Anda di halaman 1dari 11

Contoh Rekonsiliasi 

Fiskal
contoh lengkap rekonsiliasi fiskal.
Contoh Pertama (Konsep)
Laporan laba rugi CV Ndeso untuk tahun 2013 adalah sebagai berikut:

Rekonsiliasi fiskal untuk menghitung penghasilan neto adalah sebagai berikut:


Contoh Kedua (Studi Kasus)
Tuan Han, terdaftar di KPP Pratama Indo pada 14 April 2008, memiliki usaha warung “Sego Pecel”.
Daftar Riwayat Hidup singkat pribadi adalah sebagai

berikut:
Nama     :  Han Dook
Alamat    :  Jalan Merdeka Nomor 17 RT 08 RW 45 Kode Pos 1945 Indonesia
Nomor HP    :  08123XXXXXX
NPWP    :  XX.XXX.XXX.X-XXX.000
Anggota keluarga Tuan Han per 1 Januari 2013:

Laporan laba rugi perusahaan warung tersebut untuk tahun


2013 adalah sebagai berikut:
Informasi tambahan yang tersedia adalah sebagai berikut:

1. Dari beban gaji, terdapat gaji atas nama Neni (istri Tuan Han) sebesar Rp70.000.000,-
yang menjadi kepala cabang di Jakarta Selatan dan beras untuk pegawai Rp55.000.000,
2. Dari beban training karyawan, sebesar Rp15.000.000,- untuk biaya Neni kuliah S2 kelas
ekstensi
3. Dalam beban listrik dan telepon terdapat pembayaran listrik dan telepon rumah tinggal
keluarga Tuan Han sebesar Rp2.000.000,-
4. Pembayaran premi asuransi diperuntukkan sebagai berikut: premi asuransi kebakaran
rumah makan Rp19.000.000,-, premi asuransi kebakaran rumah tinggal keluarga Tuan
Han Rp1.000.000,-, dan premi asuransi jiwa keluarga Tuan Han Rp34.000.000,-
5. Dividen yang dilaporkan di Laporan Laba Rugi dari PT Bintaro Jaya sesudah dipotong
PPh sebesar 10%
6. Penghasilan sewa mobil dari PT Bintaro Rent Car yang dilaporkan setelah dipotong PPh
Pasal 23 sebesar 2%
7. Penghasilan sewa genset dari CV Ndeso yang dilaporkan sebelum dipotong PPh Pasal 23
sebesar 2%
8. Laba usaha cabang Brunei yang dilaporkan setelah dikurangi pajak yang terutang di
Brunei sebesar 35%
9. Laba usaha cabang Timor-Timur yang dilaporkan setelah dikurangi pajak yang terutang
di Timor-Timur sebesar 35%
10. Keuntungan selisih kurs sudah dihitung sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.
11.   Zakat yang dibayarkan kepada Bazis DKI Jakarta sebesar Rp28.000.000,-
12. Jumlah angsuran PPh Pasal 25 selama tahun 2012 adalah Rp212.000.000,-
13. Penyusutan fiskal menggunakan metode garis lurus. Daftar aktiva tetap adalah sebagai berikut:

Mobil Sedan dipergunakan oleh kepala cabang untuk kendaraan dinas dan dibawa pulang ke rumah.

Hitunglah

1. Penyusutan atas Aktiva Tetap


2. Buat Rekonsiliasi Fiskal
3. Penghasilan Kena Pajak Tahun Pajak 2013
4. Pajak Penghasilan Terutang Tahun Pajak 2013
5. Pajak Penghasilan Kurang Bayar (Lebih Bayar) Pada Akhir Tahun
6. Besarnya Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 Tahun Pajak 2014
Pembahasan:
1. Penyusutan atas Aktiva Tetap

Daftar Aktiva

Laptop/Komputer (Kelompok I, Masa Manfaat 4 Tahun):

Mobil Pick Up (Kelompok II, Masa Manfaat 8 Tahun):


Mobil Sedan (Kelompok II, Masa Manfaat 8 Tahun, Ketentuan Khusus):

Bangunan (Permanen, Masa Manfaat 20 Tahun)


Jumlah Beban Penyusutan Tahun 2013 = Rp43.750.000 + Rp25.000.000 + Rp25.000.000 =
Rp93.750.000
Sedangkan Beban Penyusutan di Laporan Laba Rugi sebesar Rp71.000.000

Jadi harus dikoreksi fiskal sebesar = Rp93.750.000 - Rp71.000.000 = Rp22.750.000,-

2. Buat Rekonsiliasi Fiskal


3. Penghasilan Kena Pajak Tahun Pajak 2013
4. Pajak Penghasilan Terutang Tahun Pajak 2013
5. Pajak Penghasilan Kurang Bayar (Lebih Bayar) Pada Akhir Tahun 2 s.d. 5 pada
Rekonsiliasi Fiskal berikut ini:
6. Besarnya Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 Tahun Pajak 2014 adalah sebagai beriku:
PPh terutang                                                         Rp500.405.000
Kredit Pajak:
PPh yang dipotong/ dipungut/ DAN Kredit Pajak LN
PPh  Pasal 23    -Rp1.300.000 
PPh  Pasal 24    -Rp138,391,122   
                                                                           -(139,691,122)
PPh yang harus dibayar sendiri (PASAL 25 TAHUN 2014)        Rp360,713,878,-
Angsuran pajak yang harus dibayar sendiri setiap bulan untuk tahun 2014 adalah sebesar:
Rp360,713,878  :  12 = Rp30.059.490,-

Contoh soal PPN dan PPn BM

Perhitungan PPN dan PPnBM

Soal 1
PT. Akiyatsu merupakan produsen mobil. Dalam menghasilkan mobil,
PT. Akiyatsu juga membeli AC yang akan dipasang pada mobil yang akan dihasilkannya.
PT. Akiyatsu membayar PPnBM atas perolehan AC tersebut senilai Rp500.000.
Apabila tarif PPnBM yang berlaku atas mobil tersebut menurut Peraturan Pemerintah No. 73
Tahun 2019 adalah 20%. Dan Tarif PPN adalah 11%
Hitunglah berapa besaran PPN dan PPnBM yang seharusnya dibayar oleh PT. Akiyatsu bila
harga produksi mobil adalah Rp200.000.000 dan keuntungan yang diharapkan adalah
Rp50.000.000?
 
Jawab:
Berdasarkan ilustrasi kasus di atas, maka harga jual mobil tersebut adalah sebagai berikut:
Harga Jual = Rp200.000.000 + Rp50.000.000 + Rp500.000
= Rp250.500.000
 
Bila harga jual telah diketahui sebesar Rp250.500.000, maka pajak terutang atas penyerahan
BKP yang tergolong mewah tersebut adalah:
PPN terutang = 11% x Rp250.500.000
= Rp.27.555.000
 
PPnBM terutang = 20% x Rp250.500.000
= Rp.50.100.000

Soal 2
PT. CheerUp mengimpor BKP yang tergolong mewah dengan nilai impor senilai
Rp300.000.000. Atas impor tersebut dikenai PPN sebesar 11% dan PPnBM sebesar 30%.
DPP atas impor BKP yang tergolong mewah tersebut senilai Rp300.000.000 yang mana tidak
termasuk PPN dan PPnBM yang dikenakan atas impor BKP tersebut.
Hitunglah berapakah jumlah yang harus dibayarkan PT. CheerUp atas impor BKP yang
tergolong mewah di atas!
 
Jawab:
Diketahui bahwa nilai Impor BKP tersebut ditetapkan sebagai DPP yakni senilai
Rp300.000.000
PPN    Impor = 11% x Rp300.000.000
= Rp31.000.000
 
PPnBM  impor = 30% x Rp300.000.000
= Rp90.000.000

PPh Psl, 22 Impor (ada API) 2,5% x Rp.300.000.000 = Rp.7.500.000

 
Soal 3
PT. Cemerlang melakukan pembelian sepeda motor dari PT. Bravo yang terikat dengan
kontrak pembelian.
Bila dalam pembuatan kontrak atau perjanjian tertulis bahwa dalam kontrak sebesar
Rp260.000.000 telah termausk PPN sebesar 11% dan PPnBM sebesar 20%. Hitunglah berapa
besaran PPN dan PPnBM yang terutang?
 
Jawab:
PPN yang terutang = 11/(100+11+20) x Nilai kontrak
= 11/131 x Rp260.000.000
= Rp21.832.000
 
PPnBM yang terutang = 20/(100+10+20) x Nilai kontrak
= 20/130 x Rp260.000.000
= Rp40.000.000
 
Rumus penghitungan PPN dan PPnBM di atas telah sesuai dengan Pasal 11 ayat (2) Peraturan
Pemerintah No. 1 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan UU No. 8 Tahun 1983. Dengan
perhitungan di atas, maka besaran PPN dan PPnBM yang terutang adalah Rp21.832.000 dan
Rp40.000.000.
 
 
 
Soal 4
Merujuk pada contoh kasus sebelumnya, apabila tidak disebutkan dalam kontrak bahwa nilai
kontrak yang tercantum termasuk PPN dan PPnBM. Hitunglah berapa besarnya PPN (tarif
11%) dan PPnBM (tarif 20%), bila DPP senilai Rp260.000.000!
 
Jawab:
DPP = Rp260.000.000
PPN = 11% x Rp260.000.000
= Rp28.600.000
PPnBM = 20% x Rp260.000.000
Rp52.000.000
 
Berdasarkan uraian di atas, maka besaran PPN dan PPnBM terutang atas penyerahan sepeda
motor adalah Rp26.000.000 dan Rp52.000.000.

Anda mungkin juga menyukai