Anda di halaman 1dari 88

PPh I

(PPh Orang Pribadi)


Silabus Pengajaran
1. - Definisi Orang Pribadi ( Kegiatan Usaha/Pekerjaan bebas/Pegawai)
- Prinsip Perpajakan-Menentukan Orang Pribadi
- Prinsip UU PPh Menentukan OP sebagai subyek pajak dalam negeri dan subyek pajak luar
negeri
 Definisi Domisili Fiskal atau Residen Fiskal

 Keluarga sebagai Subyek Pajak Orang Pribadi

2. - Definisi Penghasilan
- Pengelompokan Penghasilan (Final & Non Final)
- Contoh –Contoh Penghasilan
-Penghasilan yang Dikecualikan sebagai obyek Pajak

3. - Saat Timbulnya Utang PPh dan Saat Pemajakannya ( PPh 25 & PPh 29)
- Sistem Self Assesment ( Menghitung, Membayar dan Menyetor)
- Penghitungan Pajak Penghasilan ( Norma & Pembukuan)
Silabus Pengajaran
4. - Unsur-Unsur Pernghitungan PPh Terutang :
 Penghasilan Netto

 Zakat

 Kompensasi Kerugian

 PTKP

 Tarif Pajak ( PPh Terutang )

 Kredit Pajak

5. Perhitungan PPh Terutang bagi WP OP Usahawan dan aplikasi pada SPT Tahunan:
 Penghasilan Bruto

 Norma Penghitungan Penghasilan Netto

 Penghasilan Netto

 PTKP

 PPh Terutang

 Kredit Pajak
Silabus Pengajaran
6. Perhitungan PPh Terutang bagi WP OP Yang Melakukan Pekerjaan Bebas dan Aplikasi
pada SPT Tahunan :
 Penghasilan Bruto

 Norma Penghitungan Penghasilan Netto

 Penghasilan Netto

 PTKP

 PPh Terutang

 Kredit Pajak

7. Perhitungan PPh Terutang bagi WP OP Karyawan dan Aplikasi pada SPT Tahunan:
 Penghasilan Bruto

 Norma Penghitungan Penghasilan Netto

 Penghasilan Netto

 PTKP

 PPh Terutang
 Kredit Pajak
DASAR HUKUM
 UU No. 28 Tahun 2007 (KUP)
 UU No. 36 Tahun 2008 ( Pajak
Penghasilan )
 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor
KEP-536/PJ/2000 tentang Norma
Penghitungan Penghasilan Netto
DEFINISI SUBJEK PAJAK

Yaitu pihak yg menjadi sasaran atau dimaksud oleh UU utk membayar pajak atau
memikul beban pajak.

Orang pribadi Manusia yg masih hidup

Dasar Subyek pajak Warisan yang belum terbagi


PPh
Badan PT, CV, BUMN, BUMD, firma, kongsi,dsb

BUT

 4 pihak yg mjd sasaran UU utk memikul beban PPh sesuai UU PPh pasal 2 ayat (1)
1. a. Orang pribadi
b. Warisan yg belum terbagi sbg satu kesatuan menggantikan yg berhak
2. Badan
3. Bentuk usaha tetap
Kewajiban Subyek Pajak Dalam Negeri

Subyek Pajak Luar Negeri

Subyek Pajak Orang


Pribadi

Jenis Melakukan Kegiatan Usaha /


Pekerjaan Bebas

Karyawan /Pegawai
Prinsip UU PPh menentukan orang pribadi sbg subjek pajak dalam negeri dan
subyek pajak luar negeri

• UU PPh menentukan jika orang pribadi yg berdomisili di Indonesia adalah subyek


pajak orang pribadi dalam negeri (asas domisili bukan asas kewarganegaraan).
Orang pribadi yg tidak berdomisili di Indonesia bukan subyek pajak karena tidak
tunduk pd hukum pajak yg berlaku di Indonesia.

• Orang pribadi yg tidak berdomisili di Indonesia akan tunduk pada hukum pajak
Indonesia jika:
1.Orang pribadi yg tidak berdomisili di Indonesia melakukan kegiatan/ menjalankan
usaha di Indonesia melalui bentuk usaha tetap di Indonesia( asas bentuk usaha
tetap). Orang pribadi tsb mjd subjek pajak orang pribadi luar negeri bentuk usaha
tetap/ subyek pajak BUT.

2.Orang pribadi yg tidak berdomisili di Indonesia menerima/ memperoleh penghasilan


yg bersumber dari Indonesia (asas sumber) tanpa melalui bentuk usaha tetap
Indonesia. Orang pribadi tsb mjd subyek pajak orang pribadi luar negeri selain
bentuk usaha tetap (subyek pajak orang pribadi luar negeri selain BUT)
Definisi domisili fiskal atau residen fiskal

Residen Indonesia ( berdomisili Indonesia)


Domisili/ residen fiskal

Bukan residen Indonesia ( tidak berdomisili Indonesia)

 Syarat orang pribadi sbg residen Indonesia :


1. Bertempat tinggal/ menetap di Indonesia
2. Berada di Indonesia >183 hari dlm jangka waktu 12 bulan
3. Dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat utk bertempat
tinggal di Indonesia

 Seseorang bukan sbg residen fiskal Indonesia, jika :


1. Tidak bertempat tinggal/ tidak menetap di Indonesia
2. Berada di Indonesia <183 hari dlm jangka waktu 12 bulan
3. Berada di Indonesia, tetapi tidak mempunyai niat utk bertempat tinggal/ menetap di
Indonesia
 Syarat orang pribadi bertempat tinggal di Indonesia
akan dipenuhi jika memenuhi salah satu dari keempat
kriteria berikut :

1. Alamat tempat tinggalnya yg tetap di Indonesia


2. Tempat keluarganya tinggal di Indonesia
3. Tempat kegiatan utamanya dijalankan di Indonesia
4. Dia lebih banyak berada di Indonesia
Keluarga sebagai Subyek Pajak Orang Pribadi
 Keluarga inti yang terdiri dari suami ,istri, anak yang belum dewasa
(di bawah 18 thn)  merupakan satu-kesatuan ekonomis yang
diwakili oleh kepala keluarga

 Perlakuan Perpajakan terhadap satu keluarga sama dengan


perlakuan perpajakan terhadap satu Subjek Pajak

 Penghasilan atau kerugian bagi wanita yang telah kawin pada awal
tahun pajak atau pada awal bagian tahun pajak dianggap sebagai
penghasilan atau kerugian suaminya dan dikenai pajak sebagai satu
kesatuan. Penggabungan tersebut tidak dilakukan dalam hal
penghasilan isteri diperoleh dari pekerjaan sebagai pegawai yang
telah dipotong pajak oleh pemberi kerja, dengan syarat :
 penghasilan isteri tersebut semata-mata diperoleh dari satu pemberi kerja, dan
 penghasilan isteri tersebut berasal dari pekerjaan yang tidak ada hubungannya
dengan usaha atau pekerjaan bebas suami atau anggota keluarga lainnya
 (Pasal 8 ayat 1 UU No. 36 tahun 2008)
Penghasilan suami-isteri dikenai
pajak secara terpisah
 suami-isteri telah hidup berpisah berdasarkan
putusan hakim;
 dikehendaki secara tertulis oleh suami-isteri
berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan
penghasilan;
 dikehendaki oleh isteri yang memilih untuk
menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya
sendiri
Anak yang Belum Dewasa
 Penghasilan anak yang belum dewasa dari manapun
sumber penghasilannya dan apa pun sifat
pekerjaannya digabung dengan penghasilan orang
tuanya dalam tahun pajak yang sama.
 Yang dimaksud dengan “anak yang belum dewasa”
adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas)
tahun dan belum pernah menikah
 Apabila seorang anak belum dewasa, yang orang
tuanya telah berpisah, menerima atau memperoleh
penghasilan, pengenaan pajaknya digabungkan
dengan penghasilan ayah atau ibunya berdasarkan
keadaan sebenarnya
Subyek Pajak -Kewajiban

Melakukan Kegiatan Usaha Perdagangan

Industri

Jasa

Pekerjaan Bebas Dokter,Notaris,Akuntan,


Aktuaris, Konsultan
(Tenaga Ahli)

Pegawai /Karyawan Pegawai Tetap


Pegawai Tidak Tetap
OP yang Dikecualikan sebagai Subyek Pajak

Pejabat Perwakilan Negara Asing

Bukan WNI

Di INA tidak menerima penghasilan


lain di luar jabatan atau pekerjannya

Berdasarkan azas Timbal Balik

Pegawai /Karyawan Organisasi International

Bukan WNI

Di INA tidak menerima penghasilan


lain di luar jabatan atau pekerjannya
Mulai & Berakhirnya Kewajiban
Pajak Subjektif OP DN
 Dimulai sejak orang pribadi dilahirkan,
berada, atau berniat tinggal di Indonesia.
 Orang pribadi yang berada di Indonesia lebih
dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan,
kewajiban pajak subyektifnya mulai timbul
pada hari pertama berada di Indonesia.
 Berakhir pada saat meninggal dunia atau
meninggalkan Indonesia untuk selama-
lamanya.
Mulai & Berakhirnya Kewajiban
Pajak Subjektif Warisan yang
Belum Terbagi
 Dimulai pada saat timbulnya warisan
yang belum terbagi (saat meninggalnya
pewaris).
 Berakhir pada saat warisan tersebut
dibagi kepada ahli warisnya.
Mulai & Berakhirnya
Kewajiban Pajak Subjektif
WP Luar Negeri
 Dimulai pada saat orang pribadi atau badan
di Luar Negeri menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan atau
menerima/memperoleh penghasilan dari
Indonesia.
 Berakhir pada saat tidak lagi menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan atau
menerima/memperoleh penghasilan dari
Indonesia.
Mulai & Berakhirnya Kewajiban
Pajak Subjektif BUT

 Dimulai pada saat BUT tersebut mulai


berada di Indonesia
 Berakhir pada saat BUT tersebut tidak
lagi berada di Indonesia
Penghasilan
 Setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh
wajib pajak
 Baik berasal dari Indonesia maupun
dari luar Indonesia
 Yang dapat dipakai untuk konsumsi
atau menambah kekayaan wajib pajak
 Dengan nama dan dalam bentuk
apapun
Pengelompokan Penghasilan
 Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan
kerja dan pekerjaan bebas, seperti ; gaji,
honorarium, penghasilan dari praktek dokter,
notaris, aktuaris, pengacara, dsb.
 Penghasilan dari usaha dan kegiatan.
 Penghasilan dari modal yang berupa harta
gerak ataupun harta tak gerak seperti ;
bunga, dividen, royalty, sewa, keuntungan
penjualan harta atau hak yang dipergunakan
untuk usaha, dsb.
 Penghasilan lain-lain, seperti ; pembebasan
utang, hadiah, dan sebagainya.
Jenis Penghasilan

a. PENGGANTIAN ATAU IMBALAN BERKENAAN DENGAN PEKERJAAN ATAU


JASA YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH TERMASUK GAJI, UPAH,
TUNJANGAN, HONORORARIUM, KOMISI, BONUS, GRATIFIKASI,
UANG PENSIUN, ATAU IMBALAN DALAM BENTUK LAINNYA,
KECUALI DITENTUKAN LAIN DALAM UNDANG-UNDANG INI.
Jenis Penghasilan
b. HADIAH DARI UNDIAN ATAU PEKERJAAN ATAU KEGIATAN DAN PENGHARG
C. LABA USAHA
d. KEUNTUNGAN KARENA PENJUALAN ATAUKARENA PENGALIHAN HARTA,
TERMASUK :
1. KEUNTUNGAN KARENA PENGALIHAN HARTA KEPADA PERSEROAN, PER
BADAN LAINNYA SEBAGAI PENGGANTI SAHAM/ PENYERTAAN MODAL
2. KEUNTUNGAN YANG DIPEROLEH PERSEROAN, PERSEKUTUAN, DAN BAD
LAINNYA KARENA PENGALIHAN HARTA KEPADA PEMEGANG SAHAM, S
ATAU ANGGOTA
3. KEUNTUNGAN KARENA LIKUIDASI, PENGGABUNGAN, PELEBURAN, PEM
PEMECAHAN, ATAU PENGAMBILALIHAN USAHA
4. KEUNTUNGAN KARENA PENGALIHAN HARTA BERUPA HIBAH, BANTUAN
SUMBANGAN, KECUALI YANG DIBERIKAN KEPADA KELUARGA SEDARA
GARIS KETURUNAN LURUS SATU DERAJAT, DAN BADAN KEAGAMAAN A
BADAN PENDIDIKAN ATAU BADAN SOSIAL ATAU PENGUSAHA KECIL TE
KOPERASI YANG DITETAPKAN OLEH MENTERI KEUANGAN, SEPANJANG
ADA HUBUNGAN DENGAN USAHA, PEKERJAAN, KEPEMILIKAN ATAU
PENGUASAAN ANTARA PIHAK-PIHAK YANG BERSANGKUTAN
e. PENERIMAAN KEMBALI PEMBAYARAN PAJAK YANG TELAH DIBEBANKAN
BIAYA
Jenis Penghasilan
f. BUNGA TERMASUK PREMIUM, DISKONTO, DAN IMBALAN KARENA JAMINA
PENGEMBALIAN UTANG
g. DIVIDEN, DENGAN NAMA DAN DALAM BENTUK APAPUN, TERMASUK DIVID
PERUSAHAAN ASURANSI KEPADA PEMEGANG POLIS, DAN PEMBAGIAN SIS
USAHA KOPERASI
h. ROYALTY
i. SEWA DAN PENGHASILAN LAIN SEHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN HAR
j. PENERIMAAN ATAU PEROLEHAN PEMBAYARAN BERKALA
k. KEUNTUNGAN KARENA PEMBEBASAN UTANG, KECUALI SAMPAI DENGAN
TERTENTU YANG DITETAPKAN DENGAN PERATURAN PEMERINTAH
l. KEUNTUNGAN KARENA SELISIH KURS MATA UANG ASING
m. SELISIH LEBIH KARENA PENILAIAN KEMBALI AKTIVA
n. PREMI ASURANSI
o. IURAN YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH PERKUMPULAN DARI ANGGOTA
TERDIRI DARI WAJIB PAJAK YANG MENJALANKAN USAHA ATAU PEKERJA
p. TAMBAHAN KEKAYAAN NETO YANG BERASAL DARI PENGHASILAN YANG
DIKENAKAN PAJAK
Dari segi cara pengenaan
pajak atas penghasilan
 Penghasilan yang merupakan Objek
Pajak yang dipotong PPh Final (Pasal 4
ayat (2)).
 Penghasilan yang bukan merupakan
Objek Pajak (Pasal 4 ayat (3))
 Penghasilan yang merupakan Objek
Pajak PPh tidak bersifat Final (Pasal 4
ayat (1))
PPh Final

 Dalam rangka penghitungan SPT Tahunan,


penghasilan yg dikenakan PPh Final tdk
digabung dengan penghasilan lain (non final)
 PPh final yang dibayar/dipotong tdk dapat
dikreditkan
 Biaya utk menghasilkan, menagih dan
memelihara penghasilan yang PPh-nya final
tdk dapat dikurangkan
Bukan Objek Pajak (1)
 Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat
 Harta hibahan yg diterima oleh
 Keluarga sedarah dlm grs keturunan lurus 1 derajat
 Pengusaha kecil yg ditetapkan Menteri Keuangan

Sepanjang tdk ada hubungan usaha, pekerjaan,


kepemilikan / penguasaan
 Warisan
 Harta termasuk setoran tunai yg diterima oleh Badan sbg
pengganti saham / penyertaan modal
 Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan
atau jasa dalam bentuk natura atau kenikmatan dari wajib
pajak atau pemerintah
 Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang
pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi
kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwi guna, dan
asuransi bea siswa
Bukan Objek Pajak (2)
 Dividen diperoleh Perseroan Terbatas dari
penyertaan modal pada badan usaha yang
didirikan dan berkedudukan di Indonesia,
 Iuran yang diterima dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan Menteri
Keuangan
 Penghasilan dana pensiun tersebut dari
modal yang ditanamkan dalam bidang-bidang
tertentu,
 Bagian laba yang diterima atau diperoleh
anggota dari perseroan komanditer,
persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi
yang modalnya tidak terbagi atas saham-
saham.
Bukan Objek Pajak (3)

 Bunga obligasi yang diterima atau


diperoleh perusahaan reksa dana
selama 5 tahun pertama sejak pendirian
perusahaan atau sejak pemberian ijin
usaha.
 Penghasilan yang diterima atau
diperoleh perusahaan modal ventura,
berupa bagian laba dari pasangan
usaha
Saat Terutang Pajak

WP OP tidak
menjalankan WP OP menjalankan WP Badan

usaha/pekerjaan usaha/pekerjaan
bebas bebas

Bila penghasilan
jumlahnya melebihi
PTKP

Wajib mendaftarkan diri Wajib mendaftarkan diri


untuk memperoleh untuk memperoleh
NPWP paling lambat NPWP paling lama 1
akhir bulan berikutnya bulan setelah saat
usaha mulai dijalankan
Stelsel Campuran
- Perpaduan stelsel riil dan anggapan
- Upaya menghilangkan kelemahan-kelemahan
- Awal tahun menggunakan stelsel fictie (bersifat
sementara) di akhir tahun dikoreksi berdasarkan
penghasilan sebenarnya
- Diterapkan sistem pemungutan di depan dan di
belakang
- Diterapkan dalam Pajak Penghasilan
- Pajak awal tahun melalui potput pihak lain, tahun
berjalan dengan angsuran (PPh Psl 25), akhir tahun
dikoreksi (PPh Psl 29)
Kelebihan:
1. Dana pajak segera masuk ke kas negara
2. Fiskus dan WP tidak dirugian karena apabila
ada perubahan pada akhir tahun dapt
dikoreksi

Kelemahan:
Dengan adanya ketetapan dua kali dalam
satu tahun pajak menjadi tidak efisien dan
tidak ada kepastian hukum. Menambah
pekerjaan, biaya dan tenaga untuk
menghitung dan menetapkan utang pajak
yang bersifat tetap.
PPh Pasal 25 Secara Umum
 Besarnya angsuran PPh Pasal 25 dalam
tahun berjalan =
 sama dengan PPh yang terutang menurut SPT
Tahunan PPh tahun pajak yang lalu
 dikurangi dengan PPh yang telah
dipotong/dipungut pihak lain (PPh Pasal 21, PPh
Pasal 22, dan PPh Pasal 23) dan PPh yang
terutang di Luar Negeri yang boleh dikreditkan
(PPh Pasal 24)
 dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam bagian
tahun pajak
 Penghasilan tidak teratur tidak diperhitungkan
dalam menentukan PPh psl 25
Contoh Umum
 Tn Amir (TK/0) melakukan usaha penjualan barang hasil impor
 Laporan Laba Rugi Th 2011 sbb :
 Penjualan 500.000.000
 HPP 300.000.000
 Laba Kotor 200.000.000
 Biaya usaha 130.000.000
 Laba usaha 70.000.000
 Pendapatan luar usaha
 Komisi penjualan 15.000.000
 Bunga pinjaman 10.000.000
 Laba bersih 95.000.000
 PPh yang dipotong/dipungut pihak lain
 PPh 21 150.000
 PPh 22 impor 2.500.000
 PPh 23 1.500.000 SOAL : Hitung PPh 25 untuk
 Jumlah 4.150.000 tahun 2011
Bagi Wajib Pajak yang
Memperoleh Penghasilan
Tidak Teratur
 Penghasilan tidak teratur tidak
diperhitungkan dalam menentukan PPh
psl 25
Contoh Penghasilan Tidak Teratur

 Tn Joko (TK/0) melakukan usaha penjualan barang hasil impor


 Laporan Laba Rugi Th 2004 sbb :
 Penjualan 400.000.000
 HPP 300.000.000
 Laba Kotor 100.000.000
 Biaya usaha 70.000.000
 Laba usaha 30.000.000
 Pendapatan luar usaha
 Komisi penjualan 15.000.000
 Bunga pinjaman 10.000.000
 Keuntungan penjualan mobil 5.000.000
 Laba bersih 60.000.000
 PPh yang dipotong/dipungut pihak lain
 PPh 21 150.000
 PPh 22 impor 500.000
 PPh 23 1.500.000
 Jumlah 2.150.000 SOAL : Hitung PPh
25 untuk tahun 2005
Angsuran PPh Pasal 25 Bagi Wajib
Pajak Baru
 PPh Pasal 25 dihitung dengan menerapkan tarif
umum Pasal 17 terhadap Penghasilan Kena Pajak
sebulan yang disetahunkan, dibagi 12 (dua belas).
 Penghasilan neto dihitung berdasarkan pembukuan
(dalam hal WP wajib melaksanakan pembukuan)
atau berdasarkan Norma Penghitungan (dalam hal
wajib pajak tidak wajib melaksanakan pembukuan
/melaksanakan pembukuan tetapi tidak diketahui
penghasilan netonya.
 Untuk wajib pajak orang pribadi, penghasilan netonya
dikurangi PTKP terlebih dahulu.
Contoh WP Baru Norma
Tuan Abdullah telah berkeluarga dan memiliki 2 (dua)
anak yang menjadi tanggungannya. Pada tanggal 01
Januari 2011 membuka usaha industri mebel. Tuan
Abdullah hanya menyelenggarakan catatan saja,
karena usahanya masih baru. Persentase Norma
Penghitungan sebesar 12%, Peredaran Bruto selama
bulan Januari 2011 sejumlah Rp. 42.000.000,00.

Pertanyaan : Hitunglah Pajak Penghasilan pasal 25 untuk


bulan Januari 2011
Contoh WP baru pembukuan

 Tn Jamal (TK/0) mulai 1 Januari 2011


terdaftar sebagai wajib pajak dan
diberikan NPWP.
Bulan Penjualan Biaya Laba
Januari ’05 30 jt 20 jt 10 jt
Februari ’05 40 jt 35 jt 5 jt
Maret ‘05 50 jt 25 jt 25 jt

SOAL : Hitung PPh 25 untuk tahun 2011


PPh 25 sebelum batas waktu
penyampaian SPT Tahunan

 Sama dengan jumlah angsuran PPh psl


25 bulan terakhir tahun pajak
sebelumnya (Masa Desember)
Wajib Pajak Orang Pribadi
Pengusaha Tertentu (Per-32/PJ/2010)
 WP OPPT adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang
melakukan kegiatan usaha sebagai pedagang
pengecer (barang dan jasa )yang mempunyai 1
(satu) atau lebih tempat usaha
 WP yang memiliki beberapa tempat usaha dalam
satu wilayah kerja KPP, harus mendaftarkan NPWP
masing-masing tempat usahanya dan domisili di
KPP yang bersangkutan.
 WP yang memiliki beberapa tempat usaha di lebih
dari 1 wilayah kerja KPP, harus mendaftarkan setiap
tempat usahanya di KPP masing-masing tempat
usaha Wajib Pajak berada.
WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PENGUSAHA TERTENTU
PER-32/PJ/2010

WP OP USAHA PERDAGANGAN GROSIR DAN ATAU ECERAN


DENGAN BEBERAPA TEMPAT USAHA (GERAI);

WAJIB
MENDAFTARKAN NPWP DI :
 KPP DOMISILI (MELIPUTI TEMPAT TINGGAL WP) DAN,
 KPP LOKASI (MELIPUTI TEMPAT USAHA/GERAI;
TIAP GERAI WAJIB MENDAFTARKAN NPWP)

ANGSURAN
PPh PASAL 25
SEBESAR

0,75 % DARI JML PEREDARAN BRUTO TIAP BULAN;


DIBAYAR ATAS NAMA DAN NPWP MASING MASING TEMPAT USAHA

dilunasi paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya


dilaporkan ke KPP Lokasi paling
Contoh
 Tn Purnama (K/1) berdomisili di Sukabumi mempunyai
usaha pedagangan eceran Handphone yang berlokasi di
Mall Bekasi, Mall Depok dan di Pasar Anyar Bogor
 Berikut ini peredaran usaha Tn Purnama selama tahun
2011 :
Bulan Bekasi Depok Bogor Bulan Bekasi Depok Bogor
Januari 30 juta 25 juta 10 juta Juli 20 juta 20 juta 5 juta
Februar 40 juta 15 juta 15 juta Agustus 10 juta 10 juta 25 juta
i
Septembe 10 juta 5 juta 15 juta
Maret 20 juta 10 juta 25 juta r
April 10 juta 5 juta 30 juta Oktober 5 juta 15 juta 10 juta
Mei 5 juta 10 juta 15 juta November 10 juta 5 juta 5 juta
Juni 10 juta 15 juta 35 juta Desember 5 juta 10 juta 10 juta
Hitung :
• PPh 25 sebagai WP OPPT yg harus dibayar sendiri tahun
2011
Skema Pemajakan WP OP
WP Orang Pribadi
Omset 1 th < 4,8 M Omset 1 th  4,8 M

Boleh melakukan pencatatan


Wajib melakukan pembukuan

Pengh netto = Pengh netto =


Pengh brutto x Norma pengh netto Pengh brutto – pengurang pengh
% brutto`

Pengh Kena Pajak =


Pengh Kena Pajak =
(Pengh brutto x Norma pengh netto
%) (Pengh brutto – Biaya deductible –
-Zakat- PTKP Zakat-Kompensasi Kerugian –
PTKP)
PPh terutang = Tarif psl 17 x Pengh Kena Pajak
Pencatatan

 Pencatatan harus dapat


menggambarkan jumlah peredaran atau
penerimaan bruto dan atau jumlah
penghasilan bruto, serta penghasilan
yang bukan obyek pajak atau
penghasilan yang dikenakan PPh Final,
sehingga dapat dihitung besarnya pajak
yang terutang , serta jumlah harta dan
kewajiban pada
pembukuan
 Suatu proses pencatatan yang dilakukan
secara teratur
 Untuk mengumpulkan data dan informasi
keuangan yang meliputi harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah
harga perolehan dan penyerahan barang
atau jasa,
 Yang ditutup dengan menyusun laporan
keuangan berupa neraca dan laporan laba
rugi pada setiap tahun pajak berakhir.
pembukuan
 Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan
di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin,
angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan disusun
dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing
yang diizinkan oleh Menteri Keuangan.
 Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat
asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel kas.
 Buku, catatan, dokumen lain wajib disimpan selama
10 tahun di Indonesia, yaitu di tempat kegiatan atau
di tempat tinggal bagi Wajib Pajak Orang Pribadi
Norma Penghasilan Netto
Kep 536/PJ./2000
 Pengelompokan menurut jenis usaha &
wilayah
 10 ibu kota propinsi
 Medan - Surabaya
 Palembang - Denpasar
 Jakarta - Manado
 Bandung - Makasar
 Semarang - Pontianak
 Ibu kota propinsi lainnya
 Daerah lainnya
Ex. Lampiran Kep 536/PJ./2000
10 ibu kota
Daerah
Kode Jenis Usaha kota
propinsi
propinsi
lainnya
lainnya

32200 Industri pakaian jadi kecuali untuk kaki 13,5 13 12,5


32300 Industri kulit & barang dari kulit kecuali utk kaki 17,5 16,5 16
32400 Industri barang keperluan kaki 17 16 15
62200 Perdagangan eceran brg kelontong, supermarket 30 25 20
62420 Perdagangan eceran tekstil, pakaian jadi, hasil 30 25 20
pengolahan kulit termasuk brg keperluan kaki
62422 Perdagangan eceran brg elektronik 30 25 20
62100 Rumah makan dan minum 25 20 20
62920 Jasa akuntansi dan pembukuan 36 35 35
93213 Dokter 45 42,5 40
97110 Reparasi kendaraan bermotor 20 18,5 17,5
97400 Pangkas rambut dan salon kecantikan 30 28 27
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)
Per 1 Januari 2009

50
HUBUNGAN KELUARGA

SEDARAH SEMENDA

AYAH
MERTUA
+
WP
IBU

10 10 KE ATAS 10 KE ATAS 10
KE KE
SAUDARA
SAM WP + ISTRI SAM IPAR WP
KANDUNG PING PING

10 KE BAWAH 10 KE BAWAH

ANAK ANAK
KANDUNG TIRI WP

SEDARAH SEMENDA
Contoh

 Tn Sahrul, status menikah mempunyai


2 orang anak, mempunyai usaha
perdagangan eceran sepatu berlokasi di
Pasar Anyar Bogor
 Dari pencatatan diketahui jumlah
peredaran usaha selama tahun 2005
Rp 100.000.000
TARIF
TARIF PASAL
PASAL17
17 UU
UU PPh
PPh (UU
(UU PPh
PPh Baru)
Baru)

UU PPh 36/2008
Pasal 21 ayat (5a) Besarnya tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP lebih
tinggi 20% daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang
dapat menunjukkan NPWP .

53
ZAKAT
(PER-6/PJ./2011)

SIFATNYA WAJIB

DIBAYARKAN OLEH : DIBAYARKAN OLEH :


1.OP PEMELUK ISLAM 1.OP PEMELUK NON
2.BADAN YANG DIMI- NON ISLAM
LIKI OP PEMELUK 2.BADAN YANG DIMI-
ISLAM LIKI OP PEMELUK
NON ISLAM

DIBAYARKAN KEPADA
LEMBAGA AMIL ZAKAT DIBAYARKAN KEPADA
ATAU BADAN AMIL ZAKAT LEMBAGA KEAGAMAAN
YG DIAKUI PEMERINTAH YG DIBENTUK PEMERINTAH
BUKTI PEMBAYARAN Z A K A T
YG DIAKUI

PEMBAYARAN LANGSUNG, TRANSFER,


VIA ATM

Nama lengkap Wajib Pajak dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pembayar

Jumlah Pembayaran

Tanggal Pembayaran

Nama badan amil zakat; lembaga amil zakat; atau lembaga keagamaan

Tanda tangan petugas Lembaga Amil/Keagamaan -Langsung

Validasi Bank-jika pembayaran Bank


KOMPENSASI
KOMPENSASI KERUGIAN
KERUGIAN
Pasal
Pasal 66 ayat
ayat 22 UU
UUPPh
PPh

PEMBUKUAN
PEMBUKUAN

Dikompensasikan dengan penghasilan


mulai tahun pajak berikutnya berturut-
turut sampai dengan 5 (lima) tahun.
KOMPENSASI
KOMPENSASI KERUGIAN
KERUGIAN
Pasal
Pasal 66 ayat
ayat 22 UU
UUPPh
PPh

Tahun
Pajak Laba /(Rugi) Fiskal Sisa Rugi Fiskal
    2009 2011
2009 (1,200,000,000) (1,200,000,000)  
2010 200,000,000 (1,000,000,000)  
2011 (300,000,000) (1,000,000,000) (300,000,000)
2012 - (1,000,000,000)  
2013 100,000,000 (900,000,000)  
2014 800,000,000 (100,000,000)  
2015 150,000,000   (150,000,000)
2016 250,000,000   100,000,000
FORMULA PENGHITUNGAN PPH OP (NORMA)
USAHAWAN
 Peredaran Usaha Rp. ……………….
 Norma Penmghasilan Netto %
 Penghasilan Netto Rp. ……………….
 Zakat (Rp. ………………)

 Penghasilan Netto Setelah Zakat Rp. ……………….


 PTKP (Rp……………….)

 PKP Rp………………..

 Tarip Ps 17 Rp………….........

 Kredit Pajak :
 PPh Pasal 21/22/23/24 (Rp………………)
 PPh Pasal 25 (Rp………………)
Penghasilan istri

Bekerja pada  Bekerja pada lebih dari satu pemberi kerja


satu pemberi kerja  Melakukan usaha
 Melakukan pekerjaan bebas

 Penghasilan istri tidak digabung


 Status K/...
 PPh 21 atas penghasilan istri bersifat
final (tidak dapat dikreditkan)
 Penghasilan istri digabung
 Status K/I/...
 PPh 21/22/23 atas penghasilan istri dapat
dikreditkan
PEKERJAAN BEBAS
( UU NO. 28 TAHUN 2007 PASAL 1 ANGKA 24)

Pekerjaan yang dilakukan oleh Orang Pribadi

Yang memiliki Keahlian Khusus

Tidak Terikat oleh hubungan kerja

Contoh : Dokter, Pengacara, Notaris, Konsultan, Akuntan

60
FORMULA PENGHITUNGAN PPH OP (NORMA)
PEKERJAAN BEBAS

 Peredaran Usaha Rp. ……………….


 Norma Penmghasilan Netto %
 Penghasilan Netto Rp. ……………….
 Zakat (Rp. ………………)

 Penghasilan Netto Setelah Zakat Rp. ……………….


 PTKP (Rp……………….)

 PKP Rp………………..

 Tarip Ps 17 Rp………….........

 Kredit Pajak :
 PPh Pasal 21/22/23/24 (Rp………………)
 PPh Pasal 25 (Rp………………)
FORMULA PENGHITUNGAN PPH OP

USAHA PEK .BEBAS PEGAWAI

P. BRUTO P. BRUTO P. BRUTO


NORMA NORMA (B.JAB)
P. NETTO P. NETTO (IURAN PENSIUN)
(ZAKAT) (ZAKAT) ( IURAN JHT)
P.NETTO STL ZKT P.NETTO STL ZKT P. NETTO
(PTKP) (PTKP) (PTKP)
PKP PKP PKP
PPH TERUTANG PPH TERUTANG PPH TERUTANG
(KREDIT PAJAK) (KREDIT PAJAK) (KREDIT PAJAK)
- Dipotong Pihak III - Dipotong Pihak III - Dipotong Pihak III
- Dibayar sendiri - Dibayar sendiri PPh Kurang/(Lebih)
(PPh 25) (PPh 25) Bayar / PPh 29
PPh Kurang/(Lebih) PPh Kurang/(Lebih)
Bayar / PPh 29 Bayar / PPh 29
SPT TAHUNAN PPh ORANG PRIBADI

1770 1770 S 1770 SS

-Usahawan -Karyawan >60 jt - Karyawan < 60 jt


-Pekerjaan Bebas -Karyawan .> 2 pem-
beri kerja
-Mendapat Pengha-
silan dari CV
MID SEMESTER 2
PASAL 28 UU KUP
WP OP
Wajib
Pembukuan
Daluwarsa Dikecualikan
Penyimpanan Pembukuan
Dokumen

Itikad baik
Isi Pembukuan ,Keadaan
Sebenarnya

Huruf
Perubahan Satuan Mata uang,
Metode Tulisan,
Pembukuan Angka
Taat Azas
Stelses Akrual,
Stelsel Kas
WP OP WAJIB PEMBUKUAN

KEG. USAHA PEK . BEBAS

- INDUSTRI - PENGACARA
-PERDAGANGAN - AKUNTAN
-JASA - KONSULTAN
-NOTARIS
-PDL. ASURANSI
WP OP DIKECUALIKAN DARI PEMBUKUAN

KEG. USAHA ATAU TDK MELAKUKAN KEG. USAHA


PEK. BEBAS ATAU PEK. BEBAS

- KEP-536/PJ/2000 - PEGAWAI SWASTA


- PMK-01/PMK.03/2007 - PEGAWAI NEGERI SIPIL
- UU NO. 36 /2008 - KARYAWAN

- OMZET > 4.800.000.000


- BERLAKU MULAI 2009
PEMBUKUAN

ITIKAD BAIK

KEADAAN / KEG .USAHA


SEBENARNYA
PEMBUKUAN / PENCATATAN

HURUF LATIN

ANGKA ARAB

SATUAN RUPIAH

BAHASA INDONESIA
BHS. ASING YG DIIJINKAN
O/ MENKEU
PEMBUKUAN

1. Stelsel Pengakuan TAAT AZAS


Penghasilan
2. Tahun Buku
3. Metode Penilaian
Persediaan
4. Metode Penyusutan STELSEL KAS
dan amortisasi ATAU
STELSEL AKRUAL

MENCEGAH
PERGESERAN
LABA /RUGI
STELSEL

AKRUAL KAS

PENGHASILAN  DIPEROLEH PENGHASILAN  KAS DITERIMA


BEBAN  TERUTANG BEBAN  KAS DIEKLUARKAN

USAHA SKALA BESAR USAHA SKALA KECIL


PENJUALAN <> PEMBAYARAN > 1 BLN PENJUALAN <> PEMBAYARAN =SINGKAT

INDISTRI , JASA KONSTRUKSI RESTORAN, JASA, HIBURAN


TRANSPORTASI

PENJUALAN = TUNAI + NON TUNAI


HPP = PEMBELIAN +PERSEDIAAN
AKTIVA = PENYUSUTAN
Perubahan Metode Pembukuan

Permohonan Perubahan
Tahun Buku o/ WP

Diajukan sebelum dimulainya


Tahun buku yang baru

Dilakukan Pemeriksaan oleh DJP

Persetujuan DJP
Pembukuan

Standar Akuntansi
Keuangan

Harta Neraca
Kewajiban
Modal

Laba Rugi Penghasilan


Beban
Penjualan
Pembelian
Pembukuan dengan Mata Uang Asing

Persetujuan Menkeu

PMA
KONTRAK KARYA
KONTRAK BAGI HASIL
INDUKNYA DI LUAR NEGERI
LISTING DI BURSA ASING
PENCATATAN

PEREDARAN USAHA /OMSET


PENGHASILAN LAINNYA
BUKAN OBYEK PAJAK
PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh FINAL
Pembukuan, Pencatatan

Manual atau Online

Wajib Disimpan selama 10 tahun

Daluarsa Penyidikan
BEBAN -FISKAL
DPT DIKURANGKAN TDK DPT DIKURANGKAN
Pasal 6 UU PPh Pasal 9 UU PPh
3 M ( Mendapatkan, Menagih, Memelihara) PEMBAGIAN LABA DLM BENTUK APAPUN
Penghasilan PEMBAGIAN SHU KOPERASI

PENYUSUTAN U / KEPENTINGAN PEMEGANG SAHAM


SEKUTU, ANGGOTA ATAU PRIBADI
IURAN KEPADA DANA PENSIUN
PEMBENTUKAN ATAU PEMUPUKAN
DISAHKAN O/ MENKEU DANA CADANGAN
KERUGIAN KARENA PENJUALAN PREMI ARUSANSI JIWA, KESEHATAN,
ATAU PENGALIHAN HARTA BEASISWA, KECELAKAAN
YG DIBAYAR WP OP
KERUGIAN SELISIH KURS MATA UANG PENGGANTIAN DLM BENTUK NATURA
ASING KEC, MAKAN MINUM U SEMUA PEGAWAI
DAN KENIKMATAN UNTUK DAERAH TTT
BEBAN PENELITIAN & PENGEMBANGAN YH DIATUR OLEH MENKEU
PERUSAHAAN YG DILAKUKAN JUMLAH YG MELEBIHI KEWAJARAN YG
DI DALAM NEGERI DIBAYARKA KEPADA PEMEGANG SAHAM
BEA SISWA, PELATIHAN. MAGANG ATAU YG MEMILIKI HUB ISTIMEWA
HARTA YG DIHIBAHKAN, SUMBANGAN
PIUTANG YG NYATA BANTUAN
TIDAK DAPAT DITAGIH PPh DAN SANKSI ADM PERPAJAKAN
SUMBANGAN YG DIATUR
GAJI YG DIBAYARKAN KPD ANGGOTA CV, Fa
PERATURAN PEMERINTAH YGMODALNYA TDK TERBAGI ATAS SAHAM
Berikut ini laporan laba rugi komersial usaha Tn Abadi selama tahun
2011
Penghasilan dari usaha
Penjualan Rp 130,000,000
Harga pokok penjualan Rp 60,000,000
Laba Kotor Rp 70,000,000
Biaya operasi
Gaji pegawai Rp 9,000,000
Alat tulis kantor Rp 8,000,000
Biaya pemeliharaan bangunan yang disewakan Rp 7,000,000
PPh Pasal 25 Rp 6,000,000
Sanksi keterlambatan penyampaian SPT Rp 5,000,000
PBB Rp 4,000,000
Biaya listrik, air, telpon kantor Rp 3,000,000
Biaya listrik, air, telpon rumah Rp 2,000,000
Sumbangan HUT RI Rp 1,000,000
Jumlah biaya usaha Rp 45,000,000
Penghasilan luar usaha
Penghasilan dari persewaan bangunan Rp 50,000,000
Bunga pinjaman Rp 10,000,000
Bagian Laba Firma Abadi & Rekan Rp 2,000,000
Jumlah penghasilan luar usaha Rp 62,000,000
Laba Bersih Rp 87,000,000
PENYUSUTAN Pasal 11

HARTA BERWUJUD KECUALI


TANAH YG BERSTATUS HAK DILAKUKAN DALAM BAGIAN-BAGIAN
MILIK, HGB, HGU, DAN HAK YG SAMA BESAR SELAMA MASA YG

PAKAI TELAH DITENTUKAN

DILAKUKAN DALAM BAGIAN-BAGIAN YG MENURUN


BANGUNAN SELAMA MASA MANFAAT YG DIHITUNG DENGAN
TARIF ATAS NILAI SISA BUKU DAN PADA AKHIR MASA
SELAIN BANGUNAN MANFAAT NILAI SISA BUKU DISUSUTKAN SEKALIGUS

USAHA TERTENTU DITETAPKAN MENTERI KEUANGAN.

PADA BULAN DILAKUKANNYA PENGELUARAN, KECUALI


MULAI PENYUSUTAN
HARTA YG MASIH DALAM PROSES PENGERJAAN, PADA
TAHUN SELESAINYA PENGERJAAN HARTA TERSEBUT.

DENGAN PERSETUJUAN DIRJEND PAJAK:


DASAR PENYUSUTAN BAGI -PADA BULAN HARTA TSB DIGUNAKAN, ATAU
WP YG MELAKUKAN PENI - PADA BULAN HARTA TSB MULAI MENGHASILKAN.
LAIAN KEMBALI AKTIVA
SESUAI DENGAN PSL 19
NILAI SETELAH DILAKUKAN PENILAIAN
KEMBALI TIVA
MASA MANFAAT DAN TARIF PENYUSUTAN

KELOMPOK MASA TARIP PENYUSUTAN


HARTA GARIS SALDO
BERWUJUD.
MANFAAT
LURUS MENURUN

l. BUKAN BANGUNAN
KELOMPOK 1 4 TAHUN 25% 50%
KELOMPOK 2 8 TAHUN 12,5% 25%
KELOMPOK 3 16 TAHUN 6.25% 12,5%
KELOMPOK 4 2O TAHUN 5% 10%

ll.BANGUNAN
- PERMANEN 20 TAHUN 5%
10 TAHUN 10%
- TIDAK PERMANEN

KELOMPOK HARTA BERWUJUD


DITETAPKAN DG KEPMENKEU
AMORTISASI
DILAKUKAN DALAM
ATAS PENGELUARAN UNTUK
HARTA TAK BERWUJUD DAN BAGIAN YANG SAMA
PENGELUARAN LAINNYA, TER BESAR
MASUK BIAYA PERPANJANG
AN HGB, HGU, DAN HAK PAKAI
YANG MEMPUNYAI MASA MAN
FAAT LEBIH DARI SATU TAHUN ATAU
DALAM BAGIAN-BAGIAN
YG MENURUN SELAMA
MASA MANFAAT YG DIHI
TUNG DG CARA MENERAP
KAN TARIF AMORTISASI
ATAS PENGELUARAN ATAU
ATAS NILAI SISA BUKU, DAN
PADA AKHIR MASA MAN
FAAT DIAMORTISASI SEKA
LIGUS DG SYARAT DILAKU
Pasal 11A KAN SECARA TAAT AZAS.
I MASA MANFAAT DAN TARIF AMORTISASI

KELOMPOK HARTA MASA TARIF AMORTISAS


TAK BERWUJUD MANFAAT GARIS SALDO
LURUS
KELOMPOK 1 MENURUN
4 TAHUN 25% 50%
KELOMPOK 2 8 TAHUN 12,5% 25%
KELOMPOK 3 16 TAHUN 6,25% 12,5%
KELOMPOK 4 20 TAHUN 5% 10%

II
1. BIAYA PENDIRIAN
2. BIAYA PERLUASAN MODAL DI SAMA DENGAN
BEBANKAN PADA TAHUN Ad I DIATAS
TERJADINYA PENGELUARAN
III

HAK DAN PENGELUARAN BIDANG MENGGUNAKAN METODE


PENAMBANGAN MIGAS BUMI SATUAN PRODUKSI

IV
1. HAK PENAMBANGAN
2. HAK PENGUSAHAAN HUTAN MENGGUNAKAN METODE
3. HAK PENGUSAHAAN SUMBER SATUAN PRODUKSI
ALAM SERTA HASIL ALAM LAINNYA SETINGGI-TINGGINYA
YANG MEMPUNYAI MASA MANFAAT 20% SETAHUN.
LEBIH 1(SATU) TAHUN.

V
PENGELUARAN SEBELUM OPERASI KOMER
DIAMORTISASI SAMA DG
SIAL YG MEMPUNYAI MASA MANFAAT LE ANGKA 1(SATU) DIATAS.
BIH SATU TAHUN DIKAPITALISASI
Kredit Pajak

 PPh yg dipotong / dipungut pihak lain di


DN, meliputi PPh 21/22/23
 PPh dibayar di LN (kredit PPh psl 24)
KREDIT PAJAK LUAR NEGERI

 PPh dibayar di LN boleh dikreditkan dg


PPh di Indonesia
 Pengkreditan PPh psl 24 dilakukan di
tahun pajak digabungkannya
penghasilan tersebut
 Kerugian di LN tidak boleh digabung
Rumus Kredit Pajak Luar Negeri

 PPh psl 24 yg dikreditkan jumlah yg lebih


kecil antara :
 Pajak yg sebenarnya dibayar di LN

Rumus :
 PPh terutang atas X Penghasilan Netto LN
seluruh Penghasilan Penghasilan Kena Pajak
  (dihitung per-country basis)

 Jumlah PPh terutang atas seluruh penghasilan


Contoh
 Tn Osama (K/1) berkedudukan di Jakarta
memperoleh penghasilan neto dalam tahun
2011 adalah sbb :
 Penghasilan neto dari dalam negeri sebesar Rp
8.000.000.000.
 Di Singapura memperoleh penghasilan (laba neto)
Rp 2.000.000.000, dimana PPh yang dibayar di
Singapura sebesar Rp 800.000.000
 Di Vietnam memperoleh penghasilan (laba neto)
sebesar Rp 6.000.000.000, dimana PPh yang
dibayar sebesar Rp 1.500.000.000
 Di Malaysia menderita kerugian (rugi neto)
sebesar Rp 5.000.000.000
 Hitung kredit pajak PPh pasal 24
Penghasilan Netto DPP PPh
- Dalam Negeri Rp 8,000,000,000
- Singapura Rp 2,000,000,000 800,000,000
- Vietnam Rp 6,000,000,000 1,500,000,000
Rp 16,000,000,000 2,300,000,000
18,480,000.00
15,981,520,000.00
Rp 50,000,000 5% Rp 2,500,000
Rp 200,000,000 15% Rp 30,000,000
Rp 250,000,000 25% Rp 62,500,000
Rp 15,481,520,000 30% Rp 4,644,456,000
Rp 4,739,456,000
1 Singapura Rp 592,432,000
2 Vietnam Rp 1,777,296,000
Rp 2,369,728,000

Penghitungan PPh Terutang


Penghasilan Netto Rp 16,000,000,000
PTKP Rp 18,480,000
PKP Rp 15,981,520,000
PPh Terutang Rp 4,739,456,000
Kredit Pajak ( asumsi hanya PPh 24) Rp 2,092,432,000
PPh YMH Dibayar Rp 2,647,024,000

Anda mungkin juga menyukai