Anda di halaman 1dari 28

Perpajakan І

Pembukuan Atau Pencatatan Bagi Wajib Pajak Dan Pemeriksaan Pajak

Dosen Pengampu : Achmad Badjuri,Se.,M.Si,A.Kt

Kelompok 6

Disusun oleh :

1. Nasirudin ( 17.05.52.2010)
2. Misbakhul munir ( 17.05.52.2013 )

S1 Akuntansi R2

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS STIKUBANK

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan limpahan Rahmat
dan Ridho-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Pembukuan atau
Pencatatan bagi wajib pajak dan pemeriksa pajak” ini dengan baik dan selesai tepat
pada waktunya.

Selanjutnya, perlu kami sampaikan bahwa dalam penyusunan makalah ini


mungkin terdapat kesalahan atau kekurangan yang datangnya dari kami sendiri sebagai
manusia, untuk itu kritik dan juga saran senantiasa akan kami terima demi tercapainya
makalah yang lebih baik lagi.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca ataupun bagi kami sendiri selaku
penulis.

Semarang, 08-April-2019

Penyusun

DAFTAR ISI

2
HALAMAN JUDUL............................................................................................................I

KATA PENGANTAR.........................................................................................................II

DAFTAR ISI......................................................................................................................III

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang..........................................................................................................4
B. Tujuan......................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembukuan Atau Pencatatan Bagi Wajib Pajak....................................6


B. Ketentuan Umum Pembukuan Atau Pencatatan......................................................6
C. Syarat-Syarat Penyelenggaraan Pembukuan Dan Pencatatan..................................7
D. Tujuan Penyelenggaraan Pembukuan Dan Pencatatan............................................8
E. Prinsip Taat Azas.....................................................................................................8
F. Stelsel Akrual Dan Stelsel Kas................................................................................8
G. Pengecualian Pembukuan Dan Pencatatan..............................................................9
H. Pembukuan Dalam Bahasa Asing Dan Mata Uang Selain Rupiah..........................9
I. Perubahan Tahun Buku Dan Metode Pembukuan.................................................12
J. Tempat Penyimpan Buku/Catatan/Dokumen.........................................................12
K. Sanksi Pidana.........................................................................................................12
L. Pengertian Pemeriksaan Pajak...............................................................................13
M. Tujuan Pemeriksaan Pajak.....................................................................................13
N. Ruang Lingkup Pemeriksaan Pajak ......................................................................14
O. Jenis Dan Jangka Waktu Pemekrisaan Pajak.........................................................14
P. Methode Dan Tekhnik Pemeriksaan......................................................................14
Q. Pemeriksaan Hal Tertentu......................................................................................15
R. Penolakan Dan Peyegelan Dalam Memeriksa.......................................................17
S. Penyelesaian, Pembatalan, Dan Gugatan Pemeriksa.............................................17
T. Laporan Hasil Pemeriksa Pajak.............................................................................18
U. Ikthtisar Hasil Pemeriksa Dan Penghitungan Pajak Terutang...............................19
V. Simpulan Dan Usulan Pemeriksa...........................................................................19
W. Hak Wajib Pajak Apabila Dilakukan Pemeriksa..................................................19
X. Wewenang Pemeriksa Pajak..................................................................................21
Y. Pengertian Penyidikan Dan Wewenang Penyidik..................................................22
Z. Asas Hukum Penyidikan........................................................................................23

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................................... 24

BAB I PENDAHULUAN

3
A. LATAR BELAKANG

Pembukuan/pencatatan pajak dan pemeriksaan pajak di pergunakan sebagai


dasar perhitungan pajak terutang pada suatu tahun pajak, selain itu informasi yang
benar dan lengkap. Penghasilan wajib pajak sangat penting untuk dapat mengenakan
pajak yang adil dan wajar senilai dengan kemampuan ekonomis wajib pajak. Untuk
dapat menyajikan informasi yang di maksud, wajib pajak harus menyelenggarakan
pembukuan. Dimana dengan pembukuan tersebut wajib pajak dapat mengetahui sendiri
berapa besarnya pajak terutang, menyetor dan melapor pajak.

Laporan keuangan yang disusun perusahaan biasanya harus disesuaikan dengan


peraturan fiskal ketika laporan keuangan tersebut sebagai dasar pada SPT PPh yang
disampaikan ke kantor pajak. Hal ini disebabkan laporan keuangan perusahaan
mengacu pada standar akuntansi komersial. Untuk memenuhi kebutuhan pelaporan
pajak maka perusahaan melakukan penyesuaian fiskal (koreksi fiskal). Dengan adanya
perbedaan antara laba (rugi) menurut perhitungan akuntansi komersial dengan
akuntansi fiskal, maka sebelum menghitung Pajak Penghasilan yang terutang, terlebih
dahulu laba/rugi komersial tersebut harus dilakukan koreksi-koreksi fiskal sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000.

Pengertian tunggakan pajak Tunggakan pajak merupakan pajak yang terutang


ataupun yang belum dibayar kepada negara dalam jangka waktu yang telah ditetapkan,
jumlah hutang pajak yang harus dibayar dalam batas waktu yang telah ditetapkan
tercantum dalam surat ketetapan pajak (SKP) dan harus dibayar oleh wajib pajak ataupun
penanggung pajak.

Dalam pelaksanaannya tidak semua wajib pajak atau penanggung pajak melunasi
pajak yang terhutang tepat waktu. Apabila sampai batas waktu yang telah ditentukan
hutang pajak tersebut belum juga dilunasi, maka dilakukkan biaya tindakan penagihan
dengan pajak. Penagihan atau pajak adalah serangkaian tindakan agar penaggung pajak
melunasi utang pajak dan penagihan pajak menegur memperingatkan, melaksanakan
penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan
pencegahan pelaksanaan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang
telah disita. Prosedur penagihan pajak dimulai dari dikeluarkannya Surat Ketetapan
Pajak oleh Kantor Pelayanan Pajak. SKP tersebut berdasarkan Surat Pemberitahuan yang
disampaikan dan disusun oleh wajib pajak sendiri yang dikenal dengan istilah self
assessment system.

B. TUJUAN
1. Menambah pengetahuan mengenai pembukuan atau pencatatan pajak.

4
2. Menambah pengetahuan mengenai pemeriksaan pajak.

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PEMBUKUAN DAN PENCATATAN

5
1. Pembukuan
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur
untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan
penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan
berupa neraca dan laporan laba rugi untuk periode tahun pajak tersebut.

2. Pencatatan
Pencatatan yaitu pengumpulan data secara teratur tentang peredaran bruto
dan atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang
terutang termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan atau yang dikenakan
pajak yang bersifat final.

B. KETENTUAN UMUM PEMBUKUAN DAN PENCATATAN

1. Ketentuan Umum Pembukuan


Menurut Ketentuan Pokok Pembukuan Pasal 28 Undang-Undang Nomor 28
tahun 2007, yang wajib menyelenggarakan pembukuan adalah:
o Wajib Pajak (WP) Badan
o Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas, kecuali Wajib Pajak
Orang Pribadi yang peredaran brutonya dalam satu
tahun kurang dari Rp 4.800.000.000,00.

 Sedangkan yang dikecualikan dari kewajiban pembukuan menurut


pasal 28 ayat 2 UU KUP adalah:
o WP OP yang melakukan kegiatan usaha/pekerjaan
bebas yang diperbolehkan meghitung penghasilan
neto dengan menggunakan norma perhitungan
penghasilan neto.
o WP OP yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas.

2. Ketentuan Umum Pencatatan


Adapun yang wajib menyelenggarakan pencatatan yaitu:
1. Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan atau usaha atau
pekerjaan bebas dan peredaran brutonya dalam satu tahun kurang dari Rp
4.800.000.000,00 dapat menghitung penghasilan neto dengan
menggunakan norma penghitungan penghasilan neto, dengan syarat
memberitahukan ke Direktur Jenderal Pajak jangka waktu 3 bulan pertama
dari tahun pajak yang bersangkutan.

6
2. Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas.
C. SYARAT-SYARAT PENYELENGGARAAN PEMBUKUAN DAN
PENCATATAN
1. Syarat Pembukuan
 Adapun syarat-syarat untuk penyelenggaraan pembukuan adalah
sebagai berikut:
o Diselenggarakan dengan memeperhatikan itikad baik
yang mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang
sebenarnya;
o Diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan
huruf latin, angka arab satuan mata uang rupiah dan
disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa
asing yang diizinka oleh Menteri Keuangan
o Diselenggarakan dengan prinsip taat azas dengan stelsel
akrual atau stelsel kas;
o Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan
mata uang selain rupiah, dapat diselenggarakan oleh
Wajib Pajak setelah mendapat izin Menteri Keuangan;
o Perubahan terhadap metode pembukuan dan atau
tahun buku, harus mendapat persetujuan dari Direktur
Jendral Pajak;
o Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan
mengenai harga, kewajiban modal, penghasilan dan
biaya serta penjualan dan pembelian sehingga dapat
dihitung besarnya pajak yang terutang;
o Dokumen-dokumen yang menjadi dasar pembukuan
dan pencatatan serta dokumen lain yang berhubungan
dengan kegiatan atau usaha pekerjaan bebas Wajib
Pajak wajib disimpan selama 10 tahun.

 Syarat Pencatatan
 Syarat-syarat penyelenggaraan pencatatan adalah:
o Pencatatan harus diselenggarakan secara teratur dan
mencerminkan keadaan yang sebenarnya dengan
menggunakan huruf latin, angka Arab, satuan mata
uang Rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia;
o Pencatatan dalam suatu tahun harus diselenggarakan
secara kronologis;
o Catatan dan dokumen yang menjadi dasar pencatatan
harus disimpan di tempat tinggal Wajib Pajak atau
tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dilakukan
7
selama 10 (sepuluh) tahun;
o Pencatatan harus dapat menggambarkan anatara lain:
 Peredaran atau penerimaan bruto dan/atau jumlah penghasilan bruto
yang diterima dan/atau diperoleh;
 Penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau penghasilan yang
pengenaan pajaknya bersifat final.

D. TUJUAN PENYELENGGARAAN PEMBUKUAN DAN PENCATATAN


Adalah untuk mempermudah:
 Pengisian SPT
 Penghitungan Penghasilan Kena Pajak
 Penghitungan PPN dan PPnBM,
E. Penyelenggaraan pembukuan juga untuk mengetahui posisi keuangan dan hasil
kegiatan usaha/pekerjaan bebas. PRINSIP TAAT AZAS
Prinsip taat azas adalah prinsip yang konsisten digunakan dalam metode
pembukuan dengan tahun-tahun sebelumnya untuk mencegah penggeseran laba
atau rugi. Prinsip taat azas dalam metode pembukuan misalnya dalam penerapan:
 Stelsel pengakuan penghasilan, apakah penghasilan diakui pada saat dilakukan
penerimaan uang tunai atau berdasarkan pengakuan penghasilan;
 Stelsel pengakuan biaya, apakah beban diakui setelah dilakukan pembayaran
atau dicatat pada saat diakui sebagai beban;
 Tahun buku, yaitu periode yang digunakan adalah Januari sampai dengan
Desember;
 Metode penilaian persediaan, yaitu tidak dilakukan perubahan metode
pencatatan penilaian persediaan;
 Metode penyusutan dan amortisasi, yaitu tidak boleh menyusutkan Aktiva
Tetap Perusahaan dengan metod penyusutan yang lain.

F. STELSEL AKRUAL DAN STELSEL KAS/ ACCRUAL BASIS AND CASH


BASIS

Stelsel akrual adalah suatu metode penghitungan penghasilan dan biaya


dalam arti penghasilan diakui pada saat perolehan dan biaya diakui pada saat
terutang.
Termasuk dalam pengertian stelsel akrual adalah pengakuan penghasilan
beerdasarkan metode presentase tingkat penyelesain pekerjaan yang umumnya
dipakai dalam bidang konstruksi dan metode lain yang dipakai dalam bidang usaha
tertentu seperti real estate.
Stelsel kas adalah suatu metode yang penghitungannya didasarkan atas
8
penghasilan yang diterima dan biaya yang dibayar secara tunai. Stelsel kas
biasanya digunakan oleh perusahaan kecil orang pribadi atau perusahaan jasa,
misalnya transportasi, hiburan, dan restoran yang tenggang waktu antara
penyerahan jasa dan penerimaan pembayarannya tidak berlangsung lama.

Penghitungan Pajak Penghasilan dalam memakai stelsel kas harus


memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Penghitungan jumlah penjualan dalam suatu periode harus meliputi seluruh
penjualan, baik yang tunai maupun yang bukan. Dalam menghitung harga
pokok penjualan harus diperhitungkan seluruh pembelian dan persediaan.
b) Dalam memperoleh harta yang dapat disusutkan daan hak-hak yang dapat
diamortisasi, biaya-biaya yang dikurangkan dari penghasilan hanya dapat
dilakukan melalui penyusutan dan amortisasi.
c) Pemakaian stelsel kas harus dilakukan secara taat azas (konsisten).

G. PENGECUALIAN PEMBUKUAN DAN PENCATATAN


Wajib Pajak yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan
pembukuan dan melakukan pencatatan adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang
tidak wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan.

H. PEMBUKUAN DALAM BAHASA ASING DAN MATA UANG SELAIN


RUPIAH

Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah
dapat diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah mendapat persetujuan Menteri
Keuangan dalam rangka:
 Penanaman Modal Asing;
 Kontrak Karya yang beroperasi berdasarkan kontrak dengan Pemerintah
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan pertambangan selain pertambangan minyak dan gas
bumi;
 Kontrak Kerja Sama yang beroperasi berdasarkan ketentuan peraturan
perundang- undangan pertambangan minyak dan gas bumi;
 Bentuk Usaha Tetap sebagaimana diatur dalam Perjanjian Penghindaran
Pajak Berganda (P3B) terkait;
 Wajib Pajak yang mendaftarkan emisi sahamnya baik sebagian maupun
seluruhnya di bursa efek luar negeri;
 Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang menerbitkan reksadana dalam
denomina satuan mata uang Dolar Amerika Serikat dan telah memperoleh
Surat Pemberitahuan Efektif Pernyataan Pendaftaran dan Badan Pengawas
Pasar Modal- Lembaga Keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan

9
perundang-undangan pasar modal; atau
 Wajib Pajak yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk luar negeri
yaitu perusahaan anak (subsidiary company) yang dimiliki dan/atau dikuasai
oleh perusahaan induk (parent company) di luar negeri yang mempunyai
hubungan istimewa.

Izin tertulis dari Menteri Keuangan untuk menggunakan bahasa Inggris dan
satuan mata uang Dolar Amerika Serikat dapat diperoleh Wajib Pajak dengan
mengajukan surat permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah, paling lambat 3
(tiga) bulan:
a) Sebelum tahun buku yang diselenggarakan dengan menggunakan bahasa
Inggris dan satuan mata uang Dolar Amerika Serikat tersebut dimulai;atau
b) Sejak tanggal pendirian bagi Wajib Pajak baru untuk Bagian Tahun Pajak
atau Tahun Pajak pertama.

Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri Keuangan memberikan keputusan


atas permohonan Wajib Pajak paling lama 1 (satu) bulan sejak permohonan dari
Wajib Pajak diterima secara lengkap.
Apabila jangka waktu telah lewat dan Kepala Kantor Wilayah belum
memberikan keputusan maka permohonan dianggap diterima dan Kepala Kantor
Wilayah atas nama Menteri Keuangan menerbitkan keputusan pemberian izin
untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan
satuan mata uang Dolar Amerika Serikat.
Bagi Wajib Pajak yang diizinkan untuk menyelenggarakan pembukuan
dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dolar Amerika Serikat,
berlaku ketentuan konversi ke satuan mata uang Dolar Amerika Serikat sebagai
berikut:
1. Pada awal tahun buku
Pertama kali dilakukan dengan bertitik tolak dari Nearca akhir tahun
buku sebelumnya (dalam satuan mata uang Rupiah) yang dikonversikan ke
satuan mata uang Dolar Amerika Serikat dengan menggunakan kurs:
a) Untuk harga perolehan harta berwujud dan/atau harta tidak berwujud yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun meenggunakan kurs
yang sebenarnya berlaku pada saat perolehan harta tersebut;
b) Untuk akumulasi penyusutan dan/atau amortisasi harta sebagaimana
dimaksud pada huruf a) menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada
saat perolehan harta tersebut;
c) Untuk harta ainnya dan kewajiban menggunakan kurs yang sebenarnya
berlaku pada akhir tahun buku sebelumnya, berdasarkan sistem
pembukuan yang dianut yang dilakukan secara taat azas;
d) Jika terjadi revaluasi aktiva tetap, di samping menggunakan nilai historis,
atas nilai selisih lebih dikonversi ke dalam satuan mata uang Dolar
Amerika Serikat dengan menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku

10
pada saaat dilakukannya revaluasi;
e) Untuk laba ditahan atau sisa kerugian dalamsatuan mata uang Rupiah dari
tahun-tahun sebelumnya, dikonversi ke dalam satuan mata uang Dolar
Amerika Serikat dengan menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada
akhir tahun bukku sebelumnya, yakni kurs tengah Bank Indonesia,
berdasarkan sistem pembukuan yang dianut yang dilakukan secara taat
azas;
f) Untuk modal saham dan ekuitas lainnya menggunakan kurs yang
sebenarnya berlaku pada saat terjadinya transaksi;
g) Dalam hal terdapat selisih laba atau rugi sebagai akibat konversi dari
satuan mata uang Rupiah ke satuan mata uang Dolar Amerika Serikat
sebagaimana dimaksud pada huruf a) sampai dengan huruf e) maka selisih
laba atau rugi tersebut dibebankan pada rekening laba ditahan.

2. Dalam tahun berjalan


a) Untuk transaksi yang dilakukan dengan satuan mata uang Dolar Amerika
Serikat, pembukuannya dicatat sesuai dengan dokumen transaksi yang
bersangkutan;
b) Untuk transaksi baik dalam negeri maupun luar negeri, yang
menggunakan satuan mata uang selain Dolar Amerika Serikat,
dikonversikan ke satuan mata uang Dolar Amerika Serikat dengan
menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada saat terjadinya
transaksi, yaitu sebagai berikut:
 Apabila dari dokumen transaksi diketahui kurs yang berlaku, maka
kurs yang dipakai adalah kurs yng diketahui dari transaksi tersebut;
 Apabila dari dokumen transaksi tidak diketahui kurs yang berlaku,
maka kurs yang dipakai adalah kurs tengah Bank Indonesia yang
berlaku, berdasarkan sistem pembukuan yang dianut yang dilakukan
secara taat azas.

Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pencabutan atas izin untuk


menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan
satuan mata uang Dolar Amerika Serikat dengan syarat:
a) Disampaikan secara tertulis kepada Direktur Jendral Pajak paling lama 3
(tiga) bulan sebelum tahun buku berakhir;
b) Mengemukakan alasan pencabutan sesuai dengan kondisi sebenarnya.

I. PERUBAHAN TAHUN BUKU DAN METODE PEMBUKUAN


Pada dasarnya metode pembukuan yang dianut harus taat asas, yaitu harus
sama dengan tahun-tahun sebelumnya, misalnya dalam hal penggunaan metode
pengakuan penghasilan dan biaya (metode kas atau akrual), metode penyusutan
aktiva tetap, dan metode penilaian persediaan. Namun, perubahan metode

11
pembukuan masih dimungkinkan dengan syarat telah mendapat persetujuan dari
Direktur Jenderal Pajak sebelum dimulainya tahun buku yang bersangkutan
dengan menyampaikan alasan yang logis dan dapat diterima serta akibat yang
mungkin timbul dari perubahan tersebut.
Perubahan metode pembukuan akan mengakibatkan perubahan dalam prinsip taat
asas yang dapat meliputi perubahan metode dari kas ke akrual atau sebaliknya atau
perubahan penggunaan metode pengakuan penghasilan atau pengakuan biaya itu
sendiri, misalnya dalam metode pengakuan biaya yang berkenaan dengan
penyusunan aktiva tetap dengan menggunakan metode penyusutan tertentu.

J. TEMPAT PENYIMPANAN BUKU/CATATAN/DOKUMEN


Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang
dikelola secara elektronik atau secara program online wajib disimpan selama 10
(sepuluh) tahun di Indonesia, yaitu tempat kegiatan atau tempat tinggal Wajib
Pajak Orang Pribadi, atau di tempat kedudukan Wajib Pajak Orang Badan.
Perubahan tahun buku dan metode Pembukuan Perubahan terhadap metode
pembukuan dan atau tahun buku, harus mendapat persetujuan dari Direktur Jendral
Pajak.

K. SANKSI PIDANA
Pasal 39 Undang-Undang KUP, yaitu barang siapa dengan sengaja:
1. Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu
atau dipalsukan seolah-olah benar.
2. Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan tidak memperhatikan
atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lainnya;atau
3. Tidak menyimpan buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan
data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau secara program
aplikasi online di Indonesia.
Sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, dipidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling
sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar dan paling
banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar.

L. PENGERTIAN PEMERIKSAAN PAJAK


Pemeriksaan pajak  adalah serangkaian kegiatan mencari,
mengumpulkan,mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undang perpajakan.

12
Sedangkan definisi pemeriksaan dijelaskan pada Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 82/PMK.03/2011 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak Pasal 1 ayat (2) yang
berbunyi :
“Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah
data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.”

M. TUJUAN PEMERIKSAAN PAJAK


Tujuan dari pemeriksaan pajak ialah  :
1. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan:
Harus dilakukan dalam hal wajib pajak mengajukan permohonan restitusi
sebagaimana dimaksud dalam pasal 17B Undang-Undang KUP
Dapat dilakukan dalam hal wajib pajak :
a. menyampaikan SPT LB, termasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan
kelebihan pembayaran pajak;
b. menyampaikan SPT rugi;
c. tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi melampau jangka waktu
yang telah ditetapkan dalam Surat teguran;
d. melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran usaha;
e. WP OP yang akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya; atau
f. menyampaikan Surat Pemberitahuan yang memenuhi kriteria seleksi berdasarkan
hasil analisis risiko (risk based selection) mengindikasikan adanya kewajiban
perpajakan Wajib Pajak yang tidak dipenuhi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
2. Tujuan lain, yaitu:
a. Pemberian NPWP secara jabatan
b. Penghapusan NPWP
c. Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan pengusaha kena pajak
d. Wajib pajak mengajukan keberatan
e. Pengumpulan bahan guna menyusun Norma Perhitungan Penghasilan Netto
f. Pengumpulan bahan guna menyusun Norma Perhitungan Penghasilan Netto
g. Pengumpulan bahan guna menyusun Norma Perhitungan Penghasilan Netto
h. Penentuan satu atau lebih tempat terutang PPN
i. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak
j. Memenuhi permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian Penghindaran Pajak
Berganda

N. RUANG LINGKUP PEMERIKSAAN PAJAK

13
1. Satu atau beberapa bulan (masa): ruang lingkup untuk menguji kewajiban
pemungutan atau pemotongan. Seperti PPn, PPnBM, PPh pasal 21, PPh pasal 22, 23,
26, PPh pasal 4 (2)
2. Bagian tahun pajak atau tahun pajak: menguji kewajiban PPh badan atau PPh OP.
Tidak selalu 12 bulan. Contoh: bulan Mei sebuah perusahaan dibubarkan dan
likuidasi bulan Agustus. Maka pemeriksaan tahun tersebut disebut bagian tahun
pajak.

O. JENIS DAN JANGKA WAKTU PEMERIKSAAN PAJAK


Jenis Pemeriksaan:
 Pemeriksaan Lapangan dilakukan di tempat WP atas satu jenis pajak, beberapa
jenis pajak atau seluruh jenis pajak, untuk tahuntahun yang lalu maupun untuk
tahun berjalan.
 Pemeriksaan Kantor adalah Pemeriksaan yang dilakukan di kantor Direktorat
Jenderal Pajak.
Jangka Waktu:
 Pemeriksaan Lapangan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 4 (empat)
bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 8 (delapan) bulan yang
dihitung sejak tanggal Surat perintah Pemeriksaan sampai dengan tanggal Laporan
Hasil Pemeriksaan.
 Pemeriksaan Kantor dilakukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga bulan dan
dapat diperpanjang menjadi 6 (enam) bulan yang dihitung sejak tanggal Wajib
Pajak datang memenuhi surat panggilan dalam rangka Pemeriksaan Kantor sampai
dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan.
 Apabila dalam pemeriksaan lapangan ditemukan indikasi yang terkait dengan
transfer pricing dan atau transaksi khusus lain. Dalam hal pemeriksaan dilakukan
berdasarkan kriteria pemeriksaan pajak.

P. METODE DAN TEHNIK PEMERIKSAAN PAJAK METODE


PEMERIKSAAN PAJAK :
1. Metode Langsung adalah teknik dan prosedur pemeriksaan dengan melakukan
pengujian atas kebenaran pospos Surat Pemberitahuan (SPT) termasuk lampirannya,
yang dilakukan secara langsung terhadap buku, catatan, dan dokumen terkait.
2. Metode Tidak Langsung adalah teknik dan prosedur pemeriksaan dengan melakukan
pengujian atas kebenaran pospos Surat Pemberitahuan (SPT) termasuk lampirannya,
yang dilakukan secara tidak langsung melalui suatu pendekatan penghitungan
tertentu.

Pendekatan:

a. Transaksi Tunai dan Bank;


b. Sumber dan Penggunaan Dana;

14
c. Penghitungan Rasio;
d. Satuan dan/atau Volume;
e. Pertambahan Kekayaan Bersih (Net Worth);
f. Penghitungan Biaya Hidup

Tehnik Pemeriksaan Pajak

a. Pemanfaatan informasi internal dan/atau eksternal Direktorat Jenderal Pajak;


b. Pengujian keabsahan dokumen;
c. Evaluasi;
d. Analisis angka-angka
e. Penelusuran angkaangka (tracing)
f. Penelusuran bukti
g. Pengujian keterkaitan
h. Ekualisasi atau rekonsiiasi
i. Permintaan keterangan atau bukti
j. Konfirmasi
k. Inspeksi
l. Pengujian kebenaran fisik
m. Pengujian kebenaran pengitungan matematis
n. Wawancara
o. Uji petik (sampling)
p. Teknik audit berbantuan computer (TABK)
q. Teknik-teknik lainnya.

Q. PEMERIKSAAN HAL TERTENTU


1. Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan Khusus harus dilakukan melalui PL atau PSL untuk satu, beberapa atau
seluruh jenis pajak kewajiban Wajib Pajak termasuk Wajib Pajak yang diberikan
fasilitas pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak, berdasarkan:

a) Adanya dugaan melakukan tindak pidana di bidang perpajakan


b) Pengaduan masyarakat, termasuk melalui Kotak Pos 5000
c) Data baru atau data yang semula belum terungkap
d) Permintaan Wajib Pajak
e) SPT lebih bayar hasil edit
f) Pertimbangan Direktur Jendral Pajak

Khusus untuk kriteria pemeriksaan pada butir 3 hanya diberlakukan terhadap Wajib
Pajak yang telah diberikan fasilitas pengembalian pendahuluan kelebihan
pembayaran pajak.

2. Pemeriksaan Bukti Permulaan

15
Adalah Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan bukti permulaan tentang
adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang perpajakan.

Bukti Permulaan

Keadaan, perbuatan, dan/atau bukti berupa keterangan, tulisan, atau benda yang dapat
memberikan petunjuk adanya dugaan kuat bahwa sedang atau telah terjadi suatu
tindak pidana di bidang perpajakan yang dilakukan oleh siapa saja yang dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.

3. Pemeriksaan Ulang
Pemeriksaan ulang berdasarkan:
a. Persetujuan Dirjen Pajak, dan
b. Intruksi Dirjen Pajak.

Pemeriksaan ulang hanya dapat dilakukan dalam hal :

a. Terdapat data baru dan atau data yang semula belum terungkap yang dapat
mengakibatkan penambahan pajak terutang
b. Pertimbangan Dirjen Pajak
c. Terdapat indikasi bahwa Wajib Pajak melakukan tindak pidana di bidang perpajakan

Ruang lingkup dari Pemeriksaan Ulang :

a. Semua jenis pajak


b. Beberapa jenis pajak
c. Satu jenis pajak
4. Perluasan Pemeriksaan
Perluasan pemeriksaan dilakukan karena adanya :
a. SPT Tahunan PPh Tahun-Tahun Pajak Sebelumnya menyatakan Rugi Tidak Lebih
Bayar
b. SPT Masa PPN masa-masa sebelumnya menyatakan LB Kompensasi

Pengalihan Pemeriksaan Dilakukan karena:

a. WP pindah domisili ke KPP lain;


b. Instruksi/Persetujuan/Penugasan/LP2 telah terbit; dan
c. Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan/Panggilan Pemeriksaan Kantor belum
disampaikan ke WP.

R. PENOLAKAN DAN PENYEGELAN DALAM PEMERIKSAAN


1. Pemeriksaan Lapangan
Diakukan karena WP tidak memenuhi kewajiban pasal 29 ayat (3) huruf a, b, c UU
KUP. Dan WP diwajibkan menandatagani Surat Pernyataan Penolakkan
Pemeriksaan. Lalu Pemeriksa membuat BA penolakan Pemeriksaan.
2. Pemeriksaan Kantor

16
Dilakukan karena WP memenuhi panggilan namun menolak adanya pemeriksaan. Dan
sama seperti pemeriksaan lapangan WP harus menandatangani Surat Pernyataan
Penolakan Pemeriksaan. Lalu Pemeriksa membuat BA penolakan Pemeriksaan.

S. PENYELESAIAN, PEMBATALAN, DAN GUGATAN PEMERIKSAAN


1. Penyelesaian Pemeriksaan

Pemeriksaan Lapangan dan Kantor dapat diselesaikan dengan cara:

a. Menghentikan pemeriksaan dengan membuat LHP Sumir Dikarenakan:


1) WP tidak ditemukan
2) Pemeriksaan untuk SPT yang bukan restitusi (bukan Ps 17B UU KUP )
3) disetujui dilakukan Pemeriksaan Bukper
4) Pemeriksaan atas permohonan restitusi (Ps 17B UU KUP) ditangguhkan
5) karena dilakukan pemeriksaan Bukper
b. Membuat LHP sebagai dasar penerbitan SKP Dikarenakan:
1) WP tidak ditemukan & Pemeriksaan dilakukan terhadap permohonan restitusi Ps
17B UU KUP
2) WP ditemukan & Pemeriksaan dapat diselesaikan sesuai jangka waktu pemeriksaan
3) WP ditemukan & SPHP belum dapat diselesaikan sampai dengan berakhirnya
perpanjangan jangka waktu pemeriksaan
c. Mengusulkan Pemeriksaan Bukti Permulaan
2. Pembatalan Pemeriksaan

Pembatalan pemeriksaan ada dua, yaitu pembatalan hasil pemeriksaan dan pembatalan
penugasan pemeriksaan. Pembatalan hasil pemeriksaan artinya yang dibatalkan
adalah “hasil” pemeriksaan berupa surat ketetapan pajak (SKP). Sedangkan
pembatalan penugasan adalah pembatalan atas Surat Perintah Pemeriksaan [SP2].
Dengan dibatalkannya SP2 maka “seolah-olah” tidak ada SP2. Sehingga atas
pemeriksaan tersebut tidak ada Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan [SPHP] dan
Laporan Hasil Pemeriksaan [LHP].

GUGATAN DALAM PEMERIKSAAN PAJAK

Dilakukan dengan 2 cara, yaitu :

1. Dilakukan oleh majelis dan dinyatakan terbuka untuk umum dengan kegiatan :
a. Pembukaan sidang
b. Pemeriksaan kelengkapan
c. Memanggil tergugat dan penggugat
d. Penjelasan sengketa
e. Pernyataan kepada tergugat
f. Pertanyaan kepada saksi
g. Penyelesaian siding

17
2. Dilakukan oleh majelis atau hakim tunggal. Pemeriksaan dilakukan terhadap :
a. Sengketa pajak tertentu
b. Sengketa pajak yang tergugatnya tidak memenuhi ketentuan :
1) Gugatan diajukan dengan surat gugatan dalam bahasa Indonesia kepada pengadilan
pajak
2) Satu pelaksana penagihan atau satu keputusan diajukan satu surat gugatan.
c. Gugatan yang tidak diputus dalam waktu 6 bulan sejak surat gugatan diterima
d. Keputusan peradilan pajak tidak sesuai ketentuan atau kesalahan tulis dan atau
kesalahan hitung dalam putusan peradilan pajak
e. Sengketa berdasarkan pertimbangan hokum bukan merupakan wewenang
pengadilan pajak.

T. LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN PAJAK


Berdasarkan Pasal 6 ayat (2) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
9/PJ/2010 tentang Standar Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan
Kewajiban Perpajakan, bentuk, isi, dan format Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)
disusun dengan merujuk pada Pedoman Penyusunan LHP. Pedoman ini dibuat agar
format LHP menjadi seragam. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan
LHP adalah sebagai berikut.

1. LHP adalah laporan yang berisi tentang pelaksanaan dan hasil pemeriksaan
yang disusun oleh Pemeriksa Pajak secara ringkas dan jelas serta sesuai
dengan ruang lingkup dan tujuan pemeriksaan.
2. LHP disusun secara ringkas dan jelas, memuat ruang lingkup atau pos-pos yang
diperiksa sesuai dengan tujuan Pemeriksaan, memuat simpulan Pemeriksa
Pajak yang didukung temuan yang kuat tentang ada atau tidak adanya
penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan, dan
memuat pula pengungkapan informasi lain yang terkait dengan Pemeriksaan.
3. LHP untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan berisi antara
lain mengenai:
a. Penugasan pemeriksaan;
b. Identitas Wajib Pajak;
c. Pembukuan atau pencatatan Wajib Pajak;
d. Pemenuhan kewajiban perpajakan;
e. Data/informasi yang tersedia;
f. Lampiran yang diwajibkan;
g. Buku, catatan, dan dokumen serta data,  informasi, dan keterangan lain yang
dipinjam;
h. Materi yang diperiksa;
i. Uraian hasil pemeriksaan;
j. Ikhtisar hasil pemeriksaan;

18
k. Penghitungan pajak terutang; dan
l. Simpulan dan usul Pemeriksa Pajak.

U. IKHTISAR HASIL PEMERIKSAAN DAN PENGHITUNGAN PAJAK


TERUTANG
Bagian ini berisi informasi mengenai ringkasan koreksi masing-masing pos yang
diperiksa sebagaimana dimaksud dalam angka romawi II huruf E di atas beserta
penghitungan pajak terutang, kredit pajak, pajak yang kurang (lebih) dibayar, sanksi
administrasi, jumlah pajak yang masih harus (lebih) dibayar dan/atau Surat Tagihan
Pajak.

V. SIMPULAN DAN USULAN PEMERIKSA


Ø  . Simpulan Pemeriksa, yang berisi:
1) informasi mengenai ringkasan penghitungan pajak sebelum dan
setelah pemeriksaan, serta rasio keuangan dan persentase
koreksi yang dihasilkan;dan
2) data/informasi yang diproduksi oleh Pemeriksa setelah
melakukan pemeriksaan.
Usulan Pemeriksa, yang berisi:
1) usulan surat ketetapan pajak, Surat Tagihan Pajak dan/atau
usulan lainnya berdasarkan hasil pemeriksaan sesuai
ketentuan yang berlaku; atau
2) usulan penghentian pemeriksaan dalam hal Tim Pemeriksa
mengusulkan penghentian pemeriksaan sesuai ketentuan yang
berlaku.
W. HAK WAJIB PAJAK APABILA DILAKUKAN PEMERIKSAAN

Dalam Pasal 13 PMK No. 199/PMK.03/2007 stdtd. PMK 82/PMK.03/2011,


menyebutkan hak-hak dari Wajib Pajak saat dilakukan pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan WP, dibagi 2, yaitu pada saat pemeriksaan lapangan dan pemeriksaan
kantor.

Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban


perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak berhak:

a. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa


Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan;
b. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan surat pemberitahuan
pemeriksaan sehubungan dengan pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan;
c. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan tentang alasan dan
tujuan Pemeriksaan;
d. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan surat tugas apabila susunan
tim Pemeriksa Pajak mengalami perubahan;
e. menerima Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan;

19
f. menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dalam jangka waktu yang telah
ditentukan;
g. mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan dengan Tim Quality
Assurance Pemeriksaan, sehubungan dengan masih terdapat hasil Pemeriksaan yang
belum disepakati antara Pemeriksa Pajak dengan Wajib Pajak dalam Pembahasan
Akhir Hasil Pemeriksaan; dan
h. memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh Pemeriksa
Pajak melalui pengisian Kuesioner Pemeriksaan.

Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban


perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Kantor, Wajib Pajak berhak:

a. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa


Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan;
b. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan tentang alasan dan
tujuan Pemeriksaan;
c. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan surat tugas apabila susunan
Pemeriksa Pajak mengalami pergantian;
d. menerima Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan;
e. menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dalam jangka waktu yang telah
ditentukan;
f. mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan dengan Tim Quality
Assurance Pemeriksaan, sehubungan dengan masih terdapat hasil Pemeriksaan yang
belum disepakati antara Pemeriksa Pajak dengan Wajib Pajak dalam Pembahasan
Akhir Hasil Pemeriksaan; dan
g. memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh Pemeriksa
Pajak melalui pengisian Kuesioner Pemeriksaan.

Pasal 39 PMK No. 199/PMK.03/2007 stdtd. PMK 82/PMK.03/2011 menjelaskan


tentang hak WP yang kepadanya sedang dilakukan pemeriksaan untuk tujuan lain.

Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan jenis Pemeriksaan Lapangan,
Wajib Pajak berhak:

a. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa


Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan kepada Wajib Pajak pada waktu Pemeriksaan;
b. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan pemberitahuan secara tertulis
sehubungan dengan pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan;
c. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan tentang alasan dan
tujuan Pemeriksaan;
d. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Surat Tugas apabila
terdapat perubahan susunan Tim Pemeriksa Pajak; dan/atau
e. memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh Pemeriksa
Pajak melalui pengisian formulir Kuesioner Pemeriksaan.

20
Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan jenis Pemeriksaan Kantor,
Wajib Pajak berhak:

1. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperIihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa


Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan kepada Wajib Pajak pada waktu Pemeriksaan;
2. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan tentang alasan dan
tujuan Pemeriksaan;
3. meminta kepada Pemeriksa Paiak untuk memperlihatkan Surat Tugas apabila
terdapat perubahan Susunan Tim Pemeriksa Pajak; dan/atau
4. memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh Pemeriksa
Pajak melalui pengisian formulir Kuesioner Pemeriksaan.
X. Wewenang Pemeriksa Pajak
1. melihat dan/atau meminjam buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain yang berhubungan dengan
penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau
objek yang terutang pajak;
2. mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara elektronik;
3. memasuki dan memeriksa tempat atau ruang, barang bergerak dan/atau tidak
bergerak yang diduga atau patut diduga digunakan untuk menyimpan buku atau
catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dokumen lain,
uang dan/atau barang yang dapat memberi petunjuk tentang penghasilan yang
diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang
pajak;
4. meminta kepada Wajib Pajak untuk memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan,
antara lain berupa :
a. menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya Wajib Pajak apabila dalam
mengakses data yang dikelola secara elektronik memerlukan peralatan dan/atau
keahlian khusus;
b. memberi kesempatan kepada Pemeriksa Pajak untuk membuka barang bergerak
dan/atau tidak bergerak;dan/atau
c. menyediakan ruangan khusus tempat dilakukannya Pemeriksaan Lapangan dalam
hal jumlah buku, catatan, dan dokumen sangat banyak sehingga sulit untuk dibawa
ke kantor Direktorat Jenderal Pajak.
d. melakukan penyegelan tempat atau ruang tertentu serta barang bergerak dan/atau
tidak bergerak;
e. meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari Wajib Pajak;dan
f. meminta keterangan dan/atau bukti yang diperlukan dari pihak ketiga yang
mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak yang diperiksa melalui kepala unit
pelaksana Pemeriksaan
Y. PENGERTIAN DAN WEWENANG PENYIDIKAN

Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian taindakan yang


dilakukan oleh penyidik,untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan

21
bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi,serta
menemukan tersangkanya

Tindak pidana di bidang perpajakan meliputi perbuatan:

1. yang dilakukan oleh seseorang atau oleh badan yang diwakili pengurus
2. memenuhi rumusan undang-undang
3. diancam dengan sanksi pidana
4. melawan hukum
5. dilakukan di bidang perpajakan
6. dapat menimbulkan kerugian bagi pendapatan negara

Penyidik adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan direktorat jenderal
pajak yang diberi weewnang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan
tindak pidana di bidang perpajakan

WEWENANG PENYIDIK :

Dalam UU Nomor 28 Tahun 2007 Ps 44 jo. KEP-272/PJ/2002 Pasal 9 (2)

Wewenang Penyidik adalah :

1. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan


berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan agar keterangan atau laporan
tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
2. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau
badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak
pidana di bidang perpajakan;
3. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan
dengan tindak pidana di bidang perpajakan;
4. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di
bidang perpajakan;
5. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan,
dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
6. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak
pidana di bidang perpajakan;
7. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat
pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda,
dan/atau dokumen yang dibawa;
8. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang perpajakan;
9. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka
atau saksi;
10. menghentikan penyidikan; dan/atau
11. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di
bidang perpajakan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan.
Z. ASAS HUKUM PENYIDIKAN

22
1. Asas praduga tak bersalah, yaitu bahwa setiap orang yang disangka, dituntut, dan
atau dihadapkan di muka sidang pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sampai
adanya putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan memperoleh
kekuatan hukum tetap;
2. Asas persamaan di muka hukum, yaitu bahwa setiap orang mempunyai hak dan
kewajiban yang sama dimuka hukum, tanpa ada perbedaan;
3. Asas hak memeproleh bantuan/penasehat hukum,setiap tersangka perkara tindak
pidana di bidang perpajakan wajib diberi kesempatan memperoleh bantuan hukum
yang semata-mata diberikan untuk melaksanakan kepentingan pembelaan atas
dirinya sejak dilakukan pemeriksaan terhadapnya.

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

23
Setiap akhir tahun, ada kegiatan yang menarik untuk diperhatikan pada
perusahaan- perusahaan khususnya perusahaan yang mempunyai kesadaran akan
pentingnya pembukuan dan pencatatan pajak. Pembukuan yaitu suatu proses pencatatan
yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang
meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan
dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan
berupa neraca dan laporan laba rugi untuk periode tahun pajak tersebut. Pencatatan
yaitu pengumpulan data secara teratur tentang peredaran bruto dan atau penghasilan
bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang termasuk
penghasilan yang bukan objek pajak dan atau yang dikenakan pajak yang bersifat final.

untuk Fungsi dan tujuan pemeriksaan pajak secara keseluruhan adalah supaya
Wajib Pajak melaporkan kegiatan usahanya dengan benar. Benar karena Wajib Pajak
melaporkan kegiatan usahanya sesuai keadaan sebenarnya. Tidak ada yang ditutupi,
tidak ada yang disembunyikan dan terbuka. Benar karena Wajib Pajak telah menghitung
pajak terutang sesuai dengan peraturan perundang- undangan perpajakan yang berlaku.
1. Ada banyak ketentuan dalam melakukan pemeriksaan pajak, secara garis besar
diantaranya yaitu :
a. Ruang Lingkup pemeriksaan
b. Kriteria Pemeriksaan
c. Jenis Pemeriksaan
d. Jangka Waktu Pemeriksaan
e. Jangka Waktu RestitusiPajak
f. Penyelesaian Pemeriksaan
g. Pertemuan dengan Wajib Pajak
h. Peminjaman Dokumen dan Penyegelan
i. Permintaan Keterangan
j. SPHP dan Closing Conference

24
25
26
27
28

Anda mungkin juga menyukai