Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PAJAK PENGHASILAN UMUM

Disusun Oleh
Kelompok 2 :

1. GHANI FIRJA ANSHARI (190304245)


2. SERLY YOLANDA PUTRI (190304248)
3. M. ZAKI MAULANA LUBIS (190304250)
4. LATIFA NABILA (190304251)
5. FANNYTA PUTRI HAZRA (190304261)

PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
TP. 2022/2023
PAJAK PENGHASILAN UMUM

A. Definisi Pajak Penghasilan

Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan atas objek Pajak


Penghasilan sebagaimana diatur pada Undang-Undang Pajak Penghasilan. PPh
atau pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau
badan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu tahun pajak.
Penghasilan yang dimaksud dapat berupa keuntungan usaha, gaji, honorarium,
hadiah, dan yang lainnya. Seperti diketahui bahwa pajak penghasilan awalnya
diterapkan pada perusahaan perkebunan yang menyebar dan banyak didirikan di
Indonesia. Namun saat ini, pajak penghasilan (PPh) merupakan pajak yang
dibebankan atas suatu penghasilan yang diterima oleh Wajib Pajak, baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar negeri. Penghasilan yang dimaksud
meliputi usaha, gaji, hadiah, honorarium, dan lain sebagainya.

B. Dasar Hukum Pajak Penghasilan

Penetapan subjek PPh tersebut bukan tanpa landasan hukum yang jelas. Sebaliknya,
subjek PPh tersebut sudah diatur menggunakan dasar hukum yang jelas. Dasar hukum
yang pertama yaitu Undang-undang Pajak Penghasilan No. 36 tahun 2008 tentang PPh.
Kedua, dasar hukum yang mengatur subjek PPh yaitu Peraturan MenKeu No.
215/PMK.03/2008 yang mengatur tentang Penetapan Organisasi-Organisasi
Internasional dan Pejabat-Pejabat Perwakilan Organisasi Internasional yang Tidak
Termasuk Subjek Pajak Penghasilan.

C. Subjek Pajak Penghasilan

Subjek pajak penghasilan adalah badan atau perorangan yang wajib membayar
pajak karena sudah dikenakan pajak dari negara. Subjek pajak juga dibagi menjadi 4
jenis atau bagian. Berdasarkan domisilinya, subjek pajak terbagi menjadi dua yakni
pajak penghasilan dalam negeri dan pajak penghasilan luar negeri. Sedangkan, 4
kategori tersebut yaitu orang pribadi, warisan, badan, dan juga BUT (badan usaha
tetap). Secara singkat, subjek pajak orang pribadi adalah semua warga negara Indonesia
ataupun warga negara asing yang bertempat tinggal di Indonesia ataupun bertempat
tinggal di luar negeri, namun mempunyai penghasilan dari Indonesia. Sedangkan,
subjek pajak badan adalah semua badang yang telah berkembang dan berdiri di
Indonesia. Akan tetapi, badan non-komersial dan badan yang biayanya berasal dari
APBN/APBD tidak termasuk dalam subjek pajak badan. Selanjutnya, subjek pajak
warisan yang belum dibagi adalah semua pewaris yang nantinya menurunkan atau
membagikan harta warisannya. Maka, pewaris tersebut wajib untuk melakukan
pendaftaran terkait harta benda tersebut serta membayar pajak berdasarkan ketentuan
yang berlaku. Badan Usaha Tetap adalah gedung, kantor, bengkel, pabrik, dan bentu
usaha tetap lainnya yang dibangung oleh WNA ataupun WNI yang tinggal di wilayah
Indonesia. Subjek PPh orang pribadi dibagi menjadi dua jenis pajak penghasilan, yakni
subjek PPh dalam negeri dan subjek PPh luar negeri.

1. Subjek PPh Dalam Negeri


Subjek pajak orang pribadi dalam negeri merupakan seluruh warga negara
Indonesia atau warga negara asing yang mendapatkan pendapatan dari Indonesia.
Selain itu, WNA atau WNI tersebut sudah berdomisili di wilayah Indonesia selama
lebih dari 183 hari dalam kurun waktu 12 bulan. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa
bukan seluruh WNI atau WNA yang harus membayar pajak. Melainkan, WNI atau
WNA yang memenuhi persyaratan dalam pengertian di atas dan memiliki penghasilan
lebih dari Rp54 juta dalam setahun.

2. Subjek PPh Luar Negeri

Subjek pajak luar negeri orang pribadi yaitu orang yang tidak bertempat tinggal
di Indonesia dan hanya tinggal selama kurang dari 183 hari dalam satu tahun dan
mendapatkan pendapatan dari Indonesia. Contoh subjek PPh orang pribadi luar negeri
yaitu orang yang ada di luar negeri dan memiliki usaha di Indonesia, namun pulang-
pergi atau tidak menetap.

Subjek Pajak Penghasilan Badan

Jenis subjek pajak berikutnya adalah yaitu subjek PPh badan yang terbagi dalam
dua bagian, yakni dalam negeri dan luar negeri.

• Subjek PPh Badan Dalam Negeri

Subjek PPh badan dalam negeri adalah seluruh perusahaan yang aktivitas bisnisnya
berada di Indonesia. Jadi, sederhananya adalah semua perusahaan yang berdiri dan
mendapatkan pendapatan di Indonesia maka termasuk dalam subjek PPh badan dalam
negeri. Dengan demikian, perusahaan tersebut wajib membayar pajak penghasilan
kepada negara. Kewajiban perpajakan badan berakhir ketika dibubarkan atau tidak lagi
bertempat kedudukan di Indonesia. Setiap badan usaha dikategorikan sebagai subjek
pajak penghasilan badan dalam negeri saat didirikan atau bertempat kedudukan di
Indonesia. Tapi, ada sejumlah pengecualian objek pajak penghasilan yang bisa
membuat sebuah badan pemerintahan tidak dikenakan pajak penghasilan.
• Subjek PPh Badan Luar Negeri

Subjek PPh badan luar negeri yaitu setiap badan usaha yang tidak didirikan dan
bertempat di wilayah Indonesia, tapi memiliki aktivitas bisnis dan mendapatkan
pendapatan dari Indonesia. Sebagai contoh, badan PPh badan luar negeri yaitu sebuah
perusahaan X yang bertempat di Amerika dan tidak mempunyai kantor di wilayah
Indonesia, namun ada karyawan yang datang ke Indonesia secara berkala dengan tujuan
untuk memperoleh penghasilan. Jenis badan atau perusahaan seperti itulah yang
dikenakan pajak penghasilan badan luar negeri.

Subjek Pajak Penghasilan Warisan

Contoh warisan yang masuk dalam kategori ini adalah rumah, kantor, ruko, atau jenis properti
lainnya yang bisa disewakan dan berpotensi menghasilkan pendapatan. Pelaksanaan wajib
pajak ini dapat diwakilkan oleh pelaksana wasiat, ahli waris, atau pengurus warisan.

Subjek Pajak Penghasilan Badan Usaha Tetap

Badan Usaha Tetap merupakan seluruh aset yang berbentuk gedung, tanah, mesin, gudang,
peralatan, dan agen peralatan otomatis atau agen elektronik yang bertujuan mendapatkan
penghasilan melalui aktivitas usaha dari internet. Untuk tempatnya, BUT bisa bertempat di
Indonesia maupun tidak.

Contoh subjek pajak penghasilan BUT yaitu kantor perwakilan, cabang perusahaan, bengkel,
pabrik, gedung kantor, ruang promosi penjualan, gudang, dan masih banyak lainnya. Jadi, jika
jenis usaha Anda termasuk salah satu dari subjek PPh BUT tersebut, maka dikenakan pajak
penghasilan dan wajib membayarnya.

D. Objek Pajak Penghasilan

Objek pajak adalah penghasilan atau tambahan kemampuan ekonomis yang


diterima wajib pajak. Secara sederhana objek pajak adalah Penghasilan yang
dikenakan pajak. Objek pajak atas pajak penghasilan atau PPh secara garis besar bisa
dikelompokkan menjadi:

• Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan


• Hadiah dari undian
• Laba usaha
• Keuntungan dari penjualan
• Bunga
• Dividen
• Royalti
• Sewa
• Penerimaan pembayaran berkala
• Keuntungan dari pembebasan utang
• Keuntungan dari selisih kurs mata uang asing
• Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva
• Premi asuransi
• Iuran perkumpulan
• Tambahan kekayaan yang belum dikenakan pajak
• Penghasilan dari usaha industri
• Imbalan bunga
• Surplus Bank Indonesia

E. Objek Pajak Penghasilan Bentuk Usaha Tetap

Bentuk usaha tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang dipergunakan subjek pajak
luar negeri (non-resident taxpayer) baik orang pribadi (nature person) atau badan (legal
person) untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia. Merujuk Pasal
2 Ayat (5) Undang-Undang (UU) Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan,
bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang
tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih
dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
di Indonesia.Batasan waktu sebanyak 183 hari dalam satu tahun diterapkan apabila
anatara Indonesia dan negara asal perusahaan tersebut tidak memiliki tax
traety atau Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B).Akan tetapi, apabila
antara Indonesia dengan negara asal perusahaan tersebut terdapat tax treaty atau P3B
maka batasan waktu sebagai BUT yang berlaku mengikuti perjanjian yang disepakati
kedua negara tersebut. Undang-Undang Pajak Penghasilan (UU PPh) telah mengalami
perubahan sebanyak empat kali, yang mana Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1983 menjadi regulasi induk dari perubahan yang telah dibuat. Sementara, UU 36/2008
merupakan perubahan keempat atau terbaru bagi kiblat perpajakan penghasilan di
negeri ini.

Pada Pasal 2 Ayat (5) UU 36/2008, pemerintah menyebutkan bahwa bentuk usaha tetap
yang menjadi subjek pajak penghasilan terdiri saat ini dari 16 bentuk usaha, yakni:

1. Tempat kedudukan manajemen.


2. Cabang perusahaan.
3. Kantor perwakilan.
4. Gedung kantor.
5. Pabrik.
6. Bengkel.
7. Gudang.
8. Ruang untuk promosi dan penjualan.
9. Pertambangan dan penggalian sumber alam.
10. Wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi.
11. Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan
12. Proyek konstruksi, instalasi, atau perakitan.
13. Pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau oleh orang lain,
sepanjang dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12 bulan.
14. Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas.
15. Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau
menanggung risiko di Indonesia.
16. Komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau
digunakan oleh penyelenggara transaksi eklektronik untuk menjalankan
kegiatan usaha melalaui internet.
Revisi UU terbaru tentang PPh ini juga menegaskan bahwa BUT merupakan subjek
pajak yang perlakuan perpajakannnya dipersamakan dengan subjek pajak badan. Hal
ini tertuang dalam Pasal 2 ayat (1a) yang baru saja ditambahakn dalam pasal 2 antara
ayat 1 dan 2.

F. Pengurangan Penghasilan

Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk
usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk:

1. biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha,
antara lain: biaya pembelian bahan; biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa
termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan
dalam bentuk uang; bunga, sewa, dan royalti; biaya perjalanan; biaya pengolahan
limbah; premi asuransi; biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; biaya administrasi; dan pajak kecuali
Pajak Penghasilan;
2. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas
pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 (satu) tahun;
3. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan;
4. kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan
dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan;
5. kerugian selisih kurs mata uang asing;
6. biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia;
7. biaya beasiswa, magang, dan pelatihan;
8. piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat telah dibebankan
sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial; Wajib Pajak harus menyerahkan
daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan telah
diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi
pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis
mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang
bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau
adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah
utang tertentu. Syarat telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus;
atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah
utang tertentu tidak berlaku untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil
yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan;
9. sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya
diatur dengan Peraturan Pemerintah;
10. sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di
Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
11. biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah;
12. sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah; dan
13. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan Biaya tersebut diatas didapat kerugian,
kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutnya
berturut-turut sampai dengan 5 (lima) tahun.

G. Menghitung Pajak Penghasilan

Perhitungan pajak penghasilan (PPh) yang diterapkan dengan ketentuan sebagai berikut:

• PKP kurang dari Rp50.000.000 dikenai tarif pajak sebesar 5%


• PKP antara Rp50.000.000 -- Rp250.000.000 dikenai tarif pajak sebesar 15%
• PKP antara Rp250.000.000 -- Rp500.000.000 dikenai tarif pajak sebesar 25%
• PKP di atas Rp500.000.000 dikenai tarif pajak 30%

Langkah selanjutnya dalam perhitungan pajak penghasilan yaitu dengan mengalikan


antara PKP yang sudah diperoleh dengan persentase sesuai ketentuan. Hasil perkalian
tersebut adalah PPh yang wajib dibayarkan dalam periode satu tahun. Untuk lebih
memudahkan Anda dalam perhitungan pajak penghasilan, silahkan simak simulasi
perhitungan pajak penghasilan atau PPh berikut ini:

Aditia merupakan seorang kepala keluarga dengan satu anak. Aditia bekerja di salah
satu perusahaan swasta. Penghasilan bruto (kotor) yang terdiri dari gaji, tunjangan, dan
pembayaran lain adalah senilai Rp100.000.000. Aditia membayar iuran pensiun dan
tunjangan hari tua senilai Rp2.000.000 setiap bulan. Maka, berikut perhitungan pajak
penghasilan yang harus dibayar oleh Aditia.

1. Hitung penghasilan bersih (Penghasilan Bruto - beban tanggungan) Rp100.000.000 -


Rp2.000.000 = Rp98.000.000
2. Hitung PTKP (PTKP = Pribadi + Istri + Anak) Rp54.000.000 + Rp4.500.000 +
Rp4.500.000 = Rp63.000.000
3. Hitung PKP (PKP = Penghasilan bersih - PTKP) Rp98.000.000 - Rp63.000.000 =
Rp35.000.000
4. Hitung PPh (PKP x Persentase PPh) Karena PKP Aditia kurang dari Rp50.000.000,
maka pajak yang harus ia bayarkan adalah 5% dari PKP-nya Rp35.000.000 x 5% =
Rp1.750.000
5. Maka, PPh yang harus dibayarkan Aditia selama setahun adalah sebesar Rp1.750.000.

H. Pelunasan Pajak Penghasilan

Pelunasan pajak sebagaimana dimaksud dilakukan untuk setiap bulan atau masa
lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Pada dasarnya pelunasan pajak dalam
tahun berjalan dilakukan untuk setiap bulan, namun Menteri Keuangan dapat
menentukan masa lain, seperti saat dilakukannya transaksi atau saat diterima atau
diperolehnya penghasilan, sehingga pelunasan pajak dalam tahun berjalan dapat
dilaksanakan dengan baik. Pelunasan pajak sebagaimana dimaksud merupakan
angsuran pajak yang boleh dikreditkan terhadap Pajak Penghasilan yang terutang untuk
tahun pajak yang bersangkutan, kecuali untuk penghasilan yang pengenaan pajaknya
bersifat final.

Kredit pajak adalah jumlah pembayaran pajak yang telah dibayar oleh wajib pajak,
setelah ditambah dengan pajak yang dipungut oleh pihak lain dan dikurangkan dari
seluruh pajak terhutang termasuk apabila ada jumlah pajak atas penghasilan yang
terhutang di luar negeri. Pelunasan pajak dalam tahun pajak berjalan merupakan
angsuran pembayaran pajak yang nantinya boleh diperhitungkan dengan cara
mengkreditkan terhadap Pajak Penghasilan yang terutang untuk tahun pajak yang
bersangkutan.

Dengan pertimbangan kemudahan, kesederhanaan, kepastian, pengenaan pajak


yang tepat waktu, dan pertimbangan lainnya, maka dapat diatur pelunasan pajak dalam
tahun berjalan yang bersifat final atas jenis-jenis penghasilan tertentu seperti dimaksud
dalam Pasal 21, Pasal 22, dan Pasal 23. Pajak Penghasilan yang bersifat final tersebut
tidak dapat dikreditkan dengan Pajak Penghasilan yang terutang.

Anda mungkin juga menyukai