Anda di halaman 1dari 4

ASPEK PERPAJAKAN PERUSAHAAN YANG BARU

BEROPERASI
Ketika mendirikan sebuah perusahaan baru, tentu harus memperhatikan beberapa hal
penting. Mulai dari tren yang sedang berjalan, cara profit di tahun pertama, bahkan
pertimbangan untuk membeli kantor baru. Padahal selain itu, ada pula hal yang tidak
kalah penting bagi sebuah perusahaan baru, yaitu kewajiban tentang perpajakan.
Banyaknya aturan membuat pengusaha terkadang lengah akan kewajiban perpajakan.
Bila hal tersebut terjadi, tidak heran bila pada awal pendiriannya perusahaan
mendapatkan denda dan sanksi administrasi perpajakan.
Sebenarnya ada banyak sekali kewajiban tentang pajak, bagi seorang pengusaha baru.
Apalagi bidang usahanya adalah usaha non konvensional seperti kebanyakan orang
saat ini, yaitu Startup. Namun setidaknya 4 peraturan ini yang anda harus ketahui
apabila mendirikan perusahaan baru di Indonesia.
Setiap pengusaha yang menjalankan usahanya dan mencari keuntungan di Indonesia
tentu wajib untuk memiliki NPWP Badan, dengan persyaratan sebagai berikut.
1. Wajib Pajak Badan yang memiliki kewajiban perpajakan sebagai pembayar,
pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, termasuk bentuk usaha tetap dan kontraktor
dan/atau operator pada bidang usaha hulu minyak dan gas bumi.
2. Wajib Pajak Badan yang hanya memiliki kewajiban perpajakan sebagai
pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan perpajakan, termasuk bentuk kerjasama operasi (Joint
Operation).
Setelah memiliki NPWP Badan, tentu ada kewajiban perpajakan yang ada, yaitu
melaporkan Surat Pemberitahuan atau SPT. Kewajiban pemenuhan SPT ini diatur
pada pasal 3 ayat (1) (2) (3) dan (7) Undang-Undang KUP. Karenanya jika tidak
melaporkan SPT, Anda akan mendapatkan sanksi administrasi atau denda sesuai
dengan jenis SPT yang ada.
SPT atau surat pemberitahuan adalah surat yang dipakai oleh wajib pajak untuk
melaporkan penghitungan pajak, penghasilan, harta, objek pajak, atau kewajiban
pajak lainnya seperti dalam peraturan perundang-undangan perpajakan. Terdapat
waktu tertentu bagi kita untuk membuat atau mengisi SPT berdasarkan aturan-aturan
melalui ketetapan pemerintah. Dan hal tersebut membagi pelaporan SPT menjadi dua
jenis, yaitu SPT tahunan dan SPT Masa.
SPT Masa
SPT Masa merupakan SPT untuk melaporkan pajak dalam kurun waktu tertentu yakni
bulanan. Perusahaan setidaknya dapat melaporkan berbagai jenis pajak pada SPT
Masa, seperti: Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 15, PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh
Pasal 23, PPh Pasal 25, PPh Pasal 26, PPh Pasal 4 ayat (2), Pajak Pertambahan Nilai
(PPn) dan Pajak Penjualan Barang Merah PPnBM), serta Pemungut PPn.
SPT Tahunan
Berbeda dengan SPT Masa, perusahaan wajib untuk melaporkan SPT Tahunan
wajib setiap tahunnya atau pada akhir tahun pajak. SPT Tahunan sendiri bagi
menjadi dua yaitu SPT Tahunan Perorangan dan SPT Tahunan Badan. SPT Tahunan
Badan sebenarnya sama dengan SPT Tahunan perorangan, hanya objek nya saja yang
berbeda, satu orang dan yang satu badan. Formulir SPT Tahunan Badan yakni 1771.
Adapun batas waktu pelaporan SPT Tahunan Badan adalah empat bulan setelah masa
pajak jika jatuh pada tanggal 30 April.
Berdasarkan peraturan pemerintah dan undang-undang yang berlaku, ada dua kondisi
yang mengharuskan pengusaha menjadi PKP. Yang pertama adalah apabil pengusaha
tersebut melakukan penyerahan Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak dalam daerah
pabean atau melakukan espor BKP, JKP dan ekspor BKP tidak berwujud. Yang kedua,
apabila perusahaan tersebut memiliki omzet minimal 4,8 miliar dalam 1 tahun buku.
Dengan menjadi PKP, perusahaan dapat memungut PPN terhadap barang yang terjual ,
dan telah memiliki sistem yang legal karena tertib membayar pajak.
Selain NPWP dan SPT, Anda juga harus menyiapkan pembukuan untuk pajak bisnis.
Mengacu pada pasal 28 UU KUP, wajib pajak badan di Indonesia wajib
menyelenggarakan pembukuan. Pembukuan sendiri artinya proses pencatatan secara
teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, harga perolehan dan penyerahan
barang/jasa. Dengan kata lain perusahaan menyusun laporan keuangan berupa neraca
dan laporan laba rugi pada setiap tahun pajak berakhir.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap perusahaan yang baru berdiri
mempunyai 4 kewajiban yakni :
1. Kewajiban Perusahaan untuk Membuat NPWP
2. Kewajiban Perusahaan untuk melaporkan SPT
3. Kewajiban Perusahaan untuk dikukuhkan Menjadi PKP/ Pengusaha Kena Pajak
4. Kewajiban Perusahaan Melakukan aktivitas pembukuan
Sebelum mendirikan suatu perusahaan, wajib pajak perlu menyadari dan memahami
betul kewajiban-kewajiban perpajakan yang harus dipenuhinya. Dalam Peraturan
Pemerintah (PP) No. 46 Tahun 2013, mengatur tentang Pajak Penghasilan dari usaha
yang diperoleh Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu. Namun nyatanya,
belum sepenuhnya Wajib Pajak Badan atau pengusaha yang mendirikan perusahaan
baru. Sebagai langkah awal, kewajiban pajak perusahaan baru hendaknya dipahami
oleh pengusaha.
Dengan Terbitnya Surat Edaran dari Dirjen Pajak (SE-32/PJ/2014) Tentang
Penegasan Pelaksanaan PP 46 Tahun 2013, salah satu poinnya menerangkan bahwa
penghasilan yang diterima dari kegiatan usaha dikenai pajak penghasilan berdasarkan
PP Nomor 46 Tahun 2013 ada tahapan-tahapan kewajiban wajib pajak bagi
perusahaan baru. Berikut ini penjelasan singkat mengenai tahapan kewajiban pajak
bagi perusahaan baru :
Bayar Pajak Setelah Memiliki NPWP
Sebagai Wajib Pajak Badan atau pengusaha, Anda memiliki kewajiban perpajakan
atas perusahaan baru setelah mendaftar untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP). Adapun kewajiban pajak perusahaan baru yang harus Anda penuhi
adalah:
1. Kewajiban Pajak Penghasilan (PPh)
Wajib Pajak Badan yang baru beroperasi secara komersial dikenai Pajak
Penghasilan sesuai tarif umum Undang-Undang Pajak Penghasilan sampai dengan
jangka waktu satu tahun sejak beroperasi secara komersial. Anda diwajibkan
untuk:
a. Menyetor dan Melaporkan SPT Masa PPh, berdasar pelaporan withholding tax,
yaitu PPh Pasal 21 Badan, PPh pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Pasal 15 dan PPh
Pasal 4 Ayat 2 bersifat Final.
b. Pelaporan SPT Tahunan setahun sekali yang disampaikan paling lambat 4
bulan setelah Tahun Pajak berakhir (30 April) dengan melampirkan Surat Setoran
Elektronik (SSE) sebagai bukti pembayaran pajak.
Apabila perusahaan baru Anda belum beroperasi, SPT Tahunan PPh Pasal 21 diisi
“NIHIL”, ditandatangani dan dibuatkan surat pernyataan perusahaan belum
beroperasi.
2. Kewajiban Pajak Pertambahan Nilai (PPN)/Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPN & PPnBM)
Wajib Pajak wajib melaporkan SPT Masa PPN paling lambat 20 hari setelah
berakhirnya Masa Pajak. Masa Pajak sama dengan satu bulan kalender, maka SPT
Masa disampaikan paling lambat sertiap tanggal 20 di bulan berikutnya.
Lalu ada pertanyaan, dalam perusahaan itu ada beberapa kewajiban perpajakan yang
harus dipenuhi oleh setiap wajib pajak badan, diantara nya Pajak Pertambahan Nilai,
kapan Pajak Pertambahan Nilai menjadi kewajiban bagi Wajib Pajak Perusahaan?
PPN dipungut Setelah Wajib Pajak Memiliki NPWP
Bagi Wajib Pajak yang telah memiliki NPWP dan dikukuhkan sebagai Pengusaha
kena Pajak (PKP) wajib memungut PPN atas transaksi usaha dengan menerbitkan
faktur pajak.
Bagi pengusaha baru wajib memiliki pengetahuan awal tentang kewajiban pajak
perusahaan baru yang didirikan. Penuhi kewajiban perpajakan perusahaan baru Anda
agar kegiatan usaha yang akan dijalankan lancar dan tidak terbentur permasalahan
perpajakan pada masa mendatang.

Referensi :
1. https://klikpajak.id/blog/2-kewajiban-pajak-perusahaan-baru/
2. https://indopajak.id/baru-mendirikan-perusahaan-ketahui-dulu-4-kewajiban-pajak/
3. Indopajak (2019). Baru Mendirikan Perusahaan? Ketahui dulu 4 Kewajiban Pajak berikut ini!
https://indopajak.id/
4. Hanya 35 Perusahaan Publik Baru yang Tercatat di BEI selama Sembilan Bulan Terakhir (2020,
November 16). Diakses pada 23 Januari 2021. https://databoks.katadata.co.id/
5. https://unsplash.com/photos/Q9y3LRuuxmg
6. https://unsplash.com/photos/NIrgENd0sAY

Anda mungkin juga menyukai