Anda di halaman 1dari 13

PPN &

PPnBM
 PPN atau Pajak Pertambahan Nilai adalah jenis pajak yang disetor dan
dilaporkan pihak penjual yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak (PKP). 
 Batas waktu penyetoran dan pelaporan PPN adalah setiap akhir bulan. 
 Sejak tanggal 1 Juli 2016, PKP se-Indonesia wajib membuat e-Faktur atau
faktur pajak elektronik sebagai prasyarat pelaporan SPT Masa PPN. 
 Pajak keluaran adalah PPN yang dipungut ketika PKP menjual produknya.
 Pajak masukan ialah PPN yang dibayar ketika PKP membeli, memperoleh
maupun membuat produknya.
Tarif PPN
Penentuan besaran tarif PPN diatur dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009
tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah.
Berikut ini daftar tarif dari PPN:
 Tarif PPN 0% berlaku untuk ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, Barang Kena
Pajak Tidak Berwujud dan ekspor Jasa Kena Pajak.
 Tarif PPN 10% berlaku untuk semua produk yang beredar di dalam negeri,
termasuk di daerah Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen yang di
dalamnya berlaku undang-undang yang mengatur tentang kepabeanan.
 Tarif PPN atas barang mewah (PPnBM) ditetapkan paling rendah 10% dan paling
tinggi 200%.
 Khusus untuk barang dan jasa yang terkena tarif PPN 10%, besaran tarif
tersebut masih dapat diubah menjadi paling rendah 5% hingga paling tinggi 20%
mengikuti peraturan pemerintah yang berlaku.
Tarif PPN yang dikenakan kepada pembeli akan tertulis jelas pada setiap bukti
transaksi jual beli. Artinya, harga yang nantinya dibayar akan ditambah dengan
jumlah PPN. Namun, jika kita tidak menemukan keterangan PPN pada struk,
artinya total harga yang tertera sudah termasuk PPN.
CONTOH SOAL
1. PKP “A” menjual tunai Barang Kena Pajak dengan Harga Jual Rp 25.000.000,00
Pajak Pertambahan Nilai yang terutang
= 10% x Rp25.000.000,00
= Rp2.500.000,00
PPN sebesar Rp2.500.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran yang
dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak “A”.
2. PKP “B” melakukan penyerahan Jasa Kena Pajak dengan memperoleh
Penggantian sebesar Rp20.000.000,00
PPN yang terutang yang dipungut oleh PKP “B”
= 10% x Rp20.000.000,00
= Rp 2.000.000,00
PPN sebesar Rp2.000.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran yang
dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak “B”.
3. Seseorang mengimpor Barang Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dengan
Nilai Impor sebesar Rp15.000.000,00. PPN yang dipungut melalui Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai
= 10% x Rp15.000.000,00
= Rp 1.500.000,00
PPN sebesar Rp 1.500.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran yang
dipungut oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
PT. Munirah adalah PKP yang bergerak di bidang penjualan elektronik di Makassar. Selama bulan Juli 2014 melakukan
transaksi sebagai berikut :
 Penjualan langsung ke konsumen sebanyak Rp. 1.400.000.000
 Penyerahan barang elektronik kepada Pemkot Makassar sebesar Rp. 440.000.000 (sudah termasuk PPN)
 Menyumbangkan ke panti asuhan 1 buah TV seharga Rp. 4.000.000 termasuk keuntungan sebesar Rp. 400.000
 Membangun gudang elektronik seluas 500 meter persegi di kawasan pergudangan sendiri Rp. 350.000.000
 Selanjutnya terdapat transaksi tambahan selama bulan Juli sebagai berikut :
 Mengimpor barang elektronik dari amerika seharga US$ 100.000; Asuransi US$ 1.000; ongkos angkut ke Makassar US$
2.000. bea masuk sebesar 10% dari CIF dan bea masuk tambahan sebesar 4% dari CIF (belum memiliki API dan barang
elektronik tersebut termasuk barang mewah dengan tarif 30%; diasumsikan kurs pajak terhadap US$ adalah Rp.
7.200
 Membeli sebuah mobil box pengangkut barang seharga Rp. 220.000.000 dan sebuah mobil sedan untuk direktur
sebesar Rp. 330.000.000 (harga kedua kendaraan tersebut sudah termasuk PPN)
 
Diminta :
 Hitung PPN dan PPnBM atas transaksi di atas
 Berapakah PPN yang harus disetor ?

 
Pembahasan :
 Penjualan langsung ke konsumen sebanyak Rp. 1.400.000.000

PPN     = 10% x 1.400.000.000


        = Rp. 140.000.000 (PPN keluaran)
 Penyerahan barang elektronik kepada Pemkot Makassar sebesar Rp. 440.000.000 (sudah
termasuk PPN)

DPP = 100/110 x 440.000.000


      = Rp. 400.000.000

PPN      = 10% x 400.000.000


= Rp. 40.000.000 (PPN Keluaran)
 Menyumbangkan ke panti asuhan 1 buah TV seharga Rp. 4.000.000 termasuk keuntungan sebesar Rp.
400.000

DPP      = 4.000.000 – 400.000


             = Rp. 3.600.000
 
PPN      = 10% x 3.600.000
              = Rp. 360.000 (PPN keluaran)
 
  Membangun gudang elektronik seluas 500 meter persegi di kawasan pergudangan sendiri Rp. 350.000.000
 
DPP       = 20% x 350.000.000
              = Rp. 70.000.000
 
PPN       = 10% x 70.000.000
              = Rp. 7.000.000 (PPN keluaran)
 Transaksi tambahan selama bulan Juli :
1. Cost             = US$ 100.000 x Rp. 7.200      = Rp. 720.000.000
Insurance     = US$ 1.000 x Rp. 7.200           = Rp. 7. 200.000
Freight         = US$ 2.000 x Rp. 7.200           = Rp 14.400.000
 
TOTAL CIF (cost + insurance + freight)       = Rp. 741.600.000
Bea masuk (10% dari CIF)                             = Rp. 74.160.000
Bea masuk tambahan (4% dari CIF)               = Rp. 29.664.000

Nilai Impor (CIF+bea masuk+bea tambahan) = Rp. 845.424.000

PPN               = 10% x Nilai impor


                    = 10% x 845.424.000
                    = Rp. 84. 542 400 (PPN masukan)

PPnBM         = 30% x Nilai impor


                    = 30% x 845.424.000
                    = Rp. 253.627.200
2. Pembelian mobil box
DPP               = 100/110 x 220.000.000
                     = Rp. 200.000.000

PPN               = 10% x 200.000.000


                    = Rp. 20.000.000 (PPN masukan)

Pembelian mobil sedan untuk direktur


DPP               = 100/110 x 330.000.000
                    = Rp. 300.000.000

PPN               = 10% x 300.000.000


                    = Rp. 30.000.000

Catatan : karena perhitungan PPN ini adalah untuk Perusahaan maka, pembelian mobil
sedan untuk direktur tidak boleh dibebankan/dihitung dalam penghitungan nilai PPN yang
harus disetor nantinya.
Berapakah PPN yang harus disetor ?
PPN keluaran             = 140.000.000 + 40.000.000 + 360.000 + 7.000.000
                                 = Rp. 187.360.000

PPN masukan            = 84. 542 400 + 20.000.000


                                 = Rp. 104.542.400

Jika PPN keluaran > PPN masukan maka disebut PPN kurang bayar. Namun, jika
PPN keluaran < PPN masukan maka disebut PPN lebih bayar. 
 
Dalam kasus ini, PPN keluaran > PPN masukan maka :
PPN kurang bayar    = 187.360.000 - 104.542.400
                               = Rp. 82.817.600

Jadi, PPN yang harus disetor oleh PT. Munirah adalah Rp. 82.817.600
Contoh
Bapak Ahmad merupakan seorang pengusaha di bidang produksi film,
pada suatu saat beliau membeli sebuah mobil sport mewah dengan harga
Rp900.000.000. Berdasarkan DPP, mobil tersebut terkena tarif PPnBM
sebesar 40%. Lalu, berapakah nilai uang yang harus dibayarkan Bapak
Ahmad untuk membawa masuk mobilnya ke Indonesia?
PPN = Tarif PPN x (Harga Barang – PPnBM)
PPN = 10% x (Rp900.000.000 – (Rp900.000.000 x 40%))
PPN = 10% x (Rp900.000.000 – 360.000.000)
PPN = 10% x Rp540.000.000 =Rp54.000.0000
Berarti total harga mobil yang harus dibayarkan Bapak Ahmad adalah:
Harga Mobil + PPN + PPnBM = Rp1.314.000.000
PT Maju merupakan sebuah perusahaan yang memproduksi
berbagai macam barang elektronik mewah seperti AC dan
lemari pendingin. Barang yang diproduksi di sini termasuk
dalam kategori barang mewah dengan tarif PPnBM sebesar
20%.
Pada bulan Desember tahun 2017, PT Maju menjual lemari
pendingin ke Toko Ahmad dengan sebanyak 500 unit dengan
harga jual per barang sekitar Rp7.000.000. Lalu, berapakah
nilai PPN dan PPnBm yang harus dipungut dan dibayarkan PT
Irsyadin Jaya ke pemerintah?

Anda mungkin juga menyukai