Anda di halaman 1dari 20

PERPAJAKAN

Pajak Penghasilan Pasal 22


“Dosen Pengampu : Dr. I Wayan Wiadnyana,SE., MM “

UNMAS DENPASAR

Oleh Kelompok 3 :
I Putu Bayu Semara Putra (2002612010532)
Ni Komang Wahyuni (2002612010544)
Gusti Ayu Tiara Vianita (2002612010577)
Ni Komang Ayu Wdiyani (2002612010587)
I Komang Verdy Anantha Putra (2002612010498)

Kelas : Manajemen Pemasaran A

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

2023
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Pph Pasal 22
Pajak penghasilan pasal 22 adalah salah satu kredit pajak yang ada dalam
Undang - Undang pajak penghasilan 2000. Pajak Penghasilan pasal 22 ini
merupakan pajak yang dipungut oleh bendaharawan pemerintah baik pusat
maupun daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga - lembaga
negara lainnya, berkaitan dengan pembayaran atas penyerahan barang, dan
badan - badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta, berkenaan
dengan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain.
Tujuan pengenaan PPh pasal 22 ini adalah untuk menjaring pajak penghasilan,
untuk memperluas daya jangkau dari kebijaksanaan pajak penghasilan, untuk
mencegah atau mengurangi keinginan Wajib Pajak untuk melakukan manipulasi
atas nilai peredaran usaha yang pada akhirnya akan mendorong Wajib Pajak
untuk melaksanakan kewajiban pajaknya dengan lebih baik.
1. Objek PPh Pasal 22 Impor
Objek Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah Kegiatan Impor Barang.
2. Pemungutan PPh Pasal 22 Impor
Pemungut PPh Pasal 22 Impor Menurut UU No. 17 Tahun 2000 adalah Bank
Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
3. Dasar Pemungutan/Perhitungan
Wajib Pajak yng dikenakan PPh Pasal 22 adalah importir yaitu para
pengusaha yang dalam usahanya memasukkan barang-barang dari luar
negeri dalam wilayah pabean Indonesia. Dasar pemungutan/perhitungannya
adalah Nilai Impor Barang dan Harga Jual Lelang. Yang dimaksud dengan
Nilai Impor Barang yakni nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan
bea masuk yaitu Cost, Insurance and freight (CIF)atau Cost and Freight
(CIF) jika asuransi dibayar dalam negeri ditambah dengan bea masuk dan
pungutan lainnya dikenakan berdasarkan ketentuan peraturan
perundangundangan pabean dibidang impor.

1.2 Tarif Pajak PPH Pasal 22


Besarnya Pungutan PPh Pasal 22 adalah sebagai berikut :
1. Atas Impor
a. Yang menggunakan angka pengenal importir (API), besarnya pungutan
PPh Pasal 22 adalah sebesar 2,5% dari nilai impor,
b. Yang tidak menggunakan pengenal importir (API), besarnya pungutan
PPh Pasal 22 adalah sebesar 7,5% dari nilai impor,
c. Yang tidak disukai, besarnya pungutan PPh Pasal 22 adalah sebesar
7,5% dari harga jual lelang.
Yang dimaksud dengan nilai Impor adalah Nilai berupa uang yang
menjadi dasar perhitungan benda masuk yaitu Cost Insurance and
Freight (CIF) ditambah dengan bea masuk dan pemungutan lainnya
yang dikenakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang undangan
pabean dibidang impor.
2. Atas Pembelian barang yang dipungut oleh pemungutan pajak pada
sebagaimana dimaksud dalam butir 2,3, dan 4 sebesar 1,5% dari harga
pembelian.
3. Atas Penjualan hasil produksi atau pembelian dilakukan oleh badan usaha
yang bergerak dibidang industri semen, industri rokok, industri kertas,
industri baja, dan industri otomotif yang ditujukan oleh kepala kantor
pelayan pajak, pertamina serta badan usaha lainnya yang bergerak dalam
bidang bahan bakar minyak jenis premix, super TT, dan gas atas penjualan
hasil prouksinya didalam negeri, seperti industri dan pengekspor yang
bergerak dalam sektor perhutanan, perkebunan, pertanian, dan perikanan,
yang ditujukan oleh kepala kantor pelayanan pajak, atas pembeian bahan
bahan untuk keperluan industri atau ekspor mereka dari pedagang
pengumpul, tarif PPh Pasal 22 ditetapkan sebagai berikut :
a. Besarnya tarif PPh Pasal 22 yang wajib dipungut oleh badan usaha yang
bergerak dibidang industri rokok, atau penjualan rokok didalam negeri
(kecuali industri rokok yang tergolong pengusaha pabrik hasil tembakau
golongan kecil sekali sebagaimana dimaksud dalam keputusan menteri
keuangan Nomor 89/KMK.05/2000 yang telah beberapa kali diubah,
terakhir dengan keputusan menteri keuangan Nomor
384/KMK.04/2001) yaitu sebesar 0,15% dari harga bendrol dan bersifat
final.
b. Besarnya tarif PPh Pasal 22 yang wajib dipungut oleh industri dan
eksportir yang bergerak dalam sektor perhutanan, perkebunan,
pertanian,dan perikanan atas pembelian bahan – bahan untuk keperluan
industri atau ekspor mereka dari pedagang, pengumpul sebesar 0,5 %
dari harga pembelian tidak termasuk PPN (Berlaku per 31 Januari 2003
dan mempunyai daya laku surut sejak tanggal 2 Januari 2003).
c. Besarnya tarif PPh Pasal 22 yang wajib dipungut oleh badan usaha yang
bergerak dibidang industri semen pada saat penjualan semen didalam
negeri 0,25% dari dasar pengenaan pajak (DPP) PPN.
d. Besarnya tarif PPh Pasal 22 yang wajib dipungut oleh badan usaha yang
bergerak dibidang industri baja yang merupakan industri hulu atas
penjualan hasil produksinya didalam negeri 0,3% dari dasar pengenaan
pajak (DPP) PPN.
e. Besarnya tari PPh Pasal 22 yang wajib dipotong oleh badan usaha yang
bergerak dalam industri kertas pada saat penjualan kertas dalam negeri
0,1% dari dasar pengenaan pajak (DPP) PPN.
f. Besarnya tarif PPh Pasal 22 yang wajib dipungut atas penjualan semua
jenis kendaraan bermotor sebesar 0,4% dari dasar pengenaan pajak
(DPP) PPN.
Tarif PPh Pasal 22 yang ditetapkan untuk pertamina dan badan usaha lainnya
yang bergerak dibidang bahan bakar minyak jenis premix, super TT dan gas
ditujukan sebagai pemungut PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksinya.

1.3 Saat Terutang dan Pelunasan PPH Pasal 22


Penetapan saat terutang dan pelunasan PPh Pasal 22 diatur sebagai berikut :
1. Atas impor barang terutang dan dilunasi bersamaan dengan saat
pembayaran Bea Masuk. Dalam hal pembayaran Bea Masuk ditunda atau
dibebaskan, maka PPh Pasal 22 terutang dan dilunasi pada saat penyelesaian
dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB);
2. Atas pembelian barang (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 2,3,
dan 4 ) terutang dan dipungut pada saat pembayaran;
3. Atas penjualan hasil produksi (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22
butir 5) terutang dan dipungut pada saat penjualan;
4. Atas penjualan hasil produksi (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22
butir 6) dipungut pada saat penerbitan Surat Perintah Pengeluaran Barang
(Delivery Order);
5. Atas pembelian bahan-bahan (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir
7) terutang dan dipungut pada saat pembelian.

1.4 Pemungutan PPH Pasal 22


Pasal 22, Undang - undang No 17 Tahun 2000 memberi wewenang kepada
Menteri Keuangan untuk mengatur siapa saja yang diberi wewenang untuk
memungut pajak penghasilan pasal 22. Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22
menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 236/KMK.03/2003 tentang
Perubahan Kedua Keputusan Menteri Keuangan Nomor 254/KMK.03/2002
tentang Penunjukan Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22, Sifat dan Besarnya
Pungutan Serta Tata Cara Penyetoran dan Pelaporannya adalah sebagai berikut
• Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai atas impor barang.
• Direktorat Jenderal Anggaran, Bendaharawan Pemerintah baik di tingkat
Pemerintah Pusat maupun di tingkat Pemerintah Daerah, yang melakukan
pembayaran atas pembelian barang.
• Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah yang melakukan
pembayaran atas pembelian barang dengan dana yang bersumber dari
belanja negara (APBN ) dan atau belanja daerah.
• Bank Indonesia (BI), Badan Penyehatan dan Perbankan Nasional ( BPPN),
Badan Urusan Logistik (BULOG ), PT Telekomunikasi Indonesiaa (PT
Telkom), PT Perusahaan Listrik Negara ( PLN), PT Garuda Indonesia, PT
Indosat, PT Krakatau Steel, Pertamina, dan bank- bank BUMN yang
melakukan pembelian barang yang dananya bersumber baik dari APBN
maupun non- APBN.
• Badan Usaha yang bergerak di bidang industri semen, industri rokok,
industri kertas, industri baja dan industri otomotif, yang ditunjuk oleh
Kepala Kantor Pelayanan Pajak, atas penjualan hasil produksinya di dalam
negeri.
• Pertamina dan badan usaha lainnya yang bergerak dalam bidang bahan
bakar minyak jenis premix, super TT, dan gas atas penjualan hasil
produksinya.
• Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan,
pertanian, dan perikanan yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak atas
pembelian bahan untuk keperluan industri atau ekspor mereka dari
pedagang pengumpul.

1.5 Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan PPH Pasal 22


PPh Pasal 22 ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Pelunasan PPh Pasal 22 yang disetor oleh importir ke Bank Devisa, dengan
menggunakan formulir Surat Setoran Pajak yang berfungsi sebagai bukti
pungutan pajak.
2. PPh Pasal 22 Impor ini dipungut dan disetor secara kolektif dengan
menggunakan formulir Surat Setoran Pajak oleh Dirjen Bea dan Cukai jika
impor dilakukan tanpa menggunakanLaporan Kebenaran Pemeriksaan.
Bukti Pemungutan harus dibut oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam
rangkap tiga yang terdiri dari:
• Lemar pertama untuk pembeli;
• Lembar kedua untuk Direktorat Jenderal Pajak sebagai lampiran laporan
bulanan;
• Lembar ketiga untuk arsip pemungut pajak yang bersngkutan;
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai harus menyetorkan pemungutan PPh
Pasal 22 atas impor dalam jangka waktu sehari setelah pemungutan pajak
dilakukan ke kantor pos dan Giro atau Bank-bank persepsi, dan harus
melaporkan hasil pemungutannya tersebut secara mingguan selambat-
lambatnya tujuh hari setelah batas waktu penyetoran pajak berakhir dengan
menggunakan SPT Masa PPh Pasal 22.

1.6 Kegiatan Yang Dikenakan PPH Pasal 22


Pajak penghasilan pasal 22 ini dibedakan berdasarkan jenis kegiatan yang
dilakukan Kegiatan-kegiatan yang dikenakan pajak penghasilan pasal 22
tersebut adalah:
• Kegiatan impor barang.
• Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal
Anggaran, Bendaharawan Pemerintah baik di tingkat Pusat maupun Daerah.
• Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan oleh Badan Usaha Milik
Negara dan Badan Usaha Milik Daerah, yang dananya bersumber dari
belanja negara (APBN) dan atau belanja Daerah ( APBD).
• Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan oleh Bank Indonesia
(BI), Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN ), Badan Urusan
Logistik BULOG ), PT Telekomunikasi Indonesia ( Telkom ), PT
Perusahaan Listrik Negara (PLN), PT Garuda Indonesia, PT Indosat, PT
Krakatau Steel, Pertamina, dan bank -bank BUMN yang dananya bersumber
baik dari APBN maupun non-APBN.
• Penjualan hasil produksi di dalam negeri yang dilakukan oleh badan usaha
yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri rokok, industri
kertas, industri baja, dan industri otomotif, yang ditunjuk oleh Kepala
Kantor Pelayanan Pajak.
• Penjualan hasil produksi oleh Pertamina dan badan usaha lainnya selain
Pertamina.
• yang bergerak di bidang bahan bakar minyak jenis premix, super TT, dan
gas Pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor industri
yang dilakukan oleh eksportir yang bergerak di bidang perhutanan,
perkebunan, pertanian, dan perikanan .

1.7 Dikecualikan Dari Pemungutan PPH Pasal 22


Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan pasal 22 menurut KMK
Nomor 236/KMK.03 /2003 adalah sebagai berikut:
a. Impor barang dan atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan tidak terutang Pajak Penghasilan;
b. Impor barang yang dibebaskan dari pengutan Bea Masuk dan atau Pajak
Pertambahan
Nilai:
1. Barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di
Indonesia berdasarkan asas timbal balik;
2. Barang untuk keperluan badan internasional yang diakui dan terdaftar pada
Pemerintah Indonesia beserta pejabatnya yang bertugas di Indonesia dan
tidak memegang paspor Indonesia ;
3. Barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial, atau
kebudayaan;
4. Barang untuk keperluan museum, kebun binatang, dan tempat lain semacam
itu yang terbuka untuk umum ;
5. Barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;
6. Barang untuk keperluan khusus kaum tunanetra dan penyandang cacat
lainnya;
7. Peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah;
8. Barang pindahan ;
9. Barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan
barang kiriman sampai batas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan
perundang - undangan Pabean ;
10. Barang yang diimpor oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah yang
ditujukan untuk kepentingan umum;
11. Persenjataan, amunisi, dan perlengkapan militer, termasuk suku cadang
yang diperuntukkan bagi keperluan pertahanan dan keamanan negara.
12. Barang dan bahan yang dipergunakan untuk menghasilkan barang bagi
keperluan pertahanan dan keamanan negara.
13. Vaksin Polio dalam rangka pelaksanaan program Pekan Imunisasi Nasional
(PIN)
14. Buku - buku pelajaran umum , kitab suci dan buku - buku pelajaran agama;
15. Kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau, dan kapal
angkutan tongkang, dan suku cadang serta alat keselamatan pelayaran atau
alat keselamatan manusia yang diimpor dan digunakan oleh Perusahaan
Pelayaran Niaga Nasional atau perusahaan penangkapan ikan nasional;
16. Pesawat udara dan suku cadang serta alat keselamatan penerbangan atau alat
keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan yang
diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional
serta prasarana yang diimpor dan digunakan oleh PT Kereta Api Indonesia;
17. Kereta api dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau
pemeliharaan serta prasaranayang diimpor dan digunakan oleh PT Kereta
Api Indonesia;
18. Peralatan yang digunakan untuk penyediaan data batas dan photo udara
wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh Tentara Nasional
Indonesia.
c. Dalam hal impor sementara jika pada waktu impornya nyata - nyata
dimaksudkan untuk diekspor kembali ;
d. Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta
rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah - pecah ;
e. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air
minum/PDAM dan benda -benda pos;
f. Emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang perhiasan
dan emas untuk tujuan ekspor
g. Pembayaran/pencairan dan Jaring Pengaman Sosial (JPS) oleh Kantor
Perbendaharaan dan Kas Negara ;
h. impor kembali (re-impor), yang meliputi barang-barang yang telah diekspor
kemudian dumpor kembali dalam kualitas yang sama atau barang-barang
yang telah diekspor untuk keperluan perbaikan, pengerjaan dan pengujian,
yang telah memenuhi syarat yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Bea dan
Cukai.
i. Pembayaran untuk pembelian gabah dana/atau beras oleh BULOG.

Pengecualian sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf f dinyatakan


dengan Surat Keterangan Bebas Pajak Penghasilan Pasal 22 yang diterbitkan
oleh Direktur Jenderal Pajak, ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf b dan
huruf c dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku. Sedangkankan pengecualian sebagaimana
dimaksud pada huruf d, e, h, dan i dilakukan secara otomatis tanpa Surat
Keterangan Bebas (SKB).

1.8 PPH Pasal 22 Atas Kegiatan Impor


Dalam aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh pelaku ekonomi (perorangan atau
badan usaha), karena satu dan lain hal, untuk memenuhi kebutuhan barang baik
itu bahan baku maupun barang jadi sering kali harus mendatangkan barang
tersebut dari luar negeri (Impor). Impor menurut pengertian Undang-undang
pajak adalah kegiatan memasukkan barang dari luar wilayah pabean Indonesia
(luar negeri) ke dalam wilayah pabean Indonesia. Atas kegiatan Impor ini, maka
kepada Wajib Pajak dikenakan pemungutan seperti yang diatur pada pasal 22
Undang - undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000.
1. Objek PPh Pasal 22 Impor
Objek Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah Kegiatan Impor Barang.
2. Pemungutan PPh Pasal 22 Impor
Pemungut PPh Pasal 22 Impor Menurut UU No. 17 Tahun 2000 adalah Bank
Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
3. Dasar Pemungutan/Perhitungan
Wajib Pajak yng dikenakan PPh Pasal 22 adalah importir yaitu para pengusaha
yang dalam usahanya memasukkan barang-barang dari luar negeri e dalam
wilayah pabean Indonesia. Dasar pemungutan/perhitungannya adalah Nilai
Impor Barang dan Harga Jual Lelang. Yang dimaksud dengan Nilai Impor
Barang yakni nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan bea masuk
yaitu Cost, Insurance and freight (CIF)atau Cost and Freight (CIF) jika asuransi
dibayar dalam negeri ditambah dengan bea masuk dan pungutan lainnya
dikenakan berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan pabean
dibidang impor.

1.9 PPH Pasal 22 Bendaharawan


Setiap aktivitas penjualan atau penyerahan barang kepada suatu instansi
pemerintah BUMN atau BUMD dikenakan pungutan PPH Pasl 22 oleh
Bendaharawan. Bagi pemasok, besarnya punguta ang dilakukan olh
Bendaharawan tersebut merupakan kredit pajak yang dapat dikurangkan
terhadap pajak penghasilan yang terutang.Objek PPH Pasal 22 Bendaharawan
1. Objek Pajak Penghasilan Pasal 22 Bendaharawan ini adalah penjualan hasil
produksi atau penyerahan barang.
2. Pemotongan PPH Pasal 22 Bendaharawan
Pemotongan PPh Pasal 22 atas kegiatan pembelian barang yang dipotong
PPh Pasal 22 adalah sebagai berikut:
• Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai atas impor barang.
• Direktorat Jenderal Anggaran, Bendaharawan Pemerintah baik di
tingkat Pemerintah Pusat maupun di tingkat Pemerintah Daerah, yang
melakukan pembayaran atas pembelian barang.
• Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah yang
melakukan pembayaran atas pembelian barang dengan dana yang
bersumber dari belanja negara (APBN ) dan atau belanja daerah.
• Bank Indonesia (BI), Badan Penyehatan dan Perbankan Nasional (
BPPN), Badan Urusan Logistik (BULOG ), PT Telekomunikasi
Indonesiaa (PT Telkom), PT Perusahaan Listrik Negara ( PLN), PT
Garuda Indonesia, PT Indosat, PT Krakatau Steel, Pertamina, dan bank-
bank BUMN yang melakukan pembelian barang yang dananya
bersumber baik dari APBN maupun non- APBN.
3. Dasar Pemungutan/Perhitungan
Dasar pemungutan dan perhitungan pajak penghasilan pasal 22
bendaharawan ini adalah harga pembelian. Yang dimaksud dengan Harga
Pembelian ini adalah jumlah harga faktur. Untuk menghindari pengenaan
pajak berganda, apabila barang yang dibeli merupakan Barang Kena Pajak
(BKP) yang didalamnya mengandung unsur Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) maka untuk menghitung PPh
Pasal 22 ini PPN dan PPnBM tersebut harus dikeluarkan terlebih dahulu.
4. Tarif PPH Pasal 22 Bendaharawan
Tarif Pajak Penghasilan pasal 22 ini adalah 1,5% dari harga pembelian
barang. Contoh 3 PT SWARADIA melakukan penyerahan barang kena
pajak kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kantor Wilayah
Yogyakarta dengan nilai Rp. 1.430.000,00 yang pembayarannya dilakukan
oleh Bendaharawan.
• Jika harga barang tersebut tidak masuk PPN maupun PPnBM maka
besarnya PPh Pasal 22 Bendaharawan yang dipotong oleh
Bendaharawan dan Jumlah uang yang diterima oleh PT SWARADIA
adalah :
Harga barang yang diserahkan………….…....= Rp. 1.430.000,00
PPh 22 = 1,5% x Rp. 1.430.000,00……….….= ( 21.450,00)
Jumlah uang diteriman……………….………= Rp. 1.408.550,00
• Jika di dalam harga barang yang dibeli mengandung unsur Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10%, maka PPh Pasal 22 dan jumlah
uang yang diterima PT Swaradia adalah sebagai berikut:
Harga yang diserahkan ………………………...= Rp. 1.430.000,00
PPN 10/110 x Rp. 1.430.000,00 ……………….= ( 130.000,00)
Harga Pembelian ……………………………….= RP. 1.300.000,00
PPh 22 = 1,5% x Rp. 1.300.000,00 …………….= ( 19.500,00)
Jumlah uang yang diterima …………………….= Rp. 1.280.500,00
• Jika di dalam harga barang yang dibeli mengandung unsur Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10%, dan Pajak Penjualan Barang
Mewah (PPn.BM) dengan tarif 20%, maka PPh Pasal 22 dan jumlah
uang yang diterima PT SWARADIA adalah sebagai berikut:
Harga yang diserahkan ……………………….. = Rp. 1.430.000,00
PPN 10/130 x Rp. 1.430.000,00 ……….…….= ( 110.000,00)
PPnBM : 20/130 x RP.1.430.000,00 …………..= ( 220.000,00)
Harga pembelian……………………………….= Rp. 1.100.000,00)
PPh 22 = 1,5% x Rp.1.100.000,00 …………….= ( 16.500,00)
Jumlah uang yang diterima ……………………= Rp. 1.083.500,00
5. Sifat Pemungutan
Sifat pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas pembelian barang yang
dipotong oleh Pemotong PPh Pasal 22 Bendaharawan bersifat tidak final,
artinya dapat dijadikan sebagai kredit pajak terhadap pajak yang terhutang
pada akhir tahun.
6. Saat Terutang dan Pelunasan PPH Pasal 22 Bendaharawan
PPh pasal 22 Bendaharawan ini terutang pada saat dilakukannya
pembayaran atau penyerahan barang yang dibeli.
7. Tata Cara Penyetoran Pelaporan
Pemungut pajak PP pasal 22 Bendaharawan harus menyetorkan hasil
pemotongan Pajak Penghasilan pasal 22 berkenaan dengan pembayaran atas
pembelian barang yang dibiayai dari belanja negara/belanja daerah, ke
Kantor Pos dan Giro atau Bank-bank persepsi, pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembayaran atas penyerahan barang tersebut, dengan
menggunakan formulir Surat Setoran Pajak yang telah disi oleh dan atas
nama rekanan serta ditandatangani oleh Bendaharawan, yang berlaku
sebagai bukti pungutan pajak. Hasil pemungutan Pajak Penghasilan Pasal
22 tersebut, harus dilaporkan selambat-lambatnya empat belas hari setelah
Masa Pajak Berakhir.

1.10 PPH Pasal 22 Atas Penjualan Hasil Produksi atau Penyerahan Barang
Untuk Badan Usaha Yang Bergerak Dibidang Tertentu Pertamina Dan
Badan Usaha Lainnya Yang Bergerak Dibidang Bahan Bakar Minyak Jenis
Premix dan Gas, Indukstri dan Eksportir Yang Bergerak Dalam Sektor
Kehutanan Perkebunan, Pertanian Dan Perikanan.
Berikut ini diuraikan besarnya tarif Pajak Penghasilan Pasal 22 dan dasar
Penghasilan Pasal 22 untuk Badan-Badan tertentu tersebut di atas. Badan-badan
tertentu tersebut adalah sebagai berikut:
• Badan Usaha yang bergerak di bidang industri semen, industri rokok,
industri kertas, industri baja dan industri otomotif, yang ditunjuk oleh
Kepala Kantor Pelayanan Pajak, atas penjualan hasil produksinya di dalam
negeri;
• Pertamina dan badan usaha lainnya yang bergerak dalam bidang bahan
bakar minyak jenis premix, super TT, dan gas atas penjualan hasil
produksinya;
• Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan,
pertanian, dan perikanan yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak atas
pembelian bahan untuk keperluan industri atau ekspor mereka dari
pedagang pengumpul.
1. PPH Pasal 22 Badan Usaha yang Bergerak Dibidang Industri Semen
• Objek Pajak Penghasilan Pasal 22
Objek pajak Penghasilan Pasal 22 ini adalah penjualan hasil produksi
industry semen di Dalam Negeri.
• Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22
Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22 ini adalah Badan Usaha yang
bergerak dibidang Industri Semen atas penjualan Industri Semen di
Dalam Negeri.
• Dasar Pemungutan/Penghitungan
Dasar Pemungutan adalah Dasar Penggunaan Pajak (DPP) Pajak
Pertambahan Nilai (PPN).
• Tarif PPH Pasal 22
Tarif Pajak atas penjualan semen di dalam negeri ditetapkan, sebesar
0,25% dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPN dan bersifat tidak final.
• Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 22
Penghitungan besarnya PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi atau
penyerahan barang yang dilakukan oleh industry semen adalah sebagai
berikut :
PPhPasal 22 = 0,25% X Dasar PegenaanPajak (DPP) PPN
• Saat Terutang Pajak Penghasilan Pasal 22
PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi industry semen terutang pada
saat pembayaran.
• Tata Cara Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 22
Pemungut pajak PPh Pasal 22 wajib menyetorkan Pajak Penghasilan
Pasal 22 yang dipungut paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan takwim
berikutnya dengan menggunakan Surat Setoran Pajak ke Bank Persepsi
atau Kantor Pos dan Giro.
Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22 wajib menyampaikan laporan
mengenai Pajak Penghasilan Pasal 22 yang telah dipungut dan telah disetor
setiap bulan kepada Kantor Pelayanan Pajak di tempat kedudukan Pemungut
Pajak, paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir dengan
menggunakan surat pemberitahuan Masa PPh Pasal 22 yang dilampiri Bukti
Pemungutan PPh Pasal 22 dan lembar ketiga Surat Setoran Pajak.

2. PPH Pasal 22 Badan Usaha yang Bergerak Dibidang Industri Rokok


• Objek Pajak Penghasilan Pasal 22
Objek Pajak Penghasilan Pasal 22 ini adalah penjualan hasil produksi
industry rokok dalam Negeri.
• Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22
Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 ini adalah Badan Usaha yang
bergerak dibidang industry rokok
• Dasar Pemungutan/Penghitungan Dasar pemungutan adalah Harga
Bandrol.
• Tarif Pajak Penghasilan Pasal 22
Tarif Pajak atas penjualan rokok di dalam negeri ditetapkan sebesar
0,15% dari harga bandrol dan bersifat final.
• Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 22
Penghitungan besarnya PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi
industry rokok di dalam Negeri adalah sebagai berikut :
PPh Pasal 22 = 0,15% X Harga Bandrol
• Dikecualikan dari Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan PPH Pasal 22 adalah badan usaha
bergerak di bidang industri rokok yang tergolong pengusaha hasil
tembakau golongan kecil sekali sebagaimana dimaksud dalam
Keputusan Menteri Keuangan No.89/KM.05/2000 sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan No.
384/KMK.04/2001.
• Saat Terutang Pajak Penghasilan Pasal 22
PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi industri rokok terutang pada
pembayaran.
• Tata Cara Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 22
Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22 wajib menyetorkan Pajak
Penghasilan
Pasal 22 yang dipungut paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan takwim
berikutnya dengan menggunakan Surat Setoran Pajak ke Bank Persepsi
atau Kantor Pos dan Giro. Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22 wajib
menyampaikan laporan mengenai Pajak Penghasilan Pasal 22 yang telah
dipungut dan telah disetor setiap bulan kepada Kantor Pelayanan Pajak
di tempat kedudukan Pemungut Pajak, paling lambat 20 (dua puluh) hari
setelah Masa Pajak berakhir dengan menggunakan Surat Pemberitahuan
Masa PPh Pasal 22 yang dilampiri Bukti Pemungutan PPh Pasal 22 Final
dan lembar ketiga Surat Setoran Pajak, dan apabila ada lembar kedua
Nota Retur atas pengembalian (retur) yang dilakukan setelah Masa Pajak
terjadinya penjualan.

3. PPH Pasal 22 Badan Usaha yang Bergerak Dibidang Industri Kertas


• Objek Pajak Penghasilan Pasal 22
Objek Pajak Penghasilan Pasal 22 ini adalah penjualan hasil industri
kertas di Dalam Negeri.
• Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22
Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22 ini adalah Badan Usaha yang
bergerak dibidang industri kertas atas penjualan kertas di dalam negeri.
• Dasar Pemungutan/Penghitungan
Dasar pemungutan adalah Dasar Pengenaan Pajak (DPP) Pajak
Pertambahan Nilai (PPN)
• Tarif Pajak Penghasilan Pasal 22
Tarif Pajak atas penjualan kertas di dalam negeri ditetapkan, sebesar
0,1% dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPN dan bersifat tidak final.
• Penghitungan Pajak PenghasilanPasal 22
Penghitungan besarnya PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi
industry rokok di dalam Negeri adalah sebagai berikut :
PPh Pasal 22 = 0,1% X Dasar Pengeaan Pajak (DPP) PPN
• Saat Terutang Pajak Penghasilan Pasal 22
PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi industry kertas terutang pada
saat pembayaran.
• Tata cara Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 22
Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22 Wajib menyetorkan Pajak
Penghasilan Pasal 22 yang dipungut paling lambat tanggal 10 (sepuluh)
bulan takwim berikutnya dengan menggunakan Surat Setoran Pajak ke
Bank Persepsi atau Kantor Pos dan Giro Pemungut Pajak Penghasilan
Pasal 22 wajib menyampaikan laporan mengenai Pajak Penghasilan
Pasal 22 yang telah dipungut dan telah disetor setiap bulan kepada
Kantor Pelayanan Pajak di tempat kedudukan Pemungut Pajak, paling
lambat 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir dengan
menggunakan Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 22 yang dilampiri
Bukti Pemungutan PPh Pasal 22 Final dan lembar ketiga Surat Setoran
Pajak.

4. PPH Pasal 22 Badan Usaha yang Bergerak Dibidang Indusri Baja


• Objek Pajak Penghasilan Pasal 22
Objek Pajak Penghasilan Pasal 22 ini adalah penjualan hasil industry baja
didalam Negeri.
• Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22
Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22 ini adalah badan usaha yang
bergerak di bidang industry baja atas penjualan baja di dalam Negeri.
• Dasar Pemungutan/Perhitungan
Dasar Pemungutan adalah Dasar Pengenaan Pajak (DPP) Pajak
Pertambahan Nilai (PPN).
• Tarif Pajak Penghasilan Pasal 22
Tarif atas penjualan baja didalam negeri ditetapkan sebesar 0,2% (nol
koma dua persen) dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPN dan bersifat
final.
• Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 22
Penghitungan besarnya PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produkasi atau
penyerahan barang yang dilakukan oleh industry baja adalah sebagai
berikut
PPh Pasal 22 = 0,2% x Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPN
• Saat Terutang Pajak Penghasilan Pasal 22
PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produkasi industry baja terutang pada
saat pembayaran
• Tata Cara Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 22
Pemungut Pajak PPh Pasal 22 wajib menyetorkan Pajak Penghasilan
Pasal 22 yang dipungut paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan takwim
berikutnya dengan menggunakan Surat Setoran Pajak ke Bank persepsi
atau kantor pos dan gito Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22 wajib
menyampaikan laporan mengenai Pajak Penghasilan Pasal 22 yang telah
dipungut dan telah disetor setiap bulan kepada kantor pelayanan pajak
ditempat kedudukan pemungut pajak, paling lambat 20 (dua puluh) hari
setelah masa pajak berakhir dengan menggunakan surat pemberitahuan
masa PPh Pasal 22 yang dilampiri bukti pemungutan PPh Pasal 22 dan
lembar ketiga surat setoran pajak.

5. PPH Pasal 22 Badan Usaha yang Bergerak Dibidang Industri Otomotif


• Objek Pajak Penghasilan Pasal 22
Objek Pajak Penghasilan Pasal 22 ini adalah penjualan hasil industry
otomotif didalam Negeri
• Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22
Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22 ini adalah badan usaha yang
bergerak di bidang industry otomotif
• Dasar Pemungutan/Perhitungan
Dasar Pemungutan adalah Dasar Pengenaan Pajak (DPP) Pajak
Pertambahan Nilai (PPN)
• Tarif Pajak Penghasilan Pasal 22
Tarif atas penjualan rokok didalam negeri ditetapkan sebesar 0,45% dari
Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPN dan tidak bersifat final
• Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 22
Penghitungan besarnya PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produkasi atau
penyerahan barang yang dilakukan oleh industry otomotif adalah sebagai
berikut
PPh Pasal 22 = 0,45% x Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPN
• Saat Terutang Pajak Penghasilan Pasal 22
PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi industry otomotif terutang
pada saat pembayaran
• Tata Cara Penyetoran dan PelaporanPPhPasal 22
Pemungut Pajak PPh Pasal 22 wajib menyetorkan Pajak Penghasilan
Pasal 22 yang dipungut paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan takwim
berikutnya dengan menggunakan Surat Setoran Pajak ke Bank persepsi
atau kantor pos dan gito Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22 wajib
menyampaikan laporan mengenai Pajak Penghasilan Pasal 22 yang telah
dipungut dan telah disetor setiap bulan kepada kantor pelayanan pajak
ditempat kedudukan pemungut pajak, paling lambat 20 (dua puluh) hari
setelah masa pajak berakhir dengan menggunakan surat pemberitahuan
masa PPh Pasal 22 yang dilampiri bukti pemungutan PPh Pasal 22 dan
lembar ketiga surat setoran pajak

6. PPH Pasal 22 Untuk Pertamina dan Badan Usaha selain Pertamina yang
Bergerak Dibidang Bahan Bakar Minyak Jenis Premix, Super TT dan Gas
yang ditunjuk sebagai Pemungut PPH Pasal 22
• Tarif Pajak Penghasilan Pasal 22
Besarnya Pungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 yang harus dipotong oleh
Pertamina, dan badan usaha selain Pertamina yang bergerak dibidang
bahan bakar minyak jenis premix, Super TT dan gas adalah sebagai
berikut
TYPE SPBU SWASTA SPU PERTAMINA
Solar 0,3% dari penjualan 0,25% dari penjualan
Premix/SuperTT 0,3% dari penjualan 0,25% dari penjualan
Minyak tanah - 0,3% dari penjualan
Gas LPG - 0,3% dari penjualan
Pelumas - 0,3% dari penjualan

• Sifat Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22


Sifat pemungutan PPh Pasal 22 atas penyerahan hasil produksi
PERTAMINA atau badan usaha lain yang sejenis kepada penyalur/agen
bersifat final, sedangkan PPh Pasal 22 atas penyerahan hasil produksi
PERTAMINA atau badan usaha lain yang sejenis kepada pembelilainnya
(pabrikan) bersifat tidak final.
• Saat Terutang Pajak Penghasilan Pasal 22
PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi bahan bakar minyak jenis
Premix, Super TT, dan gas tertuang pada saat penerbitan surat perintah
pengeluaran barang (delivery order).
7. PPH Pasal 22 Atas Pembelian Barang atau Bahan Untuk Keperluan Industri
Perhutanan, Perkebunan, Pertanian Oleh Industri dan Eksportir Tersebut.
• Objek Pajak Penghasilan Pasal 22
Objek Pajak Penghasilan Pasal 22 ini adalah pembelian bahan-bahan
untuk keperluan industri atau ekspor dari pedagang pengumpul oleh
industry atau eksportir yang bergerak dalam sector perhutanan,
perkebunan, pertanian dan perikanan
• Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22
Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22 ini adalah industry dan eksportir
yang bergerak dalam sector perhutanan, perkebunan, pertanian dan
perikanan atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industry atau
ekspor mereka dari pedagang pengumpul
• Dasar Pemungutan/Perhitungan
Dasar Pemungutan adalah harga pembelian tidak termasuk PPN
• Tarif Pajak Penghasilan Pasal 22
Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 22 yang wajib dipungut atas
pembelian bahanbahan untuk keperluan industry atau ekspor ditetapkan
sebesar 0,5% dari harga pembelian tidak termasuk PPN (keputusan
Direktur Jenderal Pajak No, KEP25/PJ./2003 ditetapkan tanggal 31
januari 2003 dan berlaku surut sejak tanggal 2 januari 2003)
• Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 22
Penghitungan besarnya PPh Pasal 22 atas pembelian bahan-bahan untuk
keperluan industry dan eksportir yang bergerak dalam sector perhutanan,
perkebunan, pertanian dan perikanan adalah sebagai berikut
PPh Pasal 22 = 0,5% x Harga Pemelian Tidak Termasuk PPN
• Terutang Pajak Penghasilan Pasal 22
PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi kertas terutang pada saat
pembelian.
• Tata Cara Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 22
Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 22 oleh pemungut dilakukan secara
kolektif dengan menggunakan formular surat setoran pajak (SSP).
Pemungut pajak penghasilan pasal 22 wajib menyetorkan pajak
penghasilan pasal 22 yang dipungut paling lambat tanggal 10 (sepuluh)
bulan takwim berikutnya, dengan mengunakan surat setoran pajak ke
Bank persepsi atau kantor pos dan giro. Pemungut pajak penghasilan
pasal 22 wajib menyampaikan laporan mengenai pajak penghasilan pasal
22 yang telah dipungut dan telah disetor setiap bulan kepada kantor
pelayanan pajak ditempat kedudukan pemungut pajak, paling lambat 20
(dua puluh) hari setelah masa pajak berakhir dengan menggunakan surat
pemberitahuan masa PPh Pasal 22 yang dilampiri bukti pemungutan PPh
Pasal 22 dan lembar ketiga surat setoran pajak.
1.11 Perhitungan Atas Pph Pasal 22
a. Contoh Perhitungan PPh Pasal 22 atas Penjualan Barang Mewah
PT SIAR melakukan penjualan barang mewah berupa kapal pesiar
kepada PT Kapal senilai Rp. 348.000.000.000. Nilai ini tidak termasuk
PPN dan PPnBM.
Maka, perhitungan PPh Pasal 22 atas penjualan barang mewah berupa
kapal pesiar adalah :

Tarif PPh Pasal 22 atas Penjualan Barang Mewah Kapal Pesiar x Nilai
Jual
5% x Rp 348.000.000.000 = Rp 17.400.000.000
b. Contoh Perhitungan PPh Pasal 22 atas Penjualan Hasil Produksi
Tertentu
• PT Maju adalah perusahaan semen yang menjual hasil produksinya
kepada PT Mundur senilai Rp 9.800.000.000 pada bulan Mei 2021.
Harga ini sudah termasuk PPN sebesar 10%.
Maka Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas penjualan semen
adalah :
Sebelum mencari PPh Pasal 22nya, ketahui terlebih dahulu besar DPP
PPN yang dikenakan dengan menggunakan rumus :
Diketahui Perhitungan Nilai
DPP PPN
(100/110) x Nilai Jual (Rp 9.900.000.000)
Rp 9.000.000.000
PPh Pasal 22 atas penjualan semen
(0,25% x DPP PPN)
Rp 22.500.000
• Pada bulan April 2021, perusahaan kertas PT Merdeka melakukan
penjualan atas hasil produksinya kepada PT Mulia senilai Rp
3.300.000.000. Harga ini sudah termasuk PPN sebesar 10%. Maka
perhitungan PPh Pasal 22 atas penjualan kertas adalah :

Diketahui Perhitungan Nilai


DPP PPN
(100/110) x Nilai Jual (Rp 3.300.000.000)
Rp 3.000.000.000
PPh Pasal 22 atas penjualan kertas
(0,1% x DPP PPN)
Rp 3.000.000
• Perusahaan baja yaitu PT Makmur menjual hasil produksinya kepada PT
Indah senilai Rp 5.500.000.000 dan sudah termasuk PPN sebesar 10%.
Maka perhitungan PPh Pasal 22 atas penjualan baja adalah :

Diketahui Perhitungan Nilai


DPP PPN
(100/110) x Nilai Jual (Rp 5.500.000.000)
Rp 5.000.000.000
PPh Pasal 22 atas penjualan baja
(0,3% x DPP PPN)
Rp 15.000.000
• PT Mandiri merupakan perusahaan otomotif yang menjual hasil
produksinya kepada PT Motor senilai Rp 6.600.000.000 dan sudah
termasuk PPN sebesar 10%. Maka perhitungan PPh Pasal 22 atas
penjualan otomotif adalah :

Diketahui Perhitungan Nilai


DPP PPN
(100/110) x Nilai Jual (Rp 6.600.000.000)
Rp 6.000.000.000
PPh Pasal 22 atas penjualan otomotif
(0,45% x DPP PPN)
Rp 27.000.000
DPP PPN ( Dasar Pengenaan Pajak, Pajak Pertambahan Nilai )
DAFTAR PUSTAKA
Tjahjono, Achmad. Husein, Muhammad Fakhri. 2000. Edisi III :
Perpajakan.
Yogyakarta : Akademi Manajemen Perusahaan YKPN.

Kasim,C dan Ilat, V. (2016). Perhitungan Pemungutan dan Penyetoran


Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 Atas Belanja Barang Pada Korem 131
Santiago Manado. Jurnal EMBA. Vol 4 (1) Hal. 546-557.

Harjo.D. (2013). Perpajakan Indonesia. Jakarta: Mitra wacana media.


Ilyas, W. B & Priantara,D. (2015). Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Mitra
Wacana Media.

Anda mungkin juga menyukai