Anda di halaman 1dari 13

TAX PLANNING & PENGENDALIAN ATAS UNSUR-

UNSUR WITHOLDING TAX (Selain Pph 21)

SENDY PRIADY 2013.35.2324


EFI MUSLIHANI 2013.35.2328
Pajak Penghasilan (PPh) merupakan pajak yang terutang atas penghasilan, antara lain
penghasilan dari gaji, penghasilan dari laba usaha, penghasilan berupa hadiah, dan
penghasilan berupa bunga. Wajib Pajak dikenai pajak atas penghasilan yang
diterimanya dalam 1 (satu) tahun pajak. PPh yang terutang dalam 1 (satu) tahun pajak
harus dilunasi pembayarannya oleh Wajib Pajak dan Undang-Undang Pajak
Penghasilan telah mengatur cara pelunasan PPh yang terutang oleh Wajib Pajak, yaitu
dengan cara membayar sendiri dan melalui pemotongan/pemungutan yang dilakukan
oleh pihak lain. Apapun cara pelunasannya, baik membayar sendiri maupun melalui
pemotongan/pemungutan oleh pihak lain, Wajib Pajak diharapkan dapat memahami
dengan tepat cara menghitung PPh yang terutang, bagaimana pembayarannya, dan
mekanisme pelaporan PPh yang telah dibayar tersebut sebagai salah satu cara
perencanaan pajak.
1. Identifikasi Objek-Objek Withholding Tax

PPh yang dipotong dan/atau dipungut melalui pihak lain lebih dikenal dengan istilah
PPh Potput. Sesuai ketentuan dalam Undang-Undang PPh, yang terdiri dari:

 PPh Pasal 4 ayat (2)


PPh Pasal 4 ayat (2) merupakan salah satu cara pelunasan pajak dalam tahun berjalan
melalui pemotongan/pemungutan dan/atau penyetoran sendiri pajak yang bersifat final
atas penghasilan tertentu yang diatur dengan peraturan pemerintah. Objek PPh Pasal
4 ayat (2) yang telah diatur antara lain adalah:
• Bunga deposito dan tabungan lainnya.
• Bunga obligasi dan surat utang Negara.
• Bunga simpanan yang dibayarkan koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi.
• Hadiah undian.
• Transaksi saham.
• Pengalihan hak atas tanah
 Jasa konstruksi
 Persewaan tanah dan/atau bangunan
 Dividen yang diterima atau diperoleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri
 Penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memilki
peredaran bruto tertentu.

 PPh Pasal 15
PPh Pasal 15 merupakan cara pelunasan pembayaran pajak dalam tahun berjalan
melalui pemotongan dan/atau penyetoran sendiri PPh atas penghasilan Wajib Pajak
yang antara lain bergerak dalam usaha jasa pelayaran dan usaha jasa penerbangan.
 Jasa pelayaran dalam negeri
 Jasa penerbangan dalam negeri
 Jasa pelayaran dan/atau penerbangan luar negeri.
 PPh Pasal 22
PPh Pasal 22 merupakan cara pelunasan pembayaran pajak dalam tahun berjalan oleh
Wajib Pajak atas penghasilan antara lain sehubungan dengan impor barang/jasa,
pembelian barang dengan menggunakan dana APBN/APBD dan non APBN/APBD,
dan penjualan barang sangat mewah. Berikut tabel daftar pemungut dan objek PPh
Pasal 22:
 PPh Pasal 23
Pemotongan PPh Pasal 23 dikenakan dari jumlah bruto, dengan tariff sebagai berikut:
 PPh Pasal 26
PPh Pasal 26 merupakan cara pelunasan pajak dalam tahun berjalan melalui
pemotongan pajak atas penghasilan Wajib Pajak Luar Negeri dari Indonesia berupa:
 Dividen.
 bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang.
 royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
 imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan.
 hadiah dan penghargaan.
 pensiun dan pembayaran berkala lainnya.
 premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya; dan/atau
 keuntungan karena pembebasan utang, yang diterima Wajib Pajak Luar Negeri
selain bentuk usaha tetap.
 penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di Indonesia.
 premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri.
 penghasilan dari penjualan atau pengalihan saham.
2. Rekonsiliasi SPT Masing-Masing Withholding Tax dengan Biaya-Biaya yang Terkait
dengan Objek Withholding Tax
Perusahaan perlu melakukan rekonsiliasi secara periodik antara elemen yang terdapat
di SPT badan dan lapora keuangan (fiskal) perusahaan dengan elemen- elemen yang
terdapat pada SPT. Jika ditemukan adanya perbedaan maka perbedaan tersebut harus
ditelusuri dan segera dikoreksi. Bila perlu segera dibuatkan pembetulan SPT nya.\

 Rekonsiliasi SPT Badan dengan SPT PPN

Rekonsiliasi dilakukan atas transaksi pembelian dan penjualan serta PPN yang
mengikutinya, yakti PPN masukan dari transaksi pembelian dan PPN keluaran dari
omzet penjualan, apakah kedua SPT tersebut telah menunjukan angka yang sama atau
belum. Bagi perusahaan yang tidak kalah pentingnya adalah melakukan equalisasi
antara buku/ ledger pemblian dan buku/ ledger penjualan dengan SPT Masa PPN,
apakah kedua ledger tersebut dan SPT masa PPN telah menunjukan angka yang sama
atau belum.
 Rekonsiliasi SPT PPh Badan dengan SPT PPh Pasal 21

Rekonsiliasi SPT PPh Badan denagn SPT PPh pasal 21 adalah prosedur pengecekan yan
dilakukan terhadap jumlah biaya gaji dan tunjangan serta biaya lainnya yang
dibayarkan kepada pihak perorangan lainnya yang berkaitan dengan hubungan kerja,
yang tercantum dalam PPh Badan dengan jumlah dasar Pengenaan Pajak (DPP) yang
tercantum dalam SPT PPh pasal 21. Dasar pengenaan pajak ini terdiri dari gaji dan
tunjunagan yang dibayarkan kepada karyawan dan penghasilanan lainnya yang
dibayarkan kepada perorangan lainnya yng menjadi objek PPH pasal 21.
 Rekonsiliasi SPT PPh Bdan dengan SPT PPh pasal 23

Rekonsiliasi SPT PPh Badan dengan SPT PPh pasal 23 berkaitan dengan prosedur
pengecekan yang dilakukan oleh KPP terhadap jumlah biaya sewa, bunga, dividen,
royalti dan jasa lainnya yang harus dipotong PPh pasal 23 pada SPT PPh Badan dengan
jumlah Dasar Pengenan Pajak SPT PPh pasal 23, apakah jumlahnya telah sama. Jika
terdapat material yang bukan objek PPh pasal 2, perlu dilakukan pemisahan antara
nilai jasa dan meterialnya.
3. Kesimpulan

Dalam praktek bisnis banyak kasus pemungutan atau pemotongan pajak dari pihak
ketiga, dimana yang membuat kontrak bisnis kurang memahami atau mengabaikan
aspek perpajakan secara detail dan sesuai dengan ketentuan perpajakan, sehingga
saat pemeriksaan oleh fiskus perusahaan dikenai kewajiban untuk membayar
withholding tax ditambah denda keterlambatan penyetoran sebesar 2% sebulan dari
pokok pajak. Untuk itu perlu dilakukan optimalisai pembayaran pajak sebagai suatu
langkah pengamanan yang harus dilakukan oleh wajib pajak terkait transaksi dengan
pihak ketiga dan penjagaan cashflow perusahaan yang tujuannya untuk penghematan
pajak.

Anda mungkin juga menyukai