Anda di halaman 1dari 9

RESUME PAJAK INTERNASIONAL

PEMAJAKAN TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) YANG


BEKERJA DI LUAR NEGERI
Disusun sebagai bagian dari komponen tugas pada mata kuliah
Pajak Internasional (Kelas a)

Dosen: Umi Sulistiyanti, S.E., Ak., M.Acc.

Disusun oleh:
Nurul Oktarina / 14312202
Rizki Amalia / 14312210
Dhiafati Rizki Ardiani / 14312224
Amalia Izza Handiani / 14312256

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi


Universitas Islam Indonesia
Tahun Akademik 2017/2018

1
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................................. 1

DAFTAR ISI...................................................................................................................... 2

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 5

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 9

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Udah menjadi kewajiban bagi manusia dewasa untuk menafkahi dan menghidupi
hidupnya sendiri dan keluarganya, namun di masa sekarang ini lowongan atau
kesempatan kerja di dalam negeri khususnya Indonesiasemakin sedikit sedangkan
pertambahan penduduk dari waktu ke waktu semakin meningkat.
Kebutuhan tenaga kerja dari waktu ke waktu terus meningkat seiring dengan arus
globalisasi yang kian deras, nemun demikian segala sesuatu pasti ada nilai lebih dan
kurang, nilai kurang inilah yang menjadi permasalahan khususnya bagi Tenaga Kerja
Indonesia (TKI).
Ada beberapa faktor yang menjadi penarik dan pendorong para TKI untuk bekerja
di luar negeri. Yang menjadi faktor panrik ada 2, yaitu pertama adalah kebutuhan tenaga
kerja yang cukup besar pada suatu negara dan pada umumnya negara tersebut merupakan
negara maju, yang kedua adalah upah kerja yang cukup tinggi dibandingkan di dalam
negeri. Yang menjadi faktor pendorong para TKI bekerja di luar negeri adalah keadaan
ekonomi para TKI yang kian merosot akibat stabilitas perekonomian negara yang tidak
menentu, selain itu situasi politik yang tidak menjamin kesejahteraan para TKI, ditambah
lagi lowongan kerja diIndonesia yang semakin sedikit, hal ini juga menjadi faktor
pendorong para TKI untuk bekerja di luar negeri.
Dari kedua faktor diatas, kita dapat lihat bahwa sampai kapan pun kebutuhan
tenaga kerja tidak akan pernah hilang. Namun patut disayangkan apabila dalam ketenaga
kerjaan ini timbul banyak masalah yang cukup rumit dan komplek, contohnya yaitu
sistem pemajakan tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perhitungan pajak TKI yang bekerja di luar negeri lebih dari 183 hari?
2. Bagaimana perhitungan pajak TKI yang bekerja di luar negeri tidak lebih dari 183
hari?

3
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perhitungan pajak TKI yang bekerja di luar negeri lebih dari
183 hari
2. Untuk mengetahui perhitungan pajak TKI yang bekerja di luar negeri tidak lebih
dari 183 hari

4
A. TKI Bekerja di Luar Negeri Lebih dari 183 Hari
Pekerja Indonesia yang bekerja di luar negeri lebih dari 183 hari dalam jangka
waktu 12 bulan merupakan subjek pajak luar negeri, sehingga penghasilan yang diperoleh
pekerja Indonesia di luar negeri telah dikenai pajak di luar negeri, tidak dikenai pajak
penghasilan di Indonesia. Tetapi, dalam hal pekerja Indonesia di luar negeri tersebut
menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia maka penghasilannya dikenai
pajak pengahasilan sesuai ketentuan yang berlaku.

Contoh Kasus:
1) Tn. Amir seorang penduduk Indonesia telah terdaftar sebagai wajib pajak di KPP
Pratama Cibinong. Pada suatu hari, Tn. Amir menandatangani kontrak untuk
bekerja perusahaan Sintrade Pte. Ltd., sebuah perusahaan dagang yang berlokasi
di Singapura. Didalam kontrak disepakati bahwa Tn. Amir bekerja di Singapura
selama 2 tahun dengan gaji 40 juta rupiah/bulan dan dipotong pajak sesuai
ketentuan yang berlaku di Singapira. Tn. Amir berada di Singapura selama 300
hari tiap tahunnya, sisanya di Indonesia.
Penyelesaian Kasus:
Walapun Tn. Amir sudah memiliki NPWP karena bekerja di luar negeri selama
lebih dari 183 hari maka status subjek pajak Tn. Amir adalah subjek pajak luar
negeri. Sehingga penghasilan berupa gaji yang telah dikenakan pajak di Singapura
tersebut tidak akan dikenakan pajak di Indonesia.
2) Tn. Rahmat seorang penduduk Indonesia telah terdaftar sebagai wajib pajak di
KPP Pratama Sleman. Pada suatu waktu, Tn. Rahmat menandatangani kontrak
untuk bekerja pada Sawit Permai Sdn. Bhd. Sebuah perusahaan kelapa sawit yang
berlokasi di Malaysia. Dalam kontrak disepakati bahwa Tn. Rahmat bekrja di
Malaysia selama 2 tahun dengan gaji 4o juta rupiah/bulan. Atas gaji tersebut telah
dikenakan pajak sesuai ketentuan pajak penghasilan yang berlaku di Malaysia. Tn.
Rahmat berada di Singapura selama 300 hari tiap tahunnya, sisanya di Indonesia.
Selam di Malaysia rumah Tn. Rahmat yang berada di Sleman disewakan dengan
penghasilan 5o juta.
Penyelesaian Kasus:
Atas penghasilan gaji Tn. Rahmat dikenakan gaji di Indonesia karena Tn. Rahmat
berada di Indonesia kurang dari 183 hari (status wajib pajak luar negeri). Tapi
karena Tn. Rahmat mendapat penghasilan dari Indonesia yang berupa sewa

5
rumah, maka dikenai pajak penghasilan sesuai ketentuan yang berlaku di
Indonesia. Atas penghasilan sewa rumah tersebut dikenai PPh Final persewaaan
tanah dan bangunan dengan tarif 10%.
3) Vina seorang penyanyi warga negara Indonesia. Lagu-lagu nya diproduksi dan
dijual oleh PT. A, sebuah perusahaan rekaman dengan mendapat imbalan royalti
100 juta rupiah. Suatu saat Vina menikah dengan seorang pria warga negara X.
Sejak menikah, Siska memutuskan pindah mengikuti suaminya tinggal di negara
X.
Penyelesaian Kasus:
Ketika Vina masih tinggal di Indonesia statusnya adalah wajib pajak dalam negeri.
Ketika PT. A membayarkan royalti wajib memotong PPh pasal 23 sebesar 15% x
100 juta rupiah = 15 juta rupiah. Sedangkan ketika meninggalkan Indonesia dan
memutuskan tinggal di negara X, maka statusnyamenjadi wajib pajak luar negeri
sehingga ketika PT. A membayarkan royalti wajib memotong PPh Pasal 26
sebesar 20% x 100 juta rupiah = 20 juta rupiah.

Orang pribadi WNI yang berada di luar negeri dianggap tidak bertempat tinggal di
Indonesia apabila bertempat tinggal tetap di luar negeri dibuktikan dengan salah satu
dokumen tanda pengenal resmi yang masih berlaku sebagai penduduk di luar negeri,
yaitu:

a) Green card,
b) Identity card,
c) Student card
d) Pengesahan alamat di luar negeri pada paspor oleh kantor perwakilan RI di luar
negeri,
e) Surat keterangan dari kedutaan besar RI atau kantor perwakilan RI di luar negeri, atau
f) Tertulis resmi di paspor oleh kantor imigrasi negara setempat.

Wajib Pajak Non Efektif (WP NE) adalah wajib pajak yang tidak melakukan
pemenuhan kewajiban perpajakannya berupa pembayaran maupun penyampaian Surat
Pemberitahuan Masa (SPT Masa) dan/ atau Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT Tahunan)
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, yang nantinya dapat
diaktifkan kembali.

6
Wajib pajak yang memenuhi kriteria tersebut mengajukan permohonan sebagai
WP NE ke KPP, dengan melampirkan fotocopi paspor dan kontrak kerja atau dokumen
yang menyatakan bahwa wajib pajak berada di luar negeri lebih dari 183 hari dalam 12
bulan. Wajib pajak yang berlabel NE tetap tercantum dalam master file wajib pajak
dengan ketentuan:

a) Tidak diterbitkan teguran sekalipun wajib pajak tidak menyampaikan SP Masa atau
SPT Tahunan
b) Tidak turut diawasi pembayaran masa/bulanannya dan tidak diterbitkan STP atas
sanksi adminitrasi karena tidak menyampaikan SPT.

Apabila TKI sudah kembali ke Indonesia, maka dapat mengajukan surat permohonan
untuk diaktifkan kembali dan berubah statusnya menjadi wajib pajak efektif.

B. TKI Bekerja di Luar Negeri Tidak Lebih dari 183 Hari

Jika TKI bekerja di luar negeri kurang dari 183 hari, maka statusnya masih wajib
pajak dalam negeri. Kewajibannya masih sama seperti wajib pajak lainnya. Wajib pajak
tersebut akan dikenakan pajak menggunakan prinsip world wide income, yaitu dikenakan
pajak di Indonesia atas penghasilan yang diperoleh dari dalam negeri maupun luar negeri.
Atas pengahasilan yang dibayar, dipotong atau terutang di luar negeri sesuai dengan Pasal
2 UU PPh dapat dikreditkan di Indonesia.

Contoh kasus:

Tn. Arman (K/I) seorang penduduk Indonesia telah terdaftar sebagai wajib pajak di KPP
Pratama Sleman. Selama bulan Januari sampai dengan September 2015, Tn. Arman
bekerja pada PT. Indogarmen, sebuah perusahaan di Indonesia. Gaji yang diterima dari
PT. Indogarmen selama tahun 2015 sebesar 100 juta rupiah engan potongan PPh Pasal 21
sebesar 5 juta rupiah. Sejak bulan Oktober sampai Desember 2015 Tn. Arman pindah
bekerja di luar negeri yaitu di Liekong Ltd., sebuah perusahaan di Hong Kong. Gaji yang
diterima di Liekong Ltd. selama tahun 2015 sebesar 60 juta rupiah dengan dipotong pajak
3 juta rupiah.

7
Penyelesaian kasus:

Penghasilan dari dalam negeri 100.000.000

Penghasilan dari luar negeri 60.000.000

Jumlah penghasilan 160.000.000

Penghasilan Tidak Kena Pajak

- Diri WP 36.000.000
- Status kawin 3.000.000
- Tanggungan 3.000.000

Jumlah PTKP (K/I) 42.000.000

Penghasilan Kena Pajak 118.000.000

PPh terutang

5% x 50.000.000 = 2.500.000

15% x 68.000.000 = 10.200.000

Jumlah PPh Terutang 12.700.000

Kredit Pajak

- PPh Pasal 21 5.000.000


- PPh Pasal 24 3.000.000

Jumlah kredit pajak 8.000.000

PPh Kurang Bayar 4.700.000

Dari perhitungan tersebut maka Tn. Arman pada akhir tahun pajak akan punya kewajiban
menyetor PPh kurang bayar (PPh Pasal 29) sebesar Rp 4.747.500. atas pemenuhan kewajiban
tersebut Tn. Arman harus melaporkannya dalam SPT Tahunan PPh orang pribadi.

8
DAFTAR PUSTAKA

Anang Mury Kurniawan, Pajak Internasional Beserta Contoh Aplikasinya, Ghalia


Indonesia, 2015

Anda mungkin juga menyukai