PPh yang dipotong dan/atau dipungut melalui pihak lain lebih dikenal dengan istilah
PPh Potput. Sesuai ketentuan dalam Undang-Undang PPh, yang terdiri dari:
PPh Pasal 15
PPh Pasal 15 merupakan cara pelunasan pembayaran pajak dalam tahun berjalan
melalui pemotongan dan/atau penyetoran sendiri PPh atas penghasilan Wajib Pajak
yang antara lain bergerak dalam usaha jasa pelayaran dan usaha jasa penerbangan.
Jasa pelayaran dalam negeri
Jasa penerbangan dalam negeri
Jasa pelayaran dan/atau penerbangan luar negeri.
PPh Pasal 22
PPh Pasal 22 merupakan cara pelunasan pembayaran pajak dalam tahun berjalan oleh
Wajib Pajak atas penghasilan antara lain sehubungan dengan impor barang/jasa,
pembelian barang dengan menggunakan dana APBN/APBD dan non APBN/APBD,
dan penjualan barang sangat mewah. Berikut tabel daftar pemungut dan objek PPh
Pasal 22:
PPh Pasal 23
Pemotongan PPh Pasal 23 dikenakan dari jumlah bruto, dengan tariff sebagai berikut:
PPh Pasal 26
PPh Pasal 26 merupakan cara pelunasan pajak dalam tahun berjalan melalui
pemotongan pajak atas penghasilan Wajib Pajak Luar Negeri dari Indonesia berupa:
Dividen.
bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang.
royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan.
hadiah dan penghargaan.
pensiun dan pembayaran berkala lainnya.
premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya; dan/atau
keuntungan karena pembebasan utang, yang diterima Wajib Pajak Luar Negeri
selain bentuk usaha tetap.
penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di Indonesia.
premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri.
penghasilan dari penjualan atau pengalihan saham.
2. Rekonsiliasi SPT Masing-Masing Withholding Tax dengan Biaya-Biaya yang Terkait
dengan Objek Withholding Tax
Perusahaan perlu melakukan rekonsiliasi secara periodik antara elemen yang terdapat
di SPT badan dan lapora keuangan (fiskal) perusahaan dengan elemen- elemen yang
terdapat pada SPT. Jika ditemukan adanya perbedaan maka perbedaan tersebut harus
ditelusuri dan segera dikoreksi. Bila perlu segera dibuatkan pembetulan SPT nya.\
Rekonsiliasi dilakukan atas transaksi pembelian dan penjualan serta PPN yang
mengikutinya, yakti PPN masukan dari transaksi pembelian dan PPN keluaran dari
omzet penjualan, apakah kedua SPT tersebut telah menunjukan angka yang sama atau
belum. Bagi perusahaan yang tidak kalah pentingnya adalah melakukan equalisasi
antara buku/ ledger pemblian dan buku/ ledger penjualan dengan SPT Masa PPN,
apakah kedua ledger tersebut dan SPT masa PPN telah menunjukan angka yang sama
atau belum.
Rekonsiliasi SPT PPh Badan dengan SPT PPh Pasal 21
Rekonsiliasi SPT PPh Badan denagn SPT PPh pasal 21 adalah prosedur pengecekan yan
dilakukan terhadap jumlah biaya gaji dan tunjangan serta biaya lainnya yang
dibayarkan kepada pihak perorangan lainnya yang berkaitan dengan hubungan kerja,
yang tercantum dalam PPh Badan dengan jumlah dasar Pengenaan Pajak (DPP) yang
tercantum dalam SPT PPh pasal 21. Dasar pengenaan pajak ini terdiri dari gaji dan
tunjunagan yang dibayarkan kepada karyawan dan penghasilanan lainnya yang
dibayarkan kepada perorangan lainnya yng menjadi objek PPH pasal 21.
Rekonsiliasi SPT PPh Bdan dengan SPT PPh pasal 23
Rekonsiliasi SPT PPh Badan dengan SPT PPh pasal 23 berkaitan dengan prosedur
pengecekan yang dilakukan oleh KPP terhadap jumlah biaya sewa, bunga, dividen,
royalti dan jasa lainnya yang harus dipotong PPh pasal 23 pada SPT PPh Badan dengan
jumlah Dasar Pengenan Pajak SPT PPh pasal 23, apakah jumlahnya telah sama. Jika
terdapat material yang bukan objek PPh pasal 2, perlu dilakukan pemisahan antara
nilai jasa dan meterialnya.
3. Kesimpulan
Dalam praktek bisnis banyak kasus pemungutan atau pemotongan pajak dari pihak
ketiga, dimana yang membuat kontrak bisnis kurang memahami atau mengabaikan
aspek perpajakan secara detail dan sesuai dengan ketentuan perpajakan, sehingga
saat pemeriksaan oleh fiskus perusahaan dikenai kewajiban untuk membayar
withholding tax ditambah denda keterlambatan penyetoran sebesar 2% sebulan dari
pokok pajak. Untuk itu perlu dilakukan optimalisai pembayaran pajak sebagai suatu
langkah pengamanan yang harus dilakukan oleh wajib pajak terkait transaksi dengan
pihak ketiga dan penjagaan cashflow perusahaan yang tujuannya untuk penghematan
pajak.