Anda di halaman 1dari 7

Pemanfaatan BKP tidak Berwujud/BKP dari Luar

Daerah Pabean di Dalam Daerah Pabean


&
PPN Membangun Sendiri
Pemanfaatan BKP tidak beruwujud
dari luar Daerah Pabean PPN Terutang

Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari PPN yang terutang atas pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dan/atau
pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean harus dipungut oleh orang
luar daerah pabean merupakan salah
pribadi atau badan yang memanfaatkan BKP Tidak Berwujud dan/atau
satu jenis transaksi yang merupakan JKP tersebut. Penghitungan PPN yang terutang atas pemanfaatan BKP
objek Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Tidak Berwujud dan/atau JKP dari luar Daerah Pabean yaitu:
sebagaimana diatur dalam Pasal 1A  10% dikalikan dengan jumlah yang dibayarkan atau seharusnya
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 dibayarkan kepada pihak yang menyerahkan BKP Tidak Berwujud
tentang PPN. Pemanfaatan BKP Tidak dan/atau JKP, jika dalam jumlah yang dibayarkan atau seharusnya
Berwujud dari luar Daerah Pabean adalah dibayarkan tidak termasuk PPN.
setiap kegiatan pemanfaatan BKP Tidak  10/110 dikalikan dengan jumlah yang dibayarkan atau seharusnya
Berwujud dari luar Daerah Pabean di dibayarkan kepada pihak yang menyerahkan BKP Tidak Berwujud
dalam Daerah Pabean. BKP Tidak dan/artau JKP, jika dalam jumlah yang dibayarkan atau seharusnya
Berwujud dari luar Daerah Pabean dapat dibayarkan sudah termasuk PPN.
berupa hak-hak seperti hak paten, hak
Dalam hal tidak ditemukan adanya kontrak atau perjanjian tertulis untuk
oktroi, hak cipta, dan hak menggunakan jumlah yang dibayarkan atau seharusnya dibayarkan atau ditemukan
merek dagang, yang dimanfaatkan oleh adanya kontrak atau perjanjian tertulis akan tetapi tidak dengan tegas
orang pribadi atau badan, baik yang dinyatakan bahwa dalam jumlah kontrak atau perjanjian sudah termasuk
berstatus sebagai Pengusaha Kena Pajak PPN, maka PPN yang terutang dihitung sebesar 10% dikalikan dengan
maupun yang berstatus bukan sebagai jumlah yang dibayarkan atau seharusnya dibayarkan kepada pihak yang
Pengusaha Kena Pajak, di dalam Daerah menyerahkan BKP Tidak Berwujud dan/atau JKP dari luar Daerah
Pabean Indonesia. Pabean.
Saat Terutang
Saat terutangnya PPN atas pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean terjadi
pada saat dimulainya pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean tersebut. Saat
dimulainya pemanfaatan adalah saat yang diketahui terjadi lebih dahulu dari peristiwa-peristiwa yaitu:
a. Saat BKP Tidak Berwujud dan/atau JKP tersebut secara nyata digunakan oleh pihak yang memanfaatkannya.
b. Saat harga perolehan BKP Tidak Berwujud dan/atau JKP tersebut dinyatakan sebagai utang oleh pihak yang memanfaatkannya.
c. Saat harga jual BKP Tidak Berwujud dan/atau penggantian Jasa Kena Pajak tersebut ditagih oleh pihak yang menyerahkannya.
d. Saat harga perolehan BKP Tidak Berwujud dan/atau JKP tersebut dibayar baik sebagian atau seluruhnya oleh pihak yang
memanfaatkannya.

Dalam hal saat dimulainya pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean
sebagaimana disebutkan di atas tidak diketahui, saat dimulainya pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak
dari luar Daerah Pabean adalah tanggal ditandatanganinya kontrak atau perjanjian atau saat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Pajak.
Mekanisme Penyetoran
Mekanisme penyetoran PPN atas pemanfaatan BKP tidak berwujud dan/atau JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean
adalah sebagai berikut :
1. PPN yang terutang atas pemanfaatan BKP tidak berwujud dan/atau JKP dari luar daerah pabean wajib dipungut dan disetorkan
seluruhnya ke Kas Negara melalui Kantor Pos atau Bank Persepsi dengan menggunakan Surat Setoran Pajak oleh orang pribadi
atau badan yang memanfaatkan BKP tidak berwujud dan/atau JKP dari luar daerah pabean, paling lama tanggal 15 bulan berikutnya
setelah saat terutangnya pajak.
2. Bagi Pengusaha Kena Pajak, PPN yang telah disetor dilaporkan dalam SPT Masa PPN bulan terutangnya pajak dan dapat
dilaporkan pada masa pajak berikutnya paling lama 3(tiga) bulan setelah berakhirnya masa pajak yang bersangkutan. SPT Masa
PPN tersebut diperlakukan sebagai laporan pemungutan PPN atas pemanfaatan BKP tidak berwujud dan/atau JKP dari luar daerah
Pabean.
3. Orang pribadi atau badan yang bukan Pengusaha Kena Pajak wajib melaporkan PPN yang telah disetor dengan mempergunakan
lembar ketiga Surat Setoran Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayahnya meliputi tempat tinggal orang pribadi atau tempat
kedudukan badan tersebut paling lama akhir bulan berikutnya saat terutangnya pajak.
PPN Membangun sendiri

PPN membangun sendiri adalah pajak terutang bagi orang pribadi atau badan yang
melakukan kegiatan membangun sendiri. Dalam hal ini pengertian kegiatan membangun
sendiri adalah aktivitas membangun bangunan yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha
atau pekerjaan oleh orang pribadi maupun badan yang hasilnya digunakan sendiri maupun
pihak lainnya.

Obyek PPN Membangun sendiri


Yang menjadi obyek PPN atas kegiatan membangun sendiri adalah bangunan berupa satu
atau lebih konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada satu kesatuan
tanah dan/atau perairan dengan kriteria :
a. Konstruksi bersifat permanen, dimana sebagian besar materialnya terbuat dari batu
bata, kayu, beton, besi baja, serta material sejenis yang bersifat kokoh. Hal tersebut
berlaku juga apabila konstruksi merupakan gabungan dari beberapa material yang
telah disebutkan.
b. Digunakan, maksudnya adalah bangunan tersebut dapat dimanfaatkan seperti hunian
maupun tempat usaha pribadi misalnya ruko atau warung.
c. Ukuran tertentu, Bangunan yang dibangun setidaknya memiliki luas keseluruhan
mencapai lebih dari 200 m2.
Saat & Tempat Terutang

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan PPN Terutang


Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 4 saat dan
tempat terutang PPN atas kegiatan
membangun sendiri ditentukan sebagai berikut PPN terutang atas kegiatan membangun sendiri dikenakan tarif
:
a. Saat terutangnya Pajak Pertambahan
sebesar 10% dari Dasar Pengenaan Pajak. Dasar Pengenaan
Nilai atas kegiatan membangun sendiri Pajak atas kegiatan membangun sendiri adalah 20% dari jumlah
dimulai pada saat dibangunnya biaya yang dikeluarkan dan atau dibayarkan untuk membangun
bangunan sampai dengan bangunan bagunan, tidak termasuk harga perolehan tanah. Termasuk
selesai.
b. Kegiatan membangun sendiri yang dalam pengertian jumlah biaya yang dikeluarkan dan atau
dilakukan secara bertahap dianggap dibayarkan untuk membangun sendiri adalah juga jumlah PPN
merupakan satu kesatuan kegiatan yang dibayar atas perolehan bahan dan jasa untuk kegiatan
sepanjang tenggang waktu antara membangun sendiri tersebut.
tahapan-tahapan tersebut tidak lebih dari
2 (dua) tahun. .
c. Tempat Pajak Pertambahan Nilai
terutang atas kegiatan membangun
sendiri adalah di tempat bangunan
tersebut didirikan.
MEKANISME PENYETORAN & PELAPORAN

Mekanisme penyetoran dan pelaporan PPN atas kegiatan membangun sendiri diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 5, 7 dan 8 sebagai berikut :
 Pembayaran PPN terutang atas kegiatan membangun sendiri dilakukan setiap bulan sebesar 10%
dikalikan dengan 20% dikalikan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan pada
setiap bulannya.
 PPN terutang atas kegiatan membangun sendiri wajib disetor ke kas negara seluruhnya dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak atas nama orang pribadi atau badan yang melaksanakan kegiatan
membangun sendiri melalui Kantor Pos atau Bank Persepsi paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya
setelah berakhirnya masa pajak.
 Orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri wajib melaporkan penyetoran
PPN terutang tersebut ke KPP Pratama wilayah kerjanya meliputi tempat bangunan didirikan dengan
mempergunakan lembar ketiga Surat Setoran Pajak paling lama akhir bulan berikutnya setelah
berakhirnya masa pajak.
Contoh Kasus Perhitungan
Contoh 1 : Contoh 2 :
Tuan Andi adalah pengusaha yang membuka Nyonya Inggid memulai membangun sebuah rumah pribadi
restaurant cepat saji dengan merek usaha “One pada bulan Oktober 2020 dengan luas bangunan rumah
Burger”, sebuah merk yang dimiliki restaurant adalah 380 m2. Biaya yang dikeluarkan dari awal hingga
One Inc Amerika. Atas penggunaan merk “One selesai pembangunan rumah dirinci sebagai berikut :
Burger” tersebut Tuan Andi membayar royalty Pembelian tanah : Rp. 325.000.000
Bahan Bangunan : RP. 278.000.000
kepada One Inc sebesar Rp. 300.000.000 tidak
Upah mandor dan buruh bangunan : Rp. 92.000.000
termasuk PPN. Berapakah PPN terutang atas
pemanfaatan BKP tidak berwujud oleh Tuan Andi Hitunglah PPN terutang atas kegiatan membangun sendiri
berupa merk restaurant dari luar daerah pabean yang harus ditanggung Nyonya Inggid!
di dalam daerah pabean? Jawab :
Jawab : PPN = 10% x DPP
PPN Terutang = 10% x Rp. 300.000.000 = 10% x (20% x (Rp. 278.000.000 + Rp. 92.000.000))
= Rp. 30.000.000 = 10% x (20% x Rp. 370.000.000)
= 10% x Rp. 74.000.000
Jadi, PPN terutang Tuan Andi atas pemanfaatan = Rp. 7.400.000
BKP tidak berwujud berupa merk restaurant “One
Jadi, besaran PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri yang
Burger” adalah sebesar Rp. 30.000.000
harus dibayar Nyonya Inggid adalah sebesar Rp. 7.400.000

Anda mungkin juga menyukai