Anda di halaman 1dari 4

UNIVERSITAS TERBUKA

TUGAS 1
PAJA3332

NAMA : RIKA OCTAVIA


NIM : 048668731
Tugas 1.

PPh pasal 26 UU Pajak Penghasilan berdasarkan UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan


mengatur pajak penghasilan yang dikenakan/dipotong atas penghasilan yang bersumber dari
Indonesia yang diterima atau diperoleh Subjek Pajak Luar Negeri selain Bentuk Usaha Tetap
(BUT) di Indonesia.
Jelaskan :

1. Apa perbedaan subyek pajak dalam negeri dan subyek pajak luar negeri ?

Jawab: Subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang ditetapkan oleh peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Namun, perlu diketahui bahwa hak dan kewajiban subjek
pajak berbeda-beda.

Subjek Pajak Dalam Negeri


Subjek pajak dalam negeri ditentukan berdasarkan domisili pendiriannya atau lamanya suatu
aktivitas bisnis dilakukan di Indonesia.
Subjek pajak dalam negeri bisa berupa orang perorangan, badan dan warisan yang belum
dibagi. Jika orang perorangan lahir di Indonesia atau telah tinggal selama lebih dari 183 hari
dalam jangka waktu 12 bulan, atau berniat untuk tinggal lama di Indonesia, dia dapat disebut
sebagai subjek pajak pribadi dalam negeri.
Begitu juga dengan badan. Suatu badan dapat disebut sebagai subjek pajak dalam negeri
ketika didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia selama lebih dari 183 hari. Namun,
unit tertentu dari badan pemerintah yang dibentuk berdasarkan peraturan perundang-
undangan atau pembiayaannya bersumber dari APBN/APBDdikecualikan dari ketentuan ini.
Badan yang dikecualikan tersebut diatur oleh ketentuan subjek pajak khusus di bawah
kebijakan pemerintah pusat atau daerah. Contoh dari badan yang dikecualikan tersebut
adalah BUMN/BUMD.
Sementara itu, warisan yang belum terbagi dinyatakan sebagai subjek pajak dalam negeri
karena menggantikan satu kesatuan dari pewaris, mendapat perlindungan hukum Indonesia
dan melakukan aktivitas ekonomi di Indonesia.

Subjek Pajak Luar Negeri


Subjek pajak luar negeri mencakup orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia,
orang pribadi yang berada di Indonesia tapi tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan dan badan usaha tetap yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia namun menjalankan usaha atau melakukan kegiatan bisnis di Indonesia.
Perbedaan yang penting antara subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar
negeri terletak dalam pemenuhan kewajiban pajaknya, antara lain:
A. Subjek pajak dalam negeri dikenai pajak atas penghasilan baik yang diterima atau
diperoleh dari Indonesia maupun dari luar Indonesia. Sedangkan subjek pajak luar negeri
dikenai pajak hanya atas penghasilan yang berasal dari sumber penghasilan di Indonesia.

B. Subjek pajak dalam negeri dikenai pajak berdasarkan penghasilan neto dengan tarif
umum. Sedangkan subjek pajak luar negeri dikenai pajak berdasarkan penghasilan bruto
dengan tarif pajak sepadan alias tarif tunggal terhadap semua objek pajak berapa pun
nilainya.

C. Subjek pajak dalam negeri wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT )
Pajak Penghasilan sebagai sarana untuk menetapkan pajak yang terutang dalam suatu tahun
pajak. Sedangkan subjek pajak luar negeri tidak menyampaikan SPT Pajak Penghasilan
karena kewajiban pajaknya dipenuhi melalui pemotongan pajak yang bersifat final.

Sumber referensi:
https://www.online-pajak.com/tentang-pajak/subjek-pajak
BMP modul PAJA3332

2. Bagaimana menghitung PPh pasal 26

Jawab: Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, PPh Pasal 26 merupakan pajak
yang dikenakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri dari
Indonesia selain bentuk usaha tetap (BUT) yang berada di Indonesia.

Perhitungan PPh Pasal 26 adalah perhitungan pajak penghasilan yang dipotong oleh pihak
yang membayar penghasilan kepada penerima penghasilan yang tidak memiliki NPWP
(Nomor Pokok Wajib Pajak) atau memiliki NPWP tetapi penghasilannya tidak terkena
pemotongan PPh Pasal 21.

Berikut langkah-langkah umum dalam menghitung PPh Pasal 26:


1. Tentukan Besarnya Penghasilan Bruto: Penghasilan bruto adalah jumlah total
penghasilan sebelum dipotong pajak. Ini bisa berupa gaji, honor, atau penghasilan
lainnya.
2. Kurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP): Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP) adalah jumlah penghasilan yang tidak dikenai pajak. Untuk PPh Pasal 26, PTKP
tidak diberlakukan.
3. Hitung PPh Pasal 26: PPh Pasal 26 dihitung dengan mengalikan tarif pajak yang berlaku
dengan jumlah penghasilan bruto. Tarif pajak yang berlaku untuk PPh Pasal 26 biasanya
adalah 20% dari penghasilan bruto.
Formula: PPh Pasal 26 = Penghasilan Bruto × Tarif Pajak (20%)
4. Pemotongan Pajak: Setelah PPh Pasal 26 dihitung, pihak yang membayar penghasilan
akan memotong jumlah pajak tersebut dari penghasilan yang dibayarkan kepada
penerima penghasilan. Jadi, jumlah yang diterima oleh penerima penghasilan adalah
penghasilan bruto dikurangi PPh Pasal 26.
Perlu diingat bahwa tarif pajak dan aturan perpajakan bisa berbeda di setiap negara. Oleh
karena itu, pastikan untuk merujuk pada peraturan dan tarif yang berlaku di negara Anda.
Juga, jika Anda tidak yakin tentang perhitungan pajak Anda, disarankan untuk berkonsultasi
dengan seorang ahli perpajakan atau lembaga pajak yang kompeten.

Sumber referensi:
BMP modul PAJA3332
https://www.pajak.com/pajak/definisi-tarif-dan-ketentuan-perhitungan-pph-pasal-26/
3. Siapa pemotongnya?

Jawab: Subjek pajak pemotong PPh pasal 26 wajib dilakukan oleh:


1. Badan pemerintah.
2. Subjek pajak dalam negeri.
3. Penyelenggara kegiatan.
4. BUT.
5. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya yang melakukan pembayaran kepada Wajib
Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap.

Sumber referensi:
https://www.pajak.com/pajak/definisi-tarif-dan-ketentuan-perhitungan-pph-pasal-26/

4. Jenis penghasilan yang merupakan obyek PPh pasal 26

Jawab: Objek PPh 26 atau Pajak Penghasilan Pasal 26 di antaranya:


1. Dividen
2. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang
3. Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
4. Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
5. Hadiah dan penghargaan
6. Pensiun dan pembayaran berkala lainnya
7. Premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya
8. Keuntungan karena pembebasan utang
9. Penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di Indonesia, kecuali yang diatur dalam
Pasal 4 ayat (2)
10. Pengalihan dari penjualan atau pengalihan saham
11. Penghasilan berupa premi asuransi

Anda mungkin juga menyukai