b. Jasa Konstruksi Sebagai Jasa Lain Yang Merupakan Objek PPh Pasal 23
Dalam pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Pajak Penghasilan diatur bahwa ketentuan
lebih lanjut mengenai jenis jasa lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c angka 2
diatur dengan atau berdasarkan peraturan menteri keuangan. Peraturan Menteri Keuangan
yang mengatur jenis jasa lain ini adalah Peraturan Menteri Keuangan nomor
244/PMK.03/2008. Apabila kita perhatikan lebih jauh pasal 1 peraturan menteri keuangan,
setidaknya terdapat dua jenis jasa konstruksi yang dikelompokkan sebagai jenis jasa lainnya
yaitu:
1. Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, dan/atau TV
kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang
konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;
2. Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC,
TV kabel, alat transportasi/kendaraan dan/atau bangunan, selain yang dilakukan oleh
Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau
sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi.
Jika kita gunakan parameter Peraturan Pemerintah nomor 51 tahun 2008 sebagai
dasar pengenaan pajak maka dua jenis jasa diatas dapat kita kelompokkan kedalam jasa
pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa yang tidak memiliki kualifikasi
usaha sehingga akan dikenakan PPh final dengan tarif empat persen, namun karena dalam
peraturan menteri keuangan dua jenis jasa tersebut dikelompokkan ke dalam jenis jasa lain
maka perlakuannya bukan merupakan objek PPh final tetapi merupakan objek pemotongan
PPh Pasal 23.
Cara pembayaran dan pelaporan pph atas jasa konstruksi adalah sebagai berikut:
Dalam hal Pajak Penghasilan yang terutang melalui pemotongan, maka Pembayaran
atau penyetoran pajak disetor ke bank persepsi atau kantor pos, paling lama tanggal
10 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir.
Dalam hal Pajak Penghasilan terutang harus disetor sendiri oleh yang penyedia jasa,
maka wajib menyetor ke bank persepsi atau kantor pos, paling lama tanggal 15 bulan
berikutnya setelah masa masa pajak berakhir;
Wajib Pajak wajib menyampaikan laporan pemotongan dan atau penyetoran pajaknya
melalui Surat Pemberitahuan Masa ke Kantor Pelayan Pajak atau KP2KP, paling
lama 20 hari setelah masa pajak berakhir.
Dalam hal jatuh tempo penyetoran atau batas akhir pelaporan pajak bertepatan
dengan hari libur termasuk hari sabtu atau hari libur nasional, penyetoran atau
pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
Untuk memahami PPh Jasa Konstruksi maka kita harus mengetahui apa yang
termasuk dalam jasa kontruksi. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2008 tentang
Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Jasa Konstruksi, jasa konstruksi adalah layanan
jasa konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan
konstruksi, dan layanan jasa konsultasi pengawasan pekerjaan konstruksi. Artinya jasa
konstruksi dimulai dari tahap awal yakni konsultasi sampai dengan tahap akhir sebuah bangunan
selesai dikerjakan. Besaran nominal dalam jasa konstruksi disebut dengan istilah nilai kontrak.
Nilai kontrak inilah yang nantinya akan dikenakan PPh Jasa Konstruksi sesuai dengan PP No 5
Tahun 2008.
Pembayaran PPh Final Usaha Jasa Konstruksi dilakukan melalui pemotongan atau
pemungutan oleh pengguna jasa atau penyetoran sendiri oleh kontraktor. Pelunasan PPh oleh
pengguna jasa berstatus sebagai pemotong PPh, dilakukan melalui pemotongan PPh oleh
pengguna jasa itu sendiri. Namun apabila pengguna jasa bukan pemotong PPh, maka kontraktor
sebagai pemberi jasa dan penerima penghasilan, wajib menyetorkan sendiri Pajak Penghasilan
yang terutang.
Pembayaran dan pelunasan PPh Final usaha jasa konstruksi dilakukan paling lambat
pada tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah bulan terutangnya PPh oleh pengguna jasa.
Atau tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah bulan diterimanya pembayaran oleh
pemberi jasa (kontraktor). Pelaporan SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat 2 bagi pengguna jasa dan
pemberi jasa konstruksi dilakukan paling lambat tanggal 20 (dua puluh) bulan berikutnya setelah
bulan terutangnya PPh atau bulan diterimanya pembayaran pajak atas jasa konstruksi.