Anda di halaman 1dari 5

Pemajakan Ekspatriat

Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Ekspatriat

A. Pendahuluan

Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, salah satu upaya yang dilakukan pemerintah
adalah menarik investasi Asing ke Indonesia. Selain membawa modal, keahlian dan teknologi,
investasi asing juga dapat menyerap tenaga kerja baik tenaga kerja lokal maupun tenaga kerja
asing atau yang kita kenal dengan ekspatriat.

Dari sudut pandang perpajakan, investasi asing tidak hanya meningkatkan penerimaan negara
dari Pajak Penghasilan Badan, namun peningkatan penerimaan negara juga dapat berasal dari
PPh Orang Pribadi, khususnya penghasilan ekspatriat yang umumnya jauh lebih tinggi dari
tenaga kerja lokal.

Siapa yang Dimaksud dengan Pegawai Ekspatriat?

Kata “expatriate” diambil dari Bahasa Latin “ex” yang berarti luar dan “patria” yang berarti
negara atau ibu pertiwi. Maka, ekspatriat dapat disebut sebagai seseorang yang tinggal
sementara atau menetap di luar negara di mana ia dilahirkan dan dibesarkan. Dalam hal ini,
pegawai ekspatriat adalah orang dengan kewarganegaraan asing yang tinggal di Indonesia.
Biasanya, mereka berada di sini karena memiliki tugas negara atau adanya tujuan profesional.

Ekspatriat dapat berstatus sebagai Subjek Pajak Luar Negeri atau sebagai Subjek Pajak Dalam
Negeri. Hak dan Kewajiban Perpajakan terkait penetapan status ini tentunya memiliki
perbedaan mulai dari tarif pajak yang dikenakan, hak mendapatkan pengurangan berupa PTKP
hingga kewajiban penyampaian SPT.

B. Pembahasan

Pajak Penghasilan dikenakan atas penghasilan yang diterima oleh subjek pajak. Dalam
menentukan aspek pajak terhadap ekspatriat terlebih dahulu ditentukan apakah ekspatriat
sebagai subjek pajak luar negeri ataupun subjek pajak dalam negeri. Dalam Undang-Undang
Pajak Penghasilan, yang dimaksud dengan subjek pajak dalam negeri adalah orang pribadi yang
bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus
delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang
dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di
Indonesia. Sedangkan, subjek pajak luar negeri adalah orang pribadi yang tidak bertempat
tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus
delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

Ekspatriat Berstatus Subjek Pajak Luar Negeri

Untuk ekspatriat yang berstatus sebagai subjek pajak luar negeri atas penghasilan yang diterima
dikenakan Pajak Penghasilan Pasal 26. Berdasarkan pasal 26 Undang-Undang Pajak Penghasilan,
pemotongan yang dilakukan oleh pemotong pajak, yaitu pihak yang melakukan pembayaran
atas penghasilan tersebut (pemberi kerja), berupa pajak penghasilan yang dipotong sebesar
20% dari jumlah bruto.

Adapun penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh 26 adalah sebagai berikut:

a. Dividen
b. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan, sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang
c. Royalti, sewa dan penghasilan lain, sehubungan dengan pengunaan harta
d. Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan dan kegiatan
e. Hadiah dan penghargaan
f. Pensiun dan pembayaran berkala lainnya
g. Premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya
h. Keuntungan karena pembebasan utang

Pajak yang dipotong tersebut bersifat final. Ekspatriat dengan status Wajib Pajak luar negeri
tidak punya kewajiban memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan tidak punya kewajiban
melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT). Dalam hal ekspatriat memiliki Surat Keterangan
Domisili (SKD) dari negara mitra P3B maka dikenakan tarif sesuai Perjanjian Penghindaran Pajak
Berganda (P3B).

Dari mana didapatkan PPh 26?

Sesuai UU No 36 Tahun 2008, tarif pajak penghasilan PPh 26 secara umum adalah 20%, baik
yang dikenakan terhadap penghasilan bruto maupun perkiraan penghasilan neto.

Namun, tarif pajak untuk ekspatriat dari negara-negara yang menandatangani traktat pajak (tax
treaty) atau yang dikenal sebagai Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) dengan
Indonesia, berlaku tarif PPh 26 khusus, yang biasanya lebih rendah dari tarif normal.

Dengan demikian, rumus perhitungan PPh 26 warga negara asing adalah:

Penghasilan Bruto x 20%

atau

Penghasilan Bruto x Tarif Tax Treaty

Aspek Pajak Penghasilan atas orang pribadi atau badan luar negeri yang berubah status
menjadi Wajib Pajak dalam negeri

Pada prinsipnya pemotongan pajak atas Wajib Pajak luar negeri adalah bersifat final, tetapi atas
penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b dan huruf c UU PPh, dan
atas penghasilan Wajib Pajak orang pribadi atau badan luar negeri yang berubah status menjadi
Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, pemotongan pajaknya tidak bersifat final
sehingga potongan pajak tersebut dapat dikreditkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan.

Contoh Kasus :

Mr James sebagai tenaga asing orang pribadi membuat perjanjian kerja dengan PT Nusantara
Abadi sebagai Wajib Pajak dalam negeri untuk bekerja di Indonesia untuk jangka waktu 5 (lima)
bulan terhitung mulai tanggal 1 Januari 2016. Pada tanggal 20 April 2016 perjanjian kerja
tersebut diperpanjang menjadi 8 (delapan) bulan sehingga akan berakhir pada tanggal 31
Agustus 2016.

Jika perjanjian kerja tersebut tidak diperpanjang, status Mr James adalah tetap sebagai Wajib
Pajak luar negeri. Dengan diperpanjangnya perjanjian kerja tersebut, status Mr James berubah
dari Wajib Pajak luar negeri menjadi Wajib Pajak dalam negeri terhitung sejak tanggal 1 Januari
2016. Selama bulan Januari sampai dengan Maret 2016 atas penghasilan bruto Mr James telah
dipotong Pajak Penghasilan Pasal 26 oleh PT Nusantara Abadi.

Untuk menghitung Pajak Penghasilan yang terutang atas penghasilan Mr James untuk masa
Januari sampai dengan Agustus 2016, Pajak Penghasilan Pasal 26 yang telah dipotong dan
disetor PT Nusantara Abadi atas penghasilan Mr James sampai dengan Maret tersebut, dapat
dikreditkan terhadap pajak Mr James sebagai Wajib Pajak dalam negeri.

C. Penutup

Dalam mengenakan pajak penghasilan kepada ekspatriat terlebih dahulu harus dilihat kondisi
subjek pajaknya. Kondisi subjek pajak menentukan dalam jenis pemotongan PPh yang
dikenakan. Untuk ekspatriat yang berstatus sebagai subjek pajak luar negeri maka dikenakan
PPh Pasal 26, sedangkan untuk ekspatriat yang berstatus sebagai subjek pajak dalam negeri
maka dikenakan PPh sesuai ketentuan perpajakan domestik yaitu UU PPh sesuai jenis
penghasilan yang diterima. Atas penghasilan Wajib Pajak orang pribadi atau badan luar negeri
yang berubah status menjadi Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, pemotongan
pajaknya tidak bersifat final sehingga potongan pajak tersebut dapat dikreditkan dalam Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan.

D. Referensi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER - 32/PJ/2015 Tentang Pedoman Teknis Tata Cara
Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak
Penghasilan Pasal 26 Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi

Anda mungkin juga menyukai