Anda di halaman 1dari 3

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 merupakan pembayaran pajak atas

penghasilan secara angsuran setiap bulannya. Tujuannya adalah untuk meringankan


beban Wajib Pajak, mengingat pajak yang terutang harus dilunasi dalam waktu satu
tahun. Pembayaran ini harus dilakukan sendiri dan tidak bisa diwakilkan.
Berdasarkan PPh Pasal 25 ayat (1) besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak
berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan adalah
sebesar PPh yang terutang menurut Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh tahun
pajak, yang lalu dikurangi dengan:
1. PPh yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 23
serta PPh yang dipungut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22; dan
2. Pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang
boleh dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, dibagi 12 bulan
atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.

1. Perhitungan PPh Pasal 25 Ayat (1)


Contoh 1
PPh yang terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh tahun 2019 adalah
Rp50.000.000,00, maka:

Tahun 2019 Rp50.000.000,00

Dikurangi:
1. PPh yang dipotong pemberi Kerja (Pasal 21) Rp15.000.000,00
2. PPh yang dipungut oleh pihak lain (Pasal 22) Rp10.000.000,00
3. PPh yang dipotong oleh pihak lain (Pasal 23) Rp2.500.000,00
4. Kredit PPh luar negeri (Pasal 24) Rp7.500.000,00 (+)
Jumlah kredit pajak Rp35.000.000,00 (-)

Selisih Rp15.000.000,00

Dengan demikian, besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri setiap bulan
untuk tahun 2020 adalah sebesar Rp 1.250.000,00 (Rp 15.000.000,00 dibagi 12).

Contoh 2
Apabila PPh sebagaimana dimaksud pada contoh di atas berkenaan dengan
penghasilan yang diterima atau diperoleh meliputi masa 6 bulan dalam tahun 2019,
besarnya angsuran bulanan yang harus dibayar di tahun 2020 adalah sebesar
Rp2.500.000,00 (Rp15.000.000,00 dibagi 6).
2. Perhitungan PPh Pasal 25 Ayat (2)

Berdasarkan PPh Pasal 25 Ayat (2), mengingat batas waktu penyampaian SPT
Tahunan PPh bagi Wajib Pajak Badan adalah akhir bulan keempat tahun pajak
berikutnya, besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak
untuk bulan-bulan sebelum SPT Tahunan PPh disampaikan belum dapat dihitung
sesuai dengan perhitungan di atas.
Berdasarkan ketentuan ini, besarnya angsuran pajak untuk bulan-bulan
sebelum SPT Tahunan PPh disampaikan sebelum batas waktu penyampaian SPT
Tahunan adalah sama dengan angsuran pajak untuk bulan terakhir dari tahun pajak
yang lalu.

Contoh
Apabila SPT Tahunan PPh disampaikan oleh Wajib Pajak pada bulan Februari
2020, besarnya angsuran pajak yang harus dibayar Wajib Pajak tersebut untuk bulan
Januari 2020 adalah sebesar angsuran pajak bulan Desember 2019, misalnya sebesar
Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah).
Apabila dalam bulan September 2019 diterbitkan keputusan pengurangan
angsuran pajak menjadi nihil, sehingga angsuran pajak sejak bulan Oktober sampai
dengan Desember 2019 juga menjadi nihil, besarnya angsuran pajak yang harus
dibayar Wajib Pajak untuk bulan Januari 2020 tetap sama dengan angsuran bulan
Desember 2019, yaitu nihil.

3. Perhitungan PPh Pasal 25 Ayat (4)


Apabila dalam tahun pajak berjalan diterbitkan surat ketetapan pajak untuk
tahun pajak yang lalu, besarnya angsuran pajak dihitung kembali berdasarkan surat
tersebut dan berlaku mulai bulan berikutnya setelah bulan penerbitan surat
ketetapan pajak.
Contoh
Berdasarkan SPT Tahunan PPh tahun pajak 2019 yang disampaikan Wajib
Pajak dalam bulan Februari 2020, perhitungan besarnya angsuran pajak yang harus
dibayar adalah Rp 1.250.000,00. Lalu pada bulan Juni 2020 telah diterbitkan surat
ketetapan pajak tahun pajak 2019 yang menghasilkan besarnya angsuran pajak
setiap bulan sebesar Rp2.000.000,00.
Dengan demikian, berdasarkan Pasal 25 ayat (4) ini, besarnya angsuran pajak
mulai bulan Juli 2020 adalah sebesar Rp2.000.000,00. Penetapan besarnya angsuran
pajak berdasarkan surat ketetapan pajak tersebut bisa sama, lebih besar, atau lebih
kecil dari angsuran pajak sebelumnya berdasarkan SPT Tahunan.
Perlu diketahui bahwa Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menetapkan
penghitungan besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan dalam hal-hal
tertentu, sebagai berikut:
1. Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian;
2. Wajib Pajak memperoleh penghasilan tidak teratur;
3. SPT Tahunan PPh tahun yang lalu disampaikan setelah lewat batas waktu
yang ditentukan;
4. Wajib Pajak diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT
Tahunan PPh;
5. Wajib Pajak membetulkan sendiri SPT Tahunan PPh yang mengakibatkan
angsuran bulanan lebih besar dari angsuran bulanan sebelum pembetulan;
dan
6. Terjadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan Wajib Pajak.

Anda mungkin juga menyukai