Anda di halaman 1dari 18

RANGKUMAN MATERI PENGANTAR PERPAJAKAN

UAS II D-III MANAJEMEN ASET


--AMAN sampai 2018--

----SILABUS No 9: Pendaftaran Wajib Pajak---Literatur: Bab 3 Buku KUP

Kenapa pada setiap wajib pajak diperlukan NPWP?


NPWP merupakan nomor pokok yang diberikan kepada subjek pajak yang sudah
memenuhi syarat sebagai wajib pajak, dan digunakan untuk pajak subjektif (pajak
penghasilan).
Pajak subjektif adalah pajak yang melekat pada subjeknya, yakni wajib pajak, dan
jumlah wajib pajak tersebut sangatlah banyak. Sehingga diperlukan nomor ID untuk
memudahkan baik fiscus maupun wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban

membayar pajak oleh WP.


Kenapa Nomor Pokok Subjek Pajak tidak ada?
Karena tidak semua subjek pajak memiliki penghasilan (penghasilan merupakan
objek pajak dari pajak penghasilan). Contoh:
1) seorang bayi yang baru saja lahir merupakan subjek pajak. Namun belum wajib
memiliki NPWP karena belum memenuhi syarat.
2) Seorang pemuda yang tidak bekerja juga merupakan subjek pajak, namun tidak
wajib memiliki NPWP karena belum memenuhi syarat.
Siapa saja subjek pajak yang dapat menjadi Wajib Pajak? (KUP hl. 18)
1. Orang Pribadi sbg subjek pajak dalam negeri
Untuk menjadi WP dan mendapatkan NPWP, OP mutlak memenuhi syarat:
a. Syarat subjektif, yaitu dewasa, dan
b. Syarat objektif, yaitu memiliki penghasilan lebih dari PTKP.
Apabila seseorang yang tadinya belum memiliki NPWP karena belum memenuhi
syarat pada saat tertentu telah memenuhi kedua syarat tersebut, orang itu wajib aktif
melapor kepada kantor pajak bahwa dia telah memenuhi syarat dan harus memiliki
NPWP. Hal ini merupakan penjabaran lebih lanjut atas konsep Self Assessment,
dimana WP aktif dan Fiscus pasif.
2. Badan
Badan usaha secara otomatis menjadi Wajib Pajak dan wajib memiliki NPWP
sejak saat badan usaha tersebut lahir (didirikan).
Semua WP Badan oleh negara dianggap berbisinis, sehingga wajb
menyetorkan pajaknya. Apabila Badan tersebut bergerak di bidang sosial/pelayanan

masyarakat dan tidak mengambil laba atas usahanya tersebut, maka akan dibuktikan
kemudian oleh negara melalui laporan keuangan badan tersebut.
3. Orang pribadi atau badan sebagai subjek pajak luar negeri yang menjalankan kegiatan
melalui BUT (Bentuk Usaha Tetap) di Indonesia
Dimulai pada saat orang pribadi atau badan tsb menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia.
4. Orang pribadi atau badan sebagai subjek pajak luar negeri yang dapat menerima atau
memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari kegiatan BUT (contoh: konsultan
Luar Negeri)
Dimulai pada saat orang pribadi atau badan tsb menerima / memperoleh
penghasilan dari Indonesia. WP tsb tidak wajib mempunyai NPWP, shg kewajiban
perpajakannya dipotong / disetor langsung oleh WP dalam negeri yang menggaji WP
luar negeri tsb.
5. Kapan warisan yang belum terbagi menjadi Wajib Pajak?
Dimulai pada saat timbulnya warisan yang belum terbagi tsb. Warisan yang
belum terbagi ini akan diurus oleh Balai Harta Peninggalan dan menjadi objek pajak

bila masih ada urusan pajak yang terhutang dalam warisan tsb.
Bagaimana NPWP untuk suami-istri yang keduanya sama-sama memiliki penghasilan?
Apabila ada perjanjian sebelum pernikahan untuk melakukan pisah harta, maka suami
dan istri keduanya wajib mempunyai NPWP dan memiliki kewajiban masing2 atas
pajak penghasilannya.
Apabila tidak ada perjanjian pisah harta, maka hanya diwajibkan memiliki satu
NPWP saja untuk sepasang suami istri. Bisa menggunakan nama suami ataupun istri.

Apakah semua orang yang memiliki NPWP wajib mengukuhkan diri sebagai Pengusaha
Kena Pajak (PKP) dan mendapat Nomor Pengukuhan PKP (NP PKP)?
Tidak. NP PKP diberikan kepada Wajib Pajak (Orang pribadi/Badan) yang berbisnis;
atau yang melakukan penyerahan, dengan kriteria tertentu yang ditentukan oleh
Undang-Undang.
Bisnis yang menyebabkan pengusahanya diwajibkan mendaftarkan diri menjadi PKP
adalah bisnis Barang dan/atau Jasa Kena Pajak.
Barang Kena Pajak (BKP) adalah barang yang telah diolah/bertambah nilai
ekonominya karena telah ditambah fungsinya. Non-BKP termasuk diantaranya adalah
barang-barang yang belum diolah sama sekali, yaitu barang-barang langsung dari
alam.
Jasa Kena Pajak (JKP) adalah jasa yang bukan primer, dan mengambil laba atas usaha
yang dijalankannya. Non-JKP merupakan jasa primer, seperti pendidikan, keagamaan,
kesehatan, sosial.

Pengukuhan orang/badan yang berbisnis sebagai PKP menimbulkan kewajiban


kepada orang/badan tersebut untuk memungut PPN atas barang/jasa yang dijualnya.
Orang pribadi / badan yang wajib dikukuhkan sebagai PKP adalah: (KUP hl. 22)
1. Orang pribadi atau badan yang menyerahkan BKP dan/atau JKP, kecuali pengusaha
kecil
2. Pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan menadi PKP dengan kehendaknya
sendiri
3. Pengusaha yang melakukan ekspor BKP.
Jangka waktu pendaftaran NPWP: (KUP hl. 22)
Subjek Pajak
Jangka Waktu
WP OP yg mempunyai usaha / 1 bulan setelah saat usaha mulai dijalankan (saat
pekerjaan bebas, dan WP Badan pendirian, atau saat nyata mulai dilakukan)
WP OP yg tidak menjalankan Paling lama akhir bulan berikutnya setelah bulan
usaha

tidak

melakukan yg disetahunkan telah melebihi PTKP.

pekerjaan bebas
Jangka waktu pelaporan usaha untuk dikukuhkan PKP:
Subjek Pajak
WP yg memenuhi syarat sbg PKP
Pengusaha

kecil

dikukuhkan sbg PKP

yang

memilih

Sebelum

Jangka Waktu
melakukan penyerahan

BKP

dan/atau JKP
untuk Paling lama akhir bulan berikutnya apabila
jumlah peredaran bruto tlh melampaui
batasan pengusaha kecil.

Syarat-syarat pendaftaran NPWP: (KUP hl. 23)


1. Orang pribadi mempunyai / tidak mempunyai usaha atau pekerjaan bebas, wajib:
a. Mengisi formulir pendaftaran NPWP yg disediakan oleh KPP
b. Menyerahkan fotokopi KTP / paspor bagi orang asing
2. Badan, wajib:
a. Mengisi formulir pendaftaran NPWP yg disediakan oleh KPP
b. Menyerahkan fotokopi akta pendirian dan perubahan atau surat keterangan
penunjukan dari kantor pusat bagi BUT
c. Menyerahkan fotokopi KTP atau paspor pimpinan / penanggung jawab
3. Bendahara sebagai WP pemungut/pemotong, wajib:
a. Mengisi formulir pendaftaran NPWP yg disediakan oleh KPP
b. Menyerahkan fotokopi surat penunjukan sebagai bendahara
c. Menyerahkan fotokopi KTP bendahara
4. Joint Operation sbg WP pemungut/pemotong, wajib:

a. Mengisi formulir pendaftaran NPWP


b. Menyerahkan fotokopi KTP atau paspor pimpinan (penanggung jawab)
c. Menyerahkan fotokopi NPWP pimpinan (penanggung jawab) joint operation.
Sanksi Tidak Mendaftarkan Diri dan Melaporkan Usaha (KUP hl. 26)
Sanksi Administrasi; yaitu sebesar pajak terutang sebelum terdaftar NPWP/pengukuhan

PKP + bunga 2% per bulan paling lama 24 bulan.


Sanksi Pidana; diberikan kepada setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan
diri, menyalahgunakan / menggunakan tanpa hak NPWP / pengukuhan PKP shg dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara. Sanksi pidana berupa penjara minimal 6
bulan maksimal 6 tahun, dan denda minimal 2x jumlah pajak terutang maksimal 4x
jumlah pajak terutang.

Penghapusan NPWP dapat diajukan oleh / memenuhi syarat antara lain: (KUP hl. 27)
1. WP sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai ketentuan
yang berlaku.
2. WP Badan dalam rangka likuidasi / pembubaran karena penghentian atau
penggabungan usaha.
3. Wanita / Pria yang sebelumnya sudah memiliki NPWP dan menikah tanpa membuat
perjanjian pisah harta
4. WP BUT yang menghentikan kegiatan usahanya di Indonesia
5. Dianggap perlu oleh Dirjen Pajak untuk menghapus NPWP dari WP
Pencabutan Pengukuhan PKP dapat dilakukan dalam hal: (KUP hl. 28)
1. PKP pindah alamat ke wilayah kerja KPP lain
2. Sudah tidak memenuhi persyaratan sbg PKP
3. Termasuk PKP yg jumlah peredaran dan/atau penerimaan bruto satu tahun buku tidak
melebihi batas untuk pengusaha kecil.
----SILABUS NO 10: Pelaporan, Pembukuan dan Pencatatan---Literatur: Bab 6 dan Bab 4 Buku KUP
Laporan pajak dibuat oleh WP kepada Fiscus, sebagai bentuk pertanggungjawaban
atas kebebasan yang dimiliki WP (self assessment).
SPT adalah surat yang oleh WP digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau
pembayaran pajak, objek pajak, dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Jenis SPT dibedakan berdasarkan jangka waktu dikeluarkannya, yakni:
1. SPT Tahunan dibuat setelah berjalan satu tahun pajak dan disusun berdasarkan
laporan keuangan di akhir tahun.

2. SPT Masa tidak disusun berdasarkan laporan keuangan akhir tahun karena
didasarkan hanya pada transaksi. Transaksi dilakukan setiap hari, tapi bukan berarti
harus membuat SPT setiap harinya karena repot dan tidak efektif. Sehingga transaksi2
tsb dikumpulkan menjadi satu selama sebulan kemudian baru diserahkan SPT Masa
nya. SPT Masa diperuntukkan bagi PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh
Pasal 25, PPh Pasal 26, dan PPN.
SPT berisi:
1.
2.
3.
4.

Nama, NPWP, Alamat WP


Masa Pajak / Tahun Pajak yang bersangkutan
Tanda tangan WP atau kuasanya
Data-data / lampiran lain yang ditetapkan.
WP harus mengisi SPT secara benar, lengkap, dan jelas; yang maksudnya: (KUP hl

57)
1. Benar dalam perhitungan, benar dalam penerapan ketentuan peraturan UU Pajak,
benar dalam penulisan, dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
2. Memuat semua unsur2 yang berkaitan dengan objek pajak dan unsur-unsur lain yang
harus dilaporkan dalam SPT.
3. Melaporkan asal-usul / sumber objek pajak dan unsur lain secara jelas.
Pengambilan SPT seperti yang diatur dalam PMK Nomor 181/PMK.03/2007 adalah
sebagai berikut: (KUP hl. 58)
1. SPT berbentuk hardcopy dapat diambil secara langsung di tempat yang ditetapkan
oleh Dirjen Pajak.
2. SPT berbentuk e-SPT diambil dengan cara mengunduh format SPT / aplikasi eSPT di situs Ditjen Pajak.
Cara penyampaian SPT menurut PMK Nomor 181/PMK.03/2007, dilakukan:
1. Secara langsung dan diberikan tanda tangan penerimaan surat
2. Melalui pos dengan bukti pengiriman surat
3. Dengan cara lain seperti:
a. Melalui perusahaan jasa ekspedisi / kurir dengan bukti pengiriman surat
b. E-filling melalui Penyedia Jasa Aplikasi dan diberikan Bukti Penerimaan
Elektronik
Batas waktu penyampaian SPT pada Pasal 3 ayat (3) UU KUP adalah: (KUP hl. 59)

1. SPT Masa paling lama 20 hari setelah akhir masa pajak (akhir bulan). PPh
Pasal 21, PPh Pasal 25, dan PPN wajib disampaikan SPT Masa nya tiap bulan
meskipun tidak terdapat penyetoran pajak. SPT Masa Pajak yang lain disampaikan
hanya bila terdapat penyetoran pajak.
2. SPT Tahunan PPh WP OP paling lama 3 bulan setelah akhir Tahun Pajak.
3. SPT Tahunan PPh WP Badan paling lama 4 bulan setelah akhir Tahun Pajak.
SPT dianggap tidak disampaikan berdasarkan Pasal 3 ayat (7) UU KUP terjadi bila:
1. SPT tidak ditandatangani
2. SPT tidak dilampiri keterangan dan/atau dokumen sesuai dengan Peraturan
Menteri Keuangan, antara lain:
a. SPT terdiri atas SPT Induk dan Lampiran yang tidak terpisahkan
b. Dilampirkan Laporan Keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi (bagi WP
yang diwajibkan melakukan pembukuan)
c. Lampiran audit atas laporan keuangan oleh Akuntan Publik
d. Lampiran Surat Kuasa dalam hal WP menunjuk seorang kuasa dengan surat
kuasa khusus untuk mengisi dan menandatangani SPT.
3. SPT LB (Lebih Bayar) disampaikan telah lewat 3 tahun
4. SPT disampaikan setelah Dirjen Pajak melakukan pemeriksaan / menerbitkan
surat ketetapan pajak.
Penyampaian SPT oleh WP tertentu WP diperbolehkan menyampaikan 1 SPT
Masa untuk beberapa Masa Pajak sekaligus, yaitu WP usaha kecil, yang meliputi: (KUP hl.
60)
-

WP OP dengan penerimaan bruto tahun pajak sebelumnya < 600 juta rupiah
WP Badan dengan penerimaan bruto tahun pajak sebelumnya < 900 juta rupiah
WP yang tempat tinggal / kegiatan usahanya berlokasi di daerah ttt yg ditetapkan
oleh Dirjen Pajak.

WP dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT dengan kondisi:


1. WP OP yang dalam 1 tahun pajak menerima penghasilan neto tidak lebih dari
PTKP tidak wajib menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 25 dan SPT Tahunan PPh
2. WP OP yang tidak menjalankan kegiatan usaha / tidak melakukan pekerjaan bebas
tidak wajib menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 25.
Sanksi bagi WP yang tidak menyampaikan SPT antara lain: (KUP hl. 61)
1. Sanksi Administrasi

a. Berupa denda

dikenakan apabila SPT tidak disampaikan dalam

jangka waktunya atau batas waktu perpanjangan penyampaian SPT.


Jenis SPT
SPT Masa PPN
SPT Masa lainnya
SPT Tahunan PPh WP Badan
SPT Tahunan PPh WP OP
b. Berupa kenaikan

Besar Denda
Rp 500.000
Rp 100.000
Rp 1.000.000
Rp 100.000

dikenakan melalui penerbitan SKPKB apabila SPT

tidak disampaikan dalam jangka waktunya, dan setelah ditegur secara tertulis
tetap tidak disampaikan pada waktunya.
Besarnya yang harus dibayar menjadi Jumlah pajak yang kurang dibayar
dalam SKPKB ditambah:
- 50% dari PPh yang tidak atau kurang dibayar dalam satu tahun pajak (PPh
-

Badan / PPh OP)


100% dari PPh yang tidak / kurang dipotong, tidak / kurang dipungut,
tidak / kurang disetor, dan dipotong atau dipungut tetapi tidak / kurang

disetor (pemotongan / pemungutan PPh)


- 100% dari PPN barang dan jasa serta PPNBM yang tidak / kurang dibayar.
2. Sanksi Pidana
a. Sanksi Pidana Kurungan
Dikenakan kepada setiap orang yang tidak menyampaikan SPT, atau
menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar / tidak lengkap atau melampirkan
keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara, dan bukan merupakan perbuatan yang pertama kali
dilakukan. Besarnya adalah denda min. 1 kali jumlah pajak terutang yg tidak /
kurang dibayar, maks 2 kali. Atau pidana kurungan min. 3 bulan, maks 1 tahun.
b. Sanksi Pidana Penjara
Dikenakan pada setiap orang yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPT,
atau menyampaikan SPT / keterangan yang isinya tidak benar / tidak lengkap
sehingga merugikan negara. Sanksi pidana antara 6 bl 6 th dan denda antara 2
4 kali dr pajak yang tidak / kurang dibayar.
Dalam penyampaian SPT, WP mempunyai hak-hak antara lain: (KUP hl. 64)
1. Memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT
SPT Tahunan PPh dapat diperpanjang maks 2 bulan dgn ketentuan:
- Menyampaikan pemberitahuan perpanjangan kpd Dirjen Pajak dalam
bentuk hardcopy atau dalam bentuk data elektronik dr aplikasi yg dibuat
Ditjen Pajak

Pemberitahuan tertulis disampaikan kpd KPP sebelum batas waktu


penyampaian SPT Tahunan berakhir dgn dilampiri:
a. Penghitungan sementara pajak terutang dalam 1 tahun pajak yg batas

waktu penyampaiannya diperpanjang


b. Laporan keuangan sementara
c. SSP sbg bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak yg terutang
Pemberitahuan perpanjangan SPT Tahunan wajib ditandatangani oleh WP /

Kuasa WP
Diberikan tanda penerimaan surat / bukti penerimaan elektronik
Dirjen pajak memberitahukan kpd WP bila Pemberitahuan Perpanjangan

SPT Tahunan yang dibuat tidak memenuhi syarat.


2. Pembetulan SPT
o Dilakukan dalam hal terdapat kekeliruan pengisian SPT yang sudah
disampaikan.
o Dalam hal WP membetulkan sendiri SPT Tahunan maupun SPT Masa dan
mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar, kepadanya dikenai sanksi
administrasi berupa bunga 2% per bulan atas jumlah pajak kurang dibayar.
o Pembetulan SPT juga terjadi karena adanya Pemeriksaan. Bila DJP telah
melakukan pemeriksaan mengenai adanya ketidakbenaran yg dilakukan WP,
dan kemudian WP dg kemauan sendiri melakukan pembetulan maka
pembayaran pajak adalah sebesar kekurangan pajak tsb ditambah denda 150%
dari jumlah kekurangan pajak.
PEMBUKUAN DAN PENCATATAN
(KUP BAB 4)
Untuk dapat menghitung pajak yang terutang (PPh maupun PPN) maka diperlukan
catatan teratur atas transaksi keuangan, maka WP diwajibkan untuk melakukan pembukuan /
pencatatan.
Pembukuan (pasal 1 angka 29 UU KUP) adalah suatu proses pencatatan yg dilakukan
secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan
barang atau jasa. Pembukuan ditutup dengan menyusun laporan keuangan (neraca dan
laporan laba rugi). Sehingga dapat dikatakan bahwa scr formal pembukuan mencatat
mengenai:
a. Harta, kewajiban, dan modal utk penyusunan neraca

b. Penghasilan dan biaya utk penyusunan laporan laba rugi, menghitung laba (PPh
terutang), pemotongan dan pemungutan PPh
c. Harga perolehan dan penyerahan barang / jasa utk penghitungan PPN dan PPNBM
d. Penyusunan laporan keuangan
Pencatatan (Pasal 28 ayat (9) UU KUP) adalah pengumpulan data secara teratur ttg
peredaran / penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto sbg dasar utk menghitung jumlah
pajak yg terutang, penghasilan yg bukan objek pajak, dan/atau penghasilan yg dikenakan
pajak yg bersifat final. Pencatatan hanya mencatat jumlah penerimaan/peredaran/omzet bruto.
Pihak yang melakukan Pembukuan/Pencatatan: (KUP hl. 35)
1. Wajib Pembukuan
a. WP OP yg melakukan kegiatan usaha / pekerjaan bebas
b. WP Badan di Indonesia
2. Tidak wajib Pembukuan tp wajib Pencatatan
a. WP OP yang tidak melakukan kegiatan usaha / pekerjaan bebas
b. WP OP yg melakukan kegiatan usaha / pekerjaan bebas yg sesuai dg ketentuan
perundang-undangan perpajakan
Ketentuan Pembukuan (Pasal 28 UU KUP): (KUP hl. 36)
1. Ayat (3) : pembukuan hrs diselenggarakan dg memperhatikan iktikad baik dan
mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yg sebenarnya
2. Ayat (4) : pembukuan hrs diselenggarakan di Indonesia dgn menggunakan huruf
latin, angka Arab, satuan mata uang rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia /
dalam bahasa asing yg diizinkan Menkeu
3. Ayat (5) : pembukuan diselenggarakan dgn prinsip taat asas dan dgn stelsel
akrual dan stelses kas
4. Ayat (6) : perubahan terhadap metode pembukuan dan atau tahun buku, hrs
mendapat persetujuan dr Dirjen Pajak
5. Ayat (8) : pembukuan dgn menggunakan bahasa asing dan mata uang selain
rupiah dapat diselenggarakan oleh WP setelah mendapat izin Menkeu.
6. Ayat (11) : buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan
yang dikelola scr elektronik / scr program aplikasi online wajib disimpan selama
10 tahun di Indonesia, yaitu di tempat kegiatan / tempat tinggal WP OP atau di
tempat kedudukan WP Badan.

Prinsip taat asas penggunaan prinsip yg sama dalam metode pembukuan tahun ini dengan
tahun-tahun sebelumnya, untuk mencegah adanya pergeseran laba / rugi. Prinsip taat asas
tersebut antara lain dilakukan dalam:
a.
b.
c.
d.

Pengakuan penghasilan
Tahun buku
Metode penilaian persediaan
Metode penyusutan dan amortisasi

Metode2 tsb dapat kita ubah dg syarat telah disetujui oleh Dirjen Pajak. Permohonan
perubahan diajukan sebelum dimulainya tahun buku / tahun pajak baru dgn menyampaikan
alasan2nya.
Stelsel Akrual
Stelsel Kas
metode pembukuan dimana transaksi dicatat Stelsel kas mencatat transaksi apabila ada kas
berdasarkan apa yang benar-benar terjadi. yang benar-benar secara nyata masuk atau
Maksudnya, penghasilan diakui pada waktu keluar.

Penghasilan

dianggap

sbg

diperoleh dan biaya diakui pada waktu penghasilan bila benar2 telah diterima scr
terutang; tidak tergantung kapan scr kas tunai, dan biaya baru dianggap sbg biaya bila
diperoleh atau terutang.

benar2 tlh dibayar scr tunai.

Pembukuan dalam bahasa asing dan mata uang selain rupiah diatur sebagai berikut: (KUP hl.
38)
1. WP dpt menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang dolar AS dalam
pembukuannya, meliputi:
a. WP dalam rangka Penanaman Modal Asing (PMA) yg beroperasi berdasarkan
ketentuan peraturan per-UU PMA
b. WP dalam rangka kontrak karya yg beroperasi berdasarkan kontrak dgn
Pemerintah RI sebagaimana diatur dlm peraturan per-UU pertambangan selain
pertambangan minyak dan gas bumi.
c. WP Kontraktor Kontrak Kerja Sama yg beroperasi berdasarkan ketentuan
peraturan per-UU pertambangan minyak dan gas bumi
d. Bentuk usaha tetap (BUT)
e. WP yg mendaftarkan emisi sahamnya baik sebagian maupun seluruhnya di
bursa efek luar negeri
f. Kontrak Investasi Kolektif (KIK)
g. WP yg berafiliasi langsung dg perusahaan induk di luar negeri

2. Harus terlebih dahulu mendapat izin tertulis dr Menkeu, kecuali WP dalam rangka
Kontrak Karya / Kontraktor Kontrak Kerja Sama.
3. Izin tertulis diperoleh WP dg mengajukan Surat Permohonan kpd Kakanwil
a. Paling lambat 3 bulan sblm tahun buku dimulai
b. Sejak tanggal pendirian bagi WP baru
c. Kakanwil atas nama Menkeu memberi keputusan atas permohonan dimaksud
paling lama 1 bulan sejak permohonan WP diterima scr lengkap. Bila jangka
waktu tsb lewat dan blm ada keputusan maka permohonan dianggap diterima.
Ketentuan Pencatatan (pasal 28 UU KUP):
1. Ayat (3)

: harus diselenggarakan dengan memperhatikan iktikad baik dan

mencerminkan keadaan / kegiatan usaha yg sebenarnya


2. Ayat (4)
: harus diselenggarakan di Indonesia dgn menggunakan huruf latin,
angka Arab, satuan mata uang rupiah, disusun dlm bhs Indonesia / bhs asing yg
diizinkan oleh Menkeu
3. Ayat (9)
: pencatatan terdiri atas data yg dikumpulkan scr teratur ttg peredaran /
penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto sbg dasar utk menghitung jumlah pajak
terutang.

----SILABUS NO 11: Pembayaran---Literatur: Bab 5 Buku KUP


Pajak yang telah WP setorkan ke KPP akan diberikan sebuah Surat Setoran Pajak
(SSP) sebagai bukti pembayaran / penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan
menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara melalui tempat
pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
Jenis-jenis SSP, adalah:
1. SSP Standar
surat yang digunakan oleh WP untuk melakukan pembayaran / penyetoran pajak
yang terutang ke Kantor Penerima Pembayaran, dan digunakan sebagai bukti
pembayaran dengan bentuk, ukuran, dan isi yang telah ditetapkan.
2. SSP Khusus

bukti pembayaran / penyetoran pajak terutang ke Kantor Penerima Pembayaran


yang dicetak oleh Kantor Penerima Pembayaran dengan menggunakan mesin
transaksi dan/atau alat lainnya yang isinya sesuai dengan yang telah ditetapkan, dan
mempunyai fungsi yang sama dengan SSP Standar dalam administrasi perpajakan.
3. Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak (SSPCP)
SSP yang digunakan oleh importir / Wajib Bayar dalam rangka impor.
4. Surat Setoran Cukai atas Barang Kena Cukai (SSCP) dan PPN Hasil Tembakau
SSP yang digunakan oleh Pengusaha untuk cukai atas Barang Kena Cukai dan
PPN hasil tembakau buatan dalam negeri.
Jangka Waktu (Jatuh Tempo) Pembayaran (Pasal 9 KUP)
1.

2.

Untuk pembayaran pajak secara bulanan / Masa Pajak


Lihat KUP halaman 46 48
Pembayaran Pajak Tahunan
Kekurangan pembayaran pajak terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh harus dibayar
lunas sebelum SPT PPh disampaikan SPT Tahunan PPh WP OP maks 3 bulan, WP

3.

4.

Badan maks 4 bulan setelah akhir Tahun Pajak) (pasal 9 ayat (2) UU KUP).
Pembayaran atas Ketetapan Pajak
Maks 1 bulan sejak tanggal penerbitan ketetapan pajak.
Wajib Pajak tertentu
Bagi WP yang dikecualikan sebagai berikut, diberikan perpanjangan jangka waktu
pembayaran atas ketetapan pajak menjadi 2 bulan.
a. WP usaha kecil, yaitu:
- WP OP dalam negeri yang peredaran bruto dr usahanya atau penerimaan
bruto dari pekerjaan bebas nya dalam Tahun Pajak sebelumnya tidak lebih
-

dari Rp 600.000.000 per tahun.


WP Badan dengan kriteria 100% dimiliki WNI yang penerimaan usaha dalam

tahun pajak sebelumnya tidak lebih dari RP 900.000.000.


b. WP di daerah ttt adalah WP yang tempat tinggal, tempat kedudukan, / tempat
kegiatan usahanya berlokasi di daerah ttt yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak.
Sanksi Administrasi; WP dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2% per bulan dalam
hal:
1. Pembayaran / penyetoran pajak bulanan (PPh Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, Pasal 26,
Pasal 4 ayat (2), PPN, dan PPNBM) dilakukan seteleh tanggal jatuh tempo
pembayaran atau penyetoran pajak. Bunga sebesar 2% per bulan dihitung dari tanggal
jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan
dihitung penuh 1 tahun. (contoh di halaman 52 buku KUP)

2. Pembiayaan / penyetoran PPh Pasal 29 dilakukan setelah tanggal jatuh tempo


penyampaian SPT Tahunan. Bunga dihitung mulai dari berakhirnya batas waktu
penyampaian SPT Tahunan s.d. tanggal pembayaran.
3. Apabila SKPKB, SKPKBT, SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding, atau
Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak harus dibayar
bertambah, pada saat jatuh tempo tidak atau kurang dibayar. Jumlah pajak yang tidak
atau kurang dibayar tsb dikenai sanksi 2% per bulan, dihitung dari tanggal jatuh
tempo s.d. tanggal pelunasan / keluarnya STP.
4. Dalam hal WP diperbolehkan mengangsur atau menunda pembayaan pajak, dikenakan
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan dari jumlah pajak yang harus
dibayar. (contoh di halaman 53 buku KUP)
Sanksi Pidana apabila WP tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong / dipungut
sehingga menimbulkan kerugian negara, maka diancam pidana penjara min. 6 bulan maks 6
tahun, dan denda min. 2x jumlah pajak terutang tidak/kurang bayar dan maks 4x jumlah pajak
terutang tidak/kurang bayar.
----SILABUS NO 12: Pemeriksaan dan Penelitian---Literatur: Bab 8 Buku KUP, Bab 9 Buku Hukum Pajak
Kenapa ada Pemeriksaan Pajak?
Akibat dari adanya kebebasan yang telah diberikan Fiscus kepada WP untuk
menghitung, memperhitungkan, menyetor, serta melaporkan kewajiban Pajaknya sendiri
sesuai dengan self assessment system. Sistem ini menuntut WP untuk menafsirkan aturan dan
ketentuan-ketentuan pajak (UU Pajak) sendiri, sehingga membuka kemungkinan adanya
kesalahan tafsir. Oleh karena itu, Fiscus diberikan kewenangan untuk menguji kepatuhan WP
dalam melaksanakan kewajiban perpajakan yang sebenar-benarnya sesuai dengan ketentuan
dalam UU.
Tujuan Pemeriksaan:
1. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka memberikan
kepastian hukum, keadilan, dan pembinaan kepada WP; yang dilakukan dalam hal
berikut:
a. SPT, menunjukkan kelebihan pembayaran pajak, termasuk yang telah diberikan
pengembalian pendahuluan kelebihan pajak

b.
c.
d.
e.

SPT Tahunan PPh menunjukkan rugi


SPT tidak disampaikan atau disampaikan tidak pada jangka waktu yang ditetapkan
SPT yang memenuhi kriteria seleksi yang ditentukan oleh DJP
Ada indikasi kewajiban perpajakan selain kewajiban tsb pada poin c tidak
dipenuhi.

Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan ini dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu:


(KUP halaman 83)
a. Keharusan pemeriksaan, yg dilakukan untuk WP Khusus antara lain WP yang
melakukan ekspor
b. Dapat dilakukan pemeriksaan
2. Untuk tujuan lainnya dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan; dilakukan dalam hal berikut:
a. Pemberian NPWP secara jabatan
b. Penghapusan NPWP
c. Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan PKP
d. WP mengajukan keberatan
e. Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan Netto
f. Pencocokkan datan dan/atau keterangan
g. Penentuan WP berlokasi di daerah terpencil
h. Penentuan satu atau lebih tempat terutang PPN
i. Pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan utk tujuan lain
selain poin a s.d j.
Ruang Lingkup Pemeriksaan:
1. Pemeriksaan Lapangan; dilakukan atas suatu jenis pajak / seluruh jenis pajak, utk
tahun berjalan dan/atau tahun2 sebelumnya, dan/atau utk tujuan lain yang dilakukan
di tempat WP.
2. Pemeriksaan Kantor; dilakukan atas suatu jenis pajak ttt, baik tahun berjalan
dan/atau tahun2 sebelumnya yang dilakukan di kantor DJP.
Kewajiban WP ketika dilakukan pemeriksaan:
1. WP yang diperiksa wajib:
a. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang
menjadi dasarnya, dan dokumen lain berkaitan dg penghasilan yg diperoleh,
kegiatan usaha, pekerjaan bebas WP, atau objek yang terutang pajak.
b. Memberikan kesempatan utk memasuki tempat / ruang yg dianggap perlu dan
memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan
c. Memberikan keterangan lain yg diperlukan
2. Buku catatan, dan dokumen serta data, informasi dan keterangan lain tersebut wajib
dipenuhi oleh WP paling lama 1 bulan sejak permintaan disampaikan.

3. Apabla dalam mengungkapkan pembukuan, pencatatan, dokumen2 serta keterangan


yg diminta, WP terikat oleh suatu kewajiban utk merahasiakannya, maka kewajiban
tsb ditiadakan oleh permintaan utk keperluan pemeriksaan.
Hak WP ketika dilakukan pemeriksaan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Melihat Surat Perintah Pemeriksaan


Melihat tanda pengenal Pemeriksa
Mendapat penjelasan mengenai maksud dan tujuan pemeriksaan
Meminta rincian perbedaan antara hasil pemeriksaan dengan SPT
Hadir dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dalam batas waktu yang ditentukan
Mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan oleh Tim Pembahas, dalam

hal terdapat perbedaan pada saat pembahasan akhir hasil pemeriksaan


7. Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan pemeriksaan oleh Pemeriksa
Pajak melalui pengisian kuesioner.
Perbedaan Pemeriksaan dengan Penelitian

Objek

Pemeriksaan
Penelitian
Kebenaran formiil dan materiil dari Kebenaran formiil dari SPT dan
SPT, Lampiran-lampiran, dan bahan- lampiran-lampirannya.

Petugas

bahan diluar SPT.


Dilaksanakan oleh Petugas Khusus Dilaksanakan oleh petugas khusus

Tempat

(Pemeriksa)
(Peneliti) dari Seksi Penetapan
Dapat dilakukan di Kantor Pajak Hanya dilakukan di Kantor Pajak,

Pekerjaan

maupun di luar Kantor Pajak yaitu di tanpa memanggil WP dan/atau tanpa

Hasil

lapangan/di tempat WP.


meminta bahan-bahan lain dari WP.
Diterbitkannya SKP, SKPT, SKKPP Diterbitkannya STP, SKKPP, ataupun
(Surat

Keputusan

Pembayaran

Pajak),

Kelebihan Surat Pemberitaan.


dan

Surat

Pemberitaan.

----SILABUS NO 13: Penetapan Pajak---Literatur: Bab 9 Buku KUP, Bab 6 Buku Hukum Pajak
Surat Ketetapan Pajak (SKP) diterbitkan oleh Fiscus sebagai produk / hasil
pemeriksaan atas SPT yang dikeluarkan WP, sekaligus memberikan informasi tentang hasil
perhitungan Fiscus atas pajak yang telah WP bayarkan.

SKPKB (kurang bayar) yang diterbitkan oleh Fiscus akan menimbulkan pajak
terutang yang harus ditanggung WP.
Penetapan pajak harus diterbitkan oleh fiscus dalam jangka waktu 5 tahun, sebelum
akhirnya menjadi Daluwarsa.

SKPKB
Merupakan surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak,
jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi
administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar. (UU KUP Pasal 1 ayat (16))
Sanksi Administrasi dalam SKPKB:
1. Pajak kurang dibayar ditambah dg sanksi administrasi berupa bunga 2% (dari pajak
kurang bayar) per bulan, maks 24 bulan. Dihitung sejak saat terutangnya pajak /
berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak, atau tahun pajak sampai dg
diterbitkannya SKPKB.
2. Pajak kurang dibayar ditambah dg sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar:
a. 50% dari PPh kurang dibayar dalam satu tahun pajak
b. 100% dari PPh yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau kurang disetor, tidak
atau kurang dipungut, dan dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetor
c. 100% dari PPN barang dan jasa serta PPNBM yg tidak atau kurang dibayar
Kenaikan tsb dikenakan pada WP jika:
a. SPT tidak disampaikan dalam jangka waktunya dan setelah ditegur scr tertulis
tetap tidak disampaikan sesuai jangka waktu dalam Surat Teguran
b. Berdasarkan hasil pemeriksaan mengenai PPN dan PPNBM ternyata tidak
seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak, atau tidak seharusnya dikenakan
tarif 0%.
c. Kewajiban atas pembukuan atau pemeriksaan tidak dipenuhi shg tidak dapat

diketahui besarnya pajak terutang.


STP
Diterbitkan apabila ditemukan sanksi administrasi berupa denda/bunga terkait dengan
adanya pelanggaran Formil Pajak oleh WP (keterlambatan membayar pajak, dll).

SKPKBT
Merupakan surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang
telah ditetapkan. SKPKBT diterbitkan apabila secara formal sebelumnya terdapat pajak
yang telah ditetapkan oleh DJP (SKPKB, SKPN, atau SKPLB), dan secara materiil ada
tambahan kekurangan pembayaran atas ketetapan pajak sebelumnya.
Sanksi Administrasi dalam SKPKBT adalah berupa kenaikan pajak terutang, yaitu

sebesar 100% dari jumlah tambahan kekurangan pajak tersebut.


SKPN

Merupakan surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama

besarnya dengan jumlah kredit pajak / pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
SKPLB
Merupakan surat ketetapan pajak yang menetukan jumlah kelebihan pembayaran
pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang / seharusnya
tidak terutang.

----SILABUS NO 14: Penagihan Pajak---Literatur: Bab 11 Buku KUP, Bab 7 Buku Hukum Pajak
Jumlah pajak yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKP maupun STP
harus dilunasi dalam jangka waktu 1 bulan, dan apabila tidak dilakukan pembayaran dalam
jangka waktu tersebut maka jumlah pajak yang masih harus dibayar akan menjadi utang
pajak dan DJP diberi kewenangan utk melakukan penagihan atas utang pajak tsb.

1.
2.
3.
4.

Pasal 18 ayat (1) UU KUP menyebutkan Dasar Penagihan Pajak, adalah:


Surat Tagihan Pajak (STP)
SKPKB
SKPKBT
Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding yang

menyebabkan jumlah pajak yg harus dibayar bertambah.


Pasal 12 UU PBB menyebutkan Dasar Penagihan Pajak, adalah:
1. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)
2. SKP
3. STP
Tindakan Penagihan baca Buku KUP halaman 138
Pelaksanaan Surat Teguran
Surat teguran diterbitkan apabila penanggung pajak tidak melunasi utang pajak
sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran. Penentuan tanggal jatuh tempo untuk STP,
SKPKB, SKPKBT, yang menyebabkan jumlah pajak yg harus dibayar bertambah, yaitu
harus dilunasi dalam jangka waktu 1 bulan sejak tanggal diterbitkan.
Proses Penagihan
Surat Teguran Surat Paksa Pelaksanaan Penyitaan Pelaksanaan Lelang
----SILABUS NO 15: Sengketa Pajak----

Literatur: Bab 13 Buku KUP, Bab 8 Buku Hukum Pajak


Sengketa Pajak terjadi akibat adanya selisih / perbedaan penafsiran peraturan (baik
formil maupun materiil) antara WP dengan Fiscus. Dalam hal ini, sengketa pajak muncul
sesaat setelah terbitnya Surat Ketetapan Pajak (SKP) oleh Fiscus.
Upaya hukum yang dapat ditempuh WP untuk menyelesaikan sengketa perbedaan
persepsi tersebut adalah:
1. Upaya hukum keberatan
Keberatan diajukan kepada DJP (Kanwil Pajak) paling lambat 3 bulan sejak tanggal
dikirimnya SKP atau sejak tanggal pemotongan / pemungutan pajak.
Setelah DJP mengeluarkan keputusan atas keberatan yg diajukan, WP dapat memilih
tindak lanjut selanjutnya, bisa dengan menerima keputusan tsb atau mengajukan banding
ke Pengadilan Pajak.
Untuk dapat mengajukan keberatan, WP wajib melunasi pajak yang masih harus
dibayar minimal sebesar utang pajak yang WP setujui di Pembahasan Akhir hasil
pemeriksaan. (UU KUP Pasal 25 ayat (32))
2. Upaya Hukum Banding
Banding diajukan kepada Pengadilan Pajak paling lambat 3 bulan sejak Surat
Keputusan Keberatan diterima.
Banding dapat diajukan apabila jumlah pajak terutang telah dibayar sebesar 50%.
(Pasal 26 dan 35 UU Pengadilan Pajak No 14 Tahun 2002)
3. Upaya Hukum Peninjauan Kembali
Diajukan kepada Mahkamah Agung (MA) apabila ditemukan novum atau bukti2 kuat
lainnya yang dapat membantu.

Anda mungkin juga menyukai