Anda di halaman 1dari 4

Jenis Pajak Badan Usaha Milik Desa Beserta Penjelasannya

 Admin dispmd |  26 September 2019 |  10624 kali

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan jenis pajak Badan Usaha yang seluruh
atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa melalui penyertaan secara langsung
yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan,
dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa.

Pada dasarnya BUMDes merupakan suatu Badan Usaha, sama halnya dengan Badan
Usaha lain seperti PT atau CV. Hanya saja, BUMDes dimiliki oleh sebuah desa. Oleh
karena itu, BUMDes memiliki kedudukan yang sama sebagai Wajib Pajak berbentuk
Badan Usaha.

Ketentuan Pajak Badan Usaha Milik Desa

BUMDes merupakan entitas berbentuk Badan Usaha yang dibentuk dari kekayaan atau
harta desa yang dipisahkan seperti halnya dengan BUMN dan BUMD. Dengan demikian,
pengenaan pajak untuk BUMDes sama dengan pajak Badan secara umum.
Perlu diketahui, bahwa pajak harus memenuhi dua unsur yakni subjek pajak dan objek
pajak. Subjek pajak yang dimaksud adalah sekumpulan orang dan atau modal yang
merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha
seperti Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, BUMN, BUMD, BUMDes, Firma dan
lain sebagainya.

Sedangkan objek pajak yang dimaksud adalah setiap tambahan ekonomis yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak, baik berasal dari Indonesia maupun luar negeri, yang dapat
dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang
bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Hingga saat ini belum ada peraturan yang menyatakan bahwa BUMDes harus memiliki
NPWP, sehingga tidak ada kewajiban bagi BUMDes untuk membayar Pajak Penghasilan
(PPh) dari penghasilan yang didapat. Namun, untuk beberapa BUMDes yang dalam
menjalankan usahanya perlu melakukan legalitas yang membutuhkan NPWP, maka
BUMDes tersebut dapat menjadi Wajib Pajak.

Jenis Pajak Badan Usaha Milik Desa


Dalam hal pengenaan pajak untuk BUMDes, jenis pajak Badan Usaha yang harus
dibayarkan adalah PPh 21, PPh, 23, PPh Pasal 4 Ayat (2), serta PPN apabila sudah
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. 

Adapun rincian dari pajak tersebut adalah sebagai berikut:

PPh 21

PPh 21 adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lainnya atas pekerjaan, jasa, atau kegiatan lain dengan
nama dan bentuk apapun yang diterima oleh Wajib Pajak. Pajak ini harus dibayarkan
secara rutin tiap bulannya.
PPh 23

PPh 23 merupakan pajak yang dikenakan pada penghasilan atas modal, penyerahan
jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong oleh PPh Pasal 21. Ini
adalah pajak yang dipotong oleh pemungut pajak dari Wajib Pajak saat transaksi yang
meliputi transaksi dividen (pembagian keuntungan saham), royalti, bunga, hadiah dan
penghargaan, sewa dan penghasilan lain yang terkait dengan penggunaan aset selain
tanah atau transfer bangunan, atau jasa. Pihak yang menerima penghasilan akan
dikenakan PPh 23.

PPh Pasal 4 Ayat (2)

PPh Pasal 4 Ayat (2) atau Final adalah pajak yang dikenakan kepada Badan dengan nilai
peredaran bruto maksimal Rp4,8 Miliar. PPh Final harus dibayarkan saat penghasilan
diterima. Hal ini dikarenakan untuk menyederhanakan proses dan mekanisme
perpajakan serta mengurangi beban administrasi pajak, terutama bagi Wajib Pajak yang
masih berkembang dan belum mampu menyelenggarakan pembukuan. Jenis Pajak ini
akan dikenakan apabila BUMDes memiliki unit yang berbentuk PT, CV, dan sebagainya. 
 
Adapun tarif PPh Final untuk bisnis dengan omzet kurang dari Rp4,8 Miliar sesuai
dengan PP Nomor 23 Tahun 2018 adalah 0,5%.

Pajak Pertambahan Nilai

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan
nilai dari barang atau jasa dalam setiap proses produksi maupun distribusi. PPN
dibebankan atas transaksi jual-beli barang atau jasa yang dilakukan oleh Wajib Pajak
Badan yang telah terdaftar sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).

Pajak tersebut dibebankan kepada konsumen akhir. PKP hanya berkewajiban untuk
memungut, menyetor, dan melaporkan PPN. Dengan demikian, PPN bukan pajak yang
dikenakan ke PKP, PKP hanya bertugas untuk memungut, menyetor, dan melaporkan,
sedangkan yang berkewajiban membayar PPN adalah konsumen akhir.

Hal Lain Seputar Pajak BUMDes

Penyertaan modal dari desa ke BUMDes dikecualikan dari objek pajak. Hal ini sesuai
dengan Pasal 4 Ayat (3) Huruf c UU PPh yang menyatakan bahwa harta, termasuk
setoran tunai yang diterima oleh Badan sebagai pengganti saham, atau sebagai
penyertaan modal, termasuk penghasilan yang dikecualikan dari objek pajak. (Sumber:
klikpajak.id)

Anda mungkin juga menyukai