Anda di halaman 1dari 5

Nama : Oktavian Evan Pabubung

NIM : A031211114
Kelas : Perpajakan II – B
PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

PPh Pasal 22
a. Pengertian
Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan, PPh 22 merupakan bentuk pemotongan atau pemungutan pajak yang
dilakukan satu pihak terhadap wajib pajak dan berkaitan dengan kegiatan perdagangan
barang.

Pajak Penghasilan atau PPh Pasal 22 adalah pajak penghasilan yang


pemungutannya dilakukan oleh bendaharawan atau badan usaha tertentu, baik milik
pemerintah maupun swasta yang melakukan kegiatan ekspor dan impor serta re-impor
maupun kegiatan usaha lain.

b. Subjek dan Objek


Sebelumnya, ketentuan mengenai pemungutan pajak penghasilan pasal 22
sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang dan kegiatan di bidang impor
atau kegiatan usaha di bidang lain diatur dalam PMK No. 154/PMK.03/2010.

Kemudian, berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor


34/PMK.010/2017 tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Sehubungan
dengan Pembayaran atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang Impor atau
Kegiatan Usaha di Bidang Lain, objek PPh pasal 22 di antaranya:

1. Impor barang dan ekspor Kegiatan impor dan ekspor barang yang dilakukan
eksportir atas barang atau komoditas:
• Tambang batubara
• Mineral logam
• Mineral bukan logam

2. Pembayaran atas pembelian barang (objek PPh Pasal 22 Bendaharawan)
Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan oleh bendahara pemerintah
dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak pada:
• Pemerintah Pusat
• Pemerintah Daerah
• Instansi atau lembaga Pemerintah
• Lembaga-lembaga negara lainnya

3. Pembayaran atas pembelian barang


Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan dengan mekanisme Uang
Persediaan (UP) yang dilakukan oleh bendahara pengeluaran.

4. Pembayaran atas pembelian barang kepada pihak ketiga


Pembayaran atas pembelian barang kepada pihak ketiga dengan mekanisme:
• Pembayaran langsung (LS) oleh KPA
• Pejabat penerbit surat perintah membayar yang diberi delegasi oleh KPA

5. Pembayaran atas pembelian barang untuk BUMN ( objek pajak PPh 22 BUMN )
Pembayaran atas pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) untuk keperluan kegiatan usahanya.

6. Penjualan hasil produksi kepada distributor Penjualan hasil produksi kepada


distributor di dalam negeri oleh badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha:
• Industri semen
• Industri kertas
• Industri baja
• industri hulu
• Industri otomotif
• Industri farmasi

7. Penjualan kendaraan bermotor


Penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri oleh: Agen Tunggal Pemegang
Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), Importir umum kendaraan
bermotor

8. Penjualan Migas
Penjualan migas oleh produsen atau importir yang terdiri dari: Bahan bakar
minyak Bahan bakar gas Pelumas

9. Pembelian bahan-bahan dari pedagang pengumpul


Pembelian bahan-bahan dari pedagang pengepul keperluan industrinya atau
ekspornya oleh industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor: Kehutanan
Perkebunan Pertanian Peternakan Perikanan

10. Penjualan barang yang tergolong sangat mewah

c. Pengecualian Pemungutan PPh 22


Kewajban melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak
dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan dalam SPT tercantum dalam Pasal 3 ayat
1 UU KUP yang berbunyi sebagai berikut :

1. Pembelian barang dengan nilai pembelian paling banyak Rp2.000.000,00 (dua juta
rupiah) dengan tidak dipecah-pecah dalam beberapa faktur
2. Pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM dan
benda-benda pos
3. Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan dana
Bantuan Operasional Sekolah (BOS), BOP PAUD, atau atau BOP pendidikan
lainnya
4. Pembelian gabah dan atau beras
5. Pembayaran kepada rekanan Pemerintah yang memiliki dan menyerahkan
fotokopi Surat Keterangan
6. Pembelian barang dari WP yang memiliki & menyerahkan fotokopi SKB
7. Impor barang-barang dan/atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan tidak terutang PPh. Pengecualian tersebut, harus
dinyatakan dengan Surat Keterangan Bebas PPh Pasal 22 yang diterbitkan oleh
Direktur Jenderal Pajak.
8. Impor barang-barang yang dibebaskan dari bea masuk:
a. Yang dilakukan ke dalam Kawasan Berikat (kawasan tanpa bea masuk
hingga barang tersebut dikeluarkan untuk impor, ekspor atau re-impor) dan
Entrepot Produksi untuk Tujuan Ekspor (EPTE), yaitu tempat penimbunan
barang dagangan karena pengimpornya tidak membayar bea masuk
sebagaimana mestinya,
b. Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7 PP Nomor 6 Tahun
1969 tentang Pembebanan atas Impor sebagaimana diubah dan ditambah
terakhir dengan PP Nomor 26 tahun 1988 Peraturan Pemerintah Nomor 2
tahun 1973;
c. Berupa kiriman hadiah;
d. Untuk tujuan keilmuan
9. Pembayaran dengan mekanisme Uang Persediaan atas pembelian barang yang
dilakukan melalui Pihak Lain dalam Sistem Informasi Pengadaan, yang telah
dipungut PPh Pasal 22 oleh Pihak Lain

d. Tarif PPh Pasal 22


Besarnya pungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 ditetapkan sebagai berikut:
1. Atas impor:
• Yang menggunakan Angka Pengenal Importir (API) = 2,5% × nilai impor
• Non-API = 7,5% × nilai impor
• Yang tidak dikuasai = 7,5% × harga jual lelang
2. Atas pembelian barang yang dilakukan oleh DJBP, Bendahara Pemerintah,
BUMN/BUMD = 1,5% × harga pembelian (tidak termasuk PPN dan tidak final)
3. Atas penjualan hasil produksi ditetapkan berdasarkan Keputusan Direktur Jendral
Pajak, yaitu:
• Kertas = 0,1% dari DPP PPN (Tidak Final)
• Semen = 0,25% dari DPP PPN (Tidak Final)
• Baja: 0.3% dari DPP PPN (Tidak Final)
• Otomotif: 0.45% dari DPP PPN (Tidak Final)
• Semua jenis obat: 0,3% dari DPP PPN (Tidak Final)
4. Tarif PPh Pasal 22 Hasil Produksi Migas
Pengenaan pajak penghasilan pasal 22 dari hasil produksi atau penyerahan
barang oleh produsen/importir bahan bakar minyak, gas, dan pelumas adalah:
• 0,25% dari penjualan tidak termasuk PPN untuk penjualan kepada stasiun
pengisian bahan bakar umum yang menjual BBM yang dibeli dari
Pertamina atau anak usaha Pertamina
• 0,3% dari penjualan tidak termasuk PPN untuk penjualan kepada stasiun
pengisian bahan bakar umum yang menjual bakar minyak yang dibeli
selain dari Pertamina atau anak perusahaan Pertamina
• 0,3% dari penjualan tidak termasuk PPN untuk penjualan kepada pihak
yang dibeli dari Pertamina maupun selain dari Pertamina atau anak usaha
Pertamina.
• 0,3% dari penjualan tidak termasuk PPN untuk bahan bakar gas
• 0,3% dari penjualan tidak termasuk PPN untuk pelumas
5. Tarif PPh 22 sebesar 0,25% atas Pembelian Bahan untuk Industri
Besar tarif ini dari harga pembelian tidak termasuk PPN atas pembelian bahan-
bahan untuk keperluan industri atau ekspor dari pedagang pengumpul, di
antaranya: Pembelian hasil kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan
perikanan yang belum melalui proses industri manufaktur.
6. Tarif PPh Pasal 22 sebesar 0,5% atas Impor Komoditas
Tarif ini dari nilai impor ini berlaku untuk impor beberapa komoditas seperti
kedelai, gandum, dan tepung terigu, oleh importir yang menggunakan API.
7. Tarif PPh 22 sebesar 1,5% atas Ekspor Komoditas Tambang
Tarif ini dari nilai ekspor ini berlaku untuk ekspor komoditas tambang batubara,
mineral logam, dan mineral bukan logam, sesuai uraian barang dan pos tarif
(HS/Harmonized System) oleh eksportir yang terikat dalam perjanjian kerjasama
pengusaha pertambangan dan Kontrak Karya (KK).
8. Tarif PPh 22 sebesar 0,45% atas Penjualan Kendaraan Bermotor
9. Tarif PPh 22 sebesar 0,45% atas Penjualan Emas Batangan
10. Tarif PPh Pasal 22 Barang Mewah
Sesuai Pasal 2 ayat (2) PMK 29/2019 ini, besar pajak penghasilan pasal 22 yang
dipungut pada saat melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah
adalah:
a. Tarif PPh 22 sebesar 1% atas Penjualan Barang Mewah
• Rumah beserta tanahnya, dengan harga jual atau harga
pengalihannya lebih dari Rp30 miliar atau luas bangunan lebih dari
400 meter persegi
• Apartemen, kondominium dan sejenisnya, dengan harga jual atau
pengalihannya lebih dari Rp30 miliar atau luas bangunan lebih dari
150 meter persegi

b. Tarif PPh Pasal 22 sebesar 5% atas Penjualan Barang Mewah


• Pesawat terbang pribadi dan helikopter
• Kapal pesiar, yacht dan sejenisnya
• Kendaraan bermotor roda 4 pengangkutan orang kurang dari 10
orang berupa sedan, jeep, SUV, MPV, minibus dan sejenisnya,
dengan harga jual lebih dari Rp2 miliar atau dengan kapasitas
silinder lebih dari 3.000cc
• Kendaraan bermotor roda 2 dan 3 dengan harga jual lebih dari
Rp300 juta atau dengan kapasitas silinder lebih dari 250cc

e. Pemungut PPh Pasal 22


Pemungut PPh Pasal 22 saat pembelian adalah:
1. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) atas objek PPh Pasal 22
impor barang
2. Bendahara Pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut
pajak pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau Lembaga
Pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya, berkenaan dengan pembayaran
atas pembelian barang
3. Bendahara pengeluaran berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang yang
dilakukan dengan mekanisme uang persediaan (UP)
4. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat Perintah Membayar
yang diberikan delegasi oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), berkenaan dengan
pembayaran atas pembelian barang kepada pihak ketiga yang dilakukan dengan
mekanisme Pembayaran Langsung (LS).
5. Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu badan usaha yang seluruh atau sebagian
besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang
berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, yang meliputi:
• PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), PT
Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk., PT Telekomunikasi Indonesia
(Persero) Tbk., PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk., PT Pembangunan
Perumahan (Persero) Tbk., PT Wijaya Karya (Persero) Tbk., PT Adhi Karya
(Persero) Tbk., PT Hutama Karya (Persero), PT Krakatau Steel (Persero).
• Bank-bank Badan Usaha Milik Negara, berkenaan dengan pembayaran atas
pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk keperluan kegiatan
usahanya.
6. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan,
pertanian, peternakan, dan perikanan, atas pembelian bahan-bahan dari pedagang
pengumpul untuk keperluan industrinya atau ekspornya.
7. Industri atau badan usaha yang melakukan pembelian komoditas tambang batubara,
mineral logam, dan mineral bukan logam, dari badan atau orang pribadi pemegang
izin usaha pertambangan.

Pemungut PPh Pasal 22 saat penjualan:


1. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas,
industri baja, industri otomotif, dan industri farmasi, atas penjualan hasil
produksinya kepada distributor di dalam negeri.
2. Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan
importir umum kendaraan bermotor, atas penjualan kendaraan bermotor di dalam
negeri.
3. Produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas, atas
penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas.
4. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri baja yang merupakan
industri hulu, termasuk industri hulu yang terintegrasi antara hulu dan industri hilir.
5. Pedagang pengumpul berupa badan atau orang pribadi yang kegiatan usahanya:
• Mengumpulkan hasil kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan
perikanan;
• Menjual hasil tersebut kepada badan usaha industri dan eksportir yang
bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan
perikanan.
6. Sesuai dengan PMK Nomor 92/PMK.03/2019, pemerintah menambahkan
pemungut PPh Pasal 22 dengan wajib pajak badan yang melakukan penjualan
barang yang tergolong sangat mewah.

Anda mungkin juga menyukai