Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH SEMINAR PERPAJAKAN

ASPEK PAJAK JASA KONSTRUKSI

Diusulkan Oleh:
Muhammad Hikami Syah Putra (C10200006)
Daniel (C10200036)
Adhim Zuhdiawan (C10200037)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) EKUITAS

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

BANDUNG

2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak tahun 2001, pengenaan pajak atas penghasilan dari usaha jasa
konstruksi diatur dengan PP No.140 tahun 2000 yang ditetapkan tanggal 21
Desember 2000. Tujuan penerbitan PP No.140 Tahun 2000 adalah untuk
meningkatkan efektivitas pengenaan pajak penghasilan dari usaha jasa konstruksi
sesuai dengan prinsipprinsip yang dianut dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan.

Penggunaan PP No.140 Tahun 2000 dalam pelaksanaan kewajiban


perpajakan sehubungan dengan penghasilan dari usaha jasa konstruksi berlangsung
sampai dengan diterbitkannya PP No.51 Tahun 2008 yang ditetapkan tanggal 20
Juli 2008 dan diundangkan tanggal 23 Juli 2008. Penerbitan tersebut bertujuan
untuk mengefektifkan penerimaan pajak negara dalam bidang usaha jasa konstruksi.
Di dalam PP No.51 tahun 2008 terdapat perbedaan sifat dan tarif yang digunakan
dalam perhitungan pajak penghasilan dari jasa konstruksi. Pengenaan pajak
terhadap penghasilan dari jasa konstruksi bersifat final untuk semua jenis kualifikasi
dengan tarif yang telah ditentukan. Munculnya peraturan ini menimbulkan masalah
dalam perlakuan pajak perusahaan karena ketentuan dalam peraturan ini berlaku
surut terhadap pajak-pajak yang sudah disetor dan dilaporkan untuk periode 1
januari 2008 sedangkan peraturan dikeluarkan pada bulan Juli 2008.

Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan PP No.40 Tahun 2009 guna


menyempurnakan PP No.51 Tahun 2008. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun
2009 diantaranya memuat ketentuan bahwa saat efektif berlakunya PP No.51 Tahun
2008 tidak dari 1 Januari 2008, melainkan untuk kontrak yang ditandatangani sejak
tanggal 1 Agustus 2008. Aspek perpajakan untuk bidang usaha jasa konstruksi
memiliki ciri kekhususan karena sifatnya yang berbeda dengan bidang usaha
lainnya. Dilihat dari sisi siklus operasinya yang memiliki waktu lebih dari satu
tahun sehingga pendapatan dan bebannya pun dihitung secara khusus.

1
1.2 Ruang Lingkup
1. Pengertian Pajak.
2. Pengertian Jasa Konstruksi.
3. Latar Belakang PP Nomor 51 Tahun 2008 atas Jasa Konstruksi.
4. Aspek Pajak atas Jasa Konstruksi.
5. Pemotong PPh Pasal 4 ayat (2) atas Jasa Konstruksi.
6. Tarif Pajak atas Jasa Konstruksi.
7. Kasus atas Jasa Konstruksi

1.3 Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui lebih lanjut terkait pajak atas jasa konstruksi.


b. Untuk mengetahui implementasi dari pajak konstruksi.

1.4 Kegunaan Penelitian

a. Bagi Penulis
Untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah seminar konsentrasi
pajak.

1
BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1 Pengertian Pajak

Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata


Cara Perpajakan (KUP), pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2.2 Pengertian Pajak Konstruksi


Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 51 Tahun 2008 Tentang
Pajak Penghasilan atas Penghasilan Dari Usaha Jasa Konstruksi, menyebutkan
pada Pasal 1 ayat (2) bahwa jasa konstruksi merupakan layanan jasa berupa
konsultasi atas perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa atas
pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa atas konsultasi kegiatan
pengawasan pada pekerjaan konstruksi. Dari pengertian dalam Undang-Undang
(UU) ini, maka di dalam masyarakat terbentuklah “Usaha Jasa Konstruksi”
yang dimana merupakan jasa yang disediakan dalam bidang perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan dari kegiatan konstruksi, semuanya ini dapat
disebut juga dengan penyedia jasa.

2.3 Aspek Pajak Konstruksi


3.1 Subjek Pajak
Subjek pajak dalam hal ini adalah Kontraktor atas Pelaksanaan Konstruksi
tersebut yaitu orang pribadi atau badan yang dinyatakan ahli yang profesional di
bidang pelaksanaan jasa konstruksi yang mampu menyelenggarakan kegiatannya
untuk mewujudkan suatu hasil perencanaan menjadi bentuk bangunan atau bentuk
fisik lain, termasuk di dalamnya pekerjaan konstruksi terintegrasi yaitu

1
penggabungan fungsi layanan dalam model penggabungan perencanaan, pengadaan,
dan pembangunan (engineering, procurement and construction) serta model
penggabungan perencanaan dan pembangunan (design and build).

3.2 Objek Pajak


Kontraktor yang meliputi orang pribadi atau badan yang dinyatakan ahli dan
profesional tersebut diatas, akan dikenakan Pajak Penghasilan dari kegiatan yang
meliputi:

a. Jasa Perencanaan Konstruksi, yaitu pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang


dinyatakan ahli yang profesional di bidang perencanaan jasa konstruksi yang mampu
mewujudkan pekerjaan dalam bentuk dokumen perencanaan bangunan fisik lain.
b. Jasa Pelaksanaan Konstruksi, pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang
dinyatakan ahli yang profesional di bidang pelaksanaan jasa konstruksi yang mampu
menyelenggarakan kegiatannya untuk mewujudkan suatu hasil perencanaan menjadi
bentuk bangunan atau bentuk fisik lain, termasuk di dalamnya pekerjaan konstruksi
terintegrasi yaitu penggabungan fungsi layanan dalam model penggabungan perencanaan,
pengadaan, dan pembangunan (engineering, procurement and construction) serta model
penggabungan perencanaan dan pembangunan (design and build).
c. Jasa Pengawasan Konstruksi, pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang
dinyatakan ahli yang profesional di bidang pengawasan jasa konstruksi, yang mampu
melaksanakan pekerjaan pengawasan sejak awal pelaksanaan pekerjaan konstruksi
sampai selesai dan diserahterimakan.

1
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Latar Belakang PP Nomor 51 Tahun 2008 Tentang Jasa Konstruksi


Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2008 tentang Usaha Jasa
Konstruksi (PP 51/2008) merupakan peraturan yang mengatur tentang bidang
jasa konstruksi. Latar belakang diterbitkannya PP 51/2008 adalah untuk
memberikan dukungan dan peningkatan kegiatan usaha jasa konstruksi yang
memenuhi tuntutan pasar dan masyarakat, serta memenuhi standar mutu yang
diterima secara internasional.

PP 51/2008 juga bertujuan untuk memberikan kejelasan dan standar bagi


pelaku usaha jasa konstruksi dan pemerintah dalam pengelolaan dan
pengendalian jasa konstruksi, serta untuk memberikan Perlindungan bagi
masyarakat dan lingkungan melalui peningkatan mutu dan profesionalisme
pelaku usaha jasa konstruksi.

Dengan adanya PP 51/2008 diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan


profesionalisme pelaku usaha jasa konstruksi, sehingga dapat memenuhi tuntutan
masyarakat dan memastikan bahwa proyek-proyek konstruksi yang dikerjakan
memenuhi standar mutu dan lingkungan yang baik.

Munculnya peraturan ini menimbulkan masalah dalam perlakuan pajak perusahaan


karena ketentuan dalam peraturan ini berlaku surut terhadap pajak-pajak yang sudah disetor
dan dilaporkan untuk periode 1 januari 2008 sedangkan peraturan dikeluarkan pada bulan Juli
2008. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan PP No.40 Tahun 2009 guna
menyempurnakan PP No.51 Tahun 2008. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2009
diantaranya memuat ketentuan bahwa saat efektif berlakunya PP No.51 Tahun 2008 tidak
dari 1 Januari 2008, melainkan untuk kontrak yang ditandatangani sejak tanggal 1 Agustus
2008.

1
3.2 Pemotong PPh atas Jasa Konstruksi.
Dalam Pasal 4 ayat (1) PMK-187/PMK.03/2008 dijelaskan bahwa atas pembayaran
atau pelunasan PPh Final atas Jasa Konstruksi dilakukan melalui :

1. Dipotong oleh Pengguna Jasa pada saat pembayaran, dalam hal Pengguna Jasa
merupakan pemotong pajak.
Dalam hal Pengguna Jasa sebagai pemotong pajak, maka Pengguna Jasa akan
memotong jumlah pajak yang harus dibayarkan oleh kontraktor pada saat melakukan
pembayaran terhadap kontraktor untuk pekerjaan konstruksi yang dilakukan. Maka,
kontraktor akan menerima pembayaran yang sudah dipotong pajak oleh Pengguna Jasa.
2. Disetor sendiri oleh Penyedia Jasa, dalam hal Pengguna Jasa bukan merupakan
pemotong pajak.
Apabila pengguna jasa bukan pemotong PPh, maka kontraktor selaku pemberi
jasa dan penerima penghasilan wajib menyetorkan sendiri PPh Final yang terutang
tersebut. Penyetoran sendiri PPh Final oleh si pemberi jasa dilakukan paling lambat pada
tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah bulan diterimanya pembayaran (cash
basis). Jika tanggal 10 itu jatuh tepat pada hari libur, termasuk hari Sabtu atau libur
nasional, maka sesuai ketentuan Pasal 3 PMK Nomor 184/PMK.03/2007, penyetoran
pajak bisa dilakukan pada hari kerja berikutnya. Penyetoran sendiri PPh Final dilakukan
dengan menggunakan SSP di mana satu SSP digunakan untuk penyetoran seluruh PPh
Final jasa konstruksi di bulan yang bersangkutan yang belum dipotong oleh pengguna
jasa.

3.3 Tarif Jasa Konstruksi


a. Tarif PPh Pasal 4 ayat (2) atas Jasa Konstruksi Bangunan
Sesuai dengan Pasal  3 ayat 1 huruf a, PP nomor 9 tahun 2022, tarif PPh final
(PPh Pasal 4 ayat 2) sebesar 1,75% untuk pekerjaan konstruksi yang dilakukan oleh
Penyedia Jasa yang memiliki sertifikat badan usaha kualifikasi kecil atau sertifikat
kompetensi kerja untuk usaha orang perseorangan. Sebelumnya dikenakan tarif 2%,
jadi ada penurunan tarif pada PP No. 9/2022 dibanding dengan tarif sebelumnya (PP
No. 51/2008).  

1
Apabila tidak memiliki sertifikat atau SBU masa berlaku sudah habis maka
tarif PPh final (PPh pasal 4 ayat 2) sebesar 4% (Pasal  3 ayat 1 huruf b). Untuk
sertifikasi dan kualifikasi yang lain baik untuk pengusaha jasa konstruksi yang
SBUnya masih berlaku atau tidak berlaku lagi dapat dilihat pada Pasal 3 ayat 1 dari
huruf a sampai dengan huruf g PP Nomor 9 tahun 2022.

b. Tarif PPh Pasal 23 atas Jasa Konstruksi Lainnya


Untuk jasa konstruksi yang dikenakan pemotongan PPh pasal 23, apabila kita
melihat pada pasal 23 ayat 1 huruf c angka 2 UU Pajak Penghasilan sebagaimana
yang telah diubah dengan UU Nomor 7 tahun 2021 tentang Harmonisasi Perpajakan
dikenakan tarif sebesar 2% dan bersifat tidak final. Selain itu pada pasal 1 ayat 6
huruf Y dan Z Peraturan Menkeu No.141/PMK.03/2015 yang menyebutkan bahwa
pekerjaan jasa konstruksi berupa jasa instalasi dan perawatan listrik, telepon, air, gas,
AC dan lain sebagainya dikenakan pemotongan PPh pasal 23 apabila dilakukan oleh
selain Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan tidak mempunyai
izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi.

c. Tarif PPN

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi


Perpajakan (UU HPP), bab IV Pasal 7 ayat (1) tentang PPN, tarif PPN yang semula
10% akan naik secara bertahap, yaitu sebesar 11% pada tahun 2022 .
Kenaikan tarif PPN ini menjadi salah satu upaya pemerintah dalam
meningkatkan jumlah penerimaan negara di sektor pajak. Tidak hanya itu, kenaikan
tarif ini juga berguna untuk menambal beban keuangan negara serta memperkokoh
fondasi perpajakan Indonesia. 

3.4 Kasus
Putusan Peninjauan Kembali (PK) ini merangkum sengketa pajak tentang
perbedaan penetapan tarif pajak penghasilan (PPh) Pasal 4 ayat (2) atas jasa
konstruksi. Dalam kasus ini, wajib pajak berdalil bahwa pihaknya sudah benar
menerapkan tarif PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar 3% untuk jasa pelaksanaan konstruksi
dan 4% untuk jasa perencanaan konstruksi.

1
Sebaliknya, otoritas pajak menilai bahwa seharusnya penetapan tarif PPh Pasal
4 ayat (2) atas jasa konstruksi adalah sebesar 4% atas seluruh jasa pelaksanaan
konstruksi dan 6% untuk jasa perencanaan konstruksi. Sebab, pihak pemberi jasa
konstruksi tidak memiliki sertifikat kualifikasi usaha.
Pada tingkat banding, Majelis Hakim Pengadilan Pajak memutuskan
mengabulkan seluruhnya permohonan banding yang diajukan wajib pajak. Selanjutnya,
di tingkat PK, Mahkamah Agung menolak permohonan dari otoritas pajak selaku
Pemohon PK.

1
DAFTAR PUSTAKA

 https://repository.unair.ac.id/30283/4/2.%20BAB%201.pdf

 https://setjen.pu.go.id/birokeuangan/pdf/Peraturan/PAJAK/
PPH_PASAL_4_AYAT_2/
peraturan_pemerintah_republik_indonesia_nomor_51_tahun_2008_tentang_paj
ak_penghasilan_atas_penghasilan_dari_usaha_jasa_konstruksi.pdf

 https://news.ddtc.co.id/sengketa-pajak-penetapan-tarif-pph-pasal-4-ayat-2-jasa-
konstruksi-20937

 https://klikpajak.id/blog/pajak-final-pasal-4-ayat-2/

 https://klikpajak.id/blog/pajak-final-pasal-4-ayat-2/
#Contoh_Perhitungan_Pajak_Final_Konstruksi

 https://www.pajakku.com/read/60cc44f958d6727b1651ab0b/Pajak-Profesi:-
Mengulik-Pajak-Penghasilan-atas-Kegiatan-Konstruksi

 https://nusatax.com/aspek-pph-jasa-konstruksi/

 https://www.neraca.co.id/article/167798/aspek-pajak-penghasilan-pph-untuk-
jasa-konstruksi

 https://news.ddtc.co.id/sengketa-pajak-penetapan-tarif-pph-pasal-4-ayat-2-jasa-
konstruksi-20937

Anda mungkin juga menyukai