Anda di halaman 1dari 18

Lab dan Aplikasi PPh

Potput
Kelompok 3 : U'ut Tasia
Luthfi Diana K
Raden Roro Asri
Mutiara Siti Z
Ahkli Ilham Rafif
PPh
22
PPh Pasal 22
• PPh Pasal 22 merupakan cara pelunasan pembayaran pajak
dalam tahun berjalan oleh Wajib Pajak atas penghasilan antara
lain sehubungan dengan impor barang/jasa, pembelian barang
dengan menggunakan dana APBN/APBD dan non APBN/APBD,
dan penjualan barang sangat mewah.
• Peraturan yang terkait pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 22:
• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 253/PMK.03/2008;
• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2010
sebagaimana telah beberapa kali diubah
• terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
146/PMK.011/2013; Peraturan Menteri Keuangan no.34/PMK.010/2017
• Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-57/PJ/2010
sebagaimana telah beberapa kali diubah dengan Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-06/PJ/2013;
• Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-02/PJ/2013.
Bukan Objek PPh Pasal 22

Yang dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22


sebagaimana diatur dalam Pasal 3 Peraturan Menteri
K e u a n g a n N o m o r 1 4 6 / P M K . 0 1 1 / 2 0 1 3 ( no.34/PMK.010/2017 )
1. Diberikan dengan Surat Keterangan Bebas :
b. impor barang dan/atau penyerahan barang yang
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
tidak terutang PPh
c. emas batangan yang akan diproses untuk
menghasilkan barang perhiasan dari emas untuk
tujuan ekspor.
Lanjutan...
1. Dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai :
b. impor barang yang dibebaskan dari Bea Masuk dan/atau
Pajak Pertambahan Nilai;
c. impor sementara jika saat impornya nyata-nyata
dimaksudkan untuk diekspor kembali.
4. Dilaksanakan tanpa Surat Keterangan Bebas (SKB) :
e. Pembelian barang oleh Bendahara Pemerintah yang
jumlahnya paling banyak Rp2.000.000,00 dan tidak
merupakan pembayaran yang terpecah-pecah
f. pembelian barang oleh BUMN tertentu yang jumlahnya
paling banyak Rp10.000.000,00 dan tidak merupakan
pembayaran yang terpecah-pecah
Lanjutan...

a. pembelian oleh Bendahara Pemerintah dan


BUMN tertentu untuk BBM, listrik, bahan bakar gas,
air minum/PDAM, bendabenda pos;
b. pembelian barang dengan menggunakan dana
Bantuan Operasional Sekolah (BOS);
c. pembayaran untuk pembelian minyak bumi,
gas bumi, dan/ atau produk sampingan dari
kegiatan usaha hulu di bidang minyak dan gas bumi
yang dihasilkan di Indonesia dari:
1.kontraktor yang melakukan eksplorasi dan eksploitasi
berdasarkan kontrak kerja sama; atau
2.kantor pusat kontraktor yang melakukan eksplorasi
dan eksploitasi berdasarkan kontrak kerja sama;
Lanjutan...
a. Pembayaran untuk pembelian panas bumi atau listrik hasil
pengusahaan panas bumi dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha
di bidang usaha panas bumi berdasarkan kontrak kerja sama
pengusahaan sumber daya panas bumi:
b. impor kembali (re-impor) yang memenuhi syarat yang
ditentukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
c. penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri yang dilakukan
oleh industri otomotif, Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM),
Agen Pemegang Merek (APM), dan importir umum kendaraan
bermotor, yang telah dikenai pemungutan Pajak Penghasilan
berdasarkan ketentuan Pasal 22 ayat (1) huruf c Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2008 dan peraturan pelaksanaannya.
Industri Tertentu
PEMUNGUT PPh PASAL 22 INDUSTRI TERTENTU
Contoh industri atau eksportir sebagai pemungut PPh Pasal 22 antara lain:
-eksportir kayu manis yang melakukan pembelian kayu manis;
-eksportir pala yang melakukan pembelian pala;
-industri plywood yang melakukan pembelian kayu;
-industri pengalengan ikan yang melakukan pembelian ikan;
-perkebunan kelapa sawit yang menggunakan jasa maklon untuk memproduksi Crude Palm Oil (CPO),
yang melakukan pembelian tandan buah segar;
-perkebunan tembakau yang menggunakan jasa maklon untuk memproduksi rokok, yang melakukan
pembelian tembakau;
-perkebunan kelapa yang menggunakan jasa maklon untuk memproduksi minyak goreng, yang melakukan
pembelian kelapa.
MEKANISME PEMUNGUTAN PPh PASAL 22 INDUSTRI TERTENTU
Tarif PPh Pasal 22 Industri tertentu atas pembelian bahan-bahan berupa hasil kehutanan, perkebunan,
pertanian, peternakan, dan perikanan yang belum melalui proses industri manufaktur adalah 0,25% dari
harga pembelian tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai. Pemungutan PPh Pasal 22 ini bersifat tidak
final dan dapat diperhitungkan sebagai pembayaran PPh dalam tahun berjalan bagi Wajib Pajak yang
dipungut.Besarnya tarif pemungutan yang diterapkan terhadap WP yang tidak memiliki NPWP adalah lebih
tinggi 100% daripada tarif yang diterapkan terhadap WP yang dapat menunjukkan NPWPSaat Terutang
PPh Pasal 22 ini adalah pada saat pembelian
Pemungut pajak wajib menerbitkan Bukti Pemungutan PPh Pasal 22 minimal
rangkap 2, yaitu:
-lembar kesatu untuk Wajib Pajak yang dipungut;
-lembar kedua sebagai arsip pemungut pajak yang bersangkutan

PENGECUALIAN PEMUNGUTAN PPh PASAL 22 INDUSTRI TERTENTU


Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 : (Pasal 3 ayat (1)
huruf e PMK-34/PMK.010/2017)

1.pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak untuk:


a.pembelian bahan bakar minyak, bahan bakar gas, pelumas, benda-benda
pos;
b.pemakaian air dan listrik;

2.pembayaran untuk pembelian minyak bumi, gas bumi, dan/atau produk


sampingan dari kegiatan usaha hulu di bidang minyak dan gas bumi yang
dihasilkan di Indonesia dari :
a.kontraktor yang melakukan eksplorasi dan eksploitasi berdasarkan kontrak kerja
sama;
b.kantor pusat kontraktor yang melakukan eksplorasi dan eksploitasi berdasarkan
kontrak kerja sama; atau
c.trading arms kontraktor yang melakukan eksplorasi dan eksploitasi berdasarkan
kontrak kerja sama

3.pembayaran untuk pembelian panas bumi atau listrik hasil pengusahaan panas
bumi dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha di bidang usaha panas bumi
berdasarkan kontrak kerja sama pengusahaan sumber daya panas bumi;

4.pembelian bahan-bahan berupa hasil kehutanan, perkebunan, pertanian,


peternakan, dan perikanan yang belum melalui proses industri manufaktur untuk
keperluan industri atau ekspor oleh badan usaha industri atau eksportir, yang
jumlahnya paling banyak Rp 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) tidak termasuk
PPN dalam satu masa pajak.
Tarif
pph 22

Tarif pajak PPh emas


sebesar 0,45 persen
dari harga emas
batangan. Tarif pajak
PPh emas untuk
pembeli yang tidak
punya NPWP lebih
tinggi, yaitu sebesar
0,9 %
Cara Menghitung PPh
Pasal 22

PPh 22 = Tarif x Dasar Pengenaan Pajak

Catatan:

Bagi Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak,
maka besarnya pemungutan PPh Pasal 22 lebih tinggi 100%
(seratus persen) daripada tarif yang diterapkan kepada Wajib Pajak
yang dapat menunjukkan NPWP.
Contoh Perhitungan PPh Pasal 22
1. PT DTC berkedudukan di Jakarta, menjadi pemasok alat-alat
tulis kantor bagi Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan.
Pada tanggal 1 Oktober 2015, PT DTC melakukan penyerahan
barang kena pajak dengan nilai kontrak sebesar Rp11.000.000
(nilai sudah termasuk PPN). Maka, berapakah PPh Pasal 22
yang dipungut oleh Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan?

No Diketahui Nilai (Rp)


1 Nilai kontrak termasuk PPN Rp11.000.000
2 DPP (100/110) x Rp11.000.000 Rp10.000.000
3 PPN dipungut (10% dari DPP) Rp1.000.000
4 PPh Pasal 22 yang dipungut Rp150.000
(1,5% x Rp10.000.000)
Contoh Perhitungan
PPh Pasal 22
1. Pada tanggal 1 Januari 2016, PT ABC mengimpor barang dari
Jerman dengan harga faktur US$100.000. Barang yang diimpor
adalah jenis barang yang tidak termasuk dalam barang-barang
tertentu yang ditentukan dalam Peraturan Menteri Keuangan
No. 16/PMK.010/2016. Biaya asuransi yang dibayar di luar
negeri sebesar 5% dari harga faktur dan biaya angkut sebesar
10% dari harga faktur. Bea masuk dan bea masuk tambahan
masing-masing sebesar 20% dan 10%. Kurs yang ditetapkan
Menteri Keuangan pada saat itu sebesar US$1= Rp10.000.
Hitunglah PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Ditjen Bea Cukai
jika PT ABC memiliki API (Angka Pengenal Impor) dan jika
tidak memiliki API?
Jawaban :
No Diketahui Perhitungan Nilai (US$)

a. Harga faktur (cost) US$100.000

b. Biaya asuransi (insurance) (5% x US$100.000) US$5.000

c. Biaya angkut (freight) (10% x US$100.000) US$10.000

CIF (cost, insurance & (a+b+c) US$115.000


freight)

d. CIF (dalam rupiah) (US$115.000 x Rp10.000) Rp1.150.000.000

e. Bea masuk (20% x Rp1.150.000.000) Rp230.000.000

f. Bea masuk tambahan (10% x Rp1.150.000.000) Rp115.000.000

Nilai Impor (d+e+f) Rp1.495.000.000


Jadi, PPh Pasal 22 yang dipungut oleh DJBC, jika PT ABC memiliki API (2,5% x
Nilai Impor) :
2,5% x Rp1.495.000.000 = Rp37.375.000

PPh Pasal 22 yang dipungut oleh DJBC jika PT ABC tidak memiliki API (7,5% x Nilai
Impor) :
7,5% X Rp1.495.000.000 = Rp112.125.000

Contoh Perhitungan PPh Pasal 22


1. Pada bulan Agustus, PT Semen Sentosa menjual hasil
produknya kepada PT Indah Bahagia senilai Rp825.000.000.
harga tersebut sudah termasuk PPN sebesar 10%.
2. Pada bulan April, PT Gerhana yang bergerak dalam industri
kertas menjual hasil produksinya senilai Rp550.000.000 kepada
PT Halilintar. Harga tersebut sudah termasuk PPN sebesar
10%.
3. Pada bulan Juli, PT Baja Perkasa menjual hasil produknya
kepada PT Adi Karya senilai Rp1.100.000.000. Harga tersebut
sudah termasuk PPN sebesar 10%.
Jawaban :

No PPh Pasal 22 yang Dipungut Nilai (Rp)

1 DPP PPN = (100/110) x Rp825.000.000 Rp750.000.000

0,25% x Rp750.000.000 Rp1.875.000

2 DPP PPN = (100/110) x Rp550.000.000 Rp500.000.000

0,1% x Rp500.000.000 Rp500.000

3 DPP PPN : (100/110) x Rp1.100.000.000 Rp1.000.000.000

0,3% x Rp1.000.000.000 Rp3.000.000


Contoh Perhitungan
PPh Pasal 22

PT Pertamina selaku produsen bahan bakar


minyak, gas, dan pelumas menyerahkan bahan
bakar minyak senilai Rp300.000.000 (tidak
termasuk PPN) kepada non-SPBU. Maka,
berapakah PPh Pasal 22 yang dipungut?
PPh Pasal 22 yang dipungut atas penyerahan
bahan bakar minyak adalah:
0,3% x Rp 300.000.000 = Rp900.000

Anda mungkin juga menyukai