Anda di halaman 1dari 7

SERI PAJAK

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas Kegiatan Membangun Sendiri

Apakah anda sedang berencana untuk


membangun rumah? Bagi anda yang sedang
merencanakan untuk membangun rumah
tentunya banyak hal yang harus dicermati mulai
dari design atau perancangan rumah,
perencanaan biaya dan juga hal-hal lainnya.
Mengenai biaya, selain dari biaya pembelian
bahan material rumah serta upah pekerja
bangunan yang merupakan komponen utama
dalam pembangunan rumah, umumnya terdapat
biaya lain-lain yang terkait seperti biaya
perizinan serta perpajakan. Apakah membangun
rumah tinggal sendiri juga terkena pajak? Dalam
bahasan kali ini akan kita bahas mengenai hal
tersebut.
 
Landasan Peraturan Perpajakan

Berikut ini adalah peraturan perpajakan yang akan kita jadikan dasar acuan dalam pembahasan kali
ini, yaitu:
1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 tentang Batasan dan Tata Cara
Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri.
Perlu diinformasikan Peraturan Menteri ini mulai berlaku setelah 30 (tiga puluh) hari terhitung
sejak tanggal diundangkan yaitu 30 hari sejak tanggal 22 Oktober 2012 dan dengan
diberlakukannya ketentuan ini maka Peraturan Menteri Keuangan Nomor 39/PMK.03/2010
tentang Batasan dan Tata Cara Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan
Membangun Sendiri, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
2. Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-25/PJ/2012 tentang Perubahan Atas
Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-23/PJ/2012 tentang Penetapan Secara
Jabatan atas Jumlah Biaya Yang Dikeluarkan Dan / Atau Yang Dibayarkan Untuk
Membangun Bangunan Dalam Rangka Kegiatan Membangun Sendiri.

Pajak Pertambahan Nilai Atas Kegiatan Membangun Sendiri

Kegiatan Membangun Sendiri itu terutang Pajak Pertambahan Nilai (PPN), hal tersebut diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 2 Ayat 1 dan Pajak Pertambahan Nilai
tersebut terutang bagi badan maupun orang pribadi yang melakukan kegiatan membangun sendiri.

Definisi Kegiatan Membangun Sendiri

Sebelum memulai membahas lebih jauh mengenai pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas
kegiatan membangun sendiri tersebut, tentunya kita harus memahami terlebih dahulu tentang apa
yang dimaksud dengan kegiatan membangun sendiri dalam Peraturan Menteri Keuangan tersebut
sehingga kita dapat mengetahui apakah pembangunan yang mungkin sedang kita rencanakan atau
lakukan itu termasuk dalam kategori kegiatan membangun sendiri yang dikenakan Pajak
Pertambahan Nilai.

Definisi Kegiatan Membangun Sendiri yang dikutip dari Peraturan Menteri Keuangan Nomor
163/PMK.03/2012 Pasal 2 Ayat 3 adalah “Kegiatan membangun bangunan yang dilakukan tidak
dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan, yang hasilnya digunakan sendiri
atau digunakan pihak lain”.
Kemudian dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 2 Ayat 4 dijelaskan
mengenai bangunan yang dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012
Pasal 2 Ayat 3 yaitu bangunan tersebut berupa satu atau lebih konstruksi teknik yang ditanam atau
dilekatkan secara tetap pada satu kesatuan tanah dan/atau perairan dengan kriteria sebagai berikut:
a. Konstruksi utamanya  terdiri dari kayu, beton, pasangan batu bata atau bahan sejenis,
dan/atau baja;
b. Diperuntukan bagi tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha; dan
c. Luas keseluruhan paling sedikit 200m2 (dua ratus meter persegi).
Jadi kegiatan membangun sendiri akan dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) apabila memenuhi
definisi dan kriteria sebagaimana yang dijelaskan diatas.

Sebagai contoh, apabila kita sebagai orang pribadi membangun rumah baik dilakukan secara pribadi,
baik dengan mempekerjakan pekerja atau buruh bangunan dimana rumah yang dibangun itu untuk
ditempati secara pribadi atau oleh anggota keluarga lain misalkan anak, apakah termasuk kedalam
kategori kegiatan membangun sendiri yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atasnya? Jika
hanya melihat secara definisi, kasus pembangunan rumah pribadi diatas dapat memenuhi definisi
kegiatan membangun sendiri yang dijelaskan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
163/PMK.03/2012 Pasal 2 Ayat 3 karena pembangunan rumah yang dilakukan dalam kasus ini tidak
berkaitan dengan kegiatan usaha serta untuk dimanfaatkan atau digunakan sebagai keperluan
pribadi, namun untuk menentukan apakah terhadap pembangunan rumah tersebut dikenakan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) atau tidak, kita tidak cukup hanya dengan melihat definisi saja, kita harus
melihat terlebih dahulu, apakah bangunan yang kita bangun (dalam kasus ini rumah) itu memenuhi
kriteria bangunan yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 2
Ayat 4 sebagaimana telah dijelaskan diatas. Jika memang kegiatan membangun sendiri yang kita
lakukan itu sesuai dengan penjelasan definisi serta kriteria bangunan yang diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 maka kita wajib menyetorkan PPN yang terutang atas
kegiatan membangun sendiri tersebut. Setelah memahami yang dimaksud dengan kegiatan
membangun sendiri, mari kita bahas lebih lanjut mengenai pengenaan Pajak Pertambahan Nilai
atasnya.
 
Tarif Dan Dasar Pengenaan Pajak PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri

Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 3 ayat 1 dan 2, diatur bahwa:
1. Kegiatan membangun sendiri akan dikenakan PPN dengan tarif sebesar 10 % (sepuluh
persen) dari Dasar Pengenaan Pajak.
2. Dasar Pengenaan Pajak atas kegiatan membangun sendiri adalah 20% (dua puluh persen)
dari jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk membangun
bangunan, tidak termasuk harga perolehan tanah.

Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri

Jadi dengan mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 3 yang
disebutkan diatas, perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas kegiatan membangun sendiri
adalah sebagai berikut :
 
PPN = Tarif x DPP
 
PPN = 10% x (20% x Jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau dibayarkan untuk
membangun       bangunan)
 
Berikut ini adalah contoh sederhana untuk perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas kegiatan
membangun sendiri:

Contoh:
Pada Bulan Desember  2012  Bapak Andi memulai membangun sebuah rumah untuk tempat tinggal
pribadinya. Luas keseluruhan dari rumah tersebut adalah sebesar 200 m2, biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh Bapak Andi dalam upaya membangun rumah tersebut sampai dengan selesainya
bangunan tersebut adalah sebagai berikut: pembelian tanah sebesar Rp 200.000.000, pembelian
bahan baku bangunan keseluruhan Rp 180.000.000, biaya upah mandor dan pekerja bangunan Rp.
70.000.000. Maka berapakah Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas pembangunan rumah
tersebut?
Jawab:

Sesuai dengan PMK No. 163/PMK.03/2012 tarif PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri yang
terhutang adalah:

= 10% X  DPP

= 10%  X (20% X Total biaya Pembangunan)

= 10% X (20% X (Rp 180.000.000 + Rp 70.000.000)

Sehingga PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri yang terhutang adalah

= 10% X 20% X Rp 250.000.000

= Rp 5.000.000

Yang menjadi Dasar Pengenaan Pajak atas perhitungan PPN Kegiatan Membangun Sendiri diatas
hanyalah pembelian bahan baku material bangunan dan biaya upah pekerja dalam rangka
pembangunan rumah tersebut, hal ini sesuai dengan Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
163/PMK.03/2012 Pasal 3 ayat 2 yang menyebutkan bahwa “Dasar Pengenaan Pajak atas kegiatan
membangun sendiri adalah 20% (dua puluh persen) dari jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau
yang dibayarkan untuk membangun bangunan, tidak termasuk harga perolehan tanah”.
 
Saat Dan Tempat dimana PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri Terutang

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 4 ditentukan bahwa:


1. Saat yang menentukan PPN terutang adalah saat mulai dibangunnya bangunan.
2. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan secara bertahap dianggap merupakan satu
kesatuan kegiatan sepanjang tenggang waktu antara tahapan-tahapan tersebut tidak lebih
dari 2 (dua) tahun.
3. Tempat pajak terutang atas kegiatan membangun sendiri adalah di tempat bangunan
tersebut didirikan.
 
Penyetoran Dan Pelaporan PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri

Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 5, 7 dan 8 diatur bahwa:

* Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai terutang atas kegiatan membangun sendiri dilakukan
setiap bulan sebesar 10% (sepuluh persen) dikalikan dengan 20% (dua puluh persen)
dikalikan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan pada setiap
bulannya
* Pajak Pertambahan Nilai terutang atas kegiatan membangun sendiri wajib disetor ke kas
negara seluruhnya dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) atas nama orang
pribadi atau badan yang melaksanakan kegiatan membangun sendiri melalui Kantor Pos
atau Bank Persepsi paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya setelah berakhirnya masa
pajak.
* Orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri wajib melaporkan
penyetoran  Pajak Pertambahan Nilai terutang tersebut ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama
yang wilayah kerjanya meliputi tempat bangunan didirikan dengan mempergunakan lembar
ketiga Surat Setoran Pajak paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya masa
pajak.
 
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Penyetoran PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri

Mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 5,7, dan 8 terdapat hal
yang harus diperhatikan dalam penyetoran PPN atas kegiatan membangun sendiri yaitu:
* Dalam hal tempat bangunan didirikan berada di wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak
Pratama tempat orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri
terdaftar, kolom NPWP yang tercantum pada Surat Setoran Pajak diisi dengan NPWP
orang pribadi atau badan tersebut.
* Dalam hal tempat bangunan didirikan berada di wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak
Pratama yang berbeda dengan Kantor Pelayanan Pajak tempat orang pribadi atau badan
yang melakukan kegiatan membangun sendiri terdaftar, Surat Setoran Pajak diisi dengan
ketentuan sebagai berikut :
a.   Kolom NPWP diisi dengan :

1. angka 0 (nol) pada 9 (sembilan) digit pertama;


2. angka kode Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang wilayah kerjanya meliputi
tempat bangunan tersebut didirikan pada 3 (tiga) digit berikutnya; dan
3. angka 0 (nol) pada 3 (tiga) digit terakhir.

b. Pada kotak "Wajib Pajak/Penyetor" diisi nama dan NPWP orang pribadi  atau badan
yang
    melakukan kegiatan membangun sendiri
* Dalam hal orang pribadi yang melakukan kegiatan membangun sendiri belum memiliki
NPWP, Surat Setoran Pajak diisi dengan ketentuan sebagai berikut :

a.  Kolom NPWP diisi dengan :

1. angka 0 (nol) pada 9 (sembilan) digit pertama;


2. angka kode Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang wilayah kerjanya meliputi
tempat bangunan tersebut didirikan pada 3 (tiga) digit berikutnya; dan
3. angka 0 (nol) pada 3 (tiga) digit terakhir.

b.    pada kotak "Wajib Pajak/Penyetor" diisi nama dan alamat orang pribadi atau badan
yang melakukan kegiatan membangun sendiri. 
 
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Pelaporan PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri

Mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 8 terdapat hal yang
harus diperhatikan dalam proses pelaporan PPN atas kegiatan membangun sendiri yaitu:
* Dalam hal orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri telah
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dan tempat bangunan didirikan berada di
wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama tempat orang pribadi atau badan tersebut
terdaftar, orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri wajib
melaporkan kegiatan membangun sendiri dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai dengan melampirkan lembar ketiga Surat Setoran Pajak.
* membangun sendiri telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dan tempat bangunan
didirikan berada di wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang berbeda dengan
Kantor Pelayanan Pajak tempat orang pribadi atau badan tersebut terdaftar, orang pribadi
atau badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri selain wajib melaporkan
penyetoran Pajak Pertambahan Nilai terutang sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 ayat (1),
wajib melaporkan kegiatan membangun sendiri dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai dengan melampirkan fotokopi lembar ketiga Surat Setoran Pajak.
* Dalam hal Pengusaha Kena Pajak terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Madya, Kantor
Pelayanan Pajak di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar,
atau Kantor Pelayanan Pajak di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta
Khusus, Pengusaha Kena Pajak tersebut selain wajib melaporkan penyetoran Pajak
Pertambahan Nilai terutang sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 ayat (1),  wajib melaporkan
kegiatan membangun sendiri dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai
dengan melampirkan fotokopi lembar ketiga Surat Setoran Pajak.
 
Hal-Hal Lain Yang Perlu Diperhatikan
1. Dalam hal bangunan sebagai hasil kegiatan membangun sendiri digunakan oleh pihak lain
sebagai tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha, orang pribadi atau badan yang
melakukan kegiatan membangun sendiri wajib menyerahkan bukti Surat Setoran Pajak asli
Pajak Pertambahan Nilai atas kegiatan membangun sendiri kepada pihak lain yang
menggunakan bangunan tersebut;
2. Dalam hal orang pribadi atau badan yang membangun sendiri bangunan untuk digunakan
pihak lain tidak dapat menunjukkan bukti Surat Setoran Pajak asli Pajak Pertambahan Nilai
atas kegiatan membangun sendiri, pihak lain yang menggunakan bangunan tersebut
bertanggung jawab secara renteng atas pembayaran Pajak Pertambahan Nilai yang
terutang.
3. Dalam hal orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri tidak
melakukan kewajiban penyetoran Pajak Pertambahan Nilai terutang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (1) dan/atau kewajiban pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ayat (1), Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang wilayah kerjanya meliputi tempat
bangunan didirikan atau Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar dapat
mengeluarkan surat teguran sesuai contoh format sebagaimana tercantum dalam Lampiran I
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri Keuangan Nomor
163/PMK.03/2012.
4. Dalam hal orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri telah
melakukan penyetoran atau pelaporan Pajak Pertambahan Nilai atas kegiatan membangun
sendiri namun berdasarkan data yang dimiliki dan diperoleh oleh Direktorat Jenderal Pajak
diyakini terdapat indikasi penyetoran atau pelaporan yang tidak wajar, Kepala Kantor
Pelayanan Pajak Pratama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menerbitkan surat
himbauan sesuai contoh format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari dari Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012.
5. Apabila dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak diterbitkannya surat teguran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau surat himbauan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), orang pribadi atau badan belum menyetor dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai
terutang atas kegiatan membangun sendiri, Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang
wilayah kerjanya meliputi tempat bangunan didirikan dapat melakukan verifikasi atau
pemeriksaan untuk menetapkan besarnya Pajak Pertambahan Nilai terutang atas kegiatan
membangun sendiri tersebut.
6.  Berdasarkan hasil verifikasi atau pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Kepala
Kantor Pelayanan Pajak menerbitkan surat ketetapan pajak atas kegiatan membangun
sendiri. 
7. Dalam hal orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri belum
memiliki  NPWP, Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama secara jabatan menerbitkan
NPWP sesuai ketentuan perundang-undangan di bidang perpajakan.
8. Dalam hal orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri telah
memiliki NPWP namun berbeda dengan tempat bangunan didirikan, Kepala Kantor
Pelayanan Pajak Pratama secara jabatan menerbitkan NPWP sebagai cabang sesuai
ketentuan perundang-undangan di bidang perpajakan
 
Penetapan Secara Jabatan Untuk PPN terutang atas Kegiatan Membangun Sendiri

Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 6 disebutkan bahwa:


* Apabila orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri tidak
atau kurang menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai terutang ke kas negara, Direktorat
Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar berdasarkan
hasil pemeriksaan atau verifikasi.
* Selanjutnya, jika berdasarkan hasil pemeriksaan atau verifikasi, orang pribadi atau badan
yang melakukan kegiatan membangun sendiri :
1. tidak memberikan data atau bukti pendukung biaya yang dikeluarkan dan/atau
yang dibayarkan untuk membangun bangunan; atau
2. memberikan data atau bukti pendukung biaya yang dikeluarkan dan/atau yang
dibayarkan untuk membangun bangunan, namun tidak benar atau tidak lengkap,

Maka jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk membangun bangunan dalam
rangka kegiatan membangun sendiri dapat ditetapkan secara jabatan oleh Direktur Jenderal Pajak.

Penetapan secara jabatan untuk jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk
membangun bangunan dalam rangka kegiatan membangun sendiri ini diatur dalam Peraturan
Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-25/PJ/2012 yang merupakan Perubahan Atas Peraturan
Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-23/PJ/2012.

Dalam Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-25/PJ/2012 tersebut diatur bahwa:
* Jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk membangun bangunan
dalam rangka membangun sendiri ditetapkan secara  jabatan berdasarkan nilai terendah
dari data Harga Satuan Bangunan Gedung Negara (HSBGN) masing-masing daerah
sesuai Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman
Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara dan perubahannya.
* Dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan atau verifikasi, orang pribadi atau badan yang
melakukan kegiatan membangun sendiri memberikan data atau bukti pendukung biaya
yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk membangun bangunan, namun tidak
benar atau tidak lengkap, sehingga:

1. jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk membangun


bangunan lebih rendah dari nilai terendah data Harga Satuan Bangunan Gedung
Negara (HSBGN), maka penetapan secara jabatan dihitung berdasarkan data nilai
terendah data Harga Satuan Bangunan Gedung Negara (HSBGN) tersebut; atau
2. jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk membangun
bangunan lebih tinggi dari nilai terendah data Harga Satuan Bangunan Gedung
Negara (HSBGN), maka penetapan secara jabatan dihitung berdasarkan data atau
bukti pendukung biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk
membangun bangunan.

* Penetapan secara jabatan berdasarkan nilai terendah dari data Harga Satuan Bangunan
Gedung Negara (HSBGN) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) huruf a
mengacu pada Pedoman Penggunaan Harga Satuan Bangunan Gedung Negara
(HSBGN) Dalam Rangka Penetapan Secara Jabatan Jumlah Biaya yang Dikeluarkan
dan/atau yang Dibayarkan untuk Membangun Bangunan yang Digunakan untuk
Menghitung Kewajiban Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri
sebagaimana terdapat dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini.

Jadi Cara Perhitungan PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri yang ditentukan secara jabatan
adalah sebagai berikut :
PPN = Tarif x DPP

 Tarif = 10%
  DPP = 20% x Jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau dibayarkan untuk

membangun bangunan
 
PPN = 10% x (20% x Jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau dibayarkan untuk
membangun       bangunan)
 
 
Jumlah  
Nilai Terendah
biaya yang  
Harga Satuan
dikeluarkan  
tertinggi Luas
dan/atau =
berdasarkan x Koefisien x bangunan
dibayarkan
Klasifikasi Bangunan keseluruhan
untuk
Gedung Negara
membangun
 
bangunan
 

Anda mungkin juga menyukai