Anda di halaman 1dari 13

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, perusahaan dituntut untuk dapat mengelola laba yang diperoleh secara tepat
dan optimal. Karena besar kecilnya laba yang diperoleh perusahaan akan menentukan
keberlangsungan perusahaan tersebut di masa yang akan datang. Bagi perusahaan berbentuk
Perseroan Terbatas (PT), laba yang diperoleh akan dialokasikan pada dua
komponen, yaitu : dividen dan laba ditahan.

Laba yang dialokasikan pada laba ditahan akan digunakan oleh perusahaan untuk
investasi kembali (reinvestasi) pada aset yang menguntungkan, misalnya untuk investasi yang
menguntungkan. Sedangkan laba yang dialokasikan pada dividen akan dibagikan kepada investor
dapat dalam bentuk dividen tunai maupun dividen saham.

Kebijakan dividen sangat penting karena mempengaruhi kesempatan investasi


perusahaan, harga saham, struktur finansial, arus pendanaan dan posisi likuiditas. Dengan
perkataan lain, kebijakan dividen menyediakan informasi mengenai performa (performance)
perusahaan. Oleh karena itu, masing-masing perusahaan menetapkan kebijakan dividend yang
berbeda-beda. Perusahaan harus dapat mempertimbangkan antara besarnya laba yang akan
ditahan untuk mengembangkan perusahaan dan besarnya dividen untuk kesejahteraan
pemegang saham.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan laba ditahan ?

1.2.2 Bagaimana kebijakan dividen pada perusahaan ?

1.2.3 Apa saja jenis- jenis dividen ?

1.2.4 Bagaimana pembatasan laba ditahan ?

1.2.5 Bagaimana pengukuran- pengukuran yang dihitung dari laporan keuangan PT ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk menjelaskan pengertian dari laba ditahan.

1.3.2 Untuk menjelaskan tentang kebijakan dividen suatu perusahaan.

1.3.3 Untuk mengetahui jenis- jenis dividen.

1.3.4 Untuk menjelaskan pembatasan laba ditahan.

1.3.5 Untuk menjelaskan pengukuran- pengukuran yang dihitung dari laporan keuangan PT.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN LABA DITAHAN

Laba ditahan merupakan modal yang berasal dari dalam perusahaan yaitu kumpulan laba
dan rugi sampai saat tertentu sesudah dikurangi dividen yang dibagi dan jumlah yang
dipindahkan ke rekening modal. Laba ditahan dapat digunakan untuk beberapa tujuan sebagai
berikut:

a. Pembagian dividen

b. Pembagian treasury stock

c. Pembatasan laba untuk tujuan tertentu

d. Rekapitalisasi

e. Penyerapan kerugian

2.2 KEBIJAKAN DIVIDEN

Dividen adalah pembagian laba kepada pemegang saham PT yang sebanding dengan
jumlah lembar saham yang dimiliki. Pembagian laba kepada pemegang saham dapat berakibat
sebagai berikut:

1. Pembagian aktiva PT dan suatu penurunan dalam jumlah modal PT seperti hal dalam
dividen kas, aktiva selain kas atau dividen likuidasi.

2. Timbulnya suatu utang dan suatu penurunan jumlah modal PT seperti dalam hal dividen
hutang atau dividen kas yang sudah diumumkan tetapi belum dibayar.

3. Tidak ada perubahan dalam aktiva, utang atau jumlah modal PT, tetapi hanya
menimbulkan perubahan komposisi masing-masing elemen dalam modal PT seperti
dalam hal dividen.

Dalam rangka pembagian dividen dari suatu perusahaan ada 3 tanggal yang perlu
diperhatikan, yaitu:

1. Tanggal pengumuman adalah tanggal direksi PT mengumumkan adanya pembagian


dividen dengan suatu jumlah tertentu untuk setiap lembar saham yang beredar. Pada
tanggal ini dicatat adanya utang dividen dan laba ditahan didebet.
2. Tanggal pendaftaran, pada tanggal ini tidak ada jurnal yang dibuat. Pada tanggal ini
catatan mengenai nama-nama pemengang saham dututup. Pemegang saham yang
namanya terdaftar dalam perusahaan berhak menerima dividen.

3. Tanggal pembayaran, pada tanggal ini dividen yang terutang dilunasi dan dicatat dengan
mendebet rekening utang dividend an mengkredit rekening aktiva.

2.3 JENIS – JENIS DIVIDEN

Adapun jenis- jenis dividen, yaitu :

a. Dividen Kas/ Tunai

Dividen yang paling umum dibagikan oleh PT adalah dalam bentuk kas. Adapun yang
harus diperhatikan oleh pimpinan sebelum membuat pengumuman adanya dividen kas
adalah apakah jumlah uang kas yang ada mencukupi untuk pembagian dividen tersebut.

Contoh :

PT WGAH pada tanggal 31 Desember 2013 mengumumkan pembagian dividen sebesar Rp 1000 untuk
setiap lembar saham biasa dan akan dibayar tanggal 20 Januari 2014 kepada pemegang saham yang
terdaftar pada tanggal 10 Januari 2014. Saham biasa yang beredar sebanyak 1000 lembar

Jurnal nya :

Saat pengumuman (31 Desember 2013)

Laba ditahan Rp 1.000.000

Utang dividen Rp 1.000.000

Saat pembayaran (20 Januari 2014)

Utang dividen Rp 1.000.000

Kas Rp 1.000.000

b. Dividen Aktiva Selain Kas (Property dividend)

Dividen juga bisa dibagikan dalam bentuk aktiva selain kas yang disebut dengan istilah
property dividend. Aktiva ini dibagikan dalam bentuk surat- surat berharga perusahaan lain yang
dimiliki PT, barang dagangan atau aktiva- aktiva lain.

Contoh :
PT Ganendra memiliki 10.000 lembar saham PT Ananta dengan harga perolehan Rp 1.100.000 . Saham
PT Ganendra yang beredar sebanyak 10.000 lembar. Pada tanggal 15 Desember 2013 diumumkan
pembagian property dividendsdimana setiap lembar saham PT Ganendra akan menerima dividen 1
lembar saham PT Ananta. Pembagian pada tanggal 15 Januari 2014. Harga pasar saham PT Ananta
pada tanggal 15 Januari 2014 sebesar Rp 125 per lembar.

Jurnalnya :

Saat pengumuman (15 Desember 2013)

Laba ditahan Rp 1.100.000

Utang dividen saham PT Ananta Rp 1.100.000

Saat pembayaran (15 Januari 2014)

Utang dividen saham PT Ananta Rp 1.100.000

Investasi dalam saham PT Ananta Rp 1.100.000

c. Dividen utang (scrip dividend)

Dividen utang timbul apabila laba ditahan itu saldonya mencukupi untuk pembagian dividen,
tetapi saldo kas yang ada tidak cukup. Sehinga pimpinan PT akan mengeluarkanscrip dividend yaitu
janji tertulis untuk membayar jumlah tertentu di waktu yang akan datang. Scrip dividends ini bisa
berbunga dan tidak berbunga. Jika mengandung bunga, bagian bunga dari pembayaran tunai harus
didebet ke biaya bunga dan tidak diperlakukan sebagai bagian dari dividen

Contoh

PT Wiweka mengumumkan pembagian scrip dividends sebesar Rp 1.000.000 bunga 10% jatuh tempo
3 bulan kemudian

Jurnal :

Laba ditahan Rp 1.000.000

Utang dividen scrip Rp 1.000.000

Ketika jatuh tempo

Utang dividen scrip Rp 1.000.000

Biaya bunga Rp 25.000*

Kas Rp 1.250.000

*(10%x Rp 1.000.000x 3/12) = Rp 25.000


d. Dividen Likuidasi

Dividen likuidasi adalah dividen yang sebagian merupakan modal, bukan dari laba. Dividen likuidasi ini
dicatat dengan mendebet rekening pengembalian modal yang dalam neraca dilaporkan sebagai
pengurang modal saham.

Contohnya :

PT Wiweka menerbitkan dividen pada pemegang saham biasa sebesar Rp 1.200.000 . pengumuman
dividen tunai itu menyatakan bahwa Rp 900.000 harus dipertimbangkan sebagai laba dan sisanya
merupakan pengembalian modal

Jurnalnya :

Saat pengumuman

Laba ditahan Rp 900.000

Tambahan modal disetor Rp 300.000

Utang dividen Rp 1.200.000

Saat tanggal pembayaran

Utang dividen Rp 1.200.000

Kas Rp 1.200.000

e. Dividen saham

Dividen saham adalah pembagian tambahan saham, tanpa dipungut pembayarannya kepada para
pemegang saham, sebanding dengan saham – saham yang dimilikinya.

Dividen saham bisa dibagikan sebagai berikut :

a. Dividen saham biasa, yaitu dividen saham berupa saham yang jenisnya sama, tanpa
dipungut pembayaran kepada para pemegang saham biasa atau dividen saham prioritas
untuk pemegang saham prioritas.

b. Dividen saham special (khusus), yaitu dividen berupa saham yang jenisnya berbeda,
misalnya dividen saham prioritas untuk pemegang saham bias atau dividen saham biasa
untuk pemegang saham prioritas.

Ada beberapa keadaan atau alasan – alasan yang membenarkan pembagian dividen saham
antara lain :
a. Keinginan pimpinan perusahaan untuk menahan laba secara tetap yaitu dengan
mengkapitalisasi sebagian laba ditahan

b. Untuk dapat membagi dividen tanpa pengembalian aktiva yang diperlukan untuk modal
kerja atau ekspansi

c. Untuk menaikkan jumlah lembar saham yang beredar, sehingga harga pasarnya akan
menurun.

Contoh :

Modal PT Hitankara adalah sebagai beikut :

- Modal saham prioritas 5.000 lembar @ Rp 2.000 = Rp 10.000.000

- Modal saham biasa 10.000 lembar @ Rp.1.000 = Rp 10.000.000

- Agio saham prioritas = Rp 1.000.000

- Agio saham biasa = Rp 1.500.000

- Laba ditahan = Rp 15.000.000

Jumlah Rp 37.500.000

Harga pasar per lembar saham:

Saham prioritas = Rp 2.500

Saham biasa = Rp 1.100

Untuk mencatat dividen saham terdapat terdapat harga yang dapat digunakan yaitu :

a. Dicatat sebesar harga pasar pada saat saham dibagi

b. Dicatat sebesar nilai nominal saham

c. Dicatat sebesar harga jual sahamnya dulu sehingga jumlah agio dan disagionya sama.

Contoh :

Diumumkan pembagian dividen saham sebesar 10% untuk pemegang saham biasa.

Jurnal saat pengumuman

Laba ditahan Rp 1.100.000

Utang dividen saham biasa Rp 1.100.000

Jurnal saat tanggal pengeluaran


Utang dividen saham biasa Rp 1.000.000

Modal saham biasa Rp 1.000.000

Akumulasi saham dividen dari saham preferen

Dividen saham prioritas yang terakumulasi, sebelum secara resmi diumumkan belum
merupakan utang PT. Tetapi supaya jelas di dalam neraca diminta untuk melaporkan adanya
akumulasi dividen tersebut. Cara melaporkan dalam neraca adalah :

1. Dengan catatan kaki (footnote)

2. Laba ditahan yang tidak dibatasi dikurangi dengan jumlah dividen yang belum dibayar dengan cara
sebagai berikut :

Laba ditahan :

Jumlah dividen saham preferen yang belum dibayar Rp 100.000

Yang tidak dibatasi Rp 500.000

Jumlah Rp. 600.000

Dividen untuk saham tanpa nilai nominal

Jika saham yang beredar ini tanpa nominal, maka dividen yang akan dibagikan harus
dinyatakan dalam rupiah dan bukan dalam persentase. Apabila perusahaan ingin mentransfer laba
ditahan ke modal saham, tidak perlu mengumumkan dividen saham tetapi cukup dengan membuat
jurnal sebagai berikut :

Laba ditahan xxx

Modal saham xxx

2.4 PEMBATASAN LABA DITAHAN

Laba ditahan berasal dari laba perusahaan, baik dividen yang dibagikan dibebankan ke
rekening laba ditahan. Sehingga dari waktu kewaktu dapat dilakukan pembatasan terhadap laba
ditahan dengan maksud untuk menjaga agar semua saldo laba ditahan diminta sebagai dividen.
Hal ini dapat dilakukan dengan :

a. Membuat jurnal untuk mencatat pembatasan laba ditahan, sehingga jumlah laba ditahan terdiri dari
dua rekening yaitu rekening laba ditahan yang masih bebas dan laba ditahan yang dibatasi.
b. Tidak membuat jurnal pembatasan laba ditahan, sedangkan pembatasannya dilakukan dengan
membuat catatan kaki atau keterangan pada neraca.

Ada beberapa hal yang mengakibatkan terjadinya pembatasan atas laba adalah sebagai
berikut :

a. Untuk mematuhi peraturan (undang-undang) yang dimaksudkan agar tidak terjadi penurunan modal
dibawah jumlah modal yang disetor.

b. Untuk memenuhi perjanjian utang seperti dalam hal pengeluaran obligasi dimana debitur harus
membentuk dana pelunasan obligasi dan membatasi laba ditahan.

c. Merupakan tindakan pimpinan perusahaan yang disesuaikan dengan rencana keuangan perusahaan.

d. Merupakan tindakan pimpinan perusahaan untuk menjaga kemungkinan timbulnya kerugian diwaktu
yang akan dating.

Pembatasan laba ditahan untuk memenuhi perjanjian utang jangka panjang

Untuk dapat menarik para kreditur, biasanya perusahaan membuat perjanjian untuk membuat
dana pelunasan obligasi. Dana ini dibentuk dari pembatasan laba ditahan, dimana jumlahnya sama
dengan dana pelunasan obligasi.

Jurnal yang dibuat untuk membatasi laba ditahan adalah :

Laba ditahan xxx

Laba ditahan untuk pelunasan obligasi xxx

Jurnal pada saat obligasi dibayarkan :

Laba ditahan untuk pelunasan obligasi xxx

Laba ditahan xxx

Pembatasan laba ditahan untuk perencanaan keuangan

Perusahaan yang mempunyai rencana untuk memperluas kegiatannya, dapat membatasi laba
ditahan supaya tetap bisa ditahan dalam perusahaan. Sesudah ekspansi dilakukan berarti tujuan
pembatasan laba ditahan itu sudah tercapai maka laba ditahan yang dibatasi dihapuskan dan
dikembalikan ke rekening laba ditahan. Pembatasan laba ditahan untuk tujuan perluasan perusahaan
dapat ditunjukkan dalam rekening-rekening sebagai berikut :

a. Laba ditahan untuk investasi public

b. Laba ditahan untuk modal kerja

c. Laba ditahan untuk pembelian mesin


Sesudah tujuan pembatasan ini tercapai, rekening yang dibatasi dikembalikan kerekening laba
ditahan, berarti jumlahnya dapat diminta sebagai dividen. Untuk menjaga agar jumlah tersebut dapat
tetap menjadi modal, perusahaan dapat membagi dividen saham.

Pembatasan laba ditahan untuk kemungkinan timbulnya kerugian dimasa yang akan dating

Untuk menjaga kemungkinan timbulnya kerugian dimasa yang akan dating pimpinan
perusahaan membatasi laba ditahan dan mencatat nya ke rekening-rekening sebagai berikut :

d. Laba ditahan untuk ketidakpastian

e. Laba ditahan untuk kemungkinan turunnya harga persediaan

f. Laba ditahan untuk kemungkinan kerugian dalam sengketa hukum

g. Laba ditahan untuk ansuransi sendiri

Seperti dalam tujuan pembatasan yang lain, pembatasan untuk kemungkinan kerugian yang akan
dating ini dapat dikerjakan dengan membuat jurnal atau dengan memberi keterangan tanpa jurnal.

2.5 PENGUKURAN – PENGUKURAN YANG DIHITUNG DARI LAPORAN KEUANGAN PT

Dalam laporan PT dapat dihitung beberapa perhitungan yang dipakai sebagai alat pengukuran
terhadap kemampuan perusahaan yaitu:

1. Nilai buku per lembar saham (book value per share)

Nilai buku saham adalah jumlah rupiah yang menjadi milik tiap-tiap lembar saham dalam modal PT.
Nilai buku ini dibayarkan kepada para pemegang saham pada waktu pembayaran PT, jika aktiva dapat
dijual sebesar nilai bukunya. Apabila saham yang beredar itu hanya satu macam, yakni saham biasa
maka nilai buku per saham biasa dapat dihitung :

Nilai buku per lembar saham =

Contohnya dari PT WGAH

Modal saham 100.000 lembar nominal @Rp 1.000 = Rp 100.000.000

Agio Saham = Rp 55.000.000

Laba tidak dibagi = Rp 57.500.000


Jumlah modal = Rp 212.500.000

Jadi nilai buku per lembar = Rp 212.500.000/ 100.000 lbr = Rp 2.125

Apabila saham yang beredar ituterdiri dari saham biasa dan prioritas, maka pertama kali harus
dihitung dulu bagian modal yang menjadi milik saham prioritas. Nilai buku saham prioritas adalah
bagian modal saham prioritas dibagi dengan jumlah lembar saham prioritas yang beredar. Untuk
menghitung modal yang menjadi milik saham prioritas perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:

a. Nilai likuidasi yaitu jumlah yang akan dibayarkan kepada pemegang saham prioritas pada
saat perusahaan dilikuidasi. Nilai ini bisa dibawah nilai nominal, sama dengan nilai
nominal atau diatas nilai nominal.

b. Hak deviden. Saham prioritas mungkin mempunyai hak-hak tertentu, misalkan hak atas
laba tidak dibagi sesuai dengan perjanjian tentang deviden. Kadang-kadang saham
prioritas bersifat komulatif atau berpartisipasi, jika keadaannya seperti itu maka
seharusnya dihitung beberapa besarnya laba tidak dibagi yang harus diperhitungkan
terhadap saham prioritas.

2. Laba per saham (earning per share / EPS)

Laba per saham adalah jumlah laba yang diperoleh dalam suatu periode untuk tiap lembar saham yang
beredar. Perhitungan laba per saham diatur dalam SAK No. 56 yang menyatakan ada dua macam laba
per saham yaitu :

a. Laba per saham dasar yaitu jumlah laba pada suatu periode yang tersedia untuk setiap
saham biasa yang beredar dalam periode pelaporan.

b. Laba per saham dilusian yaitu jumlah laba pada suatu periode yang tersedia untuk setiap
saham biasa yang beredar selama periode pelaporan dan efek lainnya yang asumsinya
diterbitkan bagi semua efek berpotensi saham biasa yang sifatnya dilutive yang beredar
sepanjang periode pelaporan

Laba per Saham Dasar

Laba per saham dasar dihitung dengan membagi laba atau rugi bersih yang tersedia bagi
pemegang saham dengan jumlah rata- rata tertimbang saham biasa yang beredar dalam suatu
periode. Laba bersih residual adalah laba bersih (setelah dikurangi beban pajak, pos luar biasa
dan hak pemegang saham minoritas ) dikurangi dengan dividen saham utama yang meliputi :

1. Dividen saham utama (prioritas) bukan kumulatif yang diumumkan pada periode yang
bersangkutan
2. Dividen saham utama (prioritas) kumulatif yang terakumulasi pada periode yang
bersangkutan, baik dividen tersebut sudah atau belum diumumkan.

Rumus LPS dasar adalah

LPS dasar =

Apabila terdapat transaksi yang mengubah jumlah saham biasa, maka jumlah rata- rata
tertimbang saham biasa harus disesuaikan. Contoh transaksi yang mengubah jumlah saham
biasa adalah pembagian saham biasa dan saham bonus, penerbitan hak memesan saham lebih
dulu untuk pemegang saham lama, pemecahan saham, penggabungan saham.

Laba per Saham Dilusian

Menurut SAK No. 56, dalam menghitung laba per saham dilusian, laba bersih residual
dan jumlah rata- rata tertimbang saham biasa beredar harus disesuaikan dengan
memperhitungkan dampak dari semua efek berpotensi saham biasa dilutive. Dilutiveadalah
pengurangan terhadap EPS yang diakibatkan oleh anggapan bahwa convertible
securities sudah ditukarkan atau options dan warrants sudah digunakan atau saham- saham
lain sudah dikeluarkan untuk memenuhi persyaratan- persyaratan tertentu. Adapun contoh
berpotensi saham biasa adalah :

1. Efek utang atau instrument ekuitas selain saham biasa yang dapat ditukar dengan saham
biasa

2. Waran atau opsi saham, yaitu instrument keuangan yang memberikan hak kepada
pemiliknya untuk membeli saham biasa dengan harga tertentu dan dalam periode
tertentu

3. Kebijakan kepegawaian yang memberikan hak kepada karyawan untuk menerima saham
biasa sebagai bagian dari remunerasi atau hak untuk membeli saham dengan
syarat tertentu

4. Saham yang akan diterbitkan saat terpenuhinya kondisi- kondisi tertentu yang dimuat
dalam suatu perjanjian

Perhitungan laba per saham dilusian pada dasarnya sama dengan perhitungan LPS dasar.
Perbedaannya terletak pada hal –hal berikut :

1. Laba bersih yang diperhitungkan adalah laba bersih residual ditambah dividend bunga (
dhitung setelah pajak) dan disesuaikan dengan perubahan penghasilan dan beban yang
disebabkan konversi efek berpotensi saham biasa
2. Jumlah rata- rata saham biasa yang beredar ditambah rata – rata tertimbang saham biasa
yang akan beredar dengan asumsi semua efek berpotensi saham biasa
yang dilutive dikonversikan menjadi saham biasa.

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Berdasarkan rumusan masalah dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Laba ditahan
merupakan modal yang berasal dari dalam perusahaan yaitu kumpulan laba dan rugi sampai saat
tertentu sesudah dikurangi dividen yang dibagi dan jumlah yang dipindahkan ke rekening modal.

Dividen adalah pembagian laba kepada pemegang saham PT yang sebanding dengan jumlah
lembar saham yang dimiliki. Dalam rangka pembagian dividen dari suatu perusahaan ada 3 tanggal
yang perlu diperhatikan, yaitu:tanggal pengumuman, tanggal pendaftaran dan tanggal pembayaran.
Adapun jenis – jenis dividen meliputi : dividen kas, dividen aktiva selain kas, dividen utang, dividen
likuidasi dan dividen saham.

Laba ditahan berasal dari laba perusahaan, baik dividen yang dibagikan dibebankan ke
rekening laba ditahan. Sehingga dari waktu kewaktu dapat dilakukan pembatasan terhadap laba
ditahan dengan maksud untuk menjaga agar semua saldo laba ditahan diminta sebagai dividen. Dalam
laporan PT dapat dihitung beberapa perhitungan yang dipakai sebagai alat pengukuran
terhadap kemampuan perusahaan yaitu: nilai buku per lembar saham dan laba per saham.

Anda mungkin juga menyukai