3
Pajak-pajak Pusat
(hukum pajak materiel)
1. UU no 36 /2008 Pajak Penghasilan (PPh), diubah dengan UU
no 36/2008
2. UU no 42/2009 Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak atas
Penjualan Barang Mewah (PPN & PPnBM)
3. UU no 13/1994 Bea Materai
WAJIB PAJAK
.Ciri:
- Pajak langsung.
- Pajak subyektif.
Pasal 1: pajak penghasilan dikenakan terhadap subyek
pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh
dalam tahun pajak
Subyek PPh
Terdiri atas:
1. Subyek pajak dalam negeri
2. Subyek pajak luar negeri
Antara lain :
Gaji ,upah,tunjangan dll sehubungan dengan pekerjaan
Laba usaha
Keuntungan karena pengalihan harta: laba penjualan aset tetap
Dividen,bunga pinjaman,royalty
Sewa karena penggunaan harta : sewa mesin
Dll
UU Cipta kerja
Antara lain :
Penghasilan bunga deposito bank dalam negeri
Hadiah undian
Penghasilan dari transaksi saham di BEI
Penghasilan sewa tanah dan bangunan.
Ciri obyek PPh Final
PPh terutang =
5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000
15% x Rp 10.540.000 = Rp 1.581.000
-------------------
Rp 4.081.000
( PKP dibulatkan ribuan kebawah )
UU no 36 : PPH
Berisikan :
Nomor KLU (Kode Lapangan Usaha)
Nama usaha barang/jasa
Tarip untuk
1. 10 ibukota propinsi : Jakarta,Bandung,
Semarang,Surabaya,Medan,Palembang Makasar,Pontianak
Manado,Denpasar
2. Ibukota lainnya misal Pekanbaru (ibukota prop Riau
3. Kota kota lainnya misal Cirebon,Tasik
Tuan Ali (K/1),wiraswasta pengolahan tahu dari bahan kedelai.dalam tahun
2019 omzet penjualan nya Rp 600.000.000. Terdaftar KLU (Kode Lapangan
Usaha) no 10392 dengan tarip NP 18%
Penghasilan neto : 18% x Rp 600.000.000 = Rp 108.000.000
PTKP…………………………………………….Rp 63.000.000
------------------------------
PKP………………………………………………Rp 45.000.000
PPh = 5% x Rp 45.000.000 = Rp 2.250.000
Kredit Pajak (PPh pasal 25)= Rp 1.200.000
-----------------------
PPh kurang bayar……………Rp 1.050.000
PP 46/2013
Ditujukan bagi : WP OP,Badan dengan batasan
Penghasilan Bruto =< 4,8 milyar.
NP : 1% dari Penghasilan Bruto(omset)
Bersifat Final
Di setor paling lambat tanggal 15 bulan
berikutnya. (bukti surat setoran pajak)
Tidak ada kewajiban PPh pasal 25
Tidak mendapatkan pengurangan PTKP
Mendapat SKB untuk pemungutan/pemotongan
PPh pasal 22 dan 23.
PP 23/2018
Pengganti PP 46/2013
Penurunan tarip (PP 46/2013) menjadi 0,5% x PB
Syarat : WP dengan penghasilan bruto =< 4,8 milyar.
Untuk WP OP berlaku selama 7 tahun
Ntuk CV, Firma berlaku selama 4 tahun
Untuk PT berlaku selama 3 tahun.
Tuan Hadi ,pedagang pakaian di Pasarbaru Bandung
Data penjualan a.l ‘
Januari 2019 , omset penjualan Rp 120.000.000
PPh Final : 0,5% x Rp 120.000.000 = Rp 6.000.000
disetor maks tanggal 15 Pebruari 2019
Pencatatan
Penghasil neto = NP (%) x PB = xxx
PTKP (xxx)
Penghasilan Kena Pajak xxx
PPh setahun: tarif x PKP = xxx
kredit pajak (xxx)
PPh kurang/lebih bayar xxx
Pembukuan-orang pribadi
Pembukuan
penghasilan bruto setahun XXX
biaya fiskal:
biaya untuk menagih, memperoleh,
dan memelihara penghasilan (XXX)
penghasilan neto setahun XXX
kompensasi kerugian (XXX)
PTKP (XXX)
PKP XXX
PPh setahun: tarif x PKP = XXX
kredit pajak (XXX)
PPh kurang/lebih bayar XXX
PTKP tahun 2016
Untuk diri wajib pajak Rp. 54.000.000,00
Tambahan bagi WP yang kawin Rp. 4.500.000,00
Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan semenda dalam garis
keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya,
paling banyak tiga orang @ Rp. 4.500.000,00
Tambahan untuk seorang istri yang mempunyai penghasilan dair usaha atau
pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan usaha suami Rp.
54.000.000,00
Catatan: status PTKP ditentukan pada awal tahun
Contoh menghitung PTKP
Psl 1 :
Daerah Pabean adalah wilayah RI yang meliputi
wilayah darat, perairan, dan ruang udara diatasnya,
serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Ekslisif
dan landas kontinen yang didalamnya berlak Undang-
Undang yang mengatur mengenai kepabeanan.
Obyek PPN:
PPN dikenakan atas :
a) penyerahan BKP didalam daerah pabean yang dilakukanpengusaha
b) impor Barang Kena Pajak
c) Penyerahan Jasa Kena Pajak didalam daerah pabean yang dilakukan
pengusaha
d) Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak Berwujud dari Luar daerah
pabean didalam daerah pabean
e) Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar daerah Pabean didalam daerah
pabean
f) Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak
g. Ekspor BKP Tidak Berwujud oleh PKP
h. Ekspor JKP oleh PKP.
BKP Tidak Berwujud
.
3.Jasa pembiayaan termasuk jasa pemiayaan berdasarkan
syariah
a) sewa guna usaha dengan hak opsi;
b) anjak piutang;
c) usaha kartu kredit; dan/atau
d) pembiayaan konsumen;
4. jasa penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai, termasuk
gadai syariah dan fidusia; dan
5. jasa penjaminan.
(Psl
Pembiayaan syariah
Pengusaha Kecil
Peredaran bruto tidak melebihi Rp 4.800.000.000,00
setahun
impor 10%
penyerahan dalam negeri 10%
ekspor 0%
Dasar Pengenaan Pajak ( DPP )
Nilai Impor
Harga Jual
Nilai Penggantian
Nilai Lain
Nilai Impor
Apabila
PM = PK , PPN nihil
PM > PK , PPN lebih setor
PM < PK , PPN kurang setor
Obyek PPnBM :
Penyerahan barang Kena Pajak yang tergolong
mewah.
Tarip dan DPP
Dibayar :
Harga barang………………………..= Rp 100.000.000,00
PPN 10% x Rp 100.000.000,00 = Rp 10.000.000,00
PPnBM 20%xRp100.000.000,00 = Rp 20.000.000,00
-------------------------
Rp130.000.000,00
Soal PPN
Dalam bulan Mei 2020, terjadi transaksi-transaksi di PT Abadi sbb :
1. Penjualan BKP kepada PT Alfa Rp 200.000.000,00
2. Penjualan BKP kepada PT Beta Rp 300.000.000,00
3. Ekspor ke Singapura senilai Rp 400.000.000,00
4. Pembelian BKP dari PT Delta Rp 250.000.000,00
5. Bayar jasa akuntan publik Tio SE Ak Rp 30.000.000,00
6. Impor BKP dari Jepang Rp 140.000.000,00 (sudah dikurs)
Hitung PPN yang kurang/lebih setor untuk masa Mei2020
Soal PPN & PPnBm
Dalam bulan Mei 2019, PT Alfa (produsen)menjual BKP kepada
PT PT Beta senilai Rp 4.000.000,00 (di + PPnBM
20%),kemudian PT Beta menjual BKP tersebut kepada PT Cello
dengan menambah margin 30% dari harga perolehannya.PT
Cello menjual kepada konsumen akhir dengan menambah
margin 10% dari harga perolehannya.
.Faktur pajak dibuat penjual untuk setiap kali terjadi penjualan
Hitung PPN & PPnBM terutang masing-masing PKP dalam bulan
Mei 2019
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
UU No 12/1985, UU No 12/ 1994)
Pemateraian kemudian
dilakukan atas dokumen kerumahtanggaan biasa dan dokumen
yang dibuat diluar negeri, apabila akan digunakan sebagai bukti
yang sah dipengadilan