Contoh :
Selama bulan takwim terjadi kegiatan usaha sebagai berikut:
Membeli bahan baku dan lain-lain dari pabrikan Rp 100.000.000,00.
Menyerahkan hasil produksi dengan harga jual Rp 60.000.000,00.
Kelebihan tersebut dapat dikompensasi pada Masa Pajak berikutnya atau dapat diminta
kembali (restitusi). Apabila dalam suatu masa pajak, pajak keluaran lebih besar dari pajak masukan,
maka selisihnya merupakan pajak yang harus disetor ke Kas Negara oleh PKP.
1. Perhitungan Kembali PPN Masukan
Dalam suatu perusahaan, pasti membutuhkan aktiva untuk menjalankan kegiatan
operasional perusahaan. Ketika membeli sebuah aktiva, umumnya perusahaan juga akan mendapat
pajak masukan ketika membeli aktiva tersebut. Pajak masukan tersebut dapat dikreditkan dengan
pajak keluaran di dalam SPT PPN, yang pada akhirnya akan menghasilkan jumlah pajak yang harus
dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP).
Pada umumnya pajak masukan yang diterima atas peroleh barang dapat dikreditkan
seluruhnya. Namun untuk pengusaha tertentu, pajak masukan tidak dapat dikreditkan seluruhnya.
PKP yang melakukan kegiatan usaha yang atas penyerahannya sebagian terutang pajak dan
sebagian lainnya tidak terutang pajak, sedangkan Pajak Masukan untuk Penyerahan yang Terutang
Pajak tidak dapat diketahui dengan pasti, jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan untuk
Penyerahan yang Terutang Pajak dihitung dengan menggunakan pedoman penghitungan Pajak
Masukan yang dapat dikreditkan.
Contoh Soal
Pengusaha Kena Pajak B adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri pembuatan
sepatu. Pada bulan Januari 2014, Pengusaha Kena Pajak B tersebut membeli generator listrik yang
dimaksudkan untuk digunakan seluruhnya untuk kegiatan pabrik dengan nilai perolehan sebesar
Rp100.000.000,00 dengan Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp10.000.000,00. Pajak Masukan atas
perolehan generator listrik sebesar Rp10.000.000,00 secara keseluruhan dikreditkan pada Masa
Pajak Januari 2014. Masa manfaat generator listrik tersebut sebenarnya adalah 5 (lima) tahun,tetapi
untuk penghitungan kembali Pajak Masukan ini, masa manfaat generator listrik tersebut ditetapkan
4 (empat) tahun, sehingga alokasi pengkreditan Pajak Masukan untuk setiap tahunnya adalah
10.000.000
sebesar Rp = Rp 2.500.0000. Selama tahun 2014 ternyata generator listrik tersebut
4
digunakan:
a. untuk bulan Januari sampai dengan Juni 2014
- 10% untuk perumahan karyawan dan direksi
- 90% untuk kegiatan pabrik
b. untuk bulan Juli sampai dengan Desember 2014
- 20% untuk perumahan karyawan dan direksi
- 80% untuk kegiatan pabrik.
Berdasarkan data tersebut di atas, rata-rata penggunaan generator listrik untuk kegiatan
pabrik adalah 85%.
a. Penghitungan kembali Pajak Masukan yang dapat dikreditkan untuk tahun buku 2014 dapat
dilakukan paling lambat pada Masa Pajak Maret 2015.Pengusaha Kena Pajak B melakukan
penghitungan kembali Pajak Masukan pada Masa Pajak Februari 2015. Pajak Masukan yang
10.000.000
dapat dikreditkan untuk tahun buku 2014 seharusnya sebesar 85% x = 2.125.000
4
b. Pajak Masukan yang harus diperhitungkan kembali dengan mengurangi Pajak Masukan untuk
Masa Pajak Februari 2015 adalah sebesar: Rp 2.500.000,00 - Rp 2.125.000,00 = Rp 375.000,00
c. Penghitungan kembali Pajak masukan seperti perhitungan di atas dilakukan sampai dengan
masa manfaat generator listrik berakhir.
Contoh Soal :
Pada Bulan Desember 2012 Bapak Andi memulai membangun sebuah rumah untuk tempat
tinggal pribadinya. Luas keseluruhan dari rumah tersebut adalah sebesar 200 m2, biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh Bapak Andi dalam upaya membangun rumah tersebut sampai dengan selesainya
bangunan tersebut adalah sebagai berikut: pembelian tanah sebesar Rp 200.000.000, pembelian
bahan baku bangunan keseluruhan Rp 180.000.000, biaya upah mandor dan pekerja bangunan Rp.
70.000.000. Maka berapakah Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas pembangunan rumah
tersebut?
Jawab:
Sesuai dengan PMK No. 163/PMK.03/2012 tarif PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri yang
terhutang adalah:
= 10% X DPP
= 10% X (20% X Total biaya Pembangunan)
= 10% X (20% X (Rp 180.000.000 + Rp 70.000.000)
Sehingga PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri yang terhutang adalah:
= 10% X 20% X Rp 250.000.000
= Rp 5.000.000
Yang menjadi Dasar Pengenaan Pajak atas perhitungan PPN Kegiatan Membangun Sendiri
diatas hanyalah pembelian bahan baku material bangunan dan biaya upah pekerja dalam rangka
pembangunan rumah tersebut, hal ini sesuai dengan Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
163/PMK.03/2012 Pasal 3 ayat 2 yang menyebutkan bahwa “Dasar Pengenaan Pajak atas kegiatan
membangun sendiri adalah 20% (dua puluh persen) dari jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau
yang dibayarkan untuk membangun bangunan, tidak termasuk harga perolehan tanah”.
2. Penjualan Aktiva
Pengenaan PPN terkait aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan
diperluas melalui UU PPN No 42 tahun 2009. Pasal 16D UU PPN No 42 tahun 2009 berbunyi :
“Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan Barang Kena Pajak berupa aktiva yang
menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena Pajak, kecuali atas
penyerahan aktiva yang Pajak Masukannya tidak dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c.” Berdasarkan bunyi pasal 16D UU PPN No 42 tahun 2009
beserta penjelasannya dapat disarikan sebagai berikut :
1) Penyerahan Aktiva harus harus berupa Barang Kena Pajak (BKP)
2) Yang melakukan penjualan adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP)
3) Pada waktu pembelian PPN telah dibayar, artinya jika pada saat pembelian tidak membayar
PPN misalnya karena pembelian dari non PKP, pembeliannya sebelum UU PPN 1984
diberlakukan maka atas penjualan tidak terutang PPN.
4) Semua penjualan aktiva yang ada pajak masukannya dikenakan PPN kecuali penjualan aktiva
yang pajak masukkannya tidak boleh dikreditkan karena : a). Berupa sedan dan station wagon
(yang keduanya bukan untuk barang dagangan/ disewakan), b). Aktiva yang tidak memiliki
hubungan langsung dengan kegiatan usaha.
Contoh Soal
1) Penjualan Aktiva yang terutang PPN
a. PT. Nusacode menjual aset yang sudah tidak efektif lagi berupa mobil bekas dan alat-alat
elektronik bekas untuk diganti dengan keluaran terbaru, dengan nilai total penjualan Rp.
240.000.000,- Maka atas penjualan aktiva ini terutang PPN dengan alasan sebagai berikut : 1).
Yang diserahkan adalah Barang Kena Pajak, 2). Yang melakukan penjualan adalah Pengusaha
Kena Pajak (PKP), 3). Pada waktu pembelian PPN telah dibayar.
b. Pengusaha Kena Pajak “D” menyerahkan Barang Kena Pajak secara cuma-cuma untuk
membantu korban bencana merapi Yogyakarta senilai Rp. 330.000.000 termasuk laba 10%.
Berapa PPN yang terutang atas penyerahan BKP tersebut:
DPP = 100 x harga jual termasuk laba
100 + %laba
= 100 x Rp. 330.000.000
110
= Rp. 300.000.000
PPN = 10% x Rp. 300.000.000
= Rp. 30.000.000
2) Penjualan Aktiva yang tidak terutang PPN
PT. Nusahati pada tahun 22 Maret 2013 melakukan Penjualan tanah dan atau bangunan
yang dibeli tahun 1978 dari orang pribadi yang dilengkapi dengan dokumen terkait berupa
sertifikat tanah, tidak terutang PPN dengan alasan sebagai berikut 1). Aktiva tersebut diperoleh
tanpa adanya PPN Masukan yang dapat dikreditkan. 2). Aktiva diperoleh tahun 1975 dimana pada
saat tersebut belum berlaku UU PPN.
Contoh Soal 1
PT. X mengimpor BKP dari luar daerah pabean dengan nilai impor Rp 15.000.000 yang dipungut
melalui Dirjen Bea Cukai adalah:
PPN yang dibayar = 15.000.000 x 10% = Rp 1.500.000
Contoh Soal 2
Bpk Sarno seorang importir mengimpor BKP Barang Mewah dengan tarif 30% seharga Rp
300.000.000,-
Hitung :
-PPN dan PPN Bm
-Jumlah yang harus dibayar
Jawab :
Jumlah Pembayaran Rp 300.000.000,-
PPN 10% X Rp300.000.000 Rp 30.000.000,-
PPN BM 30% X Rp 300.000.000 Rp 90.000.000,-
----------------+
Jumlah yang harus dibayar Rp 420.000.000,-
Contoh Soal 3
Pengusaha Kena Pajak D melakukan ekspor Barang Kena Pajak dengan nilai ekspor Rp.
10.000.000, hitunglah PPN terutang!
PPN = 0% x Rp. 15.000.000 = Rp.0
PPN Rp. 0 adalah pajak keluaran.
3) Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan
sejenisnya
a. Meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak,
termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering.
b. Ketentuan ini dimaksudkan untuk menghindari pengenaan pajak berganda karena
sudah merupakan objek pengenaan Pajak Daerah. (PPD dan PPN sama-sama 10%
sehingga kadang orang salah mengira PPN restoran 10% padahal yang benar PPD
10%)
4) Uang, emas batangan, dan surat berharga
2. Negatif List Jasa Kena Pajak /JKP PPN
1) Jasa pelayanan kesehatan medis, meliputi:
Jasa dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi;
Jasa dokter hewan;
Jasa ahli kesehatan seperti ahli akupunktur, ahli gigi, ahli gizi, dan ahli fisioterapi;
Jasa kebidanan dan dukun bayi;
Jasa paramedis dan perawat;
Jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium kesehatan, dan sanatorium;
Jasa psikolog dan psikiater,
Jasa pengobatan alternatif
2) Jasa pelayanan sosial, meliputi:
Jasa pelayanan panti asuhan dan panti jompo;
Jasa pemadam kebakaran;
Jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan;
Jasa lembaga rehabilitasi;
Jasa penyediaan rumah duka atau jasa pemakaman, termasuk krematorium; dan
Jasa dibidang olah raga kecuali yang bersifat komersial
PENYERAHAN
1 02 Jan 2011 Dikirim satu kontainer pakaian jadi ke negara Brazil pesanan dari Mr. Ronaldo senilai
US $ 20,000 dan PEB difiat muat muat oleh Bea Cukai pada tanggal yang sama. Mr.
Ronaldo melakukan pembayaran tanggal 10 Januari 2011. Kurs Menkeu pada saat
pengiriman dan pada saat pembayaran masing-masing Rp 9.000 dan Rp 9.100.
2 07 Jan 2011 Ditandatangani kontrak jual beli pakaian batik dengan PT. Fashion Market (NPWP
01.234.567.8-905.000) senilai Rp 250 juta. Pada saat penandatanganan diterima uang
muka sebesar 20%, sisanya dibayar dalam jangka waktu 10 hari bersamaan dengan
penyerahan pakaian
3 09 Jan 2011 Diterima nota retur no. NR-12/I/11 tanggal 8 Januari 2011 atas penyerahan kepada
PT. Ramayana (NPWP 02.345.678.9-903.000) tanggal 2 Desember 2010 karena
sebagian pakaian yang diserahkan kancingnya lepas dengan harga jual Rp 35 juta
4 10 Jan 2011 Diserahkan 10 potong pakaian kepada Mr. Takashimura (Paspor No. 4MR8833555 )
seharga Rp 10 juta dan langsung dilakukan pembayaran. PT. Keren Abis menerbitkan
Faktur Pajak khusus karena Mr. Takashimura akan meminta restitusi atas PPN yg
telah dibayar di Bandara Ngurah Rai pada saat pulang ke negaranya
5 12 Jan 2011 Disumbangkan kepada korban gempa 100 potong pakaian dengan senilai Rp
5.500.000,- Nilai tersebut merupakan harga jual dengan Gross Profit Margin (GPM)
10 % dari HPP
6 16 Jan 2011 Diterima pembayaran dari Bendahara Kanwil DJP Bali (NPWP 00.012.345.6-
903.000) sebesar Rp 220 juta (termasuk PPN) atas pengadaan pakaian dinas pegawai
pajak. Tagihan tertanggal 10 Januari 2011
7 18 Jan 2011 Dibuat Faktur pajak pengganti karena terdapat kesalahan dalam harga jual pakaian
kepada PT. Matahari (NPWP 02.567.890.1-905.000) untuk transaksi bulan Desember
2010 yang seharusnya senilai Rp 22 juta ditulis Rp 20 juta. FP tersebut telah
dilaporkan di masa Desember 2010
8 23 Jan 2011 Diserahkan 10 potong pakaian kepada UD Amelia (NPWP 06.789.123.4-901.000)
seharga Rp 650.000
9 25 Jan 2011 Diserahkan 100 potong pakaian kepada PT. Sogok (NPWP 01.456.789.1-905.000)
seharga Rp 12 juta. PT. Sogok juga membayar uang muka sebesar 40% atas pesanan
200 potong pakaian dengan total harga Rp 30 juta, pakaian diserahkan pada awal
Pebruari 2011
10 26 Jan 2011 Mengambil 50 potong pakaian untuk seragam kerja karyawan senilai Rp 3.000.000,-
Nilai tersebut merupakan harga jual dengan Gross Profit Margin (GPM) 20 % dari
HPP
11 30 Jan 2011 Total penjualan eceran kepada konsumen langsung (tidak jelas identitasnya) selama
bulan Januari 2011 sebesar Rp 100 juta
PEMBELIAN/PEROLEHAN
1 05 Jan 2011 Dibayar uang langganan telepon kepada PT. Telkom sebesar Rp 2,2 juta (termasuk
PPN) kuitansi tertanggal 4 Desember 2010
2 05 Jan 2011 Dibayar langganan listrik kepada PLN sebesar Rp 3 juta dan langganan air ledeng
kepada PDAM sebesar Rp 1 juta untuk pemakaian bulan Desember 2010
3 07 Jan 2011 Diterima sejumlah pakaian dari PT. Batik Tulis (NPWP/PKP 02.567.891.2-605.000)
seharga Rp 80 juta,pembayaran dilakukan sebulan kemudian.
4 12 Jan 2011 Dibayar jasa maklon kepada seorang pengepul Ibu Sesilia (NPWP/NPKP
08.910.123.4-903.000) atas pemasangan payet sesuai dengan pesanan PT. Keren Abis.
PPh pasal 23 atas maklon telah dipotong sebesar Rp 50.000,- dengan tarif 2% dari
DPP
5 14 Jan 2011 Dikembalikan beberapa potong pakaian yang dibeli dari PT.Batik Tulis pada bulan
Desember 2010 senilai Rp 2.000.000,- karena ada bagian yang kotor. Nomor Nota
Retur : 003/KA/I/2011
6 17 Jan 2011 Dibayar jasa manajemen kepada Mr. Bachdim (konsultan manajemen di Belanda)
sebesar US$ 10,000.00. Biaya tersebut telah dicatat secara accrual pada tanggal 15
Desember 2010 dengan kurs KMK saat itu Rp 10.000 per US $ dan kurs hari ini Rp
9.000 per US$. PPN terutang dibayar melalui Bank Mandiri tanggal 17 Januari 2011.
7 18 Jan 2011 Dibayar Fee sebesar Rp 5 juta kepada Konsultan Pajak Manik Consulting
(NPWP/PKP 14.567.890.1-901.000) sehubungan dengan Jasa pengisian SPT
Tahunan 2010. SPT sudah diserahkan dan telah dilaporkan tanggal 30 Desember 2010
8 20 Jan 2011 Membayar Rp 15 juta kepada PT. HK (NPPKP 01.789.456.1-903.000) atas perbaikan
rumah pribadi direksi yang selesai dikerjakan tanggal 4 Januari 2010
9 23 Jan 2011 Ditemukan arsip SSP dan PIB tanggal 15 Nopember 2010 atas impor payet dari
Jepang dengan CIF Rp 3.000.000,- Bea Masuk 150.000,- dan fee atas pengeluaran
barang kepada petugas BC sebesar Rp 300.000. PPNnya telah disetor namun belum
dikreditkan
10 25 Jan 2011 Pembelian payet dari toko orchid (belum PKP) seharga Rp 500.000 invoice no.
006/orc/2010
11 30 Jan 2011 Diterima sejumlah pakaian dari PT. Batik Semar (NPWP/PKP 01.567.890.3-421.000)
dengan total harga Rp 300 juta, uang mukanya telah dibayar 50% pada bulan
Desember 2011
Informasi tambahan :
1. Dalam bulan Januari 2011 dikeluarkan biaya membangun sendiri (yg dilakukan sejak pertengahan
tahun 2010) untuk outlet di Jl. Kartika Plaza seluas 400m2 sebesar Rp 1 M
2. Dalam SPT Masa Desember 2010 terdapat kelebihan pembayaran PPN sebesar Rp 5 juta yang
dikompensasikan ke masa pajak berikutnya
Buatlah SPT Masa PPN 1111 untuk masa Januari dengan ketentuan :
1. Saat penerbitan Faktur pajak baik keluaran maupun masukan memenuhi ketentuan PMK-38/2010
2. Pajak Masukan yang belum dikreditkan, dikreditkan pada masa Januari 2011
3. Nomor seri FP keluaran untuk dimulai dari 00000001. Untuk FP kepada konsumen langsung yang
tidak diketahui identitasnya diterbitkan faktur pajak dengan nomor tersendiri (tidak mengikuti
ketentuan nomor seri faktur pajak)