ABSTRACK
Pajak sebagai bagian dari sumber penerimaan negara yang signifikan harus digunakan
dengan semestinya untuk kemakmuran rakyat. Direktorat Jenderal Pajak harus mampu menjaga
kepercayaan masyarakat dengan mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya dalam melayani
seluruh masyarakat Indonesia. Seiring dengan perkembangan usaha dan perekonomian Indonesia,
peraturan perpajakan yang ada dipacu untuk ikut ambil bagian dalam perkembangan usaha dan
perekonomian Indonesia tersebut.
Bagi pemilik usaha/pengusaha, baik usaha perorangan maupun badan usaha, salah satu
ketentuan pajak yang harus dipahami dengan baik adalah Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh Pasal
25). Pajak yang satu ini memberi kemudahan pembayaran pajak penghasilan dengan cara diangsur.
Dengan begitu, Wajib Pajak tidak terlalu terbebani dengan ketentuan pajak terutang yang harus
dilunasi dalam waktu satu tahun. Inilah yang menjadi tujuan PPh Pasal 25 yang ingin bisa
meringankan beban Wajib Pajak.
Perhitungan PPh Pasal 25 dilakukan setahun sekali yang dituangkan dalam bentuk SPT
Tahunan. Karena sifatnya yang tahunan, penghitungan pajak akan didapat setelah adanya data
penghasilan selama satu tahun tersebut. Untuk skala perusahaan, penghasilan tersebut hanya bisa
dibuat setelah adanya laporan keuangan yang dilaporkan dalam tutup buku tahunan
PENDAHULUAN
Sistem perpajakan di Indonesia menganut sistem self assesment. Dengan sistem tersebut
Wajib Pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung sendiri besarnya pajak yang terutang dalam
suatu tahun pajak. Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) terutang dilakukan oleh Wajib Pajak
sendiri dalam SPT Tahunan Pajak Penghasilan.
Pajak Penghasilan Pasal 25 atau biasa disebut dengan PPh Pasal 25 adalah Pajak yang
dibayar sendiri oleh WP selama tahun berjalan, yang merupakan angsuran dari pajak yang akan
terutang untuk satu tahun pajak/bagian tahun pajak, oleh karena itu kita akan membahasnya secara
perlahan-lahan agar mudah dimengerti.
Pada akhir tahun, bagi Wajib Pajak diwajibkan untuk melakukan perhitungan pajak yang
terutang atas seluruh penghasilan yang diterima/ diperoleh dalam satu tahun pajak. Pada dasarnya
PPh yang terutang dihitung dari penghasilan keseluruhan yang diperoleh pada akhir tahun. Adapun
besarnya angsuran PPh setiap bulan atas PPh yang terutang tersebut dikenal dengan PPh Pasal 25.
Pajak penghasilan Pasal 25 merupakan salah satu pasal dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1994 yang dimaksud untuk meringankan beban warga negara dalam membayar pajak terutang.
Cara yang diperkenankan adalah mengangsur hutang pajaknya dalam tahun pajak.
Angsuran PPh Pasal 25 dijadikan sebagai kredit pajak terhadap seluruh pajak yang terutang
atas seluruh penghasilan Wajib Pajak pada akhir tahun pajak. Pelunasan PPh Pasal 25 dilakukan
oleh Wajib Pajak pada masa bulanan dan akhir tahun. PPh Pasal 25 pada masa bulanan adalah
angsuran PPh yang diperkirakan akan terutang dari Wajib Pajak pada akhir tahun. Wajib Pajak
yang harus memperhitung kan, membayar, dan melaporkan PPh Pasal 25 masa bulanan adalah
Wajib Pajak perseorangan maupun badan ternasuk BUT.
Wajib pajak yang wajib menyetor PPh Pasal 25 namun tidak menyetor PPh Pasal 25 atau
kurang menyetor PPh Pasal 25, akan diterbitkan surat ketetapan pajak untuk menagih PPh Pasal
25 yang tidak atau kurang disetor ditambah dengan sanksi administrasi sesuai dengan ketentuan
UndangUndang perpajakan. Untuk melaporkan pembayaran pajak PPh Pasal 25 harus membuat
SPT. SPT adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/ atau
pembayaran pajak, objek pajak dan/ atau bukan objek pajak dan/ harta dan kewajiban, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Pasal 1 angka 11 UU KUP). Dalam
rangka menguji kepatuhan dalam perpajakan maka diperlukan pemeriksaan pajak. Kewajiban
perpajakan dan menguji pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan dengan menelusuri
kebenaran SPT, pembukuan atau pencatatan, dan pemenuhan kewajiban perpajakan lainnya,
dibandingkan dengan keadaan atau kegiatan usaha sebenarnya dari Wajib Pajak.
KAJIAN TEORI
Akuntansi Pajak adalah Akuntansi yang berkaitan dengan perhitungan perpajakan dan
mengacu pada peraturan dan perundang-undangan perpajakan beserta aturan pelaksanaannya.
Banyak pengertian atau defenisi pajak yang dikemukakan oleh Mr. Dr.N.J. Feldman (2003, hal 5)
pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut
norma-norma yang diterapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata – mata
digunakan untuk menutup pengeluaran – pengeluaran umum. Dari defenisi diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa :
a. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang – undang serta aturan
pelaksanaannya
b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditujukan adanya kontraprestasi individual oleh
pemerintah.
c. Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun daerah
d. Pajak diperutukkan bagi pengeluaran – pengeluaran pemerintah yang bila dari
pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai publik investment.
Pajak juga mempunyai beberapa fungsi yang dikutip dari Prof. Dr. Mardiasmo, MBA., Ak
dalam bukunya Perpajakan (2006:3), yaitu :
1. Fungsi budgeter Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluarannya, yaitu pengeluaran rutin dan pembangunan.
2. Fungsi mengatur Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan
pemerintah dalam bidang sosial, ekonomi, politik, budaya, pertahanan dan keamanan.
Tarif pajak merupakan angka atau persentase yng digunakan untuk menghitung jumlah
pajak yang terutang. Tujuan dari pembentukan tarif pajak adalah untuk mencapai keadilan. Tarif
pajak ada 4 yang dikutip dari Sunarto SE., MM dalam bukunya Perpajakan 1 (2003:4), yaitu :
1. Tarif Tetap Tarif dengan jumlah atau angka tetap berapapun yang menjadi dasar
pengenaan pajak.
2. Tarif Proporsional Tarif dengan persentase tetap berapapun jumlah yang menjadi dasar
pengenaan pajak, dan pajak yang harus dibayar selalu akan berubah sesuai dengan jumlah
yang akan dikenakan.
3. Tarif Progresive Tarif dengan persentase yang semakin naik (meningkat) apabila jumlah
yang menjadi dasar pengenaan pajak meningkat (naik).
4. Tarif Degresif Tarif dengan persentase yang semakin turun apabila jumlah yang menjadi
dasar pengenaan pajak meningkat (naik).
PPH Pasal 25 merupakan angsuran pajak yang dibayar WP setiap bulannya. Pajak
Penghasilan dikenakan terhadap WP dalam satu periode tertentu yang dinamakan tahun pajak.
Berdasarkan hal ini, maka perhitungan dan perhitungan PPh dilakukan setahun sekali yang
dituangkan dalam SPT Tahunan. Karena perhitungan PPh dilakukan setahun sekali, maka
penghitungan ini harus dilakukan setelah satu tahun tersebut berakhir agar semua data penghasilan
dalam satu tahun sudah diketahui. Untuk perusahaan, tentu saja data penghasilan ini harus
menunggu laporan keuangan selesai. Wajib Pajak yang wajib menyetor PPh Pasal 25 namun tidak
menyetor PPh Pasal 25 atau kurang menyetor PPh Pasal 25, akan diterbitkan surt ketetapan pajak
untuk menagih PPh Pasal 25 yang tidak atu kurang disetor ditambah dengan sanksi administrasi
sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan.
Dasar hukum PPh Pasal 25 adalah :
1. Pasal 25 Undang-undang Nomor 7 tahun 1983 sttdd Undang-undang Nomor 36 Tahun
2008 tentang Pajak Penghasilan.
2. Peraturan Menteri Keuangan No.255/KMK.04/2000 tentang Perhitungan Besarnya
Angsuran Pajak Penghasilan Dalam Tahun Berjalan yang Harus Dibayar Sendiri oleh
Wajib Pajak Baru, Bank, Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi, BUMN, BUMD, Wajib
Pajak Masuk Bursa dan Wajib Pajak Lainnya yang Berdasarkan Ketentuan Diharuskan
Membuat Laporan Keuangan Berkala Ternasuk Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha
Tertentu.
3. Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-537/PJ./2000 tentang Perhitungan Besarnya
Angsuran Pajak dalam Tahun Berjalan Dalam Hal-hal Tertentu. a. Wajib Pajak memperoleh
penghasilan tidak teratur. b. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak
yang lalu disampaikan setelah lewat batas waktu yang ditentukan. c. Wajib Pajak diberikan
perpanjangan jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Wajib Pajak berhak atas
kompensasi kerugian.
4. Keputusan Dirjen Pajak: KEP207/PJ./2001 tentang Kewajiban Menyampaikan Surat
Pemberitahuan Masa PPh Pasal 25 untuk Wajib Pajak Orang Pribadi.
Besarnya angsuran PPh Pasal 25 harus dihitung sesuai dengan ketentuan. Pada umumnya,
cara menghitung PPh Pasal 25 didasarkan kepada data SPT Tahunan tahun sebelumnya. Artinya,
kita mengasumsikan bahwa penghasilan tahun ini sama dengan penghasilan tahun sebelumnya.
Tentu saja nanti akan ada perbedaan dengan kondisi sebenarnya ketika tahun pajak
sekarang sudah berakhir. Selisih tersebutlah yang kita bayar sebagai kekurangan pajak akhir tahun.
Kekurangan bayar akhir tahun ini biasa dinamakan PPh Pasal 29. Apabila selisihnya menunjukkan
lebih bayar, maka kondisi ini dinamakan restitusi atau Wajib Pajak meminta kelebihan pembayaran
pajak yang telah dilakukan. Pada umumnya angsuran pajak ini adalah sebesar Pajak Penghasilan
terutang menurut SPT Tahunan Pajak Penghasilan tahun lalu dikuranggi dengan kredit pajak Pajak
Penghasilan Pasal 21, 22, 23 dan Pasal 24, dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam bagian tahun
pajak.
Biaya Sewa dan Lainnya yang dikenakan PPh Tidak Final 112.942.700,00
Dari data yang telah diperoleh diatas mengenai CV “ABC” maka mari hitung angsuran PPh
Pasal 25 yang harus diangsur oleh CV “ABC” pada tahun Mei 2017 sampai dengan April 2018
yang nantinya akan digunakan dalam perhitungan pajak tahun 2017 sebagai pengurang.
Harga Pokok Penjualan (HPP) = Persediaan Awal Bahan Baku+ Pembelian – Persediaan
Akhir Bahan Baku
Biaya Sewa dan Lainnya yang dikenakan PPh Tidak Final 112.942.700,00
Laba Rugi Sebelum Koreksi Fiskal = Laba Rugi Operasi + Pendapatan Lain lain – Biaya lain
lain
Dikarenakan penghasilan CV “ABC” dalam setahun lebih dari Rp50 miliar, maka
perhitungannya adalah menggunakan tarif 25%. Tarif = Rp937.688.000 x 25% = Rp234.422.000
KESIMPULAN
CV “ABC” pada pelaporan pajak tahunan tahun pajak 2016, dengan diperolehnya data-
data diatas, maka CV “ABC” memiliki kurang bayar sebesar Rp439.544 yang harus dibayarkan
sebelum pelaporan SPT Tahun 2016 ini dilaporkan (akhir April tahun berikutnya, jika tidak
adanya penundaan). Dari perhitungan diatas CV “ABC” diketahui PPh Pasal 25 atas angsuran
sejak berakhirnya pelaporan ini adalah sebesar Rp535.000 per bulan. Angsuran ini nantinya akan
menjadi pengurang untuk kurang bayar pada pelaporan SPT Tahun selanjutnya, dan untuk
meringankan pembayaran pajak CV “ABC”.
Pajak penghasilan psl 25 badan dikenakan atas laba yang diperoleh perusahaan. Pajak
tersebut merupakan beban bagi wajib pajak yang akan mengurangi laba perusahaan untuk tahun
berjalan.
Pehitungan pajak yang benar sangat diharapkan oleh pemerintah agar tercapainya target
penerimaan pajak yang telah ditetapkan, tetapi karena pajak tersebut merupakan badan bagi
perusahaan sehingga perusahaan sering melakukan penghitungan pajak yang tidak benar. Hal ini
juga bisa disebabkan kurangnya pengetahuan wajib pajak tentang peraturan pajak yang berlaku.
Untuk itu perusahaan perlu mengetahui peraturan pajak yang berlaku dan bagaimana cara
perhitungan pajak yang benar sehingga perusahaan tersebut dapat melaporkan pajaknya dengan
benar sesuai dengan undang-undang.
DAFTAR PUSTAKA