Anda di halaman 1dari 23

Contoh soal PPN

PT. Gragas merupakan PKP yang menjual elektronik di Palembang. Selama Agustus 2016, PT
Gragas melakukan berbagai transaksi sebagai berikut:

1. Penjualan secara langsung kepada konsumen sebesar Rp1.600.000.000.


2. Penyerahan BKP, yakni barang elektronik kepada Pemerintah Kota Palembang sebesar
Rp660.000.000. Harga tersebut sudah termasuk PPN.
3. PT. Gragas juga membangun sebuah gudang elektronik seluar 500m2 di kawasan
pergudangan sendiri dengan biaya sebesar Rp550.000.000.
4. Menyumbang ke sebuah yayasan panti jompo 1 buah televisi dengan harga Rp2.000.000
termasuk keuntungan Rp200.000.

Selain transaksi di atas, terdapat tambahan transaksi selama bulan Agustus sebagai berikut:

1. Membeli sebuah mobil box untuk mengangkut barang dengan harga Rp550.000.000 dan
harga tersebut sudah termasuk PPN.

Dari transaksi-transaksi yang terjadi di atas, maka hitunglah PPN dari transaksi tersebut? Dan
berapa total PPN yang disetorkan?

Jawab:

PPN dan PPnBM setiap transaksi contoh PPN di atas adalah sebagai berikut. 

Transaksi pertama:

PPN = 10% x Rp1.600.000.000 = Rp160.000.000 (pajak keluaran/penjualan)

Transaksi kedua:

DPP = 100/110 x Rp660.000.000 = Rp600.000.000

PPN = 10% x Rp600.000.000 = Rp60.000.000 (pajak keluaran/penjualan)

Transaksi ketiga:

DPP = 20% x Rp550.000.000 = Rp110.000.000

PPN = 10% x Rp110.000.000 = Rp100.000.000 (pajak keluaran)

Transaksi keempat:

DPP = Rp2.000.000 – Rp200.000 = Rp1.800.000 (pajak keluaran)

Transaksi tambahan:
DPP = 100/110 x Rp550.000.000 = Rp500.000.000

PPN = 10% x Rp500.000.000 = Rp50.000.000 (pajak masukan)

Total PPN yang harus disetorkan:

PPN keluaranya:

Transaksi pertama + transaksi kedua + transaksi ketiga + transaksi keempat

Rp160.000.000 + Rp60.000.000 + Rp100.000.000 + Rp1.800.000 = Rp321.800.000

PPN masukannya:

Rp50.000.000

Cara menghitung PPN yang harus disetorkan: Pajak keluaran – pajak masukan

Rp321.800.000 – Rp50.000.000 = Rp271.800.000

Jadi, total PPn yang perlu PT. Gragas setorkan atas transaksi yang dilakukan selama Agustus
2016 tersebut adalah sebesar Rp271.800.000.

Contoh PPN 2

Toko Samson menjual kulkas sebanyak 20 kulkas dengan harga satuannya sebesar Rp6.000.000.
Lalu, berapakah PPN terutang toko Samson yang wajib disetorkan?

Jawab:

Total DPP atas penjualan 20 kulkas: 20 x Rp6.000.000 = Rp120.000.000

PPN = 10% x Rp120.000.000 = Rp12.000.000

Jadi, PPN terutang yang wajib disetorkan Toko Samson adalah sebesar Rp12.000.000.

Rumus Perhitungan PPnBM dan PPN di Indonesia

Untuk melakukan perhitungan PPnBM, sebelumnya kita harus mengetahui terlebih dahulu
tentang tarif PPN dan PPnBM di Indonesia. Tarif PPN saat ini sebesar 10% yang meliputi:

 Ekspor BKP berwujud.


 Ekspor BKP tidak berwujud.
 Ekspor JKP.
Sedangkan untuk PPnBM, tarifnya diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori yaitu:

1. Tarif 10% untuk kendaraan bermotor kategori tertentu, alat rumah tangga, hunian mewah, alat
pendingin, televisi, minuman non-alkohol.
2. Tarif 20% untuk kendaraan bermotor kategori tertentu, peralatan olahraga impor, berbagai jenis
permadani, alat fotografi dan barang sanitary.
3. Tarif 25% untuk kendaraan bermotor berat dan berbahan bakar solar, misalnya minibus, combi,
pick up.
4. Tarif 35% untuk minuman bebas alkohol, batu kristal, barang berbahan kulit impor, barang
pecah belah, bus.

Nah, setelah mengetahui tarif PPN dan PPnBm di atas, selanjutnya mari kita mempelajari cara
perhitungan PPnBM. Salah satu rumus mudah untuk menghitung PPN adalah:

PPN = Tarif PPN x (Harga Barang – PPnBM)

Untuk memudahkan pemahaman wajib pajak mengenai jenis pajak satu ini, mari kita lihat
beberapa contoh soal di bawah ini:

Contoh 1

Bapak Ahmad merupakan seorang pengusaha di bidang produksi film, pada suatu saat beliau
membeli sebuah mobil sport mewah dengan harga Rp900.000.000. Berdasarkan DPP, mobil
tersebut terkena tarif PPnBM sebesar 40%. Lalu, berapakah nilai uang yang harus dibayarkan
Bapak Ahmad untuk membawa masuk mobilnya ke Indonesia?

PPN = Tarif PPN x (Harga Barang – PPnBM)


PPN = 10% x (Rp900.000.000 – (Rp900.000.000 x 40%))
PPN = 10% x (Rp900.000.000 – 360.000.000)
PPN = 10% x Rp540.000.000 =Rp54.000.0000

Berarti total harga mobil yang harus dibayarkan Bapak Ahmad adalah:

Harga Mobil + PPN + PPnBM = Rp1.314.000.000

Contoh 2

PT Irsyadin Jaya merupakan sebuah perusahaan yang memproduksi berbagai macam barang
elektronik mewah seperti AC dan lemari pendingin. Barang yang diproduksi di sini termasuk
dalam kategori barang mewah dengan tarif PPnBM sebesar 20%.

Pada bulan Desember tahun 2017, PT Irsyadin Jaya menjual lemari pendingin ke Toko Ahmad
dengan sebanyak 30 unit dengan harga jual per barang sekitar Rp6.000.000. Lalu, berapakah
nilai PPN dan PPnBm yang harus dipungut dan dibayarkan PT Irsyadin Jaya ke pemerintah?
PPN = Tarif PPN x (harga barang – PPNBM)
PPN = 10% x ((30 x Rp6.000.000) – (harga barang total x 40%))
PPN = 10 % x (Rp180.000.000 – (Rp180.000.000 x 40%))
PPN = 10% x 108.000.000 = Rp10.800.000

Artinya, total pajak yang harus dibayar PT Irsyadin Jaya adalah Rp10.800.000.

 Pengusaha Kena Pajak “D” mengimpor Barang Kena Pajak yang tergolong Mewah dengan
Nilai Impor sebesar Rp5.000.000,00 Barang Kena Pajak yang tergolong mewah tersebut selain
dikenai PPN juga dikenai PPnBM misalnya dengan tarif 20%.
Penghitungan PPN dan PPnBM yang terutang atas impor Barang Kena Pajak yang tergolong
mewah tersebut adalah:

a. Dasar Pengenaan Pajak = Rp 5.000.000,00


b. PPN = 10% x Rp5.000.000,00
= Rp500.000,00
c. PPn BM = 20% x Rp5.000.000,00
= Rp1.000.000,00

 Kemudian PKP “D” menggunakan BKP yang diimpor tersebut sebagai bagian dari suatu
BKP yang atas penyerahannya dikenakan PPN 10% dan PPnBM dengan tarif misalnya 35%.
Oleh karena PPnBM yang telah dibayar atas BKP yang diimpor tersebut tidak dapat dikreditkan,
maka PPnBM sebesar Rp1.000.000,00 dapat ditambahkan ke dalam harga BKP yang dihasilkan
oleh PKP “D” atau dibebankan sebagai biaya.
Misalnya PKP “D” menjual BKP yang dihasilkannya, maka penghitungan PPN dan PPn BM
yang terutang adalah :

a. Dasar Pengenaan Pajak = Rp50.000.000,00


b. PPN = 10% x Rp50.000.000,00
= Rp5.000.000,00
c. c. PPn BM = 35% x Rp50.000.000,00
= Rp17.500.000,00

PPN sebesar Rp500.000,00 yang dibayar pada saat impor merupakan pajak masukan bagi PKP
“D” dan PPN sebesar Rp5.000.000,00 merupakan pajak keluaran bagi PKP “D”. Sedangkan
PPnBM sebesar Rp1.000.000,00 tidak dapat dikreditkan. Begitu pun dengan PPnBM sebesar
Rp17.500.000,00 tidak dapat dikreditkan oleh PKP “X”.

Contoh 3:
Pada bulan Mei 2006, PT. A melakukan transaksi sebagai berikut:
• Membeli bahan baku dari PT.B, seharga Rp 200.000.000 (dipungut PPN sebesar Rp
20.000.000/menerima faktur pajak)
• Membeli bahan penolong dari PT. C, seharga Rp 100.000.000 (dipungut PPN sebesar Rp
10.000.000/menerima faktur pajak)
• Menjual produk kepada PT. D, seharga Rp 700.000.000 (memungut PPN sebesar Rp
70.000.000/menerbitkan faktur pajak)
Perhitungan PPN, PT. A
PPN Keluaran (PT. D) Rp 70.000.000
PPN Masukan:
Bahan baku (PT. B) Rp 20.000.000
Bahan penolong (PT. C) Rp 10.000.000
PPN lebih bayar bulan April Rp 35.000.000 Rp 65.000.000
PPN kurang bayar bulan Mei 2006 Rp 5.000.000
PPN kurabg bayar sebesar Rp 5.000.000 harus disetor ke kas kegara

PT. ABC sebagai pabrikan menyerahkan barang hasil produksinya dengan harga jual Rp 10.000.000
barang tersebut merupakan barang tergolong mewah dengan tarif PPn BM sebesar 40%.
Perhitungan PPn BM yang harus dipungut sebagai berikut:
PPN = 10% X Rp 10.000.000 = Rp 1.000.000
PPn BM = 40% X Rp 10.000.000 = Rp 4.000.000

Harga jual kendaraan bermotor Rp. 500.000.000 (termasuk PPN 10% dan PPnBm 20%
Uang muka diterima tanggal 10 Agustus 2009 sebesar Rp. 200.000.000
Kendaraan akan diserahkan tanggal 20 Sepetember 2009 dengan kekurangan bayar sebesar
Rp. 300.000.000
Jawab
PPN dan PPnBM terutang dan harus dipungut :
a. Pada saat diterima uang muka tanggal 10 Agustus 2009 PPN yang terutang = 10/130 x
200.000.000 = Rp. 14.000.000,- dan harus dilaporkan pada SPT Masa PPN bulan Agustus
2009. PPn BM yang terutang 20/130 x Rp 200.000.000,- = Rp. 30.000.000 dan harus
dilaporkan pada SPT Masa PPnBM bulan Agustus 2009
Pada saat penyerahan kendaraan tanggal 20 September 2009.
b. PPN yang terutang = 10/130 x Rp. 300.000.000 = Rp. 21.000.000,-. dan harus dilaporkan pada
SPT Masa PPN bulan September 2009. PPnBM yang terutang 20/130 x Rp 300.000.000,- = Rp.
45.000.000 dan harus dilaporkan pada SPT Masa PPnBM bulan Agustus 2009
80
c. Dealer QQ membeli sasis kendaraan bermotor ( no rangka) dari Main Dealer Rizky seharga Rp.
150.000.000,- dengan potongan harga sebesar Rp. 1. 500.000 (Termasuk PPN)
Dealer QQ menyuruh Karoseri Maitzaa mengubah sasis tersebut menjadi kendaraan bermotor
angkutan orang dengan ongkos Rp. 15.000.000 dan PPN dipungut karoseri Maitzaa sebesar Rp.
1.500.000,-
Dealer QQ kemudian menjual kendaraan hasil rakitan tersebut kepada pembeli dengan harga Rp.
200.000.000,- (termasuk PPN dan PPnBM)
PPnBM terutang dan dipungut oleh Dealer QQ dengan Tarif 20%
Diminta Hitung PPN dan PPnBM dari transaksi tersebut diatas apakah PPN lebih bayar ataukah
kurang bayar
Jawab
Perhitungan dan pelaporan PPN oleh Dealer QQ Rp. 150.000.000,-
Potongan Pembelian
Rp 1.500.000,-
Harga beli sasis (termasuk PPN)
Rp. 135.000.000,-
DPP PPN atas Pembelian sasis 100/110 x Rp 135.000.000 Rp. 121.500.000,-
PPN atas Pembelian sasis 10% x Rp. 121.500.000,- Rp 12.150.000,-
Biaya karoseri (tidak termasuk PPN)
Rp. 15.000.000,-
PPN atas biaya karoseri 10% x Rp. 15.000.000,-
Rp 1.500.000,-
Penjualan (off the road)
Harga jual termasuk PPN 10% dan PPnBM 20%
DPP PPN dan PPnBM 100/130 x Rp. 200.000.000,-
PPN terutang 10% x Rp. 152.000.000 Rp. 200.000.000,-
PPnBM terutang 20% x Rp. 152.000.000,- Rp. 152.000.000,-
Perhitungan PPN dan PPnBM atas transaksi tersebut
PPN Keluaran 10% x Rp. 152.000.000,-
Rp 15.200.000,-
Rp. 30.400.000,-
Rp. 15.200.000,-
Pajak Masukan :
Pembelian sasis
Rp. 12.150.000,-
Jasa karoseri Rp. 1.500.000,-
Jumlah Pajak Masukan Rp. 13.650.000,-
PPN yang harus disetor Rp. 1.550.000,-
PPnBM yang harus disetor 20% x Rp. 152.000.000,- Rp. 30.400.000,-
1.PKP A bulan Januari 2011 menjual tunai barang kena pajak dengan harga
jual Rp 10.000.000,-. Hitung :
-PPN terutang
-Jumlah yang harus dibayar pembeli
Jawab :
PPN terutang 10% X Rp 10.000.000,-                     =  Rp  1.000.000,- +
 

Harga
Beli                                                  =  Rp 10.000.000,-
PPN 10% X Rp 10.000.000,-                          =  Rp   1.000.000,- +
 

Jumlah
yang harus dibayar                           =  Rp 11.000.000,-
 
2.Bpk.Dhani adalah seorang pengusaha yang memilih menjadi PKP (PMPKP)
pada suatu masa melakukan kegiatan sebagai berikut :
- Membeli BKP                                            Rp 800.000.000,-
- Menjual BKP ke PKP                                  Rp 600.000.000,-
- Menjual BKP ke bukan PKP                         Rp 210.000.000,-
- Menjual BKP ke Luar Negeri/Ekspor             Rp 900.000.000,-
Persediaan barang awal dan akhir di anggap tidak ada. Hitung :
a.   Pajak Masukan
b.   Pajak Keluaran
c.   Pajak masukan yang dapat di kreditkan
d.   PPN lebih bayar/kurang bayar
Jawab :
1.   Pajak Masukan = 10% X Rp 800.000.000 = Rp 80.000.000,-
2.   Pajak Keluaran = 10% X Rp 600.000.000 = Rp 60.000.000,-
Pajak Keluaran atas penjualan di Luar Negeri
                        = 0% X Rp 900.000.000 = Rp 0             -
                                                                 
   = Rp 60.000.000,-
3.   PPN Masukan ( yang dapat dikreditkan )

Rp 1.710.000.000 – Rp 210.000.000      
                                                       
                                                  Rp 80.000.000,-
                                                      Rp 1.710.000.000,-
 
= Rp 70.175.438,59
 
 
4.   PPN Keluaran                              Rp 60.000.000,-
PPN Masukan yg dikreditkan         Rp 70.175.438,59 –
                  PPN Lebih Bayar                          Rp
10.175.438,59
 
3. Haryono seorang pengusaha kena pajak membeli barang kena pajak  Rp
600.000.000,- kemudian barang tersebut dijual kedalam negeri seharga  Rp
300.000.000,- dan di ekspor Rp 900.000.000,- persediaan awal dan akhir di
anggap tidak ada.Hitunglah :
- Pajak Masukan
- Pajak Keluaran
- PPN Lebih Bayar/Kurang Bayar
Jawab :
1.   Pajak Masukan = 10% X Rp 600.000.000,-      = Rp 60.000.000,-
2.   Pajak Keluaran atas penjualan didalam negeri
= 10% X Rp 300.000.000,-                   = Rp 30.000.000,-
        Atas Ekspor = 0 % X Rp 900.000.000,-           = Rp 0                 -
 

  Ju
mlah Pajak Keluaran                                                   Rp 30.000.000,-
 
3.   PPN keluaran      = Rp 30.000.000,-
PPN Masukan      = Rp 60.000.000,- 
 
        PPN Lebih bayar     Rp 30.000.000,-
 
 
PPN BM
 
4. Bpk.Andi seorang importir mengimpor BKP Barang Mewah dengan tarif
20% seharga Rp 200.000.000,- hitung :
- PPN dan PPN-BM
- jumlah yang di bayar Bpk.Andi
jawab :
Jumlah pembayaran                            Rp200.000.000,-
PPN 10% X Rp 200.000.000                  Rp 20.000.000,-
PPN-BM 20% X Rp 200.000.000             Rp 40.000.000,-
                                                        ---------------+
jumlah yang harus dibayar                   Rp 260.000.000,-

5. PT. Cahaya membeli BKP Barang Mewah Langsung dari pabrik seharga Rp
500.000.000 tarif barang Mewah 20% kemudian barang tersebut dijual lagi
seharga Rp 750.000.000 di dalam negeri.
hitunglah :
- PPN dan PPN BM 
- Jumlah yang dibayar PT Cahaya
- Jumlah Yang dibayar pembeli
Jawab :
-PPN 10% X Rp 500.000.000                         Rp 50.000.000
 PPN BM 20% X Rp 500.000.000            Rp 100.000.000  
                                                        ----------------+
-PPN dan PPN BM yang harus dibayar     Rp 150.000.000

-PPN 10% X Rp 750.000.000


Jumlah yang dibayar pembeli                        Rp  75.000.000
 
6. Bpk Sarno seorang importir mengimpor BKP Barang Mewah dengan tarif
30% seharga Rp 300.000.000,-
Hitung : 
-PPN dan PPN Bm
-Jumlah yang harus dibayar
Jawab :
Jumlah Pembayaran                            Rp 300.000.000,-
PPN 10% X Rp300.000.000                   Rp   30.000.000,-
PPN BM 30% X Rp 300.000.000             Rp   90.000.000,-
                                                        ----------------+
Jumlah yang harus dibayar                   Rp 420.000.000,-  

Agar Anda bisa lebih memahami mekanisme pengkreditan pajak masukan, mari simak
contohnya sebagai berikut:

Pengusaha yang sudah PKP dalam masa pajak Februari 2016 memiliki komposisi PPN sebagai
berikut ini:

Atas penyerahan BKP, PPN keluaran PKP tersebut sebesar Rp100.000.000. Sedangkan pajak
masukannya sebesar Rp90.000.000.

Maka PPN keluaran – pajak masukan = Rp100.000.000 – Rp90.000.000 = Rp10.000.000 (PPN


kurang bayar).

–  Pada masa pajak Maret 2016

PPN keluaran PKP tersebut sebesar Rp110.000.000

Sedangkan pajak masukannya sebesar Rp130.000.000

Maka, PPN keluaran – pajak masukan = – Rp20.000.000 (kelebihan PPN)

–  Pada masa pajak April 2016

PPN keluaran PKP tersebut sebesar Rp110.000.000

Sedangkan pajak masukannya sebesar Rp90.000.000

Maka, PPN keuaran – pajak masukan = Rp20.000.000 (PPN kurang bayar)

PPN kurang bayar sebesar Rp20.000.000

Kelebihan bayar pada bulan Rp20.000.000


Contoh PPh Pasal 28

Penghasilan Kena Pajak Ibu Nunu di tahun 2016 dianggap Rp200.000.000. Selain
itu, dia juga memiliki kredit pajak PPh pasal 22 sebesar Rp7.000.000 dan PPh
Pasal 23 sebesar Rp9.500.000.

Ibu Nunu juga terdapat penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) terhadap
Kementerian sebesar Rp1.000.000.000.

Mari bahas perhitungan diatas:

PPh Terutang Ibu Nunu = (5% x Rp50.000.000) + (Rp150.000.000 x 15%) =


Rp25.000.000

Kredit Pajak:

 PPh 22 = Rp7.000.000
 PPh 23 = Rp9.500.000
 PPh 22 = 1,5% x Rp1.000.000.000 = Rp15.000.000

Jumlah Kredit Pajak = Rp7.000.000 + Rp9.500.000 + Rp15.000.000 =


Rp31.500.000

PPh Pasal 28 = PPh Terhutang – Kredit Pajak

PPh Pasal 28 = Rp25.000.000 – Rp31.500.000 = – Rp6.500.000


Contoh Kasus PPh pasal 28A

Nona Fitri, status TK/0, adalah pengusaha sekaligus eksportir batik. Dalam tahun 2010, Nona
Fitri membukukan laba Rp650.000.000. Selama tahun 2010, Nona Fitri juga memberikan zakat
kepada Badan Amil Zakat yang disahkan pemerintah (BAZIS) sebesar Rp50.000.000 dan telah
membayar angsuran PPh 25 dengan total Rp180.000.000. Selama tahun 2010, Nona Fitri
melakukan 7 kali perjalanan ke luar negeri dalam rangka usaha ekspor batik dengan
menggunakan pesawat. Berapakah PPh yang lebih atau kurang bayar?

Penghasilan neto fiskal dalam negeri dan usaha 650.000.000


Dikurangi:
Zakat atas penghasilan 50.000.000
PTKP 15.840.000 (65.840.000)
Penghasilan Kena Pajak 584.160.000

PPh Terutang (tarif Pasal 17 UU PPh)


5% x 50.000.000 2.500.000
15% x 200.000.000 30.000.000
25% x 250.000.000 62.500.000
30% x 84.160.000 25.248.000 120.248.000
Pengembalian PPh Ps. 24 yang telah dikreditkan 0
Jumlah PPh yang terutang 120.248.000
Dikurangi kredit pajak
PPh yang dibayar sendiri
PPh Pasal 25 180.000.000
STP PPh Pasal 25 (Hanya Pokok Pajak) 0
Fiskal Luar Negeri 7.000.000
(187.000.000)
PPh yang lebih dibayar (PPh Ps. 28A) (66.752.000)
Contoh Kasus PPh pasal 29

PT. KPSG senantiasa taat dan patuh dalam memenuhu kewajiban perpajakannya. Selama tahun
2009, PT. KPSG membukukan laba fiskal Rp.800.000.000. Kewajiban perpajakan yang telah
diselesaikan selama tahun 2009 antara lain:

- Membayar PPh pasal 25 sebesar Rp.30.000.000


- PPh pasal 22 yang telah dipungut sebesar Rp. 2.500.000
- PPh ditanggung pemerintah dalam rangka proyek bantuan luar negeri sebesar Rp.
4.500.000

Berapakah PPh yang lebih atau kurang dibayar?

Jawaban:

Penghasilan neto fiskal Rp.800.000.000

Dikurangi kompensasi kerugian 0

Penghasilan kena pajak Rp. 800.000.000

PPh terutang (tarif pasal 17 UU PPh)

28% X Rp. 800.000.000 Rp. 224.000.000

Pengembalian PPh pasal 24 yang telah dikreditkan 0

Jumlah PPh terutang Rp. 224.000.000

Dikurangi kredit pajak:

- PPh ditanggung pemerintah (proyek bantuan LN) Rp. 4.500.000


- PPh yang dipungut/dipotong pihak lain
PPh pasal 22 Rp. 2.500.000
PPh pasal 23 0
PPh pasal 24 0
- PPh yang dibayar sendiri
PPh pasal 25 Rp. 120.000.000
STP PPh pasal 25 (hanya pokok pajak) 0
Fiskal Luar negeri 0
(Rp.127.000.000)

PPh yang kurang dibayar (pph pasal 29) Rp. 97.000.000

Diketahui beberapa data berikut

 Gaji Anton 1 Tahun: Rp129.000.000


 THR: Rp11.000.000
 PTKP: (K/0) = Rp58.500.000
 Penghasilan Neto: Rp134.000.000
 PPh 21 yang telah dipotong perusahaan: Rp6.325.000
 Penghasilan lain-lain: Rp45.000.000
 Angsuran PPh Pasal 25 (Tahun 2015): Rp6.398.000

Keterangan Jumlah (Rp)


1. Penghasilan dari Usaha –
2. Penghasilan dari Pekerjaan 134.000.000
3. Penghasilan Lain-lain 45.000.000
Total Penghasilan 179.000.000
   
PTKP 2016 (K/0) (58.500.000)
PKP 120.500.000
PKP dibulatkan 120.500.000
   
PPh Terutang 13.075.000
Dipotong Pihak Lain 6.325.000
Pajak yang harus dibayar sendiri 6.750.000
Angsuran PPh Pasal 25 (Tahun 2015) 6.398.000
KB/LB PPh Pasal 29 352.000
   
PPh Pasal 25 tahun berikut 562.500
Pembulatan PPh Pasal 25 tahun berikut 562.000
Contoh perhitungan pph pasal 25

  CONTOH PERHITUNGAN PPH PASAL 29


Pak Bambang adalah pengusaha waralaba di Bandung yang termasuk ke dalam Wajib Pajak
Orang Pribadi Pengusaha Tertentu dan memakai pencatatan di dalam penghitungan besarnya
PPh. Ia memiliki jumlah peredaran usaha/omzet dalam setahun sebesar Rp200.000.000,00. Pajak
Terhutang Pak Bambang tahun pajak berjalan sebesar Rp2.500.000,00
Jawaban:

Doni Sugianto berstatus menikah dan memiliki 2 orang anak. Doni baru saja terdaftar sebagai wajib
pajak orang pribadi sejak 1 Agustus 2016. Dalam penyelenggaraan usahanya Doni menggunakan metode
pembukuan dengan penghasilan bruto pada bulan Agustus 2016 sebesar Rp250.000.000 dan biaya yang
diperkenankan untuk mengurangi penghasilan bruto sebesar Rp50.000.000. Hitung besarnya PPh Pasal
25 Agustus 2016?

Besarnya PPh Pasal 25 masa Agustus 2016:


Penghasilan bruto Agustus 2016 120.000.000
Biaya pengurang yang diperkenankan (90.000.000)
Penghasilan neto Agustus 2016 30.000.000
Penghasilan neto yang disetahunkan 360.000.000
PTKP (K/2) (67.500.000)
Penghasilan Kena Pajak 292.500.000
PPh terutang:
5% x 50.000.000 2.500.000
15% x 200.000.000 30.000.000
25% x 42.500.000 10.625.000
Total PPh terutang setahun 43.125.000
Angsuran PPh Pasal 25 Agustus 2016 43.125.000/12 3.593.750

Perusahaan Bahari dimiliki oleh Taslim yang berstatus menikah dan memiliki 3 orang anak. Taslim baru
saja terdaftar sebagai wajib pajak sejak 1 Agustus 2016. Peredaran bruto menurut catatan harian selama
September 2016 yaitu sebesar Rp60.000.000. Persentase Norma Perhitungan perusahaan Bahari
berdasarkan jenis usahanya adalah 30%. Hitung besarnya angsuran pajak yang harus dibayar pada
Agustus 2016?

Jawab :

Besarnya PPh Pasal 25 masa Agustus 2016:


Penghasilan bruto Agustus 2016 60.000.000
Penghasilan neto (30% x 60.000.000) 18.000.000
Penghasilan neto yang disetahunkan 216.000.000
PTKP (K/3) (72.000.000)
Penghasilan Kena Pajak 144.000.000
PPh terutang:
5% x 50.000.000 2.500.000
15% x 94.000.000 14.100.000
Total PPh terutang setahun 16.600.000
Angsuran PPh Pasal 25 Agustus 2016 16.600.000/12 1.383.333

Bank Dana Sejahtera dalam laporan triwulan April sampai dengan Juni 2015 menunjukkan penghasilan
neto sebesar Rp500.000.000. Hitunglah angsuran PPh Pasal 25 untuk masa Juli, Agustus, September
2015?

Penghasilan neto triwulan 300.000.000


Penghasilan neto yang disetahunkan: 4 x 300.000.000 1.200.000.000
PPh terutang: 5% x 1.200.000.000 300.000.000
Besarnya PPh Pasal 25 masa Juli, Agustus, September 2015 adalah 300.000.000/12 = 25.000.000.

Menurut Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan (RKAP) Tahun 2015 yang sudah disahkan, PT Jogja
Bangkit (sebuah BUMD yang dimiliki oleh pemerintah Kota Yogyakarta) diperkirakan mempunyai
penghasilan neto sebesar Rp1.000.000.000. Kredit Pajak yang berasal dari PPh Pasal 22, 23, dan 24
adalah sebesar Rp70.000.000. Hitunglah angsuran PPh Pasal 25 untuk tahun 2015?

Penghasilan neto triwulan 1.000.000.000


PPh terutang: 25% x 1.000.000.000 250.000.000
Kredit pajak (PPh Pasal 22, 23, 24) 70.000.000
PPh yang dibayar sendiri 180.000.000

Besarnya PPh Pasal 25 untuk tahun 2015 adalah 180.000.000/12 = 15.000.000.

Anto status kawin dengan 2 tanggungan sebagai pengusaha jasa konstruksi  dan memiliki toko
bangunan dengan omset penjualan selama tahun 2013 sebesar Rp 3.500.000.000 memperoleh
jasa pelaksanaan konstruksi sebesar Rp 900.000.000 disamping itu juga memperoleh jasa
konsultasi sebesar Rp 500.000.000 total penghasilan yang diterima selama tahun 2013 sebesar
Rp 4.900.000.000 

Kewajiban pembayaran PPh Anto di tahun 2014 adalah sebagai berikut :

PPh sebesar 1% bersifat final dari peredaran bruto usaha toko bangunan untuk setiap bulannya.

PPh dari jasa konstruksi dikenakan PPh bersifat final berdasarkan Peraturan Pemerintah
tersendiri

Angsuran PPh Pasal 25 Januari s.d. Desember dihitung dari penghasilan jasa konsultasi tahun
2013 setelah dikurangi biaya-biaya dan PTKP serta kredit pajak yang telah dipotong pihak lain
misalkan Rp 21.000.000 dengan perhitungan sebagai berikut

Penghasilan bruto jasa konsultasi Rp  500.000.000


Biaya kegiatan jasa konsultasi Rp  155.000.000
Penghasilan netto jasa konsultasi (Rp 500.000.000 - Rp 155.000.000) Rp  345.000.000
PTKP (K/2) Rp  45.000.000
Penghasilan Kena Pajak (Rp 345.000.000 - Rp 45.000.000) Rp  300.000.000
PPh terutang jasa konsultasi Rp  45.000.000
Pajak yang dipotong/dipungut pihak lain Rp  21.000.000
PPh dibayar sendiri Rp  24.000.000
Angsuran PPh Pasal 25 jasa konsultasi  
   ( Rp 24.000.000 / 12 bulan ) Rp  2.000.000

Pada bulan Januari 2015 PT. Huru Hara memperoleh penghasilan sebesar Rp 200.000.000, biaya
yang dikeluarkan sebesar Rp 150.000.000 dan PPh yang dipotong/dipungut pihak lain sebesar Rp
51.000.000.
Perhitungan angsuran PPh Pasal 25 untuk tahun 2015 adalah sebagai berikut :

Penghasilan bruto sebulan Rp  200.000.000


Biaya-biaya Rp  150.000.000
Penghasilan neto sebulan Rp  50.000.000
Penghasilan neto disetahunkan Rp  600.000.000
PPh terutang ( 12,5% x Rp 600.000.000) Rp  75.000.000
PPh yang dipotong/dipungut pihak lain Rp  51.000.000
 PPh dibayar sendiri Rp  24.000.000
Angsuran PPh Pasal 25 (Rp 24.000.000 / 12 bulan) Rp  2.000.000
Contoh pph ps 25

Penghasilan PT Dira tahun 2009 adalah sebesar Rp.250.000.000,00. Sisa kerugian


tahun 2007 yang masih dapat dikompensasikan adalah sebesar Rp.300.000.000,00.
Sisa kerugian yang belum dikonpensasikan sebesar Rp.50.000.000,00.

Pada tahun 2009 PPh yang dipotong atau dipungut pihak lain adalah sebesar
Rp.8.000.000,00 dan tidak ada pajak yang dibayar atau terutang  diluar negeri.

Perhitungan PPh pasal 25 tahun 2010:

Penghasilan yang dipakai sebagai dasar perhitungan angsuran PPh Pasal 25 adalah
sebesar Rp.250.000.000,00 – Rp.50.000.000,00 = Rp.200.000.000,00

PPh Terutang:
28% x Rp.200.000.000,00 =Rp.56.000.000,00

PPh dipotong atau dipungut = Rp.8.000.000,00

= Rp.48.000.000,00

Besarnya angsuran pajak bulanan PT Dira tahun 2010 adalah

1/12 x Rp.48.000.000,00 =Rp.4000.000,00

PT Almond perusahaan baru yang berdiri terdaftar sebagai wajib pajak pada awal bulan juni
2009. Selama bulan juni penjualan PT Almond sebesar Rp.100.000.000,00 dan biaya biaya
yang terjadi adalah Rp.60.000.000,00.

Menurut RKAP tahun 2010 yang sudah disahkan, PT Jogja Bangkit (sebuah BUMD)
yang dimiliki Pemerintah Kota Yogyakarta) diperkirakan mempunyai penghasilan neto
sebesar Rp.1000.000.000,00. Kredit pajak (PPh Pasal 22, Pasal 23, dan Pasal 24
yang dapat dikreditkan) Tahun 2009 berjumlah Rp.40.000.000,00.

Perhitungan PPh Pasal 25 untuk tahun 2010  adalah sebagai berikut


Penghasilan PT Sinar Rembulan tahun 2014 adalah Rp250.000.000. Perusahaan memiliki sisa
kerugian tahun 2013 yang masih dapat dikompensasikan yaitu sebesar Rp350.0000.000,
sedangkan sisa kerugian yang belum dikompensasikan pada tahun 2013 sebesar Rp100.000.000.

Pada tahun 2014 PPh yang dipotong atau dipungut pihak lain yaitu sebesar Rp9.000.000, dan
tidak ada pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri. Berapa angsuran PPh Pasal 25 yang
harus dibayar oleh PT Sinar Rembulan?

25% x Rp150.000.000 37.500.000


PPh dipotong atau dipungut (9.000.000)
Dasar Perhitungan PPh Pasal 25 tahun 2015 28.500.000

Besarnya PPh Pasal 25 PT Sinar Rembulan tahun 2015 = Rp28.500.000/12 = Rp2.375.000

Suatu Yayasan Panti Asuhan Anak Yatim Piatu memperoleh hibah wasiat dari seseorang sebidang tanah
dan bangunan diatasnya dengan nilai pasar sebesar Rp 1.000.000.000,00. Terhadap tanah dan bangunan
tersebut telah diterbitkan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan pada tahun
yang bersangkutan mendaftar ke Kantor Pertanahan setempat dengan Nilai Jual Objek Pajak sebesar Rp
900.000.000,00. Apabila di Kabupaten/Kota letak tanah dan bangunan tersebut, Kepala Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak setempat menetapkan Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak dalam hal
selain waris dan hibah wasiat yang diterima orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga sedarah
dalam garis keturunan lurus satu derajat ke atas atau satu derajat ke bawah dengan pemberi hibah
wasiat, termasuk suami/isteri, sebesar Rp 60.000.000,00, maka besarnya Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan terutang adalah sebagai berikut :
Nilai Perolehan Objek Pajak Rp 1.000.000.000,00
Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak Rp 60.000.000,00
Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak Rp 940.000.000,00
BPHTB yang seharusnya terutang = 5% x Rp 940.000.000,00
= Rp 47.000.000,00
BPHTB yang terutang = 50% x Rp 47.000.000,00
= Rp 23.500.000,00
PBB

1.    Tuan Bonco seorang mahasiswa DIII perpajakan Unibraw pada tahun 2007 hanya
memiliki sebuah objek pajak berupa bumi di kawasan Soekarno-Hatta, Malang dan
diketahui Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Bumi tersebut sebesar Rp. 10.000.000.
Berapakah Besar PBB yang terhutang pada tahun 2007 milik Tuan Bonco
Jawab :
Karena besarnya NJOP kurang dari Rp. 12.000.000,- maka objek pajak tidak
dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan.
2.      Tuan Ponco seorang pengusaha terkenal memiliki 2 buah rumah pada tahun
2007, objek pertama terletak di desa Wlingi, Blitar dan Objek kedua terletak di
desa  Bendo, Blitar. Diketahui bahwa untuk objek pertama NJOP Bumi sebesar Rp.
8.000.000,- dam NJOP Bangunan sebesar Rp. 7.500.000,-. Untuk Objek yang kedua
diketahui NJOP bumi sebesar Rp. 9.000.000,- dan NJOP Bangunan sebesar Rp.
6.000.000,-
Hitung PBB terhutang tahun 2007 Tuan Ponco atas kedua objek tersebut !

Jawab:
 PBB Terhutang  = Tarif (0,5%) x NJKP
 NJKP = NJOP – NJOPTKP
 Dimana NJOP = NJOP Bumi + NJOP Bangunan

NJOP Di desa Wlingi

NJOP Bumi        =   Rp.    8.000.000,-


NJOP Bangunan =  Rp.    7.500.000,-
Total                          Rp. 15.500.000,-        Merupakan NJOP terbesar

NJOP di desa Bendo

NJOP Bumi         =    Rp.   9.000.000,-


NJOP Bangunan =   Rp.   6.000.000,-
Total                           Rp. 15.000.000,-

Desa Wlingi :
NJOP Bumi         =                                              Rp.    8.000.000,-
NJOP Bangunan =                                              Rp.    7.500.000,-
NJOP sbg dasar pengenaan PBB                   Rp. 15.500.000,- (NJOP Terbesar)
NJOPTK                                                               Rp. 12.000.000 –
NJOP utk
Perhitungan PBB                                                 Rp.   3.500.000,-

Desa Bendo :
NJOP Bumi                                                     =   Rp.   9.000.000,-
NJOP Bangunan                                            =   Rp.   6.000.000,-
NJOP sbg dasar pengenaan PBB                    Rp. 15.000.000,-
NJOPTK                                                               Rp.                0,- (-)
NJOP utk
Perhitungan PBB                                                 Rp. 15.000.000,-

PBB  Terhutang = Tarif  x  NJKP


                           = 0,5% x 20% x Rp. 18.500.000,-
                           = Rp. 18.500

3.      Tuan Poneng adalah seorang pengusaha terkenal memiliki 2 buah rumah yang
terletak di Blitar. Objek pertama terletak di jalan semeru dan objek kedua terletak
di jalan raya rinjani. Diketahui objek pertama NJOP bumi sebesar Rp.
1.000.000.000,- (1 M) dan NJOP bangunan Rp. 3.500.000,- (3,5 M) sedangkan untuk
yang kedua diketahui NJOP bumi sebesar Rp. 1.000.000.000,- (1 M) dan NJOP
Bangunan sebesar Rp. 4.500.000.000,- (4,5 M). Hitunglah PBB terhutang Tuan
Poneng atas kedua objek tersebut.

Jawab :
NJOP terbesar adalah terletak pada NJOP di Jalan Raya Rinjani dengan :
NJOP Bumi          =  Rp.  1. 000.000.000,-
NJOP Bangunan =  Rp.  4.500.000.000,- +
NJOP sbg dasar
Pengenaan  PBB =  Rp.  5.500.000.000,-
NJOPTKP             = Rp.       12.000.000,- (-)
NJOP utk
Perhitungan PBB     Rp.  5.488.000.000,-

Jl. Semeru :
NJOP Bumi           =   Rp. 1.000.000.000,-
      NJOP bangunan   =   Rp. 3.500.000.000,-  +
      NJOP sbg dasar
      Pengenaan   PBB =   Rp. 4.500.000.000,-
      NJOPTKP              =   Rp.                      0,-  (-)
      NJOP utk
      Perhitungan PBB   =   Rp. 4.500.000.000,-

      NJOP = NJOP Bumi + NJOP Bangunan = Rp. 5.488.000.000 + Rp.


4.500.000.000,- =    
      Rp.9.988.000.000.

      PBB Terhutang  = Tarif x NJKP = Tarif x (NJOP-NJOPTKP)


                                 = 0,5% x 40% x 9.988.000.000.
                                 =  Rp. 19.970.000,-

4.      Tuan Boni seorang pegawai negeri yang memiliki 2 buah rumah pada suatu
Kawasan Real Estate bernama Pondok Indah. Objek pertama terletak di Pondok
Indah Estate dengan NJOP sebesar Rp. 28.000.000,- dan NJOP Bangunan sebesar
Rp. 23.500.000,- Untuk Objek kedua terletak di Puncak Dieng dengan NJOP Bumi
sebesar Rp. 31,000,000,- dan NJOP Bangunan sebesar Rp. 10.000.000,-. Hitunglah
PBB terhutang pada tahun 2007 dari Tuan Boni !
Jawab :

Rumah di kawasan Pondok Indah :

NJOP Bumi         = Rp. 28.000.000,-


NJOP Bangunan = Rp. 23.500.000,-
Total NJOP          = Rp. 41. 500.000        
                                         
      Rumah di kawasan Puncak Dieng :
 
      NJOP Bumi           = Rp, 31.000.000,-
      NJOP Bangunan   = Rp, 10.000.000,-
      Total NJOP            = Rp. 41.000.000,-

      NJOP terbesar terletak Pada Rumah Di kawasan Pondok Indah.


        
NJOP Bumi                  = Rp. 28.000.000,-
NJOP Bangunan         = Rp. 23.500.000,-
NJOP sbg dasar
      Pengenaan  PBB        =  Rp. 41. 500.000,-
      NJOPTKP                    =  Rp 12. 000.000,- (-)
NJOP utk
      Perhitungan PBB            Rp 29.500.000,-.

      Kemudian untuk Pondok Dieng Estate :

      NJOP Bumi                   =  Rp. 31.000.000,-


      NJOP Bangunan          =  Rp. 10.000.000,-
NJOP sbg dasar
      Pengenaan  PBB          =  Rp. 41.000.000,-
      NJOPTKP                      =  Rp.                 0,- (-)

NJOP utk
      Perhitungan PBB               Rp. 41.000.000,-

      PBB Terhutang = Tarif x NJKP = Tarif x (NJOP-NJOPTKP)


                                 =  0,15% x  20% x Rp. 70.500.000,-
                                 =  Rp. 70,500,-

Kasus dan Pertanyaan:

PT Abadi Berkarya memiliki perwakilan di luar negeri dan mengasuransikan


bangunan bertingkat ke PT XYZ yang merupakan perusahaan asuransi di luar negeri
dengan membayar jumlah premi pada tahun 2015 sebesar Rp2 miliar. Hitunglah
PPh Pasal 26 dari PT Abadi Berkarya tahun 2015?
Jawaban:

Penghitungan PPh Pasal 26 adalah sebagai berikut:

Perkiraan penghasilan neto = 50% x = Rp1.000.000.000


Rp2.000.000.000

PPh Pasal 26 = 20% x = Rp200.000.000


Rp1.000.000.000

Sementara, apabila PT Abadi Berkarya mengikuti asuransi melalui perusahaan yang


ada di Indonesia, misal PT Asuransi Raya, dengan membayar jumlah premi yang
sama sebesar Rp2 miliar. PT Asuransi Raya mengikutkan (reasuransi) perusahaan
tersebut ke perusahaan asuransi yang berada di luar negeri, misalnya PT XYZ,
dengan membayar premi sebesar Rp1miliar. Maka ketentuan PPh Pasal 26 adalah
sebagai berikut:

Perkiraan penghasilan neto = 10% x = Rp100.000.000


Rp1.000.000.000

PPh Pasal 26 PT Abadi = 20% x = Rp20.000.000


Berkarya Rp100.000.000

Anda mungkin juga menyukai