Anda di halaman 1dari 18

1.

Menghitung PPN keluaran atas penjualan ke PKP Pemerintah dan ke Bonded


Zone Area
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha
Kena Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP),
penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP), ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, ekspor
Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau ekspor Jasa Kena Pajak.
Contoh soal :
Dinas P & K Jakarta Selatan beralamat di Jl. Bendi No.10 Jakarta Selatan
NPWP : 02.133.224.1.022.0000 pada bulan Agustus 2009 membeli alat alat kantor
untuk keperluan operasional nya sebagau berikut :
1. Pada tanggal 10 Agustus 2009 membeli 10 unit alat laboratorium dari PT. Santosa
yang beralamat di Jl. Cik Ditiro No.9 Jakarta Selatan NPWP : 04.873.111.3.041.000
dengan harga Rp 5.000.000 / unit ( harga ini termasuk PPN 10%).
2. Pada tanggal 15 Agustus 2009 membeli 6 unit AC untuk ruang kantor dari PT.
Santosa yang beralamat

di Jl. Cikokol Raya No.12 Serpong NPWP :

04.712.333.2.041.000 dengan harga Rp 6.000.000 / unit


3. Pada tanggal 25 Agustus 2009 membeli barang elektronik dari PT. Elektronik
Nusantara yang beralamat di Jl. Serpong Raya No.10 Tengerang NPWP :
04.897.224.2.071.000 senilai Rp 130.000.000 ( harga ini termasuk PPN 10% dan
PPnBM 20% )
Dari kasus diatas, saudara diminta:
a. Menghitung besar nya PPN dan PPnBM dan siapa yang memotong dan
menyetorkan nya?
b. Berapa jumlah yang harus dibayar kepada rekanan penjual barang?

Jawab :
1. 10 unit alat laboratorium @Rp 5.000.000
DPP

100

x Rp 50.000.000

Rp 50.000.000
Rp 45.454.545

110
PPN 10% x Rp 45.454.545
2. 6 unit AC @Rp 6.000.000

Rp 4.545.454
Rp 36.000.000

PPN 10% x Rp 36.000.000

Rp 3.600.000

Yang di bayar pemerintah kapada kontraktor

Rp 32.400.000

3. Harga barang Elektronik


DPP

Rp 130.000.000

100 x Rp 130.000.000

Rp 100.000.000 ( yang harus di bayar

130

oleh pemerintah kepada kontraktor )


1

PPN 10% x Rp 100.000.000

Rp 10.000.000

PPnBM 20% x Rp 100.000.000

Rp 20.000.000

2. Menghitung PPN masukan yang dapat dikreditkan, perhitungan kembali PPN


masukan
Pembeli Barang Kena Pajak, penerima Jasa Kena Pajak, pengimpor Barang Kena
Pajak, pihak yang memanfaatkan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar daerah
Pabean, atau pihak yang memanfaatkan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean
wajib membayar Pajak Pertambahan Nilai dan berhak menerima bukti pungutan
pajak. Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya sudah dibayar tersebut merupakan
Pajak Masukan bagi pembeli Barang Kena Pajak, penerima Jasa Kena Pajak,
pengimpor Barang Kena Pajak, pihak yang memanfaatkan Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud dari luar Daerah Pabean, atau pihak yang memanfaatkan Jasa Kena Pajak
dari luar Daerah Pabean yang berstatus sebagai Pengusaha Kena Pajak.
Pajak Masukan yang wajib dibayar tersebut oleh Pengusaha Kena Pajak dapat
dikreditkan dengan Pajak Keluaran yang dipungutnya dalam Masa Pajak yang sama.
Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, tetapi belum dikreditkan dengan Pajak
Keluaran pada Masa Pajak yang sama, dapat dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya
paling lama 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya Masa Pajak yang bersangkutan
sepanjang belum dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan pemeriksaan.
Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak
Masukan yang dapat dikreditkan, maka selisihnya merupakan PPN yang harus
disetorkan oleh PKP ke Kas Negara paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir dan sebelum Surat Pemberitahuan Masa PPN disampaikan. Sedangkan,
apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih besar
daripada Pajak Keluarannya, maka selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dapat
dimintakan kembali (restitusi) atau dikompensasikan pada Masa Pajak berikutnya.
Contoh :
Selama bulan takwim terjadi kegiatan usaha sebagai berikut:
Membeli bahan baku dan lain-lain dari pabrikan Rp 100.000.000,00.
Menyerahkan hasil produksi dengan harga jual Rp 60.000.000,00.

Pajak Masukan yang dipungut oleh PKP lain adalah sebesar:


10% x Rp 100.000.000,00 = Rp 10.000.000,00
Pajak Keluaran yang harus dipungut:
10% x Rp 60.000.000,00 = Rp 6.000.000,00
PPN yang lebih bayar dalam Masa Pajak yang bersangkutan:
Rp 10.000.000,00 Rp 6.000.000,00 = Rp 4.000.000,00
Kelebihan tersebut dapat dikompensasi pada Masa Pajak berikutnya atau dapat
diminta kembali (restitusi). Apabila dalam suatu masa pajak, pajak keluaran lebih
besar dari pajak masukan, maka selisihnya merupakan pajak yang harus disetor ke
Kas Negara oleh PKP.
Perhitungan Kembali PPN Masukan
Dalam suatu perusahaan, pasti membutuhkan aktiva untuk menjalankan
kegiatan operasional perusahaan. Ketika membeli sebuah aktiva, umumnya
perusahaan juga akan mendapat pajak masukan ketika membeli aktiva tersebut. Pajak
masukan tersebut dapat dikreditkan dengan pajak keluaran di dalam SPT PPN, yang
pada akhirnya akan menghasilkan jumlah pajak yang harus dibayar oleh Pengusaha
Kena Pajak (PKP).
Pada umumnya pajak masukan yang diterima atas peroleh barang dapat
dikreditkan seluruhnya. Namun untuk pengusaha tertentu, pajak masukan tidak dapat
dikreditkan

seluruhnya.

PKP yang

melakukan

kegiatan

usaha

yang

atas

penyerahannya sebagian terutang pajak dan sebagian lainnya tidak terutang pajak,
sedangkan Pajak Masukan untuk Penyerahan yang Terutang Pajak tidak dapat
diketahui dengan pasti, jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan untuk
Penyerahan yang Terutang Pajak dihitung dengan menggunakan pedoman
penghitungan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan.
Contoh Soal
Pengusaha Kena Pajak B adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri
pembuatan sepatu. Pada bulan Januari 2014, Pengusaha Kena Pajak B tersebut
membeli generator listrik yang dimaksudkan untuk digunakan seluruhnya untuk
3

kegiatan pabrik dengan nilai perolehan sebesar Rp100.000.000,00 dengan Pajak


Pertambahan Nilai sebesar Rp10.000.000,00. Pajak Masukan atas perolehan generator
listrik sebesar Rp10.000.000,00 secara keseluruhan dikreditkan pada Masa Pajak
Januari 2014. Masa manfaat generator listrik tersebut sebenarnya adalah 5 (lima)
tahun,tetapi untuk penghitungan kembali Pajak Masukan ini, masa manfaat generator
listrik tersebut ditetapkan 4 (empat) tahun, sehingga alokasi pengkreditan Pajak

Masukan untuk setiap tahunnya adalah sebesar Rp

= Rp 2.500.0000.

Selama tahun 2014 ternyata generator listrik tersebut digunakan:


a. untuk bulan Januari sampai dengan Juni 2014
- 10% untuk perumahan karyawan dan direksi
- 90% untuk kegiatan pabrik
b. untuk bulan Juli sampai dengan Desember 2014
- 20% untuk perumahan karyawan dan direksi
- 80% untuk kegiatan pabrik.
Berdasarkan data tersebut di atas, rata-rata penggunaan generator listrik untuk
kegiatan pabrik adalah 85%.
a. Penghitungan kembali Pajak Masukan yang dapat dikreditkan untuk tahun buku
2014 dapat dilakukan paling lambat pada Masa Pajak Maret 2015.Pengusaha
Kena Pajak B melakukan penghitungan kembali Pajak Masukan pada Masa Pajak
Februari 2015. Pajak Masukan yang dapat dikreditkan untuk tahun buku 2014

seharusnya sebesar 85% x

= 2.125.000

b. Pajak Masukan yang harus diperhitungkan kembali dengan mengurangi Pajak


Masukan untuk Masa Pajak Februari 2015 adalah sebesar: Rp 2.500.000,00 - Rp
2.125.000,00 = Rp 375.000,00
c. Penghitungan kembali Pajak masukan seperti perhitungan di atas dilakukan
sampai dengan masa manfaat generator listrik berakhir.
.
3. Penghitungan PPN
3.1 Kegiatan Membangun Sendiri
Definisi Kegiatan Membangun Sendiri yang dikutip dari Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 2 Ayat 3 adalah Kegiatan
membangun bangunan yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan

oleh orang pribadi atau badan, yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan
pihak lain.
Kemudian dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012
Pasal 2 Ayat 4 dijelaskan mengenai bangunan yang dimaksud dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 2 Ayat 3 yaitu bangunan
tersebut berupa satu atau lebih konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan
secara tetap pada satu kesatuan tanah dan/atau perairan dengan kriteria sebagai
berikut:
a. Konstruksi utamanya terdiri dari kayu, beton, pasangan batu bata atau bahan sejenis,
dan/atau baja;
b. Diperuntukan bagi tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha; dan
c. Luas keseluruhan paling sedikit 200m2 (dua ratus meter persegi).
Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 3 ayat 1
dan 2, diatur bahwa:
1. Kegiatan membangun sendiri akan dikenakan PPN dengan tarif sebesar 10 % (sepuluh persen)
dari Dasar Pengenaan Pajak.
2. Dasar Pengenaan Pajak atas kegiatan membangun sendiri adalah 20% (dua puluh persen) dari
jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk membangun bangunan, tidak
termasuk harga perolehan tanah.
Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas kegiatan membangun sendiri
adalah sebagai berikut :
PPN = Tarif x DPP
PPN = 10% x (20% x Jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau dibayarkan untuk
membangun
Contoh Soal :

bangunan)

Pada Bulan Desember 2012 Bapak Andi memulai membangun sebuah rumah
untuk tempat tinggal pribadinya. Luas keseluruhan dari rumah tersebut adalah sebesar
200 m2, biaya-biaya yang dikeluarkan oleh Bapak Andi dalam upaya membangun
rumah tersebut sampai dengan selesainya bangunan tersebut adalah sebagai berikut:
pembelian tanah sebesar Rp 200.000.000, pembelian bahan baku bangunan
keseluruhan Rp 180.000.000, biaya upah mandor dan pekerja bangunan Rp.
70.000.000. Maka berapakah Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas
pembangunan rumah tersebut?
Jawab:
Sesuai dengan PMK No. 163/PMK.03/2012 tarif PPN atas Kegiatan Membangun
Sendiri

yang

terhutang

adalah:
5

10%

=
=

10%
10%

X
X

(20%

(20%

X
(Rp

DPP

Total

biaya

180.000.000

Pembangunan)
Rp

70.000.000)

Sehingga PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri yang terhutang adalah:


=

10%

20%

Rp

250.000.000

= Rp 5.000.000
Yang menjadi Dasar Pengenaan Pajak atas perhitungan PPN Kegiatan
Membangun Sendiri diatas hanyalah pembelian bahan baku material bangunan dan
biaya upah pekerja dalam rangka pembangunan rumah tersebut, hal ini sesuai dengan
Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 3 ayat 2 yang
menyebutkan bahwa Dasar Pengenaan Pajak atas kegiatan membangun sendiri adalah
20% (dua puluh persen) dari jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan
untuk membangun bangunan, tidak termasuk harga perolehan tanah.
3.2 Impor dan Ekspor
Contoh Soal 1
PT. X mengimpor BKP dari luar daerah pabean dengan nilai impor Rp 15.000.000
yang

dipungut

melalui

Dirjen

Bea

Cukai

adalah:

PPN yang dibayar = 15.000.000 x 10% = Rp 1.500.000


Contoh Soal 2
Bpk Sarno seorang importir mengimpor BKP Barang Mewah dengan tarif 30%
seharga Rp 300.000.000,Hitung :
-PPN dan PPN Bm
-Jumlah yang harus dibayar
Jawab :
Jumlah Pembayaran

Rp 300.000.000,-

PPN 10% X Rp300.000.000

Rp 30.000.000,-

PPN BM 30% X Rp 300.000.000

Rp 90.000.000,----------------+

Jumlah yang harus dibayar

Rp 420.000.000,-

Contoh Soal 3
Pengusaha Kena Pajak D melakukan ekspor Barang Kena Pajak dengan nilai
ekspor Rp. 10.000.000, hitunglah PPN terutang!
PPN

= 0% x Rp. 15.000.000 = Rp.0


6

PPN Rp. 0 adalah pajak keluaran.


3.3 Penjualan Aktiva
Pengenaan PPN terkait aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan diperluas melalui UU PPN No 42 tahun 2009. Pasal 16D UU PPN
No 42 tahun 2009 berbunyi : Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan
Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena Pajak, kecuali atas penyerahan aktiva yang
Pajak Masukannya tidak dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (8) huruf b dan huruf c. Berdasarkan bunyi pasal 16D UU PPN No 42 tahun
2009 beserta penjelasannya dapat disarikan sebagai berikut :
1. Penyerahan Aktiva harus harus berupa Barang Kena Pajak (BKP)
2. Yang melakukan penjualan adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP)
3. Pada waktu pembelian PPN telah dibayar, artinya jika pada saat pembelian tidak
membayar PPN misalnya karena pembelian dari non PKP, pembeliannya sebelum UU
PPN 1984 diberlakukan maka atas penjualan tidak terutang PPN.
4. Semua penjualan aktiva yang ada pajak masukannya dikenakan PPN kecuali
penjualan aktiva yang pajak masukkannya tidak boleh dikreditkan karena : a). Berupa
sedan dan station wagon (yang keduanya bukan untuk barang dagangan/ disewakan),
b). Aktiva yang tidak memiliki hubungan langsung dengan kegiatan usaha.
Contoh Soal
1. Penjualan Aktiva yang terutang PPN
a. PT. Nusacode menjual aset yang sudah tidak efektif lagi berupa mobil bekas dan
alat-alat elektronik bekas untuk diganti dengan keluaran terbaru, dengan nilai total
penjualan Rp. 240.000.000,- Maka atas penjualan aktiva ini terutang PPN dengan
alasan sebagai berikut : 1). Yang diserahkan adalah Barang Kena Pajak, 2). Yang
melakukan penjualan adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP), 3). Pada waktu
pembelian PPN telah dibayar.
b. Pengusaha Kena Pajak D menyerahkan Barang Kena Pajak secara cuma-cuma
untuk membantu korban bencana merapi Yogyakarta senilai Rp. 330.000.000
termasuk laba 10%. Berapa PPN yang terutang atas penyerahan BKP tersebut:
DPP

100

x harga jual termasuk laba

100 + %laba
=

100

x Rp. 330.000.000

110
= Rp. 300.000.000
7

PPN

= 10% x Rp. 300.000.000


= Rp. 30.000.000

2. Penjualan Aktiva yang tidak terutang PPN


PT. Nusahati pada tahun 22 Maret 2013 melakukan Penjualan tanah dan atau
bangunan yang dibeli tahun 1978 dari orang pribadi yang dilengkapi dengan
dokumen terkait berupa sertifikat tanah, tidak terutang PPN dengan alasan sebagai
berikut 1). Aktiva tersebut diperoleh tanpa adanya PPN Masukan yang dapat
dikreditkan. 2). Aktiva diperoleh tahun 1975 dimana pada saat tersebut belum berlaku
UU PPN.
4. Penjualan yang tidak Terutang PPN
UU PPN di Indonesia (UU No. 42 th 2009 Pasal 4A) menganut sistem negatif list.
Artinya semua barang dan jasa yang terdapat di negatif list berarti tidak dikenakan Pajak
Pertambahan Nilai /PPN.
A. Negatif List Barang Kena Pajak/BKP PPN
1. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya, meliputi:
o

Minyak mentah (crude oil);

Gas bumi, tidak termasuk gas bumi seperti elpiji/LPG tabung;

Asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur dll (bahan tambang galian
c)

Batubara sebelum diproses menjadi briket batubara; dan

Bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih perak, serta
bijih bauksit.

2. Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak, meliputi:
o

Beras;

Gabah;

Jagung;

Sagu;

Kedelai;

Garam

Daging

Telur

Susu

Buah-buahan

Sayur-sayuran

3. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan
sejenisnya
o

Meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun


tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga
atau katering.

Ketentuan ini dimaksudkan untuk menghindari pengenaan pajak berganda


karena sudah merupakan objek pengenaan Pajak Daerah. (PPD dan PPN
sama-sama 10% sehingga kadang orang salah mengira PPN restoran 10%
padahal yang benar PPD 10%)

4. Uang, emas batangan, dan surat berharga


B. Negatif List Jasa Kena Pajak /JKP PPN
1. Jasa pelayanan kesehatan medis, meliputi:

Jasa dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi;

Jasa dokter hewan;

Jasa ahli kesehatan seperti ahli akupunktur, ahli gigi, ahli gizi, dan ahli fisioterapi;

Jasa kebidanan dan dukun bayi;

Jasa paramedis dan perawat;

Jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium kesehatan, dan
sanatorium;

Jasa psikolog dan psikiater,

Jasa pengobatan alternatif

2. Jasa pelayanan sosial, meliputi:

Jasa pelayanan panti asuhan dan panti jompo;

Jasa pemadam kebakaran;

Jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan;

Jasa lembaga rehabilitasi;

Jasa penyediaan rumah duka atau jasa pemakaman, termasuk krematorium; dan

Jasa dibidang olah raga kecuali yang bersifat komersial

3. Jasa pengiriman surat dengan perangko.

Jasa pengiriman surat dengan perangko meliputi jasa pengiriman surat dengan
menggunakan perangko tempel dan menggunakan cara lain pengganti perangko
tempel.

4. Jasa keuangan, meliputi:

Jasa menghimpun dana dari masyarakat berupa giro, deposito berjangka, sertifikat
deposito, tabungan, dan/atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu;

Jasa menempatkan dana, meminjam dana, atau meminjamkan dana kepada pihak
lain dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel
unjuk, cek, atau sarana lainnya;

Jasa pembiayaan, termasuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, berupa:


o

Sewa guna usaha dengan hak opsi;

Anjak piutang;

Usaha kartu kredit; dan/atau

Pembiayaan konsumen;

Jasa penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai, termasuk gadai syariah dan
fidusia; danJasa penjaminan, contoh: penjaminan emisi saham.

5. jasa asuransi

Yang dimaksud dengan jasa asuransi adalah jasa pertanggungan yang meliputi
asuransi kerugian, asuransi jiwa, dan reasuransi, yang dilakukan oleh perusahaan
asuransi kepada pemegang polis asuransi.

Tidak termasuk jasa penunjang asuransi seperti agen asuransi, penilai kerugian
asuransi, dan konsultan asuransi.

6. Jasa keagamaan, meliputi:

Jasa pelayanan rumah ibadah;

Jasa pemberian khotbah atau dakwah

Jasa penyelenggaraan kegiatan keagamaan; dan

Jasa lainnya di bidang keagamaan.

7. Jasa pendidikan, meliputi:

Jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah, seperti jasa penyelenggaraan


pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan
kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik, dan pendidikan
profesional; dan

Jasa penyelenggaraan pendidikan luar sekolah.


10

8. Jasa kesenian dan hiburan;

Jasa kesenian dan hiburan meliputi semua jenis jasa yang dilakukan oleh pekerja
seni dan hiburan.

Ketentuan ini juga dimaksudkan supaya tidak berbenturan dengan pajak yang
dipungut oleh Pemerintah Daerah.
Objek Pajak Hiburan adalah jasa penyelenggaraan Hiburan dengan dipungut

bayaran, yang terdiri dari:

Tontonan film;

Pagelaran kesenian, musik, tari, dan/atau busana;

Kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya;

Pameran;

Diskotik, karaoke, klab malam, dan sejenisnya;

Sirkus, akrobat, dan sulap;

Permainan bilyar, golf, dan boling;

Pacuan kuda, kendaraan bermotor, dan permainan ketangkasan;

Panti pijat, refleksi, mandi uap/spa, dan pusat kebugaran (fitness center); dan

Pertandingan olahraga.

9. Jasa angkutan umum

Jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri
yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri.

10. Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan,

Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan meliputi jasa penyiaran radio atau televisi
yang dilakukan oleh instansi pemerintah atau swasta yang tidak bersifat iklan dan
tidak dibiayai oleh sponsor yang bertujuan komersial

11. Jasa tenaga kerja, meliputi:

Jasa tenaga kerja;

Jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang pengusaha penyedia tenaga kerja tidak
bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut; dan

Jasa penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga kerja.

12. Jasa Perhotelan, meliputi:

Jasa penyewaan kamar, termasuk tambahannya di hotel, rumah penginapan, motel,


losmen, hostel, serta fasilitas yang terkait dengan kegiatan perhotelan untuk tamu
yang menginap;
11

Jasa penyewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel, rumah
penginapan, motel, losmen, dan hostel.

13. Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara
umum.

Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan


secara umum meliputi jenis-jenis jasa yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah,
antara lain pemberian Izin Mendirikan Bangunan, pemberian lzin Usaha
Perdagangan, pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, dan pembuatan Kartu Tanda
Penduduk.

14. Jasa penyediaan tempat parkir

Yang dimaksud dengan jasa penyediaan tempat parkir adalah jasa penyediaan
tempat parkir yang dilakukan oleh pemilik tempat parkir dan/atau pengusaha
kepada pengguna tempat parkir dengan dipungut bayaran.

Ketentuan ini juga dimaksudkan supaya tidak berbenturan dengan pajak yang
dipungut oleh Pemerintah Daerah.

15. Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam.

Yang dimaksud dengan jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam
adalah jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam atau koin, yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta.

16. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos


17. Jasa boga atau katering.

Jasa boga atau katering termasuk dalam objek pajak restoran sebagai diatur dalam
Undang-undang nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan retribusi daerah.

5. Contoh Cara Menghitung PPN dan PPnBM


Tarif pajak bisa dibagi dua:
1. Untuk WP orang pribadi
Rp. 0 s.d. Rp 25 juta, tarifnya 5%
Rp. 25 juta s.d. Rp 50 juta, tarifnya 10%
Rp. 50 juta s.d. Rp 100 juta, tarifnya 15%
Rp. 100 juta s.d. Rp 200 juta, tarifnya 25%
Rp. 200 juta ke atas, tarifnya 35%
2. WP berbentuk badan usaha
Rp. 0 s.d. Rp 50 juta, tarifnya 10%
Rp. 50 juta s.d. Rp 100 juta, tarifnya 15%
Rp. 100 juta ke atas, tarifnya 30%
12

PKP A dalam bulan Januari 2001 menjual tunai Barang Kena Pajak kepada PKB
B dengan harga jual Rp. 25.000.000,00 PPN yang terutang yang dipungut oleh PKP
A = 10% x Rp. 25.000.000,00 = Rp. 2.500.000,00 PPN sebesar Rp. 2.500.000,00
tersebut merupakan Pajak Keluaran yang dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak A.
PKP B dalam bulan Pebruari 2001 melakukan penyerahan Jasa Kena Pajak dengan
memperoleh Penggantian sebesar Rp. 15.000.000,00 PPN yang terutang yang dipungut
oleh PKP B = 10% x Rp. 15.000.000,00 = Rp. 1.500.000,00 PPN sebesar RP.
1.500.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran yang dipungut oleh Pengusaha Kena
Pajak B. Pengusaha Kena Pajak C mengimpor Barang Kena Pajak dari luar Daerah
Pabean dengan Nilai Impor sebesar RP. 35.000.000,00 PPN yang dipungut melalui
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai = 10% x Rp. 35.000.000,00 = Rp. 3.500.000,00
Pengusaha Kena Pajak D mengimpor Barang Kena Pajak yang tergolong Mewah
dengan Nilai Impor sebesar Rp. 50.000.000,00 Barang Kena Pajak yang tergolong
mewah tersebut selain dikenakan PPN juga dikenakan PPnBM misalnya dengan tarif
20% (dua puluh persen).
Penghitungan PPN dan PPnBM yang terutang atas impor Barang Kena Pajak yang
tergolong mewah tersebut adalah:
a. Dasar Pengenaan Pajak Rp. 50.000.000,00
b. PPN = 10% x Rp. 50.000.000,00 = Rp. 5.000.000,00
c. PPn BM = 20% x Rp. 50.000.000,00 = Rp. 10.000.000,00
Kemudian PKP D menggunakan BKP yang diimpor tersebut sebagai bagian dari
suatu BKP yang atas penyerahannya dikenakan PPN 10% dan PPnBM dengan tarif misalnya
35% (tiga puluh lima persen). Oleh karena PPnBM yang telah dibayar atas BKP yang
diimpor tersebut tidak dapat dikreditkan, maka PPnBM sebesar Rp. 10.000.000,00 dapat
ditambahkan ke dalam harga BKP yang dihasilkan oleh PKP D atau dibebankan sebagai
biaya. Misalnya PKP D menjual BKP yang dihasilkannya kepada PKP X dengan harga
jual Rp150.000.000,00 maka penghitungan PPN dan PPnBM yang terutang adalah:
a. Dasar Pengenaan Pajak Rp. 150.000.000,00
b. PPN = 10% x Rp. 150.000.000,00 = Rp. 15.000.000,00
c. PPnBM =35% x Rp. 150.000.000,00 = Rp. 52.500.000,00
PPN sebesar Rp5.000.000,00 yang dibayar pada saat impor merupakan pajak
masukan bagi PKP D dan PPN sebesar Rp15.000.000,00 merupakan pajak keluaran bagi
PKP D. Sedangkan PPnBM sebesar Rp. 10.000.000,00 tidak dapat dikreditkan. Begitu pun
dengan PPnBM sebesar Rp. 52.500.000,00 tidak dapat dikreditkan oleh PKP X.
13

6. Mengisi SPT masa PPN & PPnBM


Contoh Soal
Identitas PKP
PT. SONY SEJAHTERA adalah perusahaan yang didirikan pada Tanggal 1 Maret
2005 dengan NPWP 01.333.444.5.091.000.

dan sejak tanggal 01 Januari 2005

Dikukuhkan sebagai PKP. Saat ini PT. SONY SEJAHTERA bergerak dibidang

Industri dan perdagangan dengan Nomor KLU 60052.


Produk yang dihasilkan oleh PT. SONY SEJAHTERA adalah Televisi dengan merk
SS. Semua bagian (spare part) Televisi dibuat oleh unit-unit usaha PT. SONY
SEJAHTERA, sedangkan bahan bakunya diperoleh dari diimpor atau pembelian

dalam negeri.
PT. SONY SEJAHTERA mempunyai tempat kedudukan di Jl.Malambong No. 15

Bandung dengan Nomor telepon (022) 99885600.


Dari catatan yang dimiliki oleh PT. SONY SEJAHTERA selama bulan JANUARI
2011 diketahui hal-hal sebagai berikut:

DAFTAR PENYERAHAN
Tgl
7
2011

Keterangan
Jan Dieskpor Televisi 21 inch kepada Samyong ltd Singapura dengan Nilai Ekspor sebesar
Rp. 2 Milyar. PEB telah diberikan persetujuan oleh DJBC pada tanggal 12 Januari
2011 (PEB-0000023).

10
2011

Jan Melakukan ekspor jasa maklon berupa pengiriman Televisi ukuran 54 pesanan dari
Jaehun ltd Korea. Fee atas jasa maklon yang diterima adalah sebesar Rp50.000.000
dan televisi yang dikirim bernilai Rp500.000.000 dengan tanggal PEB yang telah
diberikan persetujuan pada tanggal 10 Januari 2011. Pemberitahuan ekspor jasa dibuat

11
2011

pada tanggal 10 Januari 2011 (EJKP 00001).


Jan Diserahkan 10 unit Televisi ukuran 29 dengan harga jual Rp. 30 juta kepada
Kementerian Kehutanan di Jakarta untuk memantau kebakaran hutan. Faktur Pajak
dibuat pada tanggal 11 Januari 2011 (020.000-11.00000001).

12
2011

Jan Diterima pembayaran penuh dari PT. ANGKASA RAYA atas penyerahan Televisi 21
inch dengan harga jual sebesar Rp. 50 juta. Faktur Pajak dibuat pada tanggal 12
Januari 2011 (010.000-11.00000002).

14

13

Jan Pegawai yang menjaga Outlet Pabrik melaporkan bahwa pada hari ini telah dijual

2011

Televisi 14 inch dengan nilai jual sebesar Rp. 1 juta kepada konsumen yang tidak
diketahui identitasnya. Faktur Pajak dibuat pada tanggal 13 Januari 2011 tanpa
mencantumkan identitas pembeli (010.000-11.00000003).
Jan Diserahkan spare part Televisi kepada PT. MEKAR SARI yang berada di kawasan

15
2011

berikat. Atas penyerahan tersebut PPN yang terutang sebesar Rp. 40 juta tidak
dipungut. Faktur Pajak dibuat pada tanggal 15 Januari 2011 (070.000-11.00000004).

18

Jan Diserahkan Televisi kepada Kedutaan Besar China sebesar Rp 50 juta. Atas

2011

penyerahan tersebut mendapat fasilitas dibebaskan dari pengenaan PPN. Faktur Pajak
dibuat pada tanggal 18 Januari 2011 (080.000-11.00000005).

21

Jan Dijual mesin pabrik dengan harga jual Rp 120 juta kepada PT Recycle Mart. Faktur

2011
23

Pajak dibuat tanggal 21 Januari 2011 (090.000-11.00000006).


Jan Dalam rangka peresmian perusahaannya, PT. SONY SEJAHTERA telah mengadakan

2011

undian dengan hadiah berupa Televisi 21 inch dari jenis yang paling baru dengan
harga pokok penjualan sebesar Rp. 1.500.000.

Atas penyerahan televisi kepada

pelanggan yang beruntung tersebut PT. SONY SEJAHTERA Menerbitkan Faktur


Pajak pada tanggal 23 Januari 2011 (040.000-11.00000007).
25

Jan Diterima Nota Retur (NR-05/1/2011) dari PT. ANGKASA RAYA atas Faktur Pajak

2011

Nomor 010.000-11.00000002 sebesar Rp 20 juta, karena Televisi yang diserahkan


rusak.

DAFTAR PEROLEHAN
Tgl
8

Keterangan
Januari Hari ini telah dibuat PIB Nomor PIB-0000052 dan telah dibayar PPN terutang pada

2011

tanggal 8 Januari 2011 sebesar Rp 45 juta melalui bank Permata atas impor bahan
baku untuk pembuatan Televisi dari Soni Corp Jepang.

15

Januari Membayar jasa konsultan dari Daisho Corp Jepang yang melakukan kegiatan

2011

konsultasi teknik di pabrik dengan nilai penggantian sebesar Rp500.000.000. SSP


atas pemanfaatan telah dibuat (NTPN: 0101020203030404) untuk penyetoran PPN
atas pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean pada tanggal 9 Januari 2011.

17 Januari Dibayar tagihan telepon kantor sebesar Rp. 5.500.000 (termasuk PPN) kepada PT.
2011

Telkom.

Atas transaksi tersebut PT. SONY SEJAHTERA menerima bukti

pembayaran berupa kuitansi.


19 Januari Dikeluarkan dari pelabuhan tanjung priok mesin pembuat spare part Televisi yang
2011

diimpor dari Kawaii ltd Jepang dengan nilai impor sebesar Rp. 550 juta, dengan PIB
nomor PIB-0000064 tanggal 19 Januari 2011. Atas Impor tersebut PT. SONY
SEJAHTERA mendapat fasilitas PPN dibebaskan.

20 Januari Diterima Faktur Pajak tertanggal 16 Januari 2011 (010.000-11.00000020) atas


2011

perolehan komponen elektronik untuk pembuatan televisi yang dibeli dari PT.

KOMPAK dengan harga jual sebesar Rp. 50 Juta.


21 Januari Membayar Rp. 5.500.000,- (termasuk PPN) kepada Bengkel ARITONANG atas
2011

service mobil box yang digunakan untuk mengirim spare part yang dijual. PPN

terutang sebesar Rp500.000 dengan Faktur Pajak nomor 010.000-11.00000028.


23 Januari Menerbitkan Nota Retur Nomor R 01/2/04 tanggal 23 Januari 2011 dengan nilai
2011

DPP sebesar Rp 20 juta untuk Faktur Pajak Nomor 010.000-11.00000034 kepada PT

ABADI.
31 Januari Melakukan pembayaran PPN terutang atas kegiatan membangun sendiri pabrik
2011

untuk perluasan produksi dengan biaya selama bulan Januari 2011 sebesar Rp 1
Miliar.

Data Tambahan:
1. Dalam SPT Masa PPN Desember 2010 terdapat kelebihan pembayaran PPN sebesar
Rp1.500.000,- yang diminta dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya.
2. PKP telah ditetapkan sebagai PKP berisiko rendah

Diminta:
a. Isilah SPT Masa PPN tahun 2011 !!

16

17

DAFTAR REFERENSI
http://amsyong.com/2013/09/barang-dan-jasa-yang-tidak-kena-ppn-2-habis/
http://sukimanpajak.blogspot.co.id/2013/04/cara-menghitug-pajak-tarif-dpp-ppn.html
http://narwan.blogspot.co.id/2011/12/contoh-soal-perhitungan-ppn-ppnbm_17.html

18

Anda mungkin juga menyukai