Anda di halaman 1dari 5

PERTEMUAN VIII

PEMAJAKAN ATAS TENAGA KERJA INDONESIA (TKI)

A. Capaian Pembelajaran
Pada akhir semester mahasiswa diharapkan dapat menjadi Magister Hukum
yang memiliki pengetahuan atas hukum yang profesional dengan kemampuan
memahami dan menganalisa hukum pajak internasional secara mendalam, makna
penerapan pengaplikasian. Guna menjadikan hukum pajak internasional dirasakan
secara positif oleh masyarakat dan dapat digunakan secara tepat sasaran dalam
setiap kasus-kasus yang berkaitan dengan hubungan atara hukum pajak
internasional yang terjadi baik secara formil dan materil.

B. Tujuan Pembelajaran

Setelah PERTEMUAN ke-VIII Tentang PEMAJAKAN ATAS TENAGA


KERJA INDONESIA (TKI) ini usai, maka kemampuan yang diharapkan ada pada diri
mahasiswa yang mempelajari tentang pemajakan atas TKI, adalah :
1. Mampu menjelaskan mengenai pemajakan terhadap TKI.
2. Mampu menjelaskan aturan pemajakan terhadap TKI.

C. TKI Bekerja Di Luar Negeri Lebih Dari 183 Hari


Berdasarkan Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER - 2/PJ/2009 Pekerja
Indonesia di Luar Negeri yang bekerja di luar negeri lebih dari 183 (seratus delapan
puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) merupakan Subjek Pajak Luar
Negeri, sehingga atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Pekerja Indonesia di
Luar Negeri sehubungan dengan pekerjaannya di luar negeri dan telah dikenai pajak
di luar negeri, tidak dikenai Pajak Penghasilan di Indonesia. Namun dalam hal
Pekerja Indonesia di Luar Negeri tersebut menerima atau memperoleh penghasilan
dari Indonesia maka atas penghasilan tersebut dikenai Pajak Penghasilan sesuai
ketentuan yang berlaku.
Sebagai Ilustrasi diberikan contoh sebagai berikut
Tn Fanny seorang penduduk Indonesia telah terdaftar sebagai wajib pajak di KPP

68 | P a g e
Pratama Cibinong. Pada suatu waktu Tn Fanny menandatangani kontrak untuk
bekerja pada SLF Pte Ltd sebuah perusahaan dagang yang berlokasi di Singapura.
Di dalam kontrak disepakati bahwa Tn Fanny bekerja di Singapura selama 2 tahun
dengan mendapat gaji dari SLF Pte Ltd Rp 40.000.000/bulan dan dipotong pajak
sesuai ketentuan yang berlaku di Singapura. Tn Fanny berada di Singapura selama
300 hari tiap tahunnya, sisanya dihabiskan di Indonesia ketika mengambil cuti dan
hari raya idul fitri.

Dari kasus di atas Tn Fanny walaupun sudah memiliki NPWP karena bekerja
di luar negeri selama lebih dari 183 hari maka status subjek pajak Tn Fanny adalah
subjek pajak luar negeri. Sehingga atas penghasilan berupa gaji yang telah
dikenakan pajak di Singapura tersebut tidak akan dikenakan pajak di Indonesia.
Tn Rahmat seorang penduduk Indonesia telah terdaftar sebagai wajib pajak
di KPP Pratama Sleman. Pada suatu waktu Tn Rahmat menandatangani kontrak
untuk bekerja pada SAWIT PERMAI Sdn Bhd sebuah perusahaan perkebunan
kelapa sawit yang berlokasi di Malaysia. Di dalam kontrak disepakati bahwa Tn
Rahmat bekerja di Malaysia selama 2 tahun dengan mendapat gaji dari SAWIT
PERMAI Sdn Bhd Rp 40.000.000/bulan. Atas gaji tersebut telah dikenakan pajak
sesuai dengan ketentuan pajak penghasilan yang berlaku di Malaysia.
Dalam kenyataannya Tn Rahmat berada di Malaysia selama 300 hari tiap
tahunnya, sisanya pulang ke Indonesia ketika mengambil cuti dan liburan. Selama
bekerja di Malaysia rumah Tn Rahmat yang terletak di Jl Sudirman No. 1 Sleman
disewakan dengan penghasilan sewa sebesar Rp 50.000.000
Atas penghasilan gaji Tn Rahmat tidak akan dikenakan pajak di Indonesia,
karena Tn Rahmat berada di Indonesia kurang dari 183 hari (status wajib pajak luar
negeri), tapi karena Tn Rahmat memperoleh penghasilan dari Indonesia maka atas
penghasilan yang diperoleh dari Indonesia berupa penghasilan sewa rumah dikenai
Pajak Penghasilan sesuai ketentuan yang berlaku di Indonesia. Mengingat berstatus
sebagai subjek pajak luar negeri, maka atas penghasilan berupa sewa rumah akan
dikenakan sesuai pasal 26 UU PPh yaitu tarif 20% atau tarif sesuai P3B
Untuk kepentingan administrasi perpajakan Tenaga Kerja Indonesia yang
sebelumnya sudah terdaftar sebagai Wajib Pajak orang pribadi di Indonesia dan
memiliki NPWP berdasarkan SE - 89/PJ/2009 dapat dinyatakan sebagai Wajib Pajak
Non Efektif. Wajib Pajak Non Efektif (WP NE) adalah Wajib Pajak yang tidak
melakukan pemenuhan kewajiban perpajakannya baik berupa pembayaran maupun

69 | P a g e
penyampaian Surat Pemberitahuan Masa (SPT Masa) dan/atau Surat
Pemberitahuan Tahunan (SPT Tahunan) sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, yang nantinya dapat diaktifkan kembali.
Wajib Pajak yang memenuhi kriteria tersebut mengajukan permohonan
sebagai WP NE ke KPP, dengan melampirkan: fotokopi paspor dan kontrak kerja
atau dokumen yang menyatakan bahwa Wajib Pajak berada di luar negeri lebih dari
183 hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan. Permohonan perubahan status
WP NE akan diselesaikan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja setelah
permohonan diterima secara lengkap. Bagi Wajib Pajak yang telah mendapatkan
label “NE” tetap tercantum dalam Master File Wajib Pajak dengan ketentuan sebagai
berikut:
1. tidak diterbitkan Surat Teguran sekalipun Wajib Pajak tidak menyampaikan
SPT Masa atau SPT Tahunan;
2. tidak turut diawasi pembayaran masa/bulanannya dan tidak diterbitkan STP
atas sanksi administrasi karena tidak menyampaikan SPT;
Apabila TKI suatu saat tidak lagi bekerja di luar negeri dan kembali ke Indonesia
maka dapat mengajukan permohonan untuk diaktifkan kembali dan berubah status
menjadi Wajib Pajak efektif.

D. TKI Bekerja Di Luar Negeri Tidak Lebih Dari 183 Hari


Dalam hal tenaga kerja Indonesia bekerja di luar negeri kurang dari 183 hari,
maka statusnya masih sebagai wajib pajak dalam negeri. Kewajiban perpajakannya
akan sama dengan wajib pajak orang pribadi dalam negeri lainnya. Wajib pajak
tersebut akan dikenakan pajak menggunakan prinsip world wide income, yaitu
dikenakan pajak di Indonesia baik atas penghasilan yang diperoleh dari dalam negeri
maupun di luar negeri. Atas penghasilan yang dibayar, dipotong atau terutang di luar
negeri sesuai dengan pasal 24 UU PPh dapat dikreditkan di Indonesia.
Contoh :
Tn Arman (K/1) seorang penduduk Indonesia telah terdaftar sebagai wajib pajak di
KPP Pratama Cimahi. Selama bulan Januari sampai dengan September 2010 Tn
Arman bekerja pada PT INDOGARMEN sebuah perusahaan yang berkedudukan di
Indonesia. Gaji yang diterima dari PT INDOGARMEN selama tahun 2010 sebesar
Rp 100.000.000 dengan dipotong PPh pasal 21 sebesar Rp 10.000.000. Sejak bulan
Oktober sampai dengan Desember 2010 Tn Arman pindah bekerja di luar negeri,
yaitu pada LIEKONG Ltd sebuah perusahaan yang berkedudukan di Hongkong. Gaji

70 | P a g e
yang diterima dari LIEKONG Ltd selama tahun 2010 sebesar Rp 60.000.000 dengan
dipotong pajak Rp 5.000.000

Dalam kasus di atas Tn Arman berada di luar negeri selama 3 bulan atau
kurang dari 183 hari sehingga Tn Arman masih berstatus sebagai wajib pajak dalam
negeri. Maka baik penghasilan yang diterima dari Indonesia maupun dari Hongkong
semuanya anak dikenakan pajak di Indonesia. Atas pajak yang dibayar atau
dipotong di Hongkong dapat dikreditkan di Indonesia. Penghitungannya sebagai
berikut :
- Penghasilan dari dalam negeri 100.000.000
- Penghasilan dari luar negeri 60.000.000
Jumlah penghasilan 160.000.000
Penghasilan Tidak Kena Pajak
- diri WP 15.840.000
- status kawin 1.320.000
- tanggungan 1.320.000
Jumlah PTKP (K/1) 18.480.000
Penghasilan Kena Pajak 141.520.000
PPh Terutang
5% x 50.000.000 2.500.000
15% x 91.520.000 13.728.000
Jumlah PPh Terutang 16.228.000
Kredit Pajak
- PPh Pasal 21 10.000.000
- PPh Pasal 24 5.000.000
Jumlah kredit pajak 15.000.000
PPh Kurang Bayar 1.228.000

Dari penghitungan tersebut maka Tn Arman pada akhir tahun pajak akan
punya kewajiban menyetor PPh kurang bayar (PPh pasal 29) sebesar Rp 1.228.000.
Atas pemenuhan kewajiban tersebut Tn Arman harus melaporkannya dalam SPT
Tahunan PPh Orang Pribadi
E. Latihan Soal/Tugas
1. Jelaskan mengenai pemajakan terhadap TKI.
2. Jelaskan aturan pemajakan terhadap TKI.

71 | P a g e
F. Referensi

Anastasia Diana & Lilis Setiawati, 2014. Perpajakan Teori dan Peraturan Terkiti,
Yogyakarta : Penerbit Andi.

Russel Butarbutar, 2017, Hukum Pajak Indonesia dan Internasional (P3B/Tax Treaty,
Transfer Pricing, Tax Avoidance, Tax Evasion, Tax Amnesty), Bekasi : Gramata
Publishing.

Susanto, S. (2017). KEPASTIAN HUKUM INVESTASI MENURUT UNDANG


UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL
DAN PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN
DAN TATA CARA PERIZINAN DAN NON PERIZINAN PENANAMAN
MODAL (Studi Kasus PT. Tunas Mandiri Lumbis). jURNAL SURYA
KENCANA DUA DINAMIKA MASALAH HUKUM DAN KEADILAN, 3(1).
Susanto, S. (2019). EKSEKUSI PUTUSAN TANPA HADIRNYA TERGUGAT
(Studi Kasus CV. Global Mandiri Sejahtera). Rechtsregel: Jurnal Ilmu
Hukum, 1(2).

72 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai