Sebagai badan usaha, sudah seharusnya mengetahui dan memahami apa saja
jenis pajak yang menjadi kewajibannya. Ada 8 jenis PPh atau jenis pajak
penghasilan badan usaha (pajak badan usaha) atau pajak perusahaan yang
wajib diketahui .
Sekarang sudah banyak software akuntansi online berbasis cloud dengan laporan keuangan
lengkap, seperti:
Neraca keuangan
Arus kas
Laba-rugi
Artinya, pemungutan atau penarikan pajak juga diambil dari barang atau jasa
yang dikelola.
Berikut adalah delapan jenis pajak penghasilan badan (pajak badan usaha)
atau jenis PPh perusahaan:
1. Jenis PPh Perusahaan Pajak Penghasilan Pasal 15
Jenis pajak yang harus dibayarkan tersebut biasanya tertera pada Surat
Keterangan Terdaftar (SKT) saat Sobat Klikpajak mendaftarkan diri menjadi
NPWP Badan.
PPh Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang diterima
oleh Wajib Pajak dalam negeri atau karyawan Anda, dan harus dibayar setiap
bulannya.
Pemungutan pajak dari Wajib Pajak yang melakukan kegiatan impor atau
dari pembeli atas penjualan barang mewah.
a. Pihak Pemungut:
1. Atas Impor:
Pajak yang dipotong oleh pemungut pajak dari Wajib Pajak saat transaksi
yang meliputi transaksi dividen (pembagian keuntungan saham), royalti,
bunga, hadiah dan penghargaan, sewa dan penghasilan lain yang terkait
dengan penggunaan aset selain tanah atau bangunan, atau jasa.
Tarif PPh 23 dikenakan atas nilai Dasar Pengenaan Pajak (DPP) atau jumlah
bruto dari penghasilan.
Jumlah bruto adalah seluruh jumlah penghasilan yang dibayarkan atau telah
jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak dalam
negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan
perusahaan luar negeri lainnya.
Angsuran pajak yang berasal dari jumlah Pajak Penghasilan terutang menurut
SPT Tahunan PPh dikurangi PPh yang dipotong serta PPh terutang di Luar
Negeri yang boleh dikreditkan.
Pajak yang dikenakan atas penghasilan yang bersumber dari Indonesia yang
diterima Wajib Pajak (WP) luar negeri selain bentuk usaha tetap (BUT) di
Indonesia.
PPh Pasal 26 merupakan penerapan dari asas sumber yang dianut dalam
sistem pemungutan pajak di Indonesia.
Dividen
Bunga, termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan
jaminan pengembalian utang
Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta
Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
Hadiah dan penghargaan
Pensiun dan pembayaran berkala lainnya
Premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya; dan/atau
Keuntungan karena pembebasan utang
Ilustrasi wajib pajak luar negeri yang juga dikenakan jenis pajak penghasilan badan usaha atau pajak perusahaan di
Indonesia
PPh Pasal 29 dihasilkan dari nilai lebih pajak terutang (pajak terutang
dikurangi kredit pajak) yaitu saat jumlah pajak terutang suatu perusahaan
dalam satu tahun pajak lebih besar dari jumlah kredit pajak yang telah
dipotong oleh pihak lain dan telah disetor sendiri.
PPh ini harus dibayarkan sebelum SPT Tahunan PPh Badan dilaporkan.
Pajak dari penghasilan yang dipotong dari bunga deposito dan tabungan
lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, bunga simpanan yang
dibayarkan koperasi, hadiah undian, transaksi saham dan sekuritas lainnya,
serta transaksi lain sebagaimana diatur dalam peraturan.
Penghasilan dikenai pajak yang sifatnya final alias tidak bisa dikreditkan.
Bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang
negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada
anggota koperasi orang pribadi.
Hadiah undian.
Transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan
penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh
perusahaan modal ventura.
Transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa
konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan.
Jika ada cara yang mudah, kenapa harus mempersulit diri hanya sekadar
untuk lapor SPT pajak perusahaan?
Setelah menyampaikan SPT Pajak, Sobat Klikpajak akan peroleh bukti lapor
dalam bentuk elektronik, yakni Bukti Penerimaan Elektronik (BPE) dari DJP,
yang berisi:
Sobat Klikpajak juga akan mendapatkan NTTE resmi dari DJP sebagai bukti
lapor.
Setelah melalui tahap cara daftar NPWP online, berikut cara daftar pajak
online dan cara lapor dan cara mengisi SPT Tahunan Badan secara online di
e-Filing:
Sobat Klikpajak juga dapat mengetahui cara lapor SPT Tahunan Pribadi
berikut ini:
Jenis pajak ini dikenakan atas penghasilan suatu Badan atau perusahaan yang biasanya sangat
berbeda-beda, tergantung bidang dan kebijakan usahanya.
Karena penerapannya yang sangat luas dan tergantung dari sumber usaha yang digeluti, Sobat
Klikpajak wajib memahami bagaimana pengertian dan ketentuan Pajak Penghasilan Badan atau PPh
Badan ini.
Jurnal by Mekari adalah software akuntansi online berbasis cloud dengan laporan keuangan
lengkap, seperti:
Neraca keuangan
Arus kas
Laba-rugi
Sebagaimana ketentuan dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan (UU PPh), penghasilan suatu
badan atau perusahaan yang dimaksud adalah:
“Setiap penambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh oleh Wajib Pajak
Badan, baik dari dalam maupun luar negeri, dengan keperluan apapun termasuk misalnya
menambah kekayaan, konsumsi, investasi, dan lain sebagainya.”
Siapa saja yang menjadi subjek PPh Badan dan apa saja yang termasuk dalam objek PPh Badan
juga telah diatur dalam ketentuan perundang-undangan pajak penghasilan.
Berikut adalah subjek pajak penghasilan badan (subjek PPh Badan) dan objek pajak penghasilan
badan (objek PPh Badan):
Berdasarkan Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP), yang
termasuk dalam pengertian Badan adalah sebagai berikut:
Bagi Subjek Badan dalam negeri yang menjadi objek PPh adalah semua penghasilan baik dari dalam
maupun dari luar negeri.
Penghasilan yang sebagai objek PPh Badan sebagaimana tercantum dalam Pasal 4 Ayat (1)
Undang-Undang PPh ini meliputi:
Ilustrasi pajak penghasilan badan dan tarif PPh Badan yang dikenakan
Secara umum, ada dua jenis pajak yang harus dibayar dan dilaporkan oleh Wajib Pajak Badan, yakni
Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Apa sajakah jensi PPh Badan dan PPN yang menjadi kewajiban WP Badan?
Berikut penjelasannya dari jenis-jenis PPh Badan yang menjadi kewajiban Wajib Pajak Badan (WP)
Badan atas pajak penghasilan badan atau perusahaan:
1. Jenis Pajak Penghasilan (PPh) yang dikenakan pada Badan atau PPh Badan
Ada beberapa jenis pajak penghasilan badan atau PPh Badan yang harus dibayar dan dilaporkan oleh
perusahaan atau WP Badan, di antaranya:
PPh Pasal 21 mengatur tentang pemotongan dari hasil pekerjaan jasa atau kegiatan dengan nama dan
dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak atau karyawan Sobat Klikajak, dan
harus dibayarkan setiap bulannya.
Perusahaan melakukan pemotongan langsung atas penghasilan para karyawan untuk selanjutnya
disetorkan ke kas negara melalui bank persepsi.
Saat ini, pengelolaan untuk pajak karyawan termasuk hitung dan setor maupun lapor dapat dilakukan
melalui fitur e-Filing Klikpajak.
PPh Pasal 22 mengatur atas pemungutan pajak dari Wajib Pajak yang dibebankan pada badan usaha
tertentu karena melakukan aktivitas perdagangan terkait dengan ekspor, impor, maupun re-impor.
PPh Pasal 23 mengatur atas pemotongan pajak yang dilakukan oleh pemungut pajak dari Wajib
Pajak ketika terjadi transaksi yang merujuk pada:
PPh Pasal 25 mengatur atas angsuran pajak yang berasal dari jumlah pajak penghasilan terutang
menurut SPT PPh dikurangi PPh yang telah dipungut serta PPh yang dibayar atau terutang di Luar
Negeri dan boleh dikreditkan.
PPh Pasal 26 mengatur pajak yang dikenakan atas penghasilan yang bersumber dari Indonesia dan
diterima Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia.
Maka nilai lebih pajak terutang tersebut harus dibayarkan sebelum SPT PPh Badan dilaporkan.
PPh Pasal 15 mengatur atas laporan pajak yang berhubungan dengan Norma Perhitungan Khusus
untuk golongan Wajib Pajak tertentu, termasuk Wajib Pajak Badan yang bergerak pada:
PPh Pasal 4 ayat (2) berkaitan dengan pajak yang dipungut dari penghasilan yang dipotong dari:
PPN merupakan pajak yang dibebankan untuk transaksi atas Barang Kena Pajak (BKP) dan Jasa
Kena Pajak (JKP).
Nilai PPN biasanya ditambahkan pada harga pokok barang atau jasa yang diperjual belikan tersebut.
Baca juga Aturan Baru Membuat e-Faktur dan Cara Mengkreditkan Pajak Masukan di UU
Cipta Kerja
Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) merupakan pajak yang dikenakan atas barang atau produk
yang dianggap bukan sebagai barang kebutuhan pokok.
Barang tersebut biasanya dikonsumsi oleh masyarakat kalangan tertentu yang pada umumnya
merupakan masyarakat berpenghasilan tinggi.
Bagi Sobat Klikpajak yang berkecimpung dalam bidang ekspor-impor, baca juga Fungsi SSPCP dan
Penggunaannya bagi Eksportir & Importir
I
lustrasi membuat e-Faktur selain kewajiban PPh Badan atau pajak penghasilan badan
Ada beberapa peraturan yang berlaku mengenai pajak Badan, antara lain:
UU No. 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan Badan.
UU No. 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 tahun
1983 Tentang Pajak Penghasilan.
Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan dari
Usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran Bruto tertentu.
Berikut adalah mekanisme perhitungan pajak penghasilan badan yang harus diketahui sebelum cara
menghitung PPh Badan:
Sebelum Sobat Klikpajak melakukan perhitungan Pajak Penghasilan Badan Usaha atau PPh Badan,
Sobat Klikpajak harus terlebih dulu mengetahui nominal penghasilan kena pajak badan.
Bagaimana caranya?
Sobat Klikpajak bisa mengurangi penghasilan neto fiskal dengan kompensasi kerugian fiskal.
Di mana penghasilan neto fiskal merupakan penghasilan neto yang diterima oleh wajib pajak dalam
negeri, baik dari kegiatan usaha maupun bukan, setelah melewati penyesuaian fiskal yang
berdasarkan ketentuan perpajakan.
Apabila menggunakan pembukuan, kerugian tersebut dapat dikompensasi selama lima tahun secara
berturut-turut.
Untuk mendapatkan nominal ini, Anda dapat mengalikan Penghasilan Kena Pajak dengan tarif pajak
yang berlaku. Berdasarkan Pasal 17 ayat (1) bagian b UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan, tarif pajak yang dikenakan kepada badan adalah 25%. Besar tarif ini berlaku sejak tahun
pajak 2010. Tarif lebih rendah dapat dikenakan kepada wajib pajak badan dalam negeri dengan
ketentuan sebagai berikut:
PT Mentari Harapan memiliki jumlah Penghasilan Kena Pajak senilai Rp2.000.000.000, maka tarif
PPh badan yang harus dibayarkan adalah 25% x Rp2.000.000.000 = Rp500.000.000.
Dan perlu Anda ketahui, penghasilan yang dipotong dengan Pajak Penghasilan yang bersifat final,
tidak termasuk dalam ketentuan ini. Tarif pajak final diatur dalam aturan tersendiri berdasarkan
Peraturan Pemerintah.
Perlu dipahami, pemerintah telah menurunkan tarif PPh Badan dari sebelumnya sejak tahun 2020.
Melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 30 Tahun 2020 tentang Penurunan Tarif Pajak
Penghasilan Bagi Wajib Pajak Dalam Negeri yang Berbentuk Perseroan Terbatas, tarif PPh badan
diturunkan.
Beleid ini dikeluarkan untuk melaksanakan Pasal 5 ayat (3) Undang-Undang No. 2/2020 tentang
Penertapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) No. 1/2020 tentang:
Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi COVID-
19 dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional
dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan Menjadi Undang-Undang.
Selama ini tarif PPh Badan normal adalah 25% dari Penghasilan Kena Pajak.
Melalui beleid baru ini, tarif PPh Badan turun secara bertahapm yakni:
Tapi penurunan tarif PPh Badan lebih rendah 3% bagi Perusahaan Tbk ini ada syaratnya,
yaitu:
Peredaran bruto adalah seluruh penghasilan yang diterima, baik orang pribadi maupun badan.
Jika Sobat Klikpajak memilih untuk tidak melakukan pembukuan, PKP akan dihitung berdasarkan
Norma Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN).
Sebaliknya, jika Sobat Klikpajak melakukan pembukuan yang benar, penghitungan PKP dilakukan
berdasarkan catatan yang tertulis di pembukuan.
Norma Penghitungan Penghasilan Neto atau NPPN yang dimaksud dapat Sobat Klikpajak lihat pada
pasal 14 UU No. 36 Tahun 2008 tentang PPh.
Penghasilan Kotor
(Bruto)
Tarif Pajak
(Rp)
Kurang dari Rp4,8 miliar 50% x *22% x Penghasilan Kena Pajak
Lebih dari Rp4.8 miliar [(50%x25%) x Penghasilan Kena Pajak yang Memperoleh Fasilitas] + (25% x
s/d Rp50 Miliar Penghasilan Kena Pajak Tidak Memperoleh Fasilitas
*22% tarif PPh Badan yang berlaku di 2021
PPh badan terutang dengan peredaran bruto di atas Rp50 miliar akan dihitung berdasarkan ketentuan
umum atau tanpa fasilitas pengurangan tarif.
Jadi dapat disimpulkan bahwa besar PPh badan tetap adalah 22% x penghasilan kena pajak.
Pada tahun 2021, PT AAA memperoleh penghasilan kotor sebesar Rp10 Miliar.
Maka sebelum Sobat Klikpajak mengetahui Pajak yang harus dibayar PT Mentari Harapan, Sobat
Klikpajak harus mengetahui terlebih dulu Penghasilan Kena Pajak dari PT Mentari Harapan.
Penghasilan kena pajak = penghasilan kotor – Biaya2 operasional
Namun, perlu dibuat catatan bahwa selama periode tahun 2021, PT AAA telah menyetor pajak
penghasilan karyawan ke kas negara sebesar Rp50 juta dan pajak PPh Pasal 23 sebesar Rp100 juta.
Rp350 juta adalah angka yang bisa dicicil oleh PT AAA ke kas negara atas penghasilan Badan Usaha
di tahun 2021.
Untuk mengetahui contoh perhitungan PPh Badan, selengkapnya baca Contoh Laporan Keuangan
dan Cara Membuatnya untuk Administrasi Perpajakan
Fokus kembangkan bisnis Sobat Klikpajak, serahkan urusan hitung, bayar dan lapor PPh Badan di Klikpajak
Agar lebih mudah bayar dan lapor pajak, gunakan e-Billing Klikpajak dan e-Filing Klikpajak.
Sebelum bayar pajak, Sobat Klikpajak diharuskan membuat Kode Billing sebagai syarat membayar
ataua menyetorkan PPh Badan.
Berikut tutorial langkah-langkah cara membuat Kode Billing dan bayar pajak online:
Panduan lengkap tcara lapor pajak online, selengkapnya ikuti langkah-langkah di bawah ini:
Itulah tadi penjelasan lengkap mengenai pajak penghasilan badan atau PPh Badan, mulai dari
penjelasan umum pajak penghasilan badan, tarif PPh Badan, contoh perhitungan PPh Badan, cara
menghitung PPh badan hingga cara bayar pajak online dan lapor SPT PPh badan secara daring.
Ilustrasi
kelola pajak penghasilan badan atau PPh Badan lebih mudah dan cepat hanya di Klikpajak by Mekari
Bukan hanya kemudahan dalam pelaporan SPT Tahunan Badan, fitur lengkap Klikpajak akan
membuat administrasi pajak lainnya juga semakin efektif dan efisien.
Klikpajak by Mekari adalah cara simpel untuk melakukan berbagai aktivitas perpajakan Sobat
Klikpajak, mulai dari menghitung, membayar dancara lapor pajak dalam satu platform.
Klikpajak akan menghitung kewajiban pajak dengan tepat dan akurat sehingga
Sobat Klikpajak terhindar dari kesalahan penghitungan yang dapat
menyebabkan pengenaan sanksi denda pajak.
Berikut fitur lengkap Klikpajak yang memudahkan urusan pajak Sobat Klikpajak:
A. Mudah Buat Bukti Potong dan Lapor SPT Masa PPh Pasal 23/26 di e-Bupot
Seperti diketahui, baik WP Pengusaha Kena Pajak (PKP) maupun Non-PKP yang melakukan
transaksi yang mengharuskan membuat bukti pemotongan PPh 23/26 wajib menggunakan e-Bupot
mulai 1 Oktober untuk masa pajak September 2020.
Wajib e-Bupot bagi WP PKP dan Non-PKP ini diatur dalam Kepdirjen Nomor KEP-368/PJ/2020
tentang Penetapan Pemotong PPh Pasal 23/26 yang Diharuskan Membuat Bukti Pemotongan dan
Diwajibkan Menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 23/26 Berdasarkan PER-04/PJ/2017.
Klikpajak juga dilengkapi dengan fitur e-Bupot yang semakin memudahkan Sobat Klikpajak
membuat bukti pemotongan PPh Pasal 23/26 dan melaporkan SPT PPh 23/26 melalui e-Bupot
dengan menarik data langsung dari laporan keuangan elektronik.
Langkah-Langkah Membuat Bukti Potong dan Lapor SPT PPh Pasal 23/26 di e-Bupot
Pengelolaan bukti pemotongan dalam jumlah banyak lebih mudah karena alur pembuatan
yang efektif dan ramah penggunaan (user friendly).
Penghitungan pajak otomatis pada SPT Masa PPh 23/26.
Pengiriman bukti pemotongan pajak langsung ke lawan transaksi.
Bukti pemotongan serta pelaporan SPT Masa PPh 23/26 tidak perlu ditandatangani dengan
tanda tangan basah.
Bukti pemotongan dan bukti pelaporan tersimpan aman, baik di Klikpajak dan DJP.
e-Bupot Klikpajak juga terintegrasi dengan sistem pembukuan akuntansi online Jurnal.id,
sehingga semakin mudah membuat bukti potong.
e-Bupot Klikpajak juga memiliki performa yang dapat di-scale up sesuai kebutuhan.
Layanan support pajak yang dapat diandalkan dan tutorial dalam penggunaan aplikasi yang
terus diperbarui.
Fitur e-Bupot Klikpajak juga menyediakan data untuk kebutuhan rekapitulasi dan rekonsiliasi
data Faktur Pajak atas transaksi yang dilakukan.
B. Buat e-Faktur dan Lapor SPT Masa PPN Tanpa ‘Install’ Aplikasi
Seperti diketahui, DJP telah mewajibkan pengguna e-Faktur untuk melakukan update e-Faktur 3.0
menggantikan e-Faktur 2.2 mulai 1 Oktober 2020.
Wajib Pajak (WP) Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang selama ini menggunakan aplikasi e-
Faktur Client Desktop DJP, harus install dan download patch terbaru untuk update e-Faktur
3.0 pada perangkat komputernya agar bisa menggunakan aplikasi yang dilengkapi dengan
fitur prepopulated ini.
Dengan fitur prepopulated e-Faktur 3.0, maka DJP sudah menyiapkan data yang dibutuhkan untuk
kemudian PKP tinggal mencocokkan saja saat pembuatan e-Faktur maupun pelaporan SPT Masa
PPN-nya.
Update sistem terbaru e-Faktur 3.0 DJP ini juga harus dilakukan pada server PJAP mitra resmi DJP,
seperti Klikpajak.id.
Jadi, ketika Sobat Klikpajak menggunakan e-Faktur Klikpajak, bukan hanya dapat langsung
memanfaatkan fitur prepopulated e-Faktur untuk membuat Faktur Pajaknya, tapi juga bisa lapor SPT
Masa PPN di e-Faktur tanpa keluar atau pindah platform.
Melalui Klikpajak.id, Sobat Klikpajak dapat membuat berbagai macam Faktur pajak, mulai dari
Faktur Pajak Pengganti, Retur, bahkan dapat menghapus draft Faktur Pajak, hingga bayar PPN dan
lapor SPT Masa PPN dengan langkah-langkah yang mudah hanya dalam satu platform.
Bahkan administrasi e-Faktur semakin cepat dan praktis karena Klikpajak.id terintegrasi dengan
aplikasi akuntansi online Jurnal.id.
Sehingga Sobat Klikpajak dapat menarik data laporan keuangan yang akan dibuat Faktur Pajaknya
dengan sangat mudah dan simpel.
1. Alur Pembuatan Faktur Pajak, Bayar PPN dan Lapor SPT Masa PPN di e-Faktur
2. Tutorial Membuat Berbagai Jenis Faktur Pajak di e-Faktur
3. Cara Menggunakan Prepopulated Faktur Pajak Masukan di e-Faktur 3.0
C. Dilengkapi Fitur ‘Multi Users dan Multi NPWP’ Unlimited dan Gratis!
Lebih jelasnya, berikut cara kerja fitur Multi Users dan Multi Company.
Data Sobat Klikpajak Terlindungi
Tenang, Sobat Klikpajak dapat menyimpan berbagai riwayat pembayaran atau bukti pelaporan pajak
maupun aktivitas pajak lainnya dengan aman, karena keamanan dan kerahasiaan data terjamin.
Sebab Klikpajak.id sudah bersertifikat ISO 27001 dari Badan Standarisasi Internasional
ISO (International Organization for Standardization) yang menjamin standar keamanan sistem
teknologi informasi.
Sehingga Sobat Klikpajak tidak perlu khawatir kehilangan bukti bayar atau lapor pajak hilang jika
terjadi kerusakan atau kehilangan komputer maupun laptop.
Karena Klikpajak merupakan aplikasi pajak berbasis web (web based) yang didukung dengan
teknologi cloud, semakin memudahkan Sobat Klikpajak melakukan semua aktivitas perpajakan
hanya dalam satu platform kapan pun dan di mana saja.
Note: Perbedaan e-Faktur Client Desktop, Web Based, Host to Host dan Penggunaannya
Cloud computing atau komputasi awan adalah teknologi yang menjadikan internet sebagai pusat
server untuk mengelola data dan juga aplikasi pengguna.
Sudah tahu tarif PPh Badan dan contoh perhitungan PPh Badan, ya?
Setelah menyelesaikan kursus online pajak ini, Sobat Klikpajak akan mendapatkan sertifikat dari
Mekari University yang bisa menjadi portofolio Sobat Klikpajak di bidang perpajakan.
Tag : Cara Menghitung PPh Badanpajak penghasilan badanpph badanTarif PPh Badan
Kategori : Perhitungan
Related Articles