Anda di halaman 1dari 135

PERPAJAKAN

3
Pajak-pajak Pusat
(hukum pajak materiel)
1. UU no 36 /2008 Pajak Penghasilan (PPh), diubah dengan UU
no 36/2008
2. UU no 42/2009 Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak atas
Penjualan Barang Mewah (PPN & PPnBM)
3. UU no 13/1994 Bea Materai
WAJIB PAJAK

 Adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar


pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang
mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
PAJAK PENGHASILAN

 Dasar hukum: UU No. 7 Tahun 1983 / UU No. 10 Tahun


1994 / UU No. 17 Tahun 2000/ UU no 36 tahun 2008
Pajak Penghasilan (PPh)

 .Ciri:
- Pajak langsung.
- Pajak subyektif.
 Pasal 1: pajak penghasilan dikenakan terhadap subyek
pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh
dalam tahun pajak
Subyek PPh

 Terdiri atas:
1. Subyek pajak dalam negeri
2. Subyek pajak luar negeri

 Subyek pajak dalam negeri yang sudah menjadi wajib


pajak harus mempunyai identitas diri yaitu NPWP
(Nomor Pokok Wajib Pajak)
Subyek PPh dalam negeri
 Orang Pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau berada
di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan
atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di
Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di
Indonesia.
 Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia.
 Warisan yang belum terbagi sebagai suatu kesatuan
menggantikan yang berhak.
 Bentuk Usaha Tetap (BUT).
BUT (Bentuk Usaha Tetap)
Permanent Establishment.
Adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang
pribadi (SPLN) dan badan yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan
usaha atau kegiatan di Indonesia , yang dapat berupa
a.l :
tempat kedudukan manajemen, cabang perusahaan,
kantor perwakilan,pabrik .
Subyek PPh luar negeri

 Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia


atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam
jangka waktu 12 bulan;yang memperoleh penghasilan
melalui BUT dan /atau non BUT
 Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia;yang kegiatan usahanya
melalui BUT.
UU Cipta kerja , berlaku mulai tahun 2021
pasal 111
WNI maupun WNA yang tinggal > 183 hari di
Indonesia menjadi subyek pajak DN
WNI berada di Indonesia< dari 183 hari dapat menjadi
Subyek Pajak LN dengan syarat tertentu
Pengenaan PPh bagi WNA yang merupakan Subyek
Pajak DN dengan keahlian tertentu hanya atas
penghasilan dari Indonesia.
Tidak termasuk subyek PPh

Undang‑Undang No. 17 Th. 2000 PPh pasal 3 jo. KMK 574/


KMK.04/2000, yaitu:
 Badan Perwakilan Negara Asing
 Pejabat perwakilan diplomatik / konsulat negara asing beserta
staf yang diperbantukan, dengan syarat:
 Bukan warga negara Indonesia
 Tidak mempunyai penghasilan lain
 Asas timbal balik
 Organisasi‑Organisasi Internasional yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan, dengan syarat:
 Indonesia menjadi anggotanya
 Tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan lain
untuk memperoleh penghasilan di Indonesia,
 Pejabat‑Pejabat Perwakilan Organisasi Internasional
yang ditetapkan oleh Menteri keuangan, dengan syarat;
 Bukan warga negara Indonesia
 Di Indonesia tidak menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh
penghasilan di Indonesia
OBYEK PAJAK
PENGHASILAN
 Penghasilan:
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima
atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat
dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan
wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan
dalam bentuk apapun
Sumber penghasilan

 Dari pekerjaan: gaji, honorarium.


 Dari kegiatan usaha: laba usaha
 Dari modal: bunga, dividen, sewa
 Dari jasa: jasa konsultan, jasa rental
 Lain-lain: hadiah, pembebasan utang
Obyek PPh (pasal 4 ayat 1)

 Antara lain :
 Gaji ,upah,tunjangan dll sehubungan dengan pekerjaan
 Laba usaha
 Keuntungan karena pengalihan harta: laba penjualan aset tetap
 Dividen,bunga pinjaman,royalty
 Sewa karena penggunaan harta : sewa mesin
 Dll
UU Cipta kerja

 Penghapusan PPh atas dividen dari dalam negeri , sepanjang


diinvestasikan kembali di Indonesia.
 Dividen dan penghasilan Kena Pajak dari Luar Negeri tidak
dikenakan PPh sepanjang diinvestasikan atau digunakan untuk
kegiatan usaha lainnya di Indonesia.
 Penghasilan dari LN selain BUT sepanjang diinvestasikan di
Indonesia.
Bukan obyek PPh (pasal 4 ayat 3)
antara lain:

1. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat


2. Harta hibahan
3. Warisan
4. Harta sebagai penyertaan modal
5. Imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan
6. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang orang pribadi
untuk asuransi pribadi.
UU Cipta kerja

 Non obyek pajak :


Bagian laba/SHU Koperasi
Dana haji yang dikelola BPKH (Badan Pengelola
Keuangan Haji)
Obyek PPh Final (pasal 4 ayat 2)

 Antara lain :
 Penghasilan bunga deposito bank dalam negeri
 Hadiah undian
 Penghasilan dari transaksi saham di BEI
 Penghasilan sewa tanah dan bangunan.
Ciri obyek PPh Final

1. Penghasilan tidak digabungkan dengan obyek PPh lainnya


2. Jika atas Penghasilan tersebut dipotong/dipungut pajak(PPh),
pajak tersebut bukan kredit pajak.
Contoh :
 Penghasilan sewa mobil (OP) = Rp 50.000.000, PPh 2%
 Warisan…………………..(BOP)= Rp 100.000.000
 Penghasilan sewa kantor (F) = Rp 40.000.000, PPh 10%
PPh 2% dari sewa mobil ..= Kredit pajak
PPh 10% dari sewa kantor.= Bukan kredit pajak.
Tarif PPh (UU PPh / 2000 ps 17)

Untuk WP orang pribadi dalam negeri:


 Sampai dengan Rp 25 juta 5%
 > Rp. 25 juta – Rp. 50 juta 10%
 > Rp. 50 juta – Rp. 100 juta 15%
 > Rp. 100 juta – Rp. 200 juta 25%
 > Rp. 200 juta 35%
Tarif PPh (UU PPh no 36/ 2008 ps 17

Untuk WP orang pribadi dalam negeri:


 Sampai dengan Rp 50 juta 5%
 > Rp. 50 juta – Rp. 250 juta 15%
 > Rp.250 juta – Rp. 500 juta 25%
 > Rp. 500 juta 30%

Untuk WP Badan dan BUT 25%


Contoh perhitungan PPh

 PKP Tuan Ali = Rp 60.540.322,00

PPh terutang =
5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000
15% x Rp 10.540.000 = Rp 1.581.000
-------------------
Rp 4.081.000
( PKP dibulatkan ribuan kebawah )
UU no 36 : PPH

 WPDN yang berbentuk PT TBK, yang paling sedikit


40% sahamnya diperdagangkan di BEI dapat
memperoleh tarip 5% lebih rendah dari tarip PPh
badan yang ditetapkan.
Pasal 31E

WP Badan DN dengan peredaran bruto sampai dengan


50 milyar mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif
sebesar 50% dari tarif ps 17, yang dikenakan atas
Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto
sampai dengan Rp4,8 milyar.
Jika :
1.Penghasilan bruto Badan >= Rp 4.800.000.000 .
PPh = 50% x 25% x PKP.
2. Penghasilan Bruto badan > Rp 4.800.000.000 sampai Rp
50.000.000.000
PPh ada 2 tarif
3, Penghasilan Bruto badan > Rp 50.000.000.000
PPh = 25% x PKP
Penghasilan bruto >Rp 4.800.000.000 s/d Rp
50.000.000.000

PKP terdiri atas :


1. PKP yang mendapat fasilitas tarip:
Rumus : 4.800.000.000/Penghasilan bruto X PKP =Y1
PPh = 50% x 25% x Y1= Z1.
2. PKP yang tidak mendapat fasilitas tarip :
Rumus : PKP – Y1 = Y2
PPh = 25% x Y2 = Z2
PPh = Z1 + Z2.
Contoh

PT Abadi pada tahun 2020 ,penghasilan brutonya Rp


30.000.000.000 (30M)..PKP rp 500.000.000. :
PKP yang mendapat fasilitas :
4.800.000.000/30.000.000.000 x Rp 500.000.000 = Rp 80.000.000.
PPh = 50% x 22% x Rp 80.000.000 = Rp 8.800.000
PKP yang tidak mendapat fasilitas :
Rp 500.000.000 – Rp 80.000.000 = Rp 420.000.000
PPh = 22% x Rp 420.000.000 = Rp 92.400.000
PPh terutang = Rp 8.800.000 + Rp 92.400.000 = Rp 110.000.000
Dasar Pengenaan Pajak PPh

 Dasar pengenaan PPh adalah Penghasilan Kena Pajak


(PKP)

 Perhitungan PKP didasarkan pada sumber


penghasilan.
Sumber penghasilan orang pribadi dan badan

1 Wajib Pajak orang pribadi


 Pekerjaan: sebagai karyawan tetap atau tidak tetap yang
mendapat gaji, upah, tunjangan, dsb
 Kegiatan usaha: keuntungan / laba usaha
2. Wajib pajak badan bersumber dari kegiatan usaha dan
penghasilan dari luar usaha
Rumus perhitungan PKP
(dari pekerjaan) – karyawan tetap
Penghasilan sebulan:
 Gaji XXX
 Tunjangan-tunjangan XXX
 Premi asuransi jamsostek XXxx
 Penghasilan bruto (PB) sebulan XXX
Dikurangi:
 Biaya jabatan 5% dari PB XXX
 Iuran yang dibayar karyawan:
JHT dan iuran pensiun XXX
Total pengurangan (XXX)
Penghasilan neto sebulan XXX
• Biaya jabatan maks Rp 500.000,00 perbulan.
• (mulai tahun 2009)
Karyawan tetap

Penghasilan neto sebulan……………. xxx


Penghasilan neto setahun…………… xxx
PTKP (xxx)
Penghasilan kena pajak xxx
PPh terutang setahun: PKP x tarif = xxx
PPh sebulan xxx
dipotong dari penghasilan WP tiap bulan….
Rumus perhitungan PKP orang pribadi(dari
usaha)
 Pencatatan
Diberikan hanya bagi kegiatan usaha yang peredaran bruto.
sampai Rp 4.800.000.000,00.
Menggunakan Norma Perhitungan (NP) untuk menghitung
penghasilan neto setahunnya
(PER DJP no 17/Pj /2015 )
PER DJP no 17/PJ/2015

Berisikan :
 Nomor KLU (Kode Lapangan Usaha)
 Nama usaha barang/jasa
 Tarip untuk
1. 10 ibukota propinsi : Jakarta,Bandung,
Semarang,Surabaya,Medan,Palembang Makasar,Pontianak
Manado,Denpasar
2. Ibukota lainnya misal Pekanbaru (ibukota prop Riau
3. Kota kota lainnya misal Cirebon,Tasik
Tuan Ali (K/1),wiraswasta pengolahan tahu dari bahan kedelai.dalam tahun
2019 omzet penjualan nya Rp 600.000.000. Terdaftar KLU (Kode Lapangan
Usaha) no 10392 dengan tarip NP 18%
Penghasilan neto : 18% x Rp 600.000.000 = Rp 108.000.000
PTKP…………………………………………….Rp 63.000.000
------------------------------
PKP………………………………………………Rp 45.000.000
PPh = 5% x Rp 45.000.000 = Rp 2.250.000
Kredit Pajak (PPh pasal 25)= Rp 1.200.000
-----------------------
PPh kurang bayar……………Rp 1.050.000
PP 46/2013
Ditujukan bagi : WP OP,Badan dengan batasan
Penghasilan Bruto =< 4,8 milyar.
 NP : 1% dari Penghasilan Bruto(omset)
 Bersifat Final
 Di setor paling lambat tanggal 15 bulan
berikutnya. (bukti surat setoran pajak)
 Tidak ada kewajiban PPh pasal 25
 Tidak mendapatkan pengurangan PTKP
 Mendapat SKB untuk pemungutan/pemotongan
PPh pasal 22 dan 23.
PP 23/2018

Pengganti PP 46/2013
Penurunan tarip (PP 46/2013) menjadi 0,5% x PB
Syarat : WP dengan penghasilan bruto =< 4,8 milyar.
Untuk WP OP berlaku selama 7 tahun
Ntuk CV, Firma berlaku selama 4 tahun
Untuk PT berlaku selama 3 tahun.
Tuan Hadi ,pedagang pakaian di Pasarbaru Bandung
Data penjualan a.l ‘
Januari 2019 , omset penjualan Rp 120.000.000
PPh Final : 0,5% x Rp 120.000.000 = Rp 6.000.000
disetor maks tanggal 15 Pebruari 2019

Pelaporan SPT Tahunan berisikan rekapitulasi pembayaran tiap


bulan (masa Januari sd desember 2019)
- Tidak ada pengurangan PTKP dan kredit pajak.
Pendukung perhitungan pajak

 Kewajiban menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan


 Pembukuan :
Penghasilan neto setahun :memperhitungkan seluruh penghasilan
dan biaya (harga pokok dan biaya operasional )
 Pencatatan :
Penghasilan neto setahun: % Norma Perhitungan x Penghasilan
bruto
Pencatatan/menggunakan Norma Perhitungan-orang
pribadi

 Pencatatan
Penghasil neto = NP (%) x PB = xxx
PTKP (xxx)
Penghasilan Kena Pajak xxx
PPh setahun: tarif x PKP = xxx
kredit pajak (xxx)
PPh kurang/lebih bayar xxx
Pembukuan-orang pribadi
 Pembukuan
penghasilan bruto setahun XXX
biaya fiskal:
 biaya untuk menagih, memperoleh,
dan memelihara penghasilan (XXX)
penghasilan neto setahun XXX
kompensasi kerugian (XXX)
PTKP (XXX)
PKP XXX
PPh setahun: tarif x PKP = XXX
kredit pajak (XXX)
PPh kurang/lebih bayar XXX
PTKP tahun 2016
 Untuk diri wajib pajak Rp. 54.000.000,00
 Tambahan bagi WP yang kawin Rp. 4.500.000,00
 Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan semenda dalam garis
keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya,
paling banyak tiga orang @ Rp. 4.500.000,00
 Tambahan untuk seorang istri yang mempunyai penghasilan dair usaha atau
pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan usaha suami Rp.
54.000.000,00
 Catatan: status PTKP ditentukan pada awal tahun
Contoh menghitung PTKP

Awal tahun 2019


1. Tuan Hadi , belum menikah (TK/0)..PTKP Rp 54.000.000,-
2. Tuan Ridwan, menikah ,anak kandung seorang (K/1).. PTKP Rp 63.000.000
( 54.000.000 +4.500.000+4.500.000)
3. Tuan Aldi, duda,anak kandung 2 orang, (TK/2) ..PTKP Rp 63.000.000
4. Tuan Herman. Menikah,anak kandung seorang, anak angkat (diadopsi
secara sah) seorang, anak asuh seorang…(K/2) PTKP Rp 67.500.000
(54.000.000 + 4.500.000+ 4.500.000 +4.500.000 )
5. Tuan Andi, menikah,tidak punya anak, istri berpenghasilan sendiri (K/i/0)…
PTKP Rp 112.500.000 (54.000.000 + 4.500.000 + 54.000.000 )
Rumus perhitungan PKP Badan – (kegiatan
usaha)
penghasilan bruto setahun XXXX
biaya fiskal:
- biaya untuk menagih, memperoleh,
dan memelihara penghasilan XXXX

- penghasilan neto setahun XXXX


- kompensasi kerugian (max 5 tahun) (XXX)
PKP XXXX
PPh setahun: tarif x PKP = XXXX
kredit pajak (XXXX)
PPh kurang/lebih bayar XXXX
PPh dilunasi dalam tahun berjalan

1. PPh pasal 21,


2. PPh pasal 22,
3. PPh pasal 23,
4. PPh pasal 4 ayat 2.
5. PPh pasal 24 (di LN)
6. PPh pasal 25.
PPh pasal 21

PPh atas penghasilan yang bersumber dari pekerjaan/jabatan/jasa.


 Pemberi kerja ditunjuk oleh Fiskus ;
1. Menghitung PPh karyawan atas penghasilannya ( gaji tetap
atau tidak tetap)
2. Memotong dari gaji/upah pada saat dibayarkan
3. Menyetorkan PPh pasal 21 tsb setiap bulan
4. Melaporkan PPh pasal 21 tsb setelah disetor
5. Membuat bukti potong pph pasal 21.
PPh pasal 22

PPh yang dikenakan atas:


 Kegiatan impor barang, yang memungut adalah Bank Devisa
atau DJBC
 Penghasilan sebagai rekanan instansi pemerintah/BUMN,BUMD,
yang memungut Instansi Pemerintah /BUMN,BUMD
 Penjualan industry tertentu (semen,kertas,otomotif, besibaja
,farmasi),yang memungut adalah industry tersebut saat menjual
ke agen/distributor
 Penjualan BBM oleh Pertamina., yang memungut Pertamina
pada saat dijual ke penyalur (SPBU,SPBA,dll)
Contoh impor barang

PT Aneka dalam bulan Maret 2020 mengimpor barang daru Korea


Selatan senilai :
CIF $ 20.000.000, Bea Masuk 10%.
Kurs BI $1 = Rp 14.400,- Kurs Menkeu/pajak $1 = Rp 14.300,-.
PT Aneka sudah punya API.
Nilai Impor = CIF + Bea Masuk + pungutan lain sesuai aturan DJBC
N I = (20.000.+ 2.000) x Rp 14.300,- = Rp 314.600.000,-.
PPh pasal 22 = 2,5% x Rp 314.600.000 = Rp 7.865.000,-
PPh pasal 22 menjadi kredit pajak bagi perusahaan yang dipungut,
kecuali jika bersifat final.
PPh pasal 23
Dikenakan atas penghasilan yang bersumber dari penggunaan
harta (bunga,dividen,royalty) dan jasa jasa.
Dipotong pada saat terutang /atau dibayarkan
Contoh :
PT Abadi membayar bunga pinjaman kepada PT Makmur senilai
Rp 10.000.000. , memotong pajak pph 15% = Rp 1.500.000,-
PT Abadi membayar jasa EO CV Andina pada saat launching
produk baru sebesar (fee) Rp 20.000.000. Pada saat dibayarkan
dipotong 2% x Rp 20.000.000 = Rp 400.000.-
PPh yang dipotong merupakan kredit pajak bagi PT Makmur dan
CV Andina.
PPh pasal 26 (bersifat final)

Dikenakan atas penghasilan yang diperoleh Subyek Pajak Luar


negeri.
Tuan Akira adalah WN Jepang. Menerima penghasilan sebagai
tenaga ahli teknik di PT Sampurna senilai Rp 40.000.000,- (untuk
satu bulan), Pada saat dibayarkan dipotong pph 20% ,: 20% x RP
40.000.000 = Rp 8.000.000,- Jika ada Tax Treaty , tarip
berdasarkan TT.
Bagi SPLN , tidak ada kredit pajak.
PPh pasal 24

Penghasilan yang bersumber dari LN, dikenakan pajak dinegara


ybs. Pajak yang dipotong atas penghasilan SPDN diluar negeri ,
merupakan kredit pajak bagi SPDN tersebut.
Contoh : PT Abadi menerima dividen dari Nemo Corp dinegara
Singapura senilai Rp 60.000.000 (sudah dikurs), dipotong pph 20%.
20% x Rp 60.000.000 = Rp 12.000.000.
Dengan menggunakan metode kredit terbatas, Pajak yang dipotong
tersebut menjadi kredit pajak bagi PT Abadi.
PPh pasal 4 ayat 2 (Final)

Merupakan PPh atas penghasilan tertentu.


Bunga deposito Bank Dn
Sewa tanah dan bangunan.\
Jasa konstruksi.

PPh yang dipotong atau dibayar sendiri bukan kredit


pajak bagi penerima penghasilan
PPh pasal 25

 Adalah angsuran pajak tahun berjalan yang wajib dibayar/disetor


sendiri oleh wajib pajak (setiap bulan) yang melakukan kegiatan
usaha dan pekerjaan bebas.
 Dasar perhitungan adalah pajak penghasilan tahun lalu.
 Merupakan kredit pajak bagi Wajib pajak ybs.
Soal PPh orang pribadi (1)
 Tuan Rahmat seorang wiraswasta, dalam tahun 2019 memperoleh
penghasilan bruto Rp 5 436.552.340,00.
Harga Pokok Penjualan Rp 3.278.368.420,00 dan biaya operasional Rp
79.239.570,00.
 Tuan Rahmat menikah pada bulan April 2014 dan anak pertama lahir bulan
Mei 2016.Selain itu ia menanggung ibu ,seorang adiknya dan 2 orang anak
asuh
 .Angsuran pajak(PPh pasal 25) dibayar tiap bulan Rp 320.000,00.
 Hitung PPh terutang dan PPh kurang/lebih bayar untuk thn 2019,apabila
:.Menggunakan pembukuan.
(2)
 Tuan Rahmat seorang wiraswasta, dalam tahun 2019
memperoleh penghasilan bruto Rp5. 436.552.340,00.
Harga Pokok Penjualan Rp 3.278.368.420,00 dan biaya
operasional Rp 579.239.570,00.
 Tuan Rahmat menikah pada bulan April 2010 dan anak
kedua lahir bulan Mei 2019.
 .Angsuran pajak(PPh pasal 25) dibayar tiap bulan Rp
2.120.000,00.
 Istri Tuan Rahmat ( Ny Santi) punya usaha salon
kecantikan. Penghasilan bruto Rp 320.000.000,00
setahun dan biaya operasional Rp 76.432.000,00
 Hitung PPh terutang dan PPh kurang/lebih bayar untuk
thn 2019 (Ny Santi menggunakan NPWP
suami),apabila :
Tuan Rahmat menggunakan pembukuan.
Soal PPh badan
 PT Sentosa ,usaha perdagangan alat-alat tulis dalam tahun 2018
memperoleh penghasilan bruto Rp 5.736.552.340,00.Harga Pokok Penjualan
Rp 4.478.368.530,00 dan biaya operasional Rp 81.239.570,00.Kerugian
tahun 2015 yang masih dapat dikompensasikan dalam tahun 2018 sejumlah
Rp 45.670.000,00.Penghasilan dividen dari PT Rama senilai Rp
24.000.000,00Pajak yang dibayar dalam tahun 2018 .PPh pasal 23 atas
penghasilan dividen 15% (penyertaan saham 20%) danPPh pasal
25(angsuran pajak) dibayar tiap bulan Rp 1.523.000,00.
 Hitung PPh terutang dan PPh kurang/lebih bayar untuk thn 2018.
Soal PPh orang pribadi-karyawan

Tuan Budi bekerja sebagai staf akunting diPT Manunggal,dengan mendapat


imbalan sebulan sbb:
gaji Rp 5.400.000,00,tunjangan jabatan Rp 500.000,00 .Perusahaan ikut
program BPJS dan membayarkan untuk Tuan Budi premi JAKK dan JAK
sebesar Rp 100.000,00.Iuran JHT dibayar perusahaan 3,7% dari gaji dan 2%
ditanggung Tn Budi.
Status Tuan Budi pada awal tahun 2018 adalahK/2.
Hitunglah PPh pasal 21 yang dipotong dari penghasilan Tuan Budi setiap bulan
dalam tahun 2018.
Penghasilan dari penggunaan harta/modal

1. Penyertaan saham pada suatu PT: dividen


2. Aktiva Tetap yang disewakan: sewa mesin, sewa tanah/
bangunan.
3. Deposito di bank : bunga
4. Penggunaan hak cipta, merk dagang : royalti
Pihak yang membayar akan memotong PPh atas penghasilan
tersebut diatas berdasarkan tarip yang sudah ditentukan dalam
PPh pasal 23.(witholding system)
PT Sentosa menerima penghasilan sewa mesin dari PT
Alamraya senilai Rp 20.000.000,00 pada tanggal 1 Maret 2018
Tarip PPh 2%.PT Alamraya memotong PPh (ps 23)
: 2% x Rp 20.000.000,00 = Rp 400.000,00
pada waktu dilakukan pembayaran.
PPh yang dipotong ini merupakan PPh yang dibayar dimuka
(kredit pajak) bagi PT Sentosa, yang akan diperhitungkan
dengan PPh terutang dalam tahun 2018
Penghasilan dari jasa-jasa
 Ada jasa-jasa yang PPh nya dipotong oleh pihak yang
membayar dengan tarip yang sudah ditetapkan dalam PPh pasal
23 (witholding system),
 contoh :
 Jasa akuntan publik
 Jasa konsultan manajemen
 Jasa makloon
 Jasa perancang iklan
 Jasa penilai(appraisal)
PPN & PPnBM

 (PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN


PAJAK ATAS PENJUALAN BARANG MEWAH )

 (Value Added Tax & Luxury Goods Tax)


 UU no 8/ 1984, UU no 11/ 1994, UU NO 18/ 2000, UU
no 42/2009
 Ciri-ciri PPN:
 Bukan Pajak berganda
 Pajak Tidak Langsung
 Pajak Obyektif
 Pajak atas Konsumsi Dalam negeri
 Sifat pungutan multi-stage ( dipungut pada setiap saluran
produksi dan distribusi)
Daerah Pabean

 Psl 1 :
 Daerah Pabean adalah wilayah RI yang meliputi
wilayah darat, perairan, dan ruang udara diatasnya,
serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Ekslisif
dan landas kontinen yang didalamnya berlak Undang-
Undang yang mengatur mengenai kepabeanan.
Obyek PPN:
 PPN dikenakan atas :
a) penyerahan BKP didalam daerah pabean yang dilakukanpengusaha
b) impor Barang Kena Pajak
c) Penyerahan Jasa Kena Pajak didalam daerah pabean yang dilakukan
pengusaha
d) Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak Berwujud dari Luar daerah
pabean didalam daerah pabean
e) Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar daerah Pabean didalam daerah
pabean
f) Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak
g. Ekspor BKP Tidak Berwujud oleh PKP
h. Ekspor JKP oleh PKP.
BKP Tidak Berwujud

1. Penggunaan atau hak menggunakan hak cipta


dibidang kesusasteraan, kesenian,atau karya ilmiah,
paten,desain atau model,formula.
2. Penggunaan atau hak menggunakan
peralatan/perlengkapan industrial,komersial atau
ilmiah.
BKP ( Barang Kena Pajak)

 Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifat


atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau
barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud.
 Barang Kena Pajak adalah barang sebagaimana
dimaksud di atas yang dikenakan pajak berdasarkan
Undang-undang PPN.
Bukan BKP
a) hasil pertambangan atau hasil pengeboran, yang diambil langsung
dari sumbernya, yaitu minyak mentah (crude oil), gas bumi , panas
bumi, , batu bara sebelum diproses bahan galian gol C yang telah
dikenakan pajak daerah.
b) Barang-barang kebutuhan pokok rakyat, yaitu : beras dan gabah,
jagung, sagu, kedelai dan garam
c) Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan,
warung dan sejenisnya; baik yang dikonsumsi ditempat maupun yang
dibawa pulang (take away),
d) Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga.
PP no 12/tahun 2001

 Impor dan atau penyerahan BKP tertentu yang bersifat


strategis yang dibebaskan dari pengenaan PPN, yaitu
barang yang dihasilkan dari kegiatan usaha pertanian,
perkebunan,kehutanan, peternakan, perburuan atau
penangkapan, penangkaran, atau dari kegiatan
perikanan baik dari penangkapan atau budidaya.
KMK no 155/KMK 04/ 2001
BKP yang bersifat strategis adalah barang hasil pertanian yang
dipetik langsung, diambil langsung, disadap langsung dari
sumbernya, termasuk hasil pemrosesan yang dilakukan dengan
cara tertentu oleh petani, al : direndam, dikupas, dipisahkan dari
kulit atau biji,dibekukan dikeringkan/ diasap dengan tujuan untuk
melindungi barang ybs.
Termasuk dalam penyerahan BKP kena pajak

a) penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian


b) pengalihan BKP oleh karena suatu perjanjian sewa
beli dan perjanjian leasing
c) Penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau
melalui juru lelang.
d) Pemakaian sendiri dan atau pemberian Cuma-Cuma
atas BKP
e) BKP berua persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan
semula tidak untuk diperjualbelikan , yang masih tersisa pada
saat pembubaran perusahaan .
f) Penyerahan BKP dari pusat kecabang atau sebaliknya dan
penyerahan BKP antar cabang.
g) Penyerahan BKP secara konsinyasi. (menurut UU Cipta kerja
tahun pasal 111, mulai tahun 2021 bukan lagi obyek PPN)
h.Penyerahan BKP oleh PKP dalam rangka perjanjian
embiayaan berdasarkan prinsip syariah, yang
penyerahannya dianggap langsung dari PKP kepada
yang membutuhkan BKP.
Tidak termasuk dalam pengertian penyerahan BKP
adalah

1. penyerahan BKP kepada makelar sebagaimana


dimaksud dalam Kitab Undang-undang Hukum
Dagang (KUHD);
2. penyerahan BKP untuk jaminan utang piutang;
3. penyerahan BKP sebagaimana dimaksud alam ayat
(1) huruf f dalam hal PKP melakukan pemusatan
tempat pajak terutang.
4. Pengalihan BKP dalam rangka penggabungan,
peleburan,pemekaran,pemecahan dan pengambilalihan usaha
dengan syarat pihak yang melakukan pengalihan dan yang
menerima pengalihan adalah PKP.
5.BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbalikan, yang mash tersisa pada saat pembubaran
perusahaan dan yang Pajak Masukannya atas perolehannya
tidak dapat dikreditkan.
JKP ( Jasa Kena Pajak )
 Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu
perikatan atau perbuaan hukum yang menyebabkan suatu
barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk
dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan
barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas
petunjuk dari pemesan.
 Jasa Kena Pajak adalah jasa sebagaimana dimaksud di atas
yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang PPN.
Penyerahan Jasa Kena Pajak

 Jasa yang terutang PPN : jasa kontraktor,jasa


rental, jasa pemeliharaan kendaraan, jasa Akuntan
Publik

 Jasa yang tidak terutang PPN (12 jasa) a.l: jasa-


jasa dibidang pendidikan, keagamaan , medis ,
sosial, dan kesenian yang tidak komersil
Jasa Keuangan

1. jasa menghimpun dana dari masyarakat berupa giro,


deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan,
dan/atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu;
2. jasa menempatkan dana, meminjam dana, atau
meminjamkan dana kepada pihak lain dengan
menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun
dengan wesel unjuk, cek, atau sarana lainnya;

.
3.Jasa pembiayaan termasuk jasa pemiayaan berdasarkan
syariah
 a) sewa guna usaha dengan hak opsi;
 b) anjak piutang;
 c) usaha kartu kredit; dan/atau
 d) pembiayaan konsumen;
 4. jasa penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai, termasuk
gadai syariah dan fidusia; dan
 5. jasa penjaminan.
 (Psl
Pembiayaan syariah

 penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena


Pajak dalam rangka perjanjian pembiayaan yang
dilakukan berdasarkan prinsip syariah, yang
penyerahannya dianggap langsung dari Pengusaha
Kena Pajak kepada pihak yang membutuhkan Barang
Kena Pajak
 Dalam transaksi murabahah, bank syariah bertindak sebagai
penyedia dana untuk membeli sebuah kendaraan bermotor dari
PKP A atas pesanan nasabah bank syariah (Tuan B). Meskipun
berdasarkan prinsip syariah, bank syariah harus membeli dahulu
kendaraan bermotor tersebut dan kemudian menjualnya kepada
Tuan B, berdasarkan Undang-Undang ini, penyerahan
kendaraan bermotor tersebut dianggap dilakukan langsung oleh
PKP A kepada Tuan B
Jasa lain

1. Jasa di bidang penyediaan tempat parkir;


2. Jasa telepon umum dengan menggunakan uang
logam;
3. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos;
4. Jasa boga/katering.
Subyek PPN

Adalah Pengusaha Kena Pajak, yaitu


Pengusaha , orang pribadi atau badan yang dalam
kegiatan usahanya ; menghasilkan barang,
mengimpor barang,mengekspor barang, usaha
perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud
dari luar daerah pabean,usaha jasa atau
memanfaatkan jasa dari luar daerah
pabean.Contoh:
importir, eksportir, produsen,dsb.
Bukan Subyek PPN:

 Pengusaha Kecil
Peredaran bruto tidak melebihi Rp 4.800.000.000,00
setahun

 Pengusaha Jasa yang jasanya tidak terutang PPN


KewajibanPengusaha Kena Pajak
 1.Melapor untuk nemperoleh pengukuhan PKP
 2.Membuat faktur pajak untuk setiap penyerahan BKP atau JKP
 3.Membuat Nota Retur pada setiap melakukan pengembalian
BKP.
 4.Menyelenggarakan pembukuan
 5.Menyetorkan PPN dan PPnBM yang terutang
 ( mekanisme pengkreditan PPN)
 6.Melaporkan PPN dan PPnBM yang terutang.
FAKTUR PAJAK

 Faktur Pajak merupakan :


 Bukti pungutan pajak yang dibuat oleh PKP karena
penyerahan BKP atau JKP atau
 Bukti pungutan pajak karena impor BKP yang
digunakan oleh Dirjen Bea Cukai
 sarana mekanisme pengkreditan Pajak Pertambahan
Nilai.
Tarip PPN:

 impor 10%
 penyerahan dalam negeri 10%
 ekspor 0%
Dasar Pengenaan Pajak ( DPP )

 Nilai Impor
 Harga Jual
 Nilai Penggantian
 Nilai Lain
Nilai Impor

 Nilai impor adalah Cost(Harga barang) +


Insurance(Asuransi) + Freight-in(biaya angkut
pembelian) + Bea Masuk dan pungutan lain sesuai
dengan UU Pabean.
Harga Jual

 Harga Jual adalah semua biaya yang diminta atau seharusnya


diminta oleh penjual karena penyerahan BKP ,tidak termasuk
PPN yang dipungut menurut UU ini dan potongan harga yang
dicantumkan dalam Faktur Pajak
 Dalam harga jual adakalanya dipengaruhi oleh adanya hubungan
istimewa (related party)
 Contoh : PT X di Indonesia menjual barang kepada anak
perusahaannya (saham> 25%) di Hongkong dengan harga
Rp 1.000.000 perunit. Harga pasar Rp 1.300.000 perunit.
 Dikenal dengan istilah transfer pricing.
Nilai Penggantian

 Penggantian adalah semua biaya yang diminta atau


atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena
penyerahan Jasa Kena Pajak , tidak termasuk pajak
yang dipungut menurut Undang-undang ini dan
potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak
Nilai Lain

 Nilai Lain adalah suatu nilai berupa uang yang


digunakan sebagai Dasar pengenaan pajak untuk
penyerahan BKP atau JKP tertentu, a.l:
 Untuk pemakaian sendiri dan pemberian cuma-Cuma
adalah harga jual/penggantian ,tidak termasuk laba
kotor
 Untuk penyerahanmedia rekaman suara atau gambar
adalah harga jual rata-rata.
 Kegiatan membangun sendiri.
Contoh Nilai Lain

 Kegiatan membangun sendiri :


 Tuan Hadi mendirikan bangunan disebidang tanah
miliknya. Biaya pembangunan adalah Rp 500.000.000
 PPN yang harus disetor sendiri :
10% x 20% x Rp 500.000.000 = Rp 10.000.000,-
Kewajiban penyetoran dan pelaporan

 PPN ádalah pajak yang terutang masa, karena itu


harus dihitung dan diperhitungkan tiap bulan dan
disetorserta dilaporkan setiap bulan
 Penyetoran selambat-lambatnya sebelum
disampaikan SPT Masa PPN
 Pelaporan selambat-lambatnya akhir bulan setelah
masa pajak terutang .
Perhitungan PPN

 PKP wajib memungut PPN untuk setiap penyerahan BKP atau


JKP.
 Contoh:
 PKP A menjual BKP senilai
Rp 1.000.000,00 kepada PKP B.
 PPN yang dipungut :
10% x Rp 1.000.000,00 = Rp 100.000,00.
Sebelum disetorkan, diperhitungkan dengan PPN yang dibayar
dalam masa pajak yang sama.
Mekanisme PM dan PK

 Pajak Masukan ( PM )adalah PPN yang dibayar pada


saat perolehan BKP/ JKP
 Pajak Keluaran ( PK ) adalah PPN yang dipungut
pada saat penyerahan BKP/ JKP
PM >< PK

Apabila
 PM = PK , PPN nihil
 PM > PK , PPN lebih setor
 PM < PK , PPN kurang setor

Bila PPN lebih bayar dapat dikompensasikan atau


direstitusi.
Pengkreditan PPN

 Pajak Masukan pada suatu masa (bulan) yang sama


dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran
 Pajak Masukan yang belum dikreditkan (misal FP
diterima terlambat) masih dapat dikreditkan dalam
jangka waktu 3 bulan,sepanjang belum dicatat sebagai
biaya atau belum dilakukan pemeriksaan
Contoh

 PT Andalusía (PKP) dalam bulan April 2020 melakukan


transaksi sbb:
 Pembelian BKP dari PT Beta Rp 200.000,00
PM =Rp 20.000.00
 Penjualan BKP kepada PT Ria Rp 300.000,00
PK = Rp 30.000,00
 PPN kurang setor =Rp 10.000.00 (PM < PK )
 Faktur Pajak dibuat pada tgl transaksi.
Disetor pada tgl 20 Mei 2020 dan dilaporkan (SPT Masa
PPN) tgl 21 Mei 2020
PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH
(PPnBM) / Luxury Tax

 Dikenakan atas penyerahan BKP yang sudah


dikenakan PPN
 Dipungut hanya satu kali saja, yaitu :
* pada saat BKP diserahkan oleh
produsen
* pada saat impor BKP
 PPnBM tidak dapat dikreditkan.
menjadi unsur harga pokok barang.
 Subyek PPnBM :
Pengusaha Kena Pajak.

 Obyek PPnBM :
Penyerahan barang Kena Pajak yang tergolong
mewah.
Tarip dan DPP

 Tarip : beragam, mulai 10% sd 200%.

 Dasar Pengenaan Pajak :


Nilai Impor
Harga Jual
Contoh
 Pt Alfa mengimpor BKP yang tergolong mewah senilai Rp
100.000.000,00
 PPN 10% dan PPnBM 20%.

 Dibayar :
 Harga barang………………………..= Rp 100.000.000,00
 PPN 10% x Rp 100.000.000,00 = Rp 10.000.000,00
 PPnBM 20%xRp100.000.000,00 = Rp 20.000.000,00
 -------------------------

Rp130.000.000,00
Soal PPN
Dalam bulan Mei 2020, terjadi transaksi-transaksi di PT Abadi sbb :
1. Penjualan BKP kepada PT Alfa Rp 200.000.000,00
2. Penjualan BKP kepada PT Beta Rp 300.000.000,00
3. Ekspor ke Singapura senilai Rp 400.000.000,00
4. Pembelian BKP dari PT Delta Rp 250.000.000,00
5. Bayar jasa akuntan publik Tio SE Ak Rp 30.000.000,00
6. Impor BKP dari Jepang Rp 140.000.000,00 (sudah dikurs)
Hitung PPN yang kurang/lebih setor untuk masa Mei2020
Soal PPN & PPnBm
 Dalam bulan Mei 2019, PT Alfa (produsen)menjual BKP kepada
PT PT Beta senilai Rp 4.000.000,00 (di + PPnBM
20%),kemudian PT Beta menjual BKP tersebut kepada PT Cello
dengan menambah margin 30% dari harga perolehannya.PT
Cello menjual kepada konsumen akhir dengan menambah
margin 10% dari harga perolehannya.
 .Faktur pajak dibuat penjual untuk setiap kali terjadi penjualan
 Hitung PPN & PPnBM terutang masing-masing PKP dalam bulan
Mei 2019
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
UU No 12/1985, UU No 12/ 1994)

 Ciri PBB : - Pajak obyektif


- Pajak kebendaan

PBB adalah pajak yang dikenakan atas bumi dan


bangunan.
Sektor PBB

Pajak Pusat (PBB P3)


Sektor :- Perkebunan, Kehutanan,
Pertambangan dan lainnya.
Pajak Daerah /Kabupaten/kota-(PBB P2)
Sektor : Perkotaan dan Pedesaan
Obyek PBB

 Obyek PBB adalah Bumi dan Bangunan


 Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada
dibawahnya.Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan
pedalaman (termasuk rawa-rawa, tambak dan perairan) serta
laut wilayah RI.
 Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau
dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan untuk
tempat tinggal , tempat usaha dan tempat yang diusahakan.
Termasuk dalam pengertian bangunan adalah:

 Jalan lingkungan dalam satu kesatuan dengan komplek bangunan.


 Jalan tol
 Kolam renang
 Tempat olahraga
 Galangan kapal, dermaga
 Taman mewah
 tempat penampungan/ kilang minyak, air dan gas, pipa minyak.
 Fasilitas lain yang memberi manfaat.
Subyek PBB

 Adalah orang atau badan yang secara nyata


mempunyai hak atas bumi dan atau memperoleh
manfaat atas bumi dan atau memiliki, menguasai dan
atau memperoleh manfaat atas bangunan.
Bukan Obyek PBB

Adalah obyek yang digunakan semata-mata untuk melayani


kepentingan umum dan tidak untuk mencari keuntungan, antara
lain dibidang:
 Ibadah; mesjid, gereja, vihara, pura.
 social ; panti asuhan
 kesehatan ; rumah sakit, puskesmas.
 pendidikan ; sekolah, madrasah, pesantren
 kebudayaan nasional ; musium, candi.
 Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, taman nasional,
tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, tanah negara
yang belum dikenai suatu hak
 Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang
sejenisnya.
 Dipergunakan oleh perwakilan diplomatik, consulat, berdasarkan
atas perlakuan timbal balik.
 Digunakan oleh badan atau perwakilan Organisasi Internasional
yang ditentukan oleh Menteri Keuangan.
Dasar Pengenaan PBB

 adalah Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP)


 Nilai Jual Obyek Pajak , merupakan harga rata-rata
yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi
secara wajar, dan bilamana tidak terjadi dari transaksi
jual beli, maka NJOP ditentukan melalui perbandingan
harga dengan obyek pajak yang sejenis, atau nilai
perolehan baru, atau nilai jual obyekpajak pengganti.
Penetapan NJOP
 Perbandingan harga dengan obyek lain yang sejenis, yaitu dengan cara
membandingkannya dengan harga obyek pajak lain yang letaknya
berdekatan dan fungsinya sama
 Nilai perolehan baru, yaitudengan cara menghitung seluruh biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh obyek tersebut , dikurangai dengan
penyusutan berdasarkan kondisi fisik obyek tersebut.
 Nilai jual pengganti, adalah suatu metode penentuan nilai jual suatu obyek
pajak yang berdasarkan pada hasil produksi obyek pajak tersebut
Nilai Jual Kena Pajak (NJKP)
(Assesment Value)
 NJKP adalah nilai jual yang digunakan sebagai dasar
perhitungan pajak, yaitu suatu prosentasi tertentu dari
nilai obyek pajak.
 NJKP masih digunakan untuk PBB P3/pusat.
PP 46 tahun 2000/berlaku untuk PBB Pusat

 Besarnya NJKP adalah 40% dari NJOP ,untuk:


a.Obyek Pajak Perkebunan
b.Obyek Pajak Kehutanan
c.Obyek Pajak Pertambangan
Nilai Jual Obyek Pajak Tidak Kena Pajak(NJOPTKP)
dan Tarip Pajak

 Adalah pengurangan yang diberikan kepada setiap


wajib pajak
 besarnya maksimal Rp 12.000.000,00
 Setiap daerah dapat berbeda tergantung dari perda
daerah setempat.

Tarip PBB 0,5 % untuk PBB P3


Tarip PBB 0,3% untuk PBB P2, tanpa NJKP.
Rumus perhitungan PBB:

Tarip %x { NJKP x (NJOP - NJOPTKP) }

Saat terutang PBB


 Adalah keadaan obyek pada awal tahun ( 1 Januari )
SPOP dan SPPT
 Subyek Pajak mendaftarkan obyek pajaknya dengan mengisi
SPOP( Surat Pemberitahuan Obyek Pajak)
 SPOP harus diisi dengan jelas, lengkap dan disampaikan dalam
jangka waktu 30 hari setelah diterimanya SPOP.
 Berdasarkan SPOP tersebut diterbitkan SPPT (Surat
Pemberitahuan Pajak Terutang).
 Pajak terutang berdasarkan SPPT harus dilunasi selambat-
lambatnya 6 bulan sejak diterimanya SPPT.
Pembayaran PBB

 Pembayaran PBB dilakukan di :


1. Bank Persepsi
2. Kantor Pos dan Giro
3. Petugas pemungut yang ditunjuk secara resmi
(misalnya petugas pemda setempat)
Pengurangan PBB

 Pengurangan PBB dapat dilakukan dalam kondisi sbb:


Kondisi tertentu obyek pajak yang ada hubungannyan dengan
subyek pajak :
 lahan obyek yang hasilnya sangat terbatas ,
 wajib pajak berpenghasilan rendah,
 wajib pajak pensiunan,
 wajib pajak mengalami kesulitan likuiditas,
 Wajib pajak terkena bencana alam
Sanksi
 Jika SPOP tidak disampaikan sesuai batas waktu, diterbitkan
SKP berdasarkan data yang ada pada DJP dan mengenakan
denda 25% dari jumlah pokok.
 Contoh:
 PBB terutang ……………..….Rp 5.000.000,00
 Sanksi Administrasi :
 25% x Rp 5.000.000,00 = Rp 1.250.000,00
 ------------------------
 PBB terutang dalam SKP = Rp 6.250.000,00
Sanksi
 Jika PBB terutang menurut SPPT tidak dibayar sesuai batas waktu,
dikenakan sanksi administrasi 2% sebulan dari jumlah yang kurang dibayar.
 Contoh:
 PBB terutang tahun 2016 (SPPT)
yang diterima tgl 1 Maret 2016…………Rp 200.000,00
Dilunasi tgl 1 September 2016 :
sanksi adm ;2% x 1 x Rp 200.000,00 = Rp 4.000,00
-----------------------
PBB dan sanksi yang terutang………….Rp 204.000,00
( terlambat 7 bln – 6 bln = 1 bulan)
 UU no 28/2009 :

PBB (P2/Perkotaan dan Pedesaan) dan BPHTB


dialihkan men jadi Pajak Daerah se-lambat2 nya
tahun 2014.
BEA MATERAI
( UU NO 13/ 1985

 Bea materai adalah pajak atas dokumen


 Dokumen adalah kertas yang berisikan tulisan yang
mengandung arti dan maksud tentang perbuatan,
keadaan atau kenyataan bagi seseorang dan atau
pihak-pihak yang berkepentingan
Obyek Bea Materai
Dikenakan Bea Materai atas dokumen yang berbentuk :
1. Suratperjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan
tujuan untuk digunakan sebagai alat pembuktian mengenai
perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata.Surat-
surat lainnya dimaksud antara lain surat kuasa, surat hibah, surat
pernyataan.
2. Akta-akta notaris termasuk salinanny
3. Akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah
termasuk rangkap-rangkapnya.
4. Surat yang memuat jumlah uang lebih dari
Rp 1.000.000,00:
- Yang menyebutkan penerimaan uang
- Yang menyatakan pembukaan uang atau penyimpanan uang dalam
rekening di bank
- Yang berisi pemberitahuan saldo rekening dibank
-Yang berisi pengakuan bahwa utang uang seluruhnya atau sebagiannya
telah dilunasi atau diperhitungkan
5. Surat berharga seperti wesel ,promes , aksep dan cek yang
harga nominalnya lebih dari Rp 1.000.000,00
6. Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun , sepanjang harga
nominalnya lebih dari Rp 1.000.000,00
7. .Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian
dimuka pengadilan ,yaitu:
 a. surat-surat biasa dan kerumahtanggan
 b. surat-surat yang semula tidak dikenakan Bea Materai
berdasarkan tujuannya , jika digunakan untuk tujuan lain atau
digunakan oleh orang lain, lain dari maksud semula.
Tarip BM
 Dokumen dari no 1 sampai dengan no 7 dikenakan BM dengan
tarip Rp 6.000,00
 ( kecuali cek dan bilyet giro dikenakan BM dengan tarip Rp
3.000,00)
 Dokumen no 4, 5, 6 , yang mempunyai harga nominal tidak lebih
dari Rp 250.000,00 tidak dikenakan BM, dan jika lebih dari Rp
Rp 250.000,00 tetapi tidak lebih dari Rp 1.000.000,00 dikenakan
BM dengan tarip Rp 3.000,00
 Tarip Bea Materai mulai tahun 2021 menjadi tunggal Rp
10.000,-
Bukan obyek BM

. dokumen yang berupa:


 a. surat penyimpanan barang
 b. konosemen
 c. surat angkutan penumpang
 d. keterangan pemindahan yang dituliskan atas
 dokumen ( butir a,b,c )
 e. bukti untuk pengiriman dan penerimaan barang
 f. surat pengiriman barang untuk dijual atas
 tanggungan pengirim
 g. surat-surat lainnya yang dapat disamakan
 dengan surat-surat sebagaimana dimaksud
 dalam butir a sampai butir f.
2. segala bentuk ijasah
3. tanda terima gaji, uang tunggu, pension, uang tunjangan, dan
pembayaran lainnya yang ada kaitannya dengan hubungan verja
serta surat-surat yang diserahkan untuk mendapatkan
pembayaran itu.
4. tanda bukti penerimaan uang Negara dari Kas Negara, Kas
Pemewrintah Daerah dan bank.
5. kwitansi untuk semua jenis pajak dan untuk penerimaan lainnya
yang dapat
6. tanda terima uang yang dibuat untuk keperluan intern
organisasi.
7. dokumen yang menyebutkan tabungan pembayaran uang
tabungan kepada penabung oleh bank , koperasi, dan badan-
badan lainnya yang bergerak dibidang tersebut.
8. surat gadai yang diberikan oleh PT Pegadaian.
9. tanda pembagian keuntungan atau bungan dari efek, dengan
nama dan dalam bentuk apapun.
Saat terutangnya bea materai

ditentukan dalam hal:


 dokumen yang dibuat oleh satu pihak adalah pada saat
dokumen itu diserahkan
 dokumen yang dibuat oleh lebih satu pihak adalah pada
saat selesainya dokumen itu dibuat
 dokumen yang dibuat diluar negeri pada saat
digunakan di Indonesia.
 Benda Materai :
adalah materai tempel dan kertas materai yang dikeluarkan oleh
Pemerintah RI.

 Pemateraian kemudian
dilakukan atas dokumen kerumahtanggaan biasa dan dokumen
yang dibuat diluar negeri, apabila akan digunakan sebagai bukti
yang sah dipengadilan

Anda mungkin juga menyukai