Di Indonesia, sistem perpajakan mencakup berbagai jenis pajak yang dikenakan pada
berbagai subjek pajak, salah satunya adalah wajib pajak badan. Wajib pajak badan
memainkan peran yang krusial dalam perekonomian suatu negara. Dalam sebuah sistem
perpajakan yang baik, kontribusi dari wajib pajak badan dapat memberikan kontribusi
signifikan dalam menjaga stabilitas ekonomi dan keberlanjutan fiskal pemerintah.
Berdasarkan Pasal 28 ayat (7) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan
Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (UU KUP) disampaikan bahwa proses pembukuan setidaknya terdiri dari catatan
mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta pembelian dan penjualan
sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang.
ISI
KESIMPULAN
Pada makalah ini penulis telah membahas secara mendalam tentang rekonsiliasi pajak wajib
pajak badan yang merupakan proses perpajakan penting yang harus diselesaikan oleh
perusahaan. Rekonsiliasi pajak merupakan langkah untuk memastikan laporan keuangan
suatu perusahaan sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Hal ini membantu
menghindari sengketa pajak dan konsekuensi hukum yang berpotensi merugikan. Wajib pajak
badan harus mengikuti pedoman perpajakan saat ini dan melakukan rekonsiliasi pajak secara
berkala, biasanya setiap tahun pajak. Perusahaan bertanggung jawab untuk mematuhi
peraturan perpajakan dan pelaporan pendapatan dan beban pajak dengan benar. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa koordinasi perpajakan wajib pajak penghasilan badan
merupakan bagian yang sangat penting dalam penatausahaan pajak penghasilan badan. Proses
ini memungkinkan perusahaan untuk memastikan kepatuhan pajak, memitigasi risiko, dan
memastikan transparansi dalam pelaporan keuangan. Dengan menyesuaikan pajak secara
hati-hati, dunia usaha dapat menjaga kesehatan keuangannya dan menghindari masalah pajak
di masa depan.
SUMBER
UU NO 36 TAHUN 2004