Anda di halaman 1dari 3

3 Hal Penting dalam Implementasi PSAK 73 Sewa bagi Perusahaan

Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penerapan atau implementasi PSAK
73 Sewa bagi perusahaan.
PSAK 73

1. Mengidentifikasi Kontrak Terdapat Sewa Maupun Tidak

Perusahaan sebagai pihak yang menyewa harus bisa mengklasifikasikan segala


transaksi/aktivitas sewa yang dilakukan, termasuk diantaranya sewa guna usaha dan
sewa operasi sejak adanya kontrak sewa.

Akan tetapi, jika suatu aset terindikasi secara substansial dan dapat memberikan
manfaat ekonomi, maka Anda dapat mengkategorikan bahwa kontrak tersebut mengandung
sewa dengan ketentuan sebagai berikut:

Sewa berjangka pendek, di bawah 12 bulan,


Sewa aset bernilai rendah, misalnya komputer atau laptop, dan
Perjanjian kontrak sewa tidak melewati nilai materialitas.

2. Biaya yang Melekat pada Kontrak Sewa


Hal penting kedua yang diatur dalam PSAK 73 Sewa adalah biaya yang melekat pada
kontrak sewa. Biaya tersebut antara lain mencakup biaya perawatan, renovasi,
restorasi, dan biaya-biaya lainnya yang terdapat dalam kontrak sewa.

3. Aset Hak Guna dan Liabilitas


Penerapan dalam aset hak guna akan sama dengan pengukuran aset lainnya, di mana
liabilitas hak guna juga diukur sesuai dengan pengukuran liabilitas keuangan
lainnya.

===================================================================================
===

DTA = Aset Pajak tangguhan dimasa depan,potensi membayar pajak lebih rendah setelah
dilakukan rekonsiliasi fiskal

contoh afda >>> DTA

DTL - Liabilitas pajak tangguhan = dimasa depan,potensi membayar pajak lebih tinggi
setelah dilakukan rekonsiliasi fiskal

===================================================================================

update budget assumption, available funding, create budget packages,issue budget


packages, obtain revenue forecast,dept budget,capex, updaet master budget,review
budget,aprroval budget,

Ciptaker

PPH
- penurunan pph badan bertahap hinga 20%
- Penghasilan berupa dividen bagi Wajib Pajak Orang Perorangan (WPOP) yang berasal
dari dalam dan luar negeri untuk diinvestasikan di Indonesia, tidak akan dikenakan
pajak.
Syaratnya, dividen dan penghasilan yang diinvestasikan minimal 30% dari laba
setelah pajak dan saham Wajib Pajak Badan (WP Badan) tidak diperdagangkan di bursa
efek Indonesia.
- WNA yang selama 183 hari berada di Dalam Negeri dan melakukan usaha atau
mendapatkan penghasilan di wilayah hukum Indonesia akan menjadi Subjek Pajak Dalam
Negeri (SPDN), sehingga akan dikenakan PPh Dalam Negeri.

Sebaliknya, jika WNI yang 183 hari berada di Luar Negeri dan melakukan usaha di
negara lain, statusnya menjadi Subjek Pajak Luar Negeri (SPLN) dan dikenakan PPh
Luar Negeri.

Perubahan PPN dan PPN BM


Dalam pasal tersebut, Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang belum menyerahkan barang atau
jasa untuk ekspor bisa mengkreditkan pajak masukan sepanjang memenuhi pengkreditan
sesuai UU.

Pada peraturan sebelumnya di pasal 9 ayat (2a) UU PPN dan PPnBM, PKP yang belum
berproduksi dapat mengkreditkan pajak masukannya.

Jika dalam waktu 3 tahun perusahaan melakukan penyerahan barang, pengkreditan pajak
bisa dilakukan.

Namun, jika tidak ada penyerahan barang atau jasa, pajak masukan dalam hal sektor
barang atau jasa tertentu, tidak bisa dikreditkan.

Perubahan Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP)

1. Penurunan sanksi telat lapor SPT dan Kurang Bayar Pajak disesuaikan dengan
tingkat atau tarif suku bunga acuan per bulan, yang sebelumnya tertuang di UU KUP
sebesar 2% per bulan.

Hasil penghitungan baru ini, jumlahnya bisa lebih rendah dibanding sanksi
sebelumnya.

a. Sanksi denda berdasarkan suku bunga acuan ditambah 5% dibagi 12 berlaku pada
tanggal dimulai penghitungan sanksi, paling lama 24 bulan pada Wajib Pajak (WP)
yang;

Membetulkan sendiri SPT-nya dan membuat utang pajak menjadi lebih besar
Kurang bayar karena pembetulan SPT Tahunan/Masa
Terlambat membayar PPh Pasal 29 SPT tahunan
Terlambat membayar SPT Masa

b. Sanksi denda berdasarkan suku bunga acuan ditambah 10% dibagi 12, paling lama 24
bulan, jika tidak melunasi SPT yang kurang bayar.

c. Sanksi denda berdasarkan suku bunga acuan ditambah 15% dibagi 12, paling lama 24
bulan, jika tidak melunasi pajak kurang bayar dan mendapatkan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar (SKPKB).

2. Jika WP tidak menyampaikan SPT atau mengisi SPT dengan tidak benar atau tidak
lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar akan didenda sebesar
100% dari jumlah pajak yang kurang bayar saat pengungkapan pelaporan pajak tidak
benar.

Jumlah ini lebih rendah dari yang tertulis di UU KUP, sebesar 150%.

3. Jika PPh PKP kurang bayar, sanksi administratif berupa bunga yang ditetapkan
Menkeu dihitung sejak terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun
Pajak, atau Tahun Pajak sampai diterbitkannya Surat Tagihan Pajak (STP).

4. PKP tidak menerbitkan faktur atau menerbitkan faktur tidak lengkap, dikenakan
sanksi 1% dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP).

5. STP keterlambatan bayar Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), SK
Pembetulan, SK Keberatan, Banding dan Pengajuan Kembali, sanksi bunga penundaan
pembayaran karena mengangsur, dan bunga atas STP penundaan yang nilainya lebih
kecil, dikenakan sanksi bunga per bulan sesuai ketetapan Menkeu berdasarkan suku
bunga acuan dibagi 12 maksimal 24 bulan.

6. Penghentian penyidikan tindak pidana perpajakan dilakukan setelah WP melunasi


utang pajak yang tidak/kurang bayar/seharusnya dikembalikan, ditambah dengan sanksi
administrasi denda 3 kali jumlah pajak yang tidak/kurang bayar/seharusnya
dikembalikan.

==================================================================================
What Is a Deferred Tax Liability?
A deferred tax liability is a listing on a company's balance sheet that records
taxes that are owed but are not due to be paid until a future date.

A deferred tax asset is an item on a company's balance sheet that reduces its
taxable income in the future.

Anda mungkin juga menyukai