembatasi laba tidak dibagi supaya tetap bisa ditahan dalam perusahaan. Sesudah
ekspansi dilakukan berarti tujuan pembatasan laba tidak dibagi itu sudah tercapai maka
laba tidak dibagi yang dibatasi dihapuskan dan dikembalikan ke rekening laba tidal
dibagi. Pembatasan laba tidak dibagi untuk tujuan perluasan perusahaan dapat ditun
jukkan dalam rekening-rekening sebagai berikut.
a. Laba tidak dibagi untuk investasi pabrik.
b. Laba tidak dibagi untuk modal kerja.
c. Laba tidak dibagi untuk pembelian mesin.

Sesudah tujuan pembatasan ini tercapai, rekening yang dibatasi dikembalikan ke


rekening laba tidak dibagi, berarti jumlahnya dapat diminta sebagai dividen. Untuk
menjaga agar jumlah tersebut dapat tetap menjadi modal perusahaan maka perusahaan
dapat membagi dividen saham.

3. Pembatasan Laba Tidak Dibagi untuk Kemungkinan Timbulnya Kerugian di


Masa yang Akan Datang
Untuk menjaga kemungkinan timbulnya kerugian di masa yang akan datang
pim pinan perusahaan dapat membatasi laba tidak dibagi dan mencatatnya dalam
rekening- rekening sebagai berikut.
a. Laba tidak dibagi untuk ketidakpastian.
b. Laba tidak dibagi untuk kemungkinan turunnya harga persediaan.
c. Laba tidak dibagi untuk kemungkinan kerugian dalam sengketa hukum.
d. Laba tidak dibagi untuk asuransi sendiri.

Seperti dalam tujuan pembatasan yang lain, pembatasan untuk kemungkinan


kerugian di masa yang akan datang ini dapat dikerjakan dengan membuat jurnal atau
dengan memberi keterangan tanpa jurnal.

C. PENGUKURAN-PENGUKURAN YANG DIHITUNG DARI LAPORAN


KEUANGAN PT
Dari laporan PT dapat dilakukan beberapa perhitungan yang dipakai sebagai alat
pengukuran terhadap kemampuan perusahaan yaitu;
1. Nilai buku per lembar saham
Nilai buku per lembar saham adalah jumlah rupiah yang menjadi milik tiap-tiap
lembar saham dalam modal PT. Nilai buku ini adalah jumlah yang akan dibayarkan
kepada para pemegang saham pada waktu pembubaran (likuidasi) PT.
Nilai buku per lembar saham prioritas adalah bagian modal saham prioritas
dibagi dengan jumlah saham prioritas yang beredar. Nilai buku per lembar saham biasa
adalah bagian modal saham biasa dibagi dengan jumlah lembar saham biasa yang
beredar. Untuk menghitung bagian modal yang menjadi milik saham prioritas perlu
dipertimbangkan hal- hal berikut:
1) Nilai likuidasi yaitu jumlah yang akan dibayarkan kepada pemegang saham
prioritas pada saat perusahaan dilikuidasi.
2) Hak dividen. Saham prioritas mungkin mempunyai hak-hak tertentu, misalnya
laba ditahan sesuai dengan perjanjian tentang dividen.
2. Pendapatan per lembar saham
Pendapatan per lembar saham (EPS) adalah jumlah pendapatan yang diperoleh
dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang beredar. Apabila dividen yang
dibayarkan pada setiap lembar saham dibandingkan dengan pendapatan per lembar
saham dalam periode yang sama, maka akan diperoleh persentase pembayaran (Pay out
percentage). Data earnings per share yang ditunjukan adalah untuk penghasilan
sebelum elemen-elemen luar biasa dan untuk penghasilan bersih. Saham biasa
ekuivalen adalah surat berharga yang karena perjanjian-perjanjian yang dibuat pada
saat surat berharga itu dikeluarkan, bersifat ekuivalen terhadap saham biasa.
Perusahaan- perusahaan yang mempunyai struktur modal yang kompleks. Struktur
modal kompeks adalah struktur modal yang terdiri dari berbagai macam surat berharga
seperti saham biasa, saham prioritas, surat-surat berharga yang dapat ditukarkan
(convertible) seperti convertible preferred stocks, convertible bonds, juga adanya
options atau warrants. Menurut Accounting Standard untuk struktur modal yang
kompleks menghendaki dua penyajian data per lembar saham:
1) Primary earnings per share adalah Jumlah pendapatan yang diperoleh oleh
setiap lembar saham biasa yang beredar, termasuk saham biasa ekuivalen.
2) Fully diluted earnings per share adalah jumlah pendapatan per lembar saham
yang menunjukan maksimum dilution yang akan terjadi dari petukaran,
penggunaan, dan pengeluaran bersyarat yang secara individual akan
mengurangi earnings dan secara keseluruhan mempunyai akibat dilutive.
Surat berharga selain saham biasa ekuivalen yang mempunyai akibat
diluative
Fully diluted EPS = Laba bersih setelah pajak - Deviden

Rata-rata jumlah saham yang beredar

D. LABA PER SAHAM


Laba per lembar saham adalah jumlah pendapatan yang didapatkan dalam satu periode
untuk setiap lembar saham yang beredar. Informasi tentang laba per saham dapat dipakai oleh
pimpinan perusahaan untuk menentukan dividen yang akan dibagikan. Informasi ini juga
berguna bagi investor untuk mengetahui perkembangan perusahaan tempatnya menanam dana.
Jika dividen yang dibayarkan pada setiap lembar saham dibandingkan dengan pendapatan per
lembar saham dalam periode bersangkutan, maka akan didapatkan persentase pembayaran (pay
out percentage / dividend payout ratio).

SAK No.56 mengatur tentang perhitungan laba per lembar saham, yang menyatakan
bahwa terdapat dua jenis laba per lembar saham, yaitu:
1. Laba per Saham Dasar
Laba per saham dasar adalah jumlah laba pada suatu periode yang tersedia untuk
setiap saham biasa yang beredar dalam periode pelaporan. Laba per saham dasar
dihitung dengan cara membagi laba atau rugi bersih yang tersedia bagi pemegang
saham biasa (laba bersih residual) dengan jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang
beredar dalam suatu periode. Yang dimaksud dengan laba bersih residual adalah laba
bersih (setelah dikurangi pajak, pos luar biasa, dan hak pemegang saham minoritas)
dikurangkan dengan deividen saham utama yang terdiri dari 1) dividen saham utama
(prioritas) bukan kumulatif yang diumumkan pada periode yang bersangkutan, dan 2)
dividen saham utama (prioritas) kumulatif yang diumumkan pada periode yang
bersangkutan, baik dividen tersebut sudah atau belum diumumkan.
Laba per saham (LPS) dasar dapat dihitung dengan rumus berikut:
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ − 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑝𝑟𝑖𝑜𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠
Laba per saham dasar = 𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟

Jika terdapat transaksi yang mengubah jumlah saham biasa, maka jumlah rata-
rata tertimbang saham biasa harus disesuaikan. Contoh transaksi yang mengubah
jumlah saham biasa adalah pembagian dividen saham biasa dan saham bonus,
penerbitan hak untuk memesan efek terlebih dahulu (rights issue) untuk pemegang
saham lama, pemecahan saham (stock splits), dan penggabungan saham.

Di bawah ini disajikan contoh perhitungan LPS dasar:


PT Andalas memiliki modal saham biasa yang beredar dalam tahun 2022 sebanyak
1000 lembar. Pendapatan bersih dalam tahun 2022 sebesar Rp1.500.000,00. Seluruh
saham sudah beredar sejak awal tahun 2022 dan tidak ada saham prioritas. Pendapatan
𝑅𝑝1.500.000−0
per lembar saham PT Andalas untuk tahun 2022 adalah 1000 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟

= Rp1.500,00

PT Lais Manis mempunyai modal dengan rincian saham biasa (beredar) sebanyak 1500
lembar, saham prioritas dengan nominal Rp1000 per lembar saham beredar sebanyak
500 lembar. Dividen saham prioritas sebesar 10%. Pendapatan bersih tahun 2022
senilai Rp2.000.000,00. Rincian saham biasa adalah, tanggal 1 Januari 2022 beredar
1000 lembar dan pada tanggal 1 Juli 2022 terjadi emisi baru sebanyak 500 lembar.
Supaya laba per lembar saham bisa dihitung, terlebih dahulu perlu dihitung rata-rata
tertimbang saham biasa yang beredar. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
Jumlah saham Laba peredaran Bobot (Weight) Rata-rata
(Bulan) Tertimbang
1000 6 6/12 = 1/2 500
1500 6 6/12 = 1/2 750
Jumlah rata-rata tertimbang 1.250

𝑅𝑝2.000.000 − 𝑅𝑝50.000
Laba per lembar saham dasar = = Rp156,00
1250

*Dividen saham prioritas = 500 lembar x Rp1.000,00 x 10% = Rp50.000,00

2. Laba per Saham Dilusian


Laba per saham (LPS) dilusian adalah jumlah laba pada suatu periode yang
tersedia untuk setiap saham biasa yang beredar selama periode pelaporan dan efek lain
yang asumsinya diterbitkan bagi semua efek berpotensi saham biasa yang sifatnya
dilutif yang beredar sepanjang periode pelaporan.
Berdasarkan SAK No.56, dalam menghitung LPS dilusian, laba bersih residual dan
jumlah rata-rata tertimbang saham biasa beredar harus disesuaikan dengan
memperhitungkan dampak dari seluruh efek berpotensi saham biasa yang dilutif.
Dilution (dilutif) adalah pengurangan terhadap EPS yang diakibatkan oleh anggapan
bahwa convertible securities sudah ditukar atau options dan warrants sudah digunakan
atau saham-saham lain sudah dikeluarkan untuk memenuhi syarat-syarat tertentu.
Contoh efek berpotensi saham biasa adalah :
1) Efek utang (debt security) atau instrumen selain saham biasa yang bisa ditukar
dengan saham biasa
2) Waran atau opsi saham, adalah instrumen keuangan yang memberi hak kepada
pemegangnya untuk membeli saham biasa dengan harga tertentu dan dalam jangka
waktu (periode) tertentu
3) Kebijakan kepegawaian yang memberi hak kepada karyawan untuk menerima
saham biasa sebagai bagian dari remunerasi atau hak untuk membeli saham dengan
syarat tertentu
4) Saham yang akan diterbitkan saat terpenuhinya kondisi tertentu yang dimuat dalam
suatu perjanjian, contohnya kontrak pembelian usaha atau aktiva lain
Perhitungan LPS dilusian pada dasarnya sama dengan perhitungan LPS dasar. Yang
membedakan adalah:

1) Laba bersih yang diperhitungkan adalah laba bersih residual ditambah dividen dan
bunga (dihitung setelah pajak) dan disesuaikan dengan perubahan penghasilan dan
beban yang disebabkan konversi efek berpotensi saham biasa
2) Jumlah rata-rata saham biasa yang beredar ditambah rata-rata tertimbang saham
biasa yang akan beredar dengan asumsi semua efek berpotensi saham biasa yang
dilutif dikonversikan menjadi saham biasa
DAFTAR PUSTAKA

Baridwan,Z. (2004). Intermediate Accounting. BPFE

Kieso, dkk. (2011). Akuntansi Keuangan Menengah Vol. 2. Salemba Empat: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai