Anda di halaman 1dari 25

SENIN, 5 OKT 2020

Account representative

Seksi pengawasan: menggunakan data internal dan eksternal, klarifikasi

USKP, diadakan oleh IKPI

PPh OP dibayarkan dan dilaporkan setiap bulan

paling lambat 31 maret (PPh Orang Pribadi)

PPh badan paling lambat 30 April tahun berikutnya

PPh Final tetep dilaporkan ke SPT Tahunan

PPh non final untuk kredit pajak di PPh orang pribadi

Pasal 4 ayat 2 semuanya final. Ada 10 transaksi, tarif bermacam-macam

PPh pasal 22, 23 terkait sewa selain tanah bangunan. Dibayarkan ditahun berjalan dilaporan I spt
tahunan. Posisi dikredit pajak posisinya akan mengurangi di spt tahunan , pasal 25, pasal 26,

Yg disetor sendiri pph pasal 25, yg menyetor si wajib pajak

Pasal 22 sama seperti ppn (pemungutan)

Potput = pajak dibayar dimuka,

PPH FINAL

 Tidak ikut perhitungan diakhir tahun, karena sudah selesai (final), tetapi tetap dilampirkan
 Pph tarifnya 0.5% adalah mereka yg memiliki omzet usaha bruto yg dibawah 4.8 miliar (PP 23 Th
2018). Misal ada biaya sewa kendaraan untuk belanja, atau sewa gudang dsb, pajak2 yg dikeluarkan
tsb tidak pengaruh
 Tidak dapat dikreditkan ketika lapor di spt tahunan (tidak dapat diperhitungkan/mengurangi)

Konsep dasar PPh potput

 Menurut teori adam smith, adalah demi kemudahan dan kenyamanan


 Misal karyawan dipotong pajak penghasilan (pasal 21), yg disetorkan/dibayarkan oleh pemberi
kerja sebesar 5%

PPh pasal 23
 Pph tarifnya 0.5% adalah mereka yg memiliki omzet usaha bruto yg dibawah 4.8 miliar (PP
23 Th 2018). Misal ada biaya sewa kendaraan untuk belanja, atau sewa gudang dsb, pajak2
yg dikeluarkan tsb tidak pengaruh
 Pihak pemotong = pihak yg mendapatkan jasa (4 Kewajiban self assesment: Menghitung,
Memotong, Menyetor, Melaporkan)
 Pemikul beban pajak = pihak yg menyediakan jasa
 Dasar pengenaan pajak x 2%
 Menerbitkan bukti potong ada 3 rangkap
1. (diserahkan kepada pemikul beban pajak untuk dilaporkan di SPT tahunan PT penyedia
jasa kalau sudah melakukan pajak dibayar dimuka sehingga dapat dikreditkan)
2. Bukti dilaporkan ke kantor pajak dilampirkan di SPT masa
3. Bukti sebagai arsip PT penerima jasa
 Menyetor ke kas Negara di semua bank persepsi (bank yg sudah bekerjasama) atau bisa
dilakukan di kantor pos atau di bukalapak/tokopedia paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya sesuai mekanisme. Menggunakan formulir SSP 5 rangkap atau kode billing
melalui e-billing saat ini
 Wajib pajak mendapat sanksi administrasi, tarifnya 2% X jumlah bulan keterlambatan X
jumlah setoran pajak (UU KUP)
 Melaporkan dengan SPT Masa dengan jangka waktu paling lambat 20 bulan berikutnya
 Wajib pajak mendapat sanksi administrasi PPh masa berupa denda sejumlah Rp 100.000,00,
kalau PPn sebesar Rp 500.000,00 per bulan

PPh objeknya adalah penghasilan. Y (PPh) = Consumption (PPn, dipungut oleh penjual) + Investment
Misal properti rumah (PBB, PPhTB tarifnya tergantung pemerintah dimana objek property berada).
Tabungan ada bunga, dipotong pajak penghasilan atas bunga.

PPh pasal 4 ayat 2 semua bersifat final

Bunga Deposito / Bunga Tabungan / Sertifikat diskonto SBI

 Tarif 20% X Bunga yang dibagikan ke nasabah


 Pengecualian:
Bunga yang saldo tabungannya tidak melebihi Rp 7.500.000,00 tidak dipotong pajak
Pengelola dana pensiun dan rumah yang sederhana
 Tarif bunga obligasi adalah 15%, PUT dipelakukan dengan
 Tarif 5% untuk WP reksadana terakhir pada 31 Desember 2020, setelahnya 15%
 Tarif bunga simpanan

Dilakukan tahapan diberikan konseling dan surat klarifikasi terlebih dahulu, untuk pajak yg seharusnya
dibayarkan. Konsekuensi berupa sanksi administrasi, bunga sebesar 2% dikalikan jumlah bulan.

Ada upaya penghapusan sanksi, diproses oleh telaah keberatan (PK) dengan alasan nanti bisa
dikurangkan.

Law Inpostment yaitu upaya penegakan hukum pemeriksaan/auditoleh tim pemeriksa pajak, kemudian
ditetapkan pembayaran kepada wajib pajak.
Kasus koperasi, sudah dilakukan audit tidak ada nasabah yg melebihi Rp 240.000 per bulan maka aman
dari pajak yg seharusnya dibayar. Namun kewajiban lapor tetap berlaku dengan SPT Masa pasal 4 ayat 2
dengan catatan nihil 

Data yg dilaporkan wajib pajak yaitu SPT Tahunan yg melampirkan laporan laba rugi dan neraca, dilihat
di akun post biaya bunga kemudian diklarifikasi ke wajib pajak.

PPh pasal 21

Pemotong kurang melakukan pemotongan, yg ditagih adalah pihak pemotong.

Penghasilan Hadiah atas Undian tarif sebesar 25%

Hadiah perlombaan OP Pasal 17 yaitu 5%, jika badan PPh pasal 23 tarifnya 15%

SELASA, 6 OKT 2020

 Deviden menurut UU Omnibus law bisa tidak dikenakan pajak 10%, asalkan diinvestasikan kembali
ke dalam negeri dgn jangka waktu tertentu.
 Fungsional penilaian untuk mengukur nilai wajar
 Kewajiban PT Mutiara Abadi: Menghitung, Memotong, Membayar, Melapor
 E-Bukpot pph pasal 23 nomor bukti sudah diatur secara otomatis, dan menggunakan tanda tangan
elektronik
 Jika pemotongan tarif pajak kurang, maka Negara akan menyurati pihak pemotong pajak. Dengan
pembayaran sanksi administrasi berupa bunga 2%, jika tidak lapor denda sebesar Rp 100.000
 PPh sangat banyak sekali, ada PPh masa dan PPh Tahunan. PPh pasal 4 ayat 2 termasuk PPh masa,
maka dibayarkan setiap masa pajak jika ada transaksi yang terkait dengan objek, oleh pihak
pemotong.
 Lapor SPT Masa juga dilakukan setiap bulan menggunakan aplikasi
 PPDP akan melakukan perekaman SPT manual, jika wajib pajak melapor secara manual agar
kemudian masuk ke system informasi direktorat pajak ke dalam sever bank data di pusat. Kemudian
data lawan transaksi secara otomatis
 Jika pemilik gedung/bangunan adalah orang pribadi yang tidak mempunyai NPWP (Non PKP),
perlakuan tarif pajaknya tetap sama untuk PPh pasal 4 ayat 2
 Jika penyewa gedung/bangunan adalah orang pribadi yang tidak mempunyai NPWP (Non PKP),
maka OP tidak boleh melalukan pemotongan pajak. Namun penyewa harus menghitung sampai
melaporkan pajak PPh secara mandiri.

PPH PASAL 23

 Pajak dibayar dimuka, bisa dikreditkan, bersifat non-final


 Lapor SPT Tahunan OP dikumpulkan seluruhnya kemudian dikalikan dengan norma perhitungan,
dikurangi dengan PTKP, ketemu PKP. Kemudian baru dikalikan dengan tarif PPh OP menggunakan
progresif. DIkurangkan dengan pajak diterima dimuka
 Untuk PPh yang bersifat masa, itu ditahun berjalan karena tidak bersifat final. Yg real pajak yg
dibayarkan/disetorkan adalah SPT Tahunan (Final), bisa klaim lebih bayar dengan meminta restitusi,
bisa juga menjadi nihil.
 PPh pasal 23 mengenal Istilah positive list, yaitu jasa-jasa yang diatur oleh perundang-undangan
 PPN mengenal istilah negative list, jasa-jasa yang tidak diatur oleh perundang-undangan
 Terkait jasa yang tarifnya 2%, dilihat siapa yang menyediakan jasa apakah OP ataukah Badan. Jika OP
pemotongan PPh pasal 21, jika Badan maka baru berlaku tarif PPh pasal 23
 Pengecualian PPh pasal 23, sewa dengan hak opsi

RABU, 7 OKTOBER 2020

 Kewajiban PT Mutiara Abadi: Menghitung, Memotong, Membayar/menyetorkan paling lambat


tanggal 10 bulan berikutnya, Melapor paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya menggunakan
SPT Masa PPh pasal 23
 Seluruh wajib pajak PKP wajib menggunakan aplikasi e-bukpot dengan nomor bukti potong secara
otomatis mulai bulan September 2020. Sebelumnya, menggunakan e-spt pph 23 di website
djponline.pajak.go.id menggunakan npwp
 Contoh yang tidak termasuk kegiatan PPh Potput, menjual buku ke PT lain
 Jika Orang Pribadi tidak mempunyai NPWP maka bukti potong hanya untuk disimpan saja, walaupun
tidak dilampirkan/dikreditkan di SPT Tahunan dan masuk ke system informasi direktorat pajak
 Jika SPT lebih bayar maka akan dilakukan restitusi bayar, dibawah 1 milyar atau dibawah. Jika diatas
1 Milyar akan diaudit terlebih dahulu dengan jangka 6 bulan-1 tahun, jika dibawah 1 Milyar maka
pengembalian pendahuluan dengan jangka waktu paling lambat 3 bulan akan ditransfer ke rekening.
PPh Badan tidak bisa dibayarkan di SPT pajak berikutnya
 Yang bisa dikompensasi lebih bayar ke masa pajak berikutnya adalah PPn dan PKPN
 Jika SPT Tahunan kurang bayar, maka tinggal dibayarkan kekurangannya
 SPT Tahunan lebih bayar maupun OP (Progresif) maupun Badan (25%)
 Dalam SPT Tahunan terdapat lampiran untuk merekam transaksi valid kredit pajak berupa bukti
potong.
 Kredit pajak itu hak wajib pajak, boleh diambil atau tidak. Jika ingin tidak diambil atau diklaim,
rekaman bukti tetap dilampirkan namun nominal ditulis 0 (nihil)
 SP2 surat pemeriksaan, tidak diperkenankan untuk melakukan pembetulan
 Peraturan Menteri Keuangan terkait 1 milyar WP Badan dan PPn terkait prosedur pemeriksaan
 Masa pandemi terdapat restitusi lebih bayar PPn berlaku dari maret sampai 31 des 2020 dibawah 5
Milyar memakai prosedur pengembalian pendahuluan
 Menurut UU PPh, ada world wide income yaitu pencantuman seluruh penghasilan baik dari dalam
maupun luar negeri, bisa menjadi kredit pajak pasal 24. Pada poin UU omnimbus law tidak ada.
 Impor jasa termasuk PPh pasal 26, jika impor barang termasuk PPh pasal 22
 Jika importir barang tidak memiliki API maka tarifnya 7.5%
 SPT Tahunan akan lebih bayar jika kewajiban pajak pph pasal 4 ayat 2 sudah ditunaikan tiap bulan,
dan akan ada kredit pada pph pasal 22 dengan restitusi
 Terkait pasal 22, dibagi 2 kegiatan yaitu penjualan dan pembelian barang. Jika kegiatan pembelian,
maka yg memungut adalah pihak pembeli. Jika penjualan, sama seperti ppn yg memungut adalah
pihak penjual.
 Bagaimana kantor pajak mengetahui bahwa inventory digunakan untuk produksi atau langsung
dijual kembali? Mengecek equalisasi antara HPP pembelian dengan laporan di SPT, atau melakukan
visit ke tempat kegiatan usaha terkait.

KAMIS, 8 OKTOBER 2018

 Kurs yang dipakai menurut KMK (Keputusan Menteri Keuangan), bukan kurs dari BI
 PPh pasal 22 ada bukti setoran, tidak ada bukti pungut khusus
 NTPN (Nomor Transaksi Penerimaan Negara)
 PIB (Pemberitahuan Impor Pajak) dapat menggantikan faktur untuk pajak masukan PPN bisa
dikreditkan di masa pajak berikutnya. Tidak harus menunggu tahun berikutnya
 Bawang putih termasuk barang yang tidak dikenakan PPN
 Keuntungan menjadi agen LPG: Margin penjualan Rp 3000 per tabung, mendapat transport fee dari
Pertamina (karena sewa truck agen) dan dipungut PPh pasal 23,
 PMK NO.39 TH 2018, mekanisme pengembalian pendahuluan WP Orang Pribadi dgn kelebihan
dibawah Rp 100.000.000 /WP Badan dgn kelebihan dibawah Rp 1 Miliar/ WP OP Karyawan dengan
SOP jangka waktu 3 bulan
 File CSV dan PDF dilaporkan secara online dengan klik e-file di djp online dengan kode verifikasi yang
dikirimkan lewat email. Tanda terima penyampaian spt akan dikirimkan melalui online, paling
lambat tanggal 20 bulan berikutnya
 Ada kadaluwarsa perpajakan yaitu 5 tahun sudah diatur oleh UU, kecuali ada tindak pidana di bidang
perpajakan maka akan diperpanjang 10 tahun
 Macam-macam sumber penghasilan: Usaha (dagang), pekerjaan bebas (dokter, notaris), PPh pasal
21 mengatur sehubungan dengan pekerjaan (PNS, Swasta, TNI, Pensiunan), jasa yang dilakukan
oleh Orang Pribadi
 Pegawai honorer dan outsourcing menurut UU Perpajakan perlakuannya termasuk perhitungan
pegawai tetap karena mendapat penghasilan secara teratur. Disebut bukan pegawai tidak tetap
jika pendapatan menggunakan system harian
 PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) status lajang adalah Rp 4.500.000 (Rp 54.000.000), K0
ditambah Rp 4.500.000, K1 ditambah Rp 4.500.000
 Contoh Kasus Dokter Wibowo (Pegawai swasta RS ABC) menerima insentif penanganan Covid19
yang berasal dari DEPKES sebesar Rp21.000.000,-. Berapa PPh Pasal 21 yang terutang dan harus
dipotong oleh pihak RS ABC?
Jawab:
5% x (50% x Rp21.000.000,-) = Rp550.000,-
Notes: Pada kasus ini Dokter Wibowo wajib menerima bukti potong PPh Pasal 21 dari DEPKES dan
wajib menghitung kembali penghasilan tersebut dalam SPT Tahunan PPhnya.

Jurnal oleh RS ABC:


(Dr) Biaya honorarium Rp 21.000.000
(Cr) Utang PPh 21 Rp 550.000
(Cr) Kas Rp 20.450.000
 Contoh Kasus Penghitungan PPh 21 untuk Dokter (Penghitungan PPh Pasal 21 atas dokter yang
bekerja di Rumah Sakit sebagai Pegawai Tetap)
Dokter Agung adalah pegawai tetap di RS ABC dengan gaji dan tunjangan per bulan sebesar
Rp15.000.000, Dokter Agung belum menikah dan mempunyai 3 tanggungan yaitu ibu yang tidak
punya penghasilan dan dua adik kandung. Berapakah PPh Pasal 21 yang harus dipotong oleh RS
ABC?

PPh Pasal 21 yang terutang dan harus dipotong oleh RS ABC:    

Gaji dan tunjangan setahun (15.000.000 x 12)   Rp180.000.000,-

Pengurang:    

Biaya jabatan (5%x jumlah bruto penghasilan setahun,    

maksimal Rp6.000.000) Rp    6.000.000,-  


PTKP Sendiri (TK/1)  Rp  26.325.000,-  

    Rp  32.325.000,-

Penghasilan Kena Pajak     Rp147.675.000,-

PPh Pasal 21 terhutang :


5% x Rp 50.000.000,-                       = Rp  2.500.000,-    
15% x Rp 97.625.000,-                     = Rp 14.643.750,-

    Rp  17.143.750
PPh 21 per bulan Rp 17.143.750/ 12 = Rp 1.428.000

UU 36 2008, Pasal 17 ayat 4:


Untuk keperluan penerapan tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), jumlah Penghasilan Kena
Pajak dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh.
Misal: Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp 5.050.900,00 untuk penerapan tarif dibulatkan ke bawah
menjadi Rp 5.050.000,00
Notes:
Rumah Sakit ABC wajib memberikan bukti potong PPh pasal 21 untuk Dokter Agung.

 Jurnal yang harus dibuat oleh RS ABC


Saat Pembayaran gaji dokter Agung:
(Dr) Biaya Gaji Rp 15.000.000
(Cr) Utang PPh Pasal 21 Rp 1.428.000
(Cr) Kas Rp 13.572.000

Saat Menyetorkan PPh 21


(Dr) Utang PPh 21 Rp 1.428.000
(Cr) Kas Rp 1.428.000

 Contoh soal, penghasilan kena pajak (PKP) sebesar Rp 750.000.000, maka tarif pajak progresifnya
adalah:
 Kalau pensiunan npwp nya sudah non-efektif, maka tidak perlu ada kewajiban bayar pajak jika
jumlahnya kurang dari PTKP
 Aturan PP 23 tahun 2018, Wajib Pajak boleh memilih diakhir tahun terlebih dahulu akan
memakai tarif 0.5% X omzet atau pilih mekanisme tarif pasal 17 X laba neto (Laporan Laba
Rugi). Jika biaya lebih besar dibandingkan omzet penjualan, maka pajak yang dibayarkan adalah
Nihil (Nol)
 Contoh penghasilan teratur: Gaji, upah, tunjangan, imbalan, uang lembur (Per 16 tahun 2016)
 Contoh penghasilan tidak teratur: THR, bonus, jasa produksi, gratifikasi, dsb.

 Maksimal biaya jabatan yang dapat mengurangi Rp 500.000

JUMAT, 9 OKTOBER 2020

 Jumlah Penghasilan Kena Pajak (PKP) dibulatkan kebawah (Ribuan Penuh)


 Ingat pakai tarif progresif
 Tunjangan kinerja berubah tiap bulan, maka pemotongan PPh pasal 21 jumlah PKPnya tidak
sama
 Dalam suami istri, NPWP boleh hanya 1 saja, namun ada PPh OP yaitu PPh MT (Pisah harta
antara suami dan istri). Yang menanggung beban anak adalah suaminya, status istri adalah TK-0
(Tidak Kawin, Tidak Punya Anak walaupun menikah dan punya anak)
 Status Janda bisa TK, K1. (Tidak Kawin, Anak 1)
 Jika suami tidak punya penghasilan, maka tanggungan suami dan anak bisa masuk PTKP
ditanggung istri diperjelas dengan surat dari Kelurahan
 PTKP HARIAN SEBENARNYA yaitu 54.000.000/360 Hari = Rp 150.000
 Untuk bukan pegawai, bukti potong dibuat setiap mendapatkan penghasilan di SPT Masa (Non-
final) dan dapat digunakan sebagai kredit pajak di SPT Tahunan . Jika pegawai hanya setahun
sekali
 Cara membedakan mana penghasilan kesinambungan/tidak, yaitu dengan melihat penghasilan
bukan pegawai yang diterima lebih dari 1 Kali dalam Setahun
 Surat audit kepada bendaharawan RS terkait indikasi kesalahan perhitungan tarif pajak
penghasilan dokter (Tarif Progresif/Kesinambungan), padahal RS sudah terlanjur memberikan
penghasilan lebih kepada dokternya. Maka ada sanksi administrasi yang harus dibayarkan RS ke
kas Negara karena keterlambatan kurang bayar, sebesar 2% X Bulan Terlambat X Jumlah Kurang
Bayar
 PPh OP Pasal 25 dan Pasal 29 untuk Penghasilan Jasa Klinik Pribadi
 Contoh kasus: Lapor SPT Pribadi dokter dari pekerjaan bebas, total penghasilan bruto X Norma
dokter (50%) maka ketemu Neto. Kemudian Neto dikurangi PTKP, maka ketemu PKP kemudian
dikalikan PPh progresif. Setelah itu ketemu PPh setahun, bisa dikreditkan dengan PPh yang
terutang

RABU, 14 OKTOBER 2020

 Contoh untuk MT, kasus K/I/1 artinya Istri bekerja, anak satu= 54 + 4,5 + 54 + 4,5
 Jika suami mempunyai 2 istri (semuanya bekerja), maka istri pertama yang dijumlahkan pada
perpajakan. Istri kedua tidak dimasukkan dalam perhitungan perpajakan
 NPWP cabang hanya lapor spt masa, tapi untuk SPT Tahunan menggunakan NPWP pusat
 Di Indonesia karena kepala keluarga suami, maka NPWP sama dengan mengikuti nomor suami
Misal 08.123.456.7-542.000 (Nama Suami/Nama Istri (Istri))
 Jika NPWP Suami dan Istri berbeda karena PH atau MT, maka
Misal 08.123.456.7-542.000 (Nama Suami), 08.567.789.9-542.000 (Nama Istri)
 Telat lapor PPh tarif Rp 100.000
 Telat lapor PPh OpP Rp 500.000, Badan tarif Rp 1.000.000

JUMAT, 16 OKTOBER 2020

 Subyek pajak berbeda dengan wajib pajak. Wajib pajak adalah bagi yang sudah berpenghasilan
dan mempunyai NPWP (hak dan kewajiban pajak, sedangkan subyek pajak hanya memiliki
potensi
 Warisan belum terbagi biasanya berupa usaha, bisa timbul karena masih memiliki penghasilan
terutang PPh namun subyek pajak telah meninggal.
 Ada perbedaan antara OP dengan WBT, jika OP wajib mendapatkan PTKP sedangkan WBT
PTKPnya adalah 0
 Badan mau berbentuk hokum maupun tidak berbentuk hokum perlakuannya tetap sama.
 BUT didirikan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal/ kurang dari 183 hari di Indonesia,
bisa jadi cabang perusahaan atau agent atau tempat produksi
 Karakter subyek pajak dalam negeri berkewajiban untuk memiliki NPWP dan melaporkan SPT
sedangkan subyek pajak luar negeri tidak wajib memiliki NPWP dan tidak melaporkan SPT
 World wide income artinya ketika menjadi subyek pajak dalam negeri menerima penghasilan
dari dalam dan luar negeri. Namun yang berhak dipajaki adalah obyek penghasilan dari dalam
negeri
 Tarif 17 ayat 1a dengan tarif progresif
 Subyek pajak asal luar negeri menggunakan pph pasal 26 atau tarif tax treaty atau P3B
(Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda)
 PPN merupakan pajak obyektif (dilihat apa), sedangkan PPh merupakan pajak subyektif (dilihat
siapa)
 Kriteria Subyek Pajak Dalam Negeri di Indonesia
 Cash Basic mengakui penghasilan pada saat kas diterima, sedangkan beban diakui saat beban
dikeluarkan (Pasal 4)
 Accrual Basic mengakui saat terjadinya transaksi (Pasal 4)
 Kenaikan asset harus bisa dijelaskan. Jika tidak bisa dijelaskan maka akan dihitung dari
tambahan kekayaan yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak

 Pasal 4 ayat 1 = penghasilan yang sifatnya umum


 Pasal 4 ayat 2 = penghasilan yang sifatnya final
 Pasal 4 ayat 3 = penghasilan bukan objek pajak
 Dari ketiga pasal tersebut, untuk kepentingan diakhir tahun hanya beberapa saja yang
diperhitungkan. Pasal 4 ayat 3 dan 3 tidak perlu diperhitungkan namun hanya dilaporkan
saja
 Contoh penghasilan final adalah pengalihan/sewa tanah dan bangunan dgn tarif 10%
 Contoh non obyek adalah warisan dan hibah
 Konsekuensi pajak final= penghasilan tidak dihitung, pajak yang dipotong tidak bisa
dikreditkan, jika ada biaya sehubungan dengan penghasilan final tidak dapat dikurangkan
 Niat untuk tinggal di suatu Negara bisa diukur selain kontrak yaitu dengan visa, mempunyai
kitas (kartu izin terbatas)

SENIN, 19 OKTOBER 2020

 Natura bukan merupakan objek pajak jika diserahkan kepada pengusaha yang pajaknya bersifat
final, Wajib pajak yang menggunakan perhitungan improfit, Diterima oleh bukan subjek pajak

Contoh seorang penduduk Indonesia menjadi perwakilan diplomatic, memperoleh kenikmatan
rumah. Seorang pegawai memperoleh pengobatan dari perusahaan


 PPh OP yang terutama adalah memilah sumber penghasilan dari mana
 Pekerjaan bebas, jasa konstruksi, dan penghasilan lain yang sudah ditentukan tidak boleh
memakai PP 23 tarif final sebesar 0.5%



 Setoran PPh UMKM



 Jika berbicara angsuran, angka yang diambil adalah pph yang harus dibayar sendiri dibagi
dengan 12

Kenapa dipisah? Karena yang bisa menjadi nilai pengurang PPh pasal 25 adalah PPh yang
dipotong oleh pihak lain
 Mengapa ada angsuran PPh pasal 25? Karena asumsi pemerintah, penghasilan ditahun depan
seolah-olah sama seperti ditahun lalu (Stelsel anggapan) dan supaya WP tidak berat dalam
membayar pajak.
 Jika penghasilan berubah menjadi menurun, maka bisa mengajukan pengurangan PPh pasal 25.
Untuk permohonan khusus pandemic covid sampai 50% dengan clue.
Prosedurnya dgn mengajukan surat, membuat laporan yang berisi proyeksi perhitungan
kemungkinan akhir tahun akan mengalami kurang/lebih bayar (3 bulan awal)
 (Stelsel nyata, stelsel anggapan, stelsel campuran)
 Syarat terutang PPN: Penyerahan kena pajak, yang diserahkan adalah Barang Kena Pajak/Jasa
Kena Pajak, diserahkan didaerah pabean, dalam ruang dan kegiatan usaha
Misal: pedagang angkringan masuk ke pajak terutang daerah, karena masuk ke dalam
penyediaan makanan di hotel/restoran/warung makan maka tidak terutang pajak BKP




 Keluarga merupakan satu kesatuan, maka 1 keluarga harusnya hanya ada 1 NPWP. Sehingga
tidak ada kewajiban berNPWP bagi wanita kawin
 Untuk status perpajakan PH MT maka untuk menghitung pph akhir tahun maka untuk
menghitungnya penghasilan suami dan istri harus digabung
 Istri penghasilan final jika:
1. Istri tidak ber NPWP sendiri
2. Penghasilan istri semata-mata dari 1 pemberi kerja
3. Tidak ada hubungan pekerjaan dengan usaha atau pekerjaan bebas suami


 Apabila Istri tidak bekerja ditempat kegiatan suami, maka tidak ada hubungan pekerjaan bebas
dengan suaminya (PENGHASILAN ISTRI DIANGGAP FINAL)
 JIKA FINAL, PENGHASILAN ISTRI TIDAK DIGABUNG
SENIN, 26 OKTOBER 2020

 Pemungut = menambahkan, pemotong = mengurangi


 PPN = PK (PPN Keluaran) – (PPN Masukan)
PPN = 10% X DPP
 PPN Kurang Bayar jika PPN Keluaran lebih besar daripada PPN Masukan = HUTANG PPN
 PPN Lebih Bayar jika PPN Keluaran leboh kecil daripada PPN Masukan = PIUTANG PPN
 PPN NIHIL = PPN Keluaran = PPN Masukan
 Pertanyaan:
a. Jika anda diposisikan sebagai pedagang kena pajak, buatlah jurnal akuntansi terkait dengan
pembelian termasuk PPN
Pembelian/Persediaan BKP (D) 1.200.000
PPN Masukan (D) 120.000
Kas (K) 1.320.000
b. Buatlah jurnal penjualan dengan PPN
Kas (D) 1.650.000
Penjualan BKP (K) 1.500.000
PPN Keluaran (K) 150.000
c. Buatlah jurnal penyesuaian PPN dengan SPT masa
PPN Keluaran (D) 150.000
PPN Masukan (K) 120.000
Hutang PPN (K) 30.000
d. Buatlah jurnal pembayaran PPN tersebut
Hutang PPN (D) 30.000
Kas (K) 150.000
 VAT Refund = pengembalian PPN
 Kode e-faktur 06, dapat pengembalian PPN di bandara untuk penjualan kepada orang asing
 Jasa perantara menerbitkan faktur, kemudian data dapat diketahui oleh orang pajak
SELASA, 27 OKTOBER 2020

1. PT. ABC SELULER (PKP) membeli HP dari PT. XYZ (PKP) Supplier HP merek “ KringKrong”. Harga Beli
HP sebesar Rp. 5.500.000,- (termasuk PPN). PT ABC menjual ke Konsumen sebesar Rp. 5.940.000,-
(termasuk PPN). Semua transaksi ada faktur pajaknya sesuai dengan e-Faktur Pajak dari DJP.
Hitunglah:
a. Berapa Gross Profit Margin dari transaksi tersebut?
b. Berapa PPN yang dipungut PT ABC?
c. Berapa PPN Kurang Bayar PT ABC?
2. Masih berkaitan soal no 1. Jika PT. ABC tidak memiliki Faktur Pajak atas Pembelian dari PT. XYZ. Maka
Hitunglah :
a. Berapa Gross Profit Margin dari transaksi tersebut?
b. Berapa PPN yang dipungut PT ABC?
c. Berapa PPN Kurang Bayar PT ABC?

Jawab:


 Contoh kasus:

Pada 1 Maret 2015, Toko “KUAT” (PKP) mengirim 2 truk pasir dan krikil serta 10 batang besi ke
Tn. A yang sedang melakukan kegiatan membangun sendiri.

a. PT AA selaku distributor elpiji tabung mengirim 100 tabung ukuran 15 kg ke Toko “AMAN”.
b. PT Exxon mengirim 2 juta kubik minyak mentah ke PT Pertamina (Persero).

Adakah objek PPN dari kasus di atas dan kapan saat terutangnya PPN?

Jawab:

Ada, Tuan A dan PT. AA, terutang PPN saat terjadinya transaksi penyerahan BKP


Jurnal Pembelian, Penjualan, SPT Masa PPN, Jurnal Restitusi
(Masuk di SPT Induk karena dipungut oleh pemerintah)


 CONTOH SOAL
PT. ABG (PKP) dagang batik pada bulan Agustus 2018 melakukan penyerahan barang kena pajak
sebesar Rp 880.000.000,- termasuk PPN dan melakukan pembelian beberapa Kendaraan dengan
rincian sbb :
a. Tgl 1 Agustus 2018 membeli Mobil Box Daihatsu seharga Rp198.000.000,- (termasuk PPN)
b. Tgl 5 Agustus 2018 membeli Mobil Pickup L-300 seharga Rp176.000.000,- (termasuk PPN)
c. Tgl 15 Agustus 2018 membeli Mobil Innova seharga Rp385.000.000,- (termasuk PPN)
Pertanyaannya :
1) Berapa PPN atas pembelian mobil tsb yang dapat dikreditkan?
2) Hitung PPN KB (LB) atas kasus diatas
Apotek “Band Waras” pada tahun 2016 diketahui Belum PKP. Dari data transaksi keuangan yang di
cetak dari aplikasi pembukuan terdapat Penjualan Selama tahun 2016 adalah sebesar
Rp14.800.000.000,-. Dari buku besar pembelian selama tahun 2016 terdapat pembelian obat dari
Pabrik Obat sebesar Rp. 8.450.000.000,- dan PPN Masukan sebesar Rp. 845.000.000,-. Jika diperiksa
di tahun 2020 atas tahun pajak 2016, Pertanyaannya anda diminta untuk menghitung PPN KB
beserta sanksinya jika Apotek diperiksa oleh KPP!

 CONTOH E-FAKTUR
 CONTOH KASUS
1. PT. Roda Maju (sebuah produsen ban mobil) melakukan kerja sama dengan toko ban sebagai
pengecer berdasarkan Trading Term Agreement (TTA) yang salah satu ketentuannya adalah PT.
Roda Maju memberikan insentif kepada toko.
2. Insentif berdasarkan TTA tersebut diberikan kepada toko sebesar 3% dari nilai pembelian toko
atas semua jenis produk PT. Roda Maju, dalam hal toko tersebut memenuhi target pembelian
senilai Rp50.000,000,00 per bulan.
3. Pada bulan Februari 2018, CV. Ban Sejahtera sebuah toko pengecer ban yang bekerja sama
dengan PT. Roda Maju mencapai pembelian atas produk ban PT. Roda Maju senilai
Rp60.000.000,00. Oleh karena itu, PT. Roda Maju memberikan insentif senilai Rp1.800.000,00
(3% x Rp60.000.000,00) kepada CV. Ban Sejahtera.
4. TTA yang telah dibuat tidak memuat aktivitas jasa yang harus dilakukan oleh CV. Ban Sejahtera
kepada PT. Roda Maju dan tidak terdapat penagihan atas penyerahan jasa yang dilakukan oleh
CV. Ban Sejahtera.

Pertanyaan:

a) PT. Roda Maju berkewajiban memotong/memungut pajak apa, berapa besarnya dan bagaimana
jurnalnya atas pemberian insentif tersebut?
b) Apakah CV. Ban Sejahtera Membuat Faktur Pajak atas insentif tersebut dan bagaimana jurnal
atas penerimaan insentif tersebut?
c) Dalam hal PT. Roda Maju memberikan insentif dalam bentuk pemberian BKP, maka PT. Roda
Maju berkewajiban memotong/memungut pajak apa, berapa besarnya dan bagaimana
jurnalnya?
 CONTOH KASUS
1. PT. Sinar Gemilang membuat kontrak jual beli dengan salah satu distributornya yaitu PT. Maju
Jaya. Dalam kontrak disebutkan bahwa selain sebagai distributor, PT. Maju Jaya juga akan
menyediakan peralatan tertentu untuk kepentingan pemasaran produk yang telah dibeli dari PT.
Sinar Gemilang.
2. PT. Maju Jaya akan menempatkan suatu produk yang telah dibeli dari PT. Sinar Gemilang pada
suatu etalase/tempat display tertentu dalam tokonya dalam rangka mendukung kegiatan
pemasaran produk dari PT. Sinar Gemilang. PT. Sinar Gemilang akan memberikan imbalan
sebesar Rp1.500.000,00 atas pembayaran sewa sehubungan dengan penggunaan harta kepada
PT. Maju Jaya.

Pertanyaan :
a. PT. Sinar Gemilang berkewajiban memotong/memungut pajak apa, berapa besarnya dan
bagaimana jurnalnya atas pemberian jasa sewa tersebut?
b. Apakah PT. Maju Jaya Membuat Faktur Pajak atas jasa sewa tersebut dan bagaimana jurnal
atas penerimaan jasa sewa tersebut?
c. Dalam PT. Sinar Gemilang memberikan jasa sewa dalam bentuk pemberian BKP, maka PT.
Sinar Gemilang berkewajiban memotong/memungut pajak apa, berapa besarnya dan
bagaimana jurnalnya?
JUMAT, 6 NOVEMBER 2020

 Dalam PBB menggunakan official assessment, namun ada yang menggunakan asas self-assesment
yaitu Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP), Pajak memberitahukan fiskus bahwa kondisi dari
bangunan/tanah yang ditempati atau dimanfaatkan berbeda dengan yang tercantum di SPT. Atau
belum dikeluarkan tagihan pajak karena belum tercatat

SELASA, 17 NOVEMBER 2020

 Sisa cadangan kerugian piutang harus dinolkan, membuat jurnal pembalik dimasukkan ke
penghasilan lain-lain
 Pengecualian, cadangan yang boleh menurut pajak:
1) Perbankan dan lembaga keuangan
2) Asuransi
3) Leasing dengan hak opsi
4) Pertambangan (Penutupan lubang pasca tambang)
5) Kehutanan (Reboisasi)


 Kenikmatan harus dikoreksi fiscal


Misal: Tidak bayar PPh 21, maka dianggap kenikmatan dan dilakukan koreksi fiscal. Tarif memakai
PPh 29 KB

 Menjadi boleh asal sudah dipajaki ke PPh 21 atas seluruhnya (dimasukkan ke daftar gaji). Koreksi
dapat dibatalkan dengan melampirkan form A1

 Contoh natura dan kenikmatan lainnya sangat banyak jenisnya, juga meliputi: Seragam karyawan,
pulsa, mess, dsb
 Biaya piknik bisa diganti dengan biaya training, study banding untuk penghindaran PPh 21. Tidak
perlu dimasukkan daftar gaji dan masuk biaya deductible


 Jika minta utuh, tidak mau dipotong pajak, Rumus Gross Up:



Biaya tidak langsung dikoreksi, karena biaya konsumsi rapat diganti dengan nama akun biaya makan
minum di tempat kerja (biaya makan dijadikan satu akun)
 Ada jenis natura/kenikmatan lainnya yang tidak perlu dilakukan pemotongan pph 21. Contoh:
fasilitas makan untuk crew kapal, seragam terkait dengan keselamatan kerja (APD, pemadam, dsb),
fasilitas yang berada di daerah terpencil.


Kelompok I-IV diatur dalam PMK

SENIN, 23 NOVEMBER 2020

 Biaya pemasaran akan dikoreksi fiskal jika tidak mencantumkan daftar nominatif
 Biaya tenaga ahli menggunakan harga wajar
 Jika mobil dinas dibawa pulang, maka koreksi biaya adalah 50%
 Jika sumbangan tidak ada keterangan pph 21, maka sumbangan diberikan utuh tidak ada pemotongan
(dianulir)

Anda mungkin juga menyukai