Anda di halaman 1dari 7

RINGKASAN MATA KULIAH PERPAJAKAN

NAMA : SHIFA ZHAFIRA


NIM : 2105110994
KELAS : PE-3C

A. PEMUNGUT PPH 22, PENGHASILAN YANG DIPUNGUT PPH 22, TARIF PPH 22
1. Pemungut pph pasal 22 adalah:
1. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) atas objek PPh
Pasal 22 impor barang
2. Bendahara Pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai
pemungut pajak pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau
Lembaga Pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya, berkenaan dengan
pembayaran atas pembelian barang
3. Bendahara pengeluaran berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang
yang dilakukan dengan mekanisme uang persediaan (UP)
4. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat Perintah
Membayar yang diberikan delegasi oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA),
berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang kepada pihak ketiga yang
dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung (LS)
5. Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu badan usaha yang seluruh atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara
langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, yang meliputi:
a. PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), PT
Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk., PT Telekomunikasi Indonesia
(Persero) Tbk., PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk., PT Pembangunan
Perumahan (Persero) Tbk., PT Wijaya Karya (Persero) Tbk., PT Adhi
Karya (Persero) Tbk., PT Hutama Karya (Persero), PT Krakatau Steel
(Persero).
b. Bank-bank Badan Usaha Milik Negara, berkenaan dengan pembayaran
atas pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk keperluan kegiatan
usahanya.
6. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan,
pertanian, peternakan, dan perikanan, atas pembelian bahan-bahan dari
pedagang pengumpul untuk keperluan industrinya atau ekspornya.
7. Industri atau badan usaha yang melakukan pembelian komoditas tambang
batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam, dari badan atau orang
pribadi pemegang izin usaha pertambangan.
2. Penghasilan yang dipungut pph 22
1. Impor barang.
2. Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan oleh Dirjen Anggaran,
Bendaharawan Pemerintah baik Pusat maupun Daerah.
3. Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan BUMN dan BUMD yang dananya
dari belanja negara dan atau belanja daerah.
4. Penjualan hasil produksi di dalam negeri yang dilakukan oleh badan usaha yang
bergerak di bidang industri semen, rokok, kertas, baja dan industri otomotif.
5. Penjualan hasil produksi yang dilakukan oleh Pertamina dan badan usaha selain
Pertamina yang bergerak di bidang BBM premix dan gas.
6. Pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor industri dan eksportir
yang bergerak dalam sector perhutanan, perkebunan, pertanian serta perikanan dari
pedagang pengumpul.
3. TARIF PPH 22
a. Atas Import:
1. Dengan Angka Pengenal Impor (API), 2,5% dari nilai import, kecuali atas
impor kedelai, gandum dan tepung terigu sebesar 0,5% dari nilai impor.
2. Tanpa API, 7,5% dari nilai import
3. Yang tidak dikuasai, 7,5% dari harga jual lelang
b. Atas Pembelian Barang yang dibiayai dengan APBN/APBD sebesar 1,5% dari harga
pembelian.
c. Atas penjualan BBM, gas, dan pelumas oleh produsen atau importir BBM, gas dan
pelumas adalah :
1. Bahan Bakar Minyak sebesar: a. 0,25% dari penjualan tidak termasuk PPN
untuk penjualan kepada SPBU Pertamina; b. 0,3% dari penjualan tidak
termasuk PPN untuk penjualan kpd SPBU bukan Pertamina & Non SPBU;
2. BBG: 0,3% dari penjualan tidak termasuk PPN;
3. Pelumas: 0,3% dari penjualan tidak termasuk PPN.
d. Atas penjualan hasil produksi di dalam negeri oleh badan usaha yang bergerak dalam
bidang usaha industri semen, industri kertas, industri baja, dan industri otomotif:
1. Penjualan kertas di dalam negeri: 0,1% dari DPP PPN;
2. Penjualan semua jenis semen di dalam negeri: 0,25% dari DPP PPN;
3. Penjualan semua jenis kendaraan bermotor beroda dua atau lebih di dalam
negeri: 0,45% dari DPP PPN; Penjualan baja di dalam negeri: 0,3% dari DPP
PPN.
e. Atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor oleh badan usaha
industri atau eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian,
dan perikanan yang ditunjuk sebagai pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22 dari
pedagang pengumpul sebesar 0,25% dari harga pembelian tidak termasuk PPN
f. Besarnya tarif pemungutan tsb yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak
memiliki NPWP lebih tinggi 100% daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak
yang memiliki NPWP (berlaku untuk pemungutan PPh Pasal 22 yang bersifat tidak
final).
B. MEKANISME PEMUNGUTAN PPH 22
• Cara pemungutan atas barang impor dilakukan dengan penyetoran oleh importir yang
bersangkutan atau Direktorat Jenderal Bea dan Cukai ke kas negara melalui Kantor Pos,
bank devisa, atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan. Pemungutan atas ekspor
komoditas tambang batu bara, mineral logam, dan mineral bukan logam dilakukan dengan
penyetoran oleh eksportir yang bersangkutan ke kas negara melalui Pos Persepsi, Bank
Devisa Persepsi, atau Bank Persepsi yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan. Penyetoran
dilakukan dengan menggunakan formular Surat Setoran Pajak yang berlaku sebagai bukti
pemungutan pajak.
• Pemungutan pajak atas pembelian barang oleh bendaharawan pemerintah disetor oleh
pemungut pajak ke kas negara melalui Kantor Pos, bank devisa, atau bank yang ditunjuk
oleh Menteri Keuangan menggunakan Surat Setoran Pajak yang berlaku sebagai bukti
pemungutan pajak.
• Pemungutan Pajak atas pembelian barang oleh badan usaha tertentu, penjulan hasil
produksi tertentu, penjualan kendaraan bermotor, pembelian bahan-bahan untuk keperluan
industri atau ekspor, pembelian komoditas barang tambang, penjualan emas disetor oleh
pemungut pajak ke kas negara melalui Kantor Pos, bank devisa, atau bank yang ditunjuk
oleh Menteri Keuangan menggunakan Surat Setoran Pajak dalam 3 rangkap, yaitu :
1. Lembar pertama untuk Wajib Pajak yang dipungut.
2. Lembar kedua sebagai lampiran laporan bulanan kepada Kantor Pelayanan Pajak
(dilampirkan pada SPT Masa Pajak PPh 22)
3. Lembar ketiga sebagai arsip pemungut pajak yang bersangkutan
• Pemungutan penjualan barang yang tergolong sangat mewah dilakukan dengan pemungut
Pajak wajib memberikan tanda bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang
dipungut setiap melakukan pemungutan. Pemungut Pajak wajib menyetorkan Pajak
Penghasilan yang dipungut ke Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan
paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir dengan menggunakan
Surat Setoran Pajak dan melaporkan hasil pemungutannnya dengan menggunakan SPT
Masa ke Kantor Pelayanan Pajak paling lama 20 hari setelah Masa Pajak berakhir.

C. KASUS PERHITUNGAN PPH 22


1. Perhitungan PPh Pasal 22 atas Pembelian Barang oleh Instansi Pemerintah
SOAL 1 : PT DTC berkedudukan di Jakarta, menjadi pemasok alat-alat tulis kantor bagi Dinas
Pendidikan Kota Tangerang Selatan. Pada tanggal 1 Oktober 2015, PT DTC melakukan
penyerahan barang kena pajak dengan nilai kontrak sebesar Rp11.000.000 (nilai sudah
termasuk PPN). Maka, berapakah PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Dinas Pendidikan Kota
Tangerang Selatan?
JAWABAN :
NO DIKETAHUI NILAI (Rp)
1 Nilai kontrak termasuk PPN Rp11.000.000
2 DPP (100/110) x Rp11.000.000 Rp10.000.000
3 PPN dipungut (10% dari DPP) Rp1.000.000
4 PPh Pasal 22 yang dipungut (1,5% x Rp150.000
Rp10.000.000)

Jadi, besarnya PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan
sebesar Rp150.000. PPh Pasal 22 = 1,5% x harga pembelian tidak termasuk PPN.
Atas pembelian barang yang dananya berasal dari belanja Negara atau belanja daerah yang
dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 adalah:
1. Pembayaran atas penyerahan barang (bukan merupakan jumlah yang dipecahpecah)
yang meliputi jumlah kurang dari Rp 2.000.000,00.
2. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak,listrik,gas,air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
3. Pembayaran/ pencairan dana Jaring Pengaman Sosial (JPS) oleh kantor
Perbendaharaan dan Kas Negara.

2. Perhitungan PPh Pasal 22 yang Dipungut oleh Pertamina dan Badan Usaha Selain
Pertamina
SOAL : PT Pertamina selaku produsen bahan bakar minyak, gas, dan pelumas menyerahkan
bahan bakar minyak senilai Rp300.000.000 (tidak termasuk PPN) kepada non-SPBU. Maka,
berapakah PPh Pasal 22 yang dipungut?
Jawaban :
➢ PPh Pasal 22 yang dipungut atas penyerahan bahan bakar minyak adalah: 0,3% x Rp
300.000.000 = Rp900.000
3. Barang impor yang disita oleh Ditjen Bea & Cukai (DJBC) dijual lelang dan telah dibeli
oleh PT Y dengan harga lelang Rp 10.000.000.000. Berapakah PPh Pasal 22 yang harus
dipungut?
Jawab :

PPh Pasal 22 = 7,5% x Rp 10.000.000.000 = Rp 750.000.000

4. PT Z pada bulan September 2020 menjual semen hasil produksinya dengan harga Rp
22.000.000 (sudah termasuk PPN) kepada distributor UD. Kencana (tidak ber NPWP) di
Malang. Berapa besarnya PPh Pasal 22 yang dipungut oleh PT Z?
Jawab :
DPP = 100/110 x Rp 22.000.000 = Rp 20.000.000
PPh Pasal 22 = 0,25% x Rp 20.000.000 × 100% = Rp 100.000

D. PERHITUNGAN PAJAK ATAS PENGHASILAN YANG BERASAL DARI DALAM


NEGERI DAN LUAR NEGERI
➢ Impor
Kasus dan Pertanyaan: Pada tanggal 1 Januari 2016, PT ABC mengimpor barang dari
Jerman dengan harga faktur US$100.000. Barang yang diimpor adalah jenis barang yang tidak
termasuk dalam barang-barang tertentu yang ditentukan dalam Peraturan Menteri Keuangan
No. 16/PMK.010/2016. Biaya asuransi yang dibayar di luar negeri sebesar 5% dari harga faktur
dan biaya angkut sebesar 10% dari harga faktur.
Bea masuk dan bea masuk tambahan masing-masing sebesar 20% dan 10%. Kurs yang
ditetapkan Menteri Keuangan pada saat itu sebesar US$1= Rp10.000. Hitunglah PPh Pasal 22
yang dipungut oleh Ditjen Bea Cukai jika PT ABC memili API (Angka Pengenal Impor) dan
jika tidak memiliki API?
Jawaban:
NO Diketahui Perhitungan Nilai Diketahui Perhitungan Diketahui Perhitungan
(US$) Nilai (US$) Nilai (US$)
a Harga faktur (cost) US$100.000
b Biaya asuransi (insurance) (5% x US$100.000) US$5.000
c Biaya angkut (freight) (10% x US$100.000) US$10.000
CIF (cost, insurance & freight) (a+b+c) US$115.000
d CIF (dalam rupiah) (US$115.000 x Rp10.000) Rp1.150.000.000
e Bea masuk (20% x Rp1.150.000.000) Rp230.000.000
f Bea masuk tambahan (10% x Rp1.150.000.000) Rp115.000.000
Nilai Impor (d+e+f) Rp1.495.000.000

Jadi, PPh Pasal 22 yang dipungut oleh DJBC, jika PT ABC memiliki API (2,5% x Nilai
Impor):
2,5% x Rp1.495.000.000 = Rp37.375.000
PPh Pasal 22 yang dipungut oleh DJBC jika PT ABC tidak memiliki API (7,5% x Nilai
Impor):
7,5% X Rp1.495.000.000 = Rp112.125.000
➢ Ekspor
PT Mumbai merupakan perusahaan tekstil dan membeli bahan untuk tekstil untuk
produksinya yang akan diekspor dari pedagang pengepul CV Agra senilai Rp300.000.000.
Perhitungan PPh Pasal 22 atas pembelian bahan industri adalah :
= Tarif PPh Pasal 22 atas pembelian bahan industri x Harga pembelian
= 0,25% x Rp300.000.000
= Rp750.000

E. PERHITUNGAN KREDIT PAJAK ATAS PENGHASILAN YANG DITERIMA WP


DARI LUAR NEGERI (PPH 24)

• Perhitungan Kredit Pajak Luar Negeri (PPh Pasal 24)


Kasus dan Pertanyaan:
PT Sinar Gemilang di Semarang memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2014 sebagai
berikut:
Penghasilan dalam negeri Rp400.000.000
Penghasilan dari Vietnam (tarif pajak 20%) Rp200.000.000
Hitunglah PPh Pasal 24 atau kredit pajak luar negeri dari PT Sinar Gemilang tahun 2014?
JAWAB :
1. Menghitung total penghasilan kena pajak:

Penghasilan dalam negeri Rp400.000.000

Penghasilan dari Vietnam Rp200.000.000

Jumlah Penghasilan Neto Rp600.000.000

2. Menghitung total PPh terutang:

Pajak terhutang 25% x Rp 600.000.000 = Rp150.000.000

3. Menghitung PPh maksimum yang dapat dikreditkan:

(penghasilan Luar Negeri : total penghasilan) x total PPh


terutang

(Rp200.000.000 : Rp600.000.000) x Rp150.000.000 = Rp50.000.000


Rp49.999.999 (dibulatkan)

4. Menghitung PPh yang terutan atau dipotong di Luar


Negeri:

20% x Rp200.000.000 = Rp40.000.000

Dari perhitungan di atas, kredit pajak luar negeri yang diperbolehkan adalah sebesar
Rp40.000.000 atau sebesar PPh yang terutang atau dibayar di Luar Negeri. Jumlah ini
diperoleh dengan membandingkan penghitungan PPh maksimum yang boleh dikreditkan
dengan PPh yang terutang atau dibayar di Luar Negeri, kemudian pilih jumlah yang
terendah
REFERENSI :
Mardiasmo. (2019). PERPAJAKAN EDISI 2019. Penerbit ANDI (Anggota IKAPI)
Wijayanto, A. (2010). Pajak Penghasilan PASAL 22.
https://atpetsi.or.id/contoh-soal-perhitungan-pph-pasal-24
https://klikpajak.id/blog/pph-pasal-22-dan-lapor-spt-pph-22

Anda mungkin juga menyukai