Anda di halaman 1dari 33

PAJAK PENGHASILAN

PASAL 22
Dasar Hukum

Peraturan Menteri
Keuangan Nomor
Pasal 22 UU PPh
253/PMK.03/2008
jo. 92/PMK.03/2019

Peraturan Menteri
Keuangan Nomor Peraturan Menteri
34/PMK.010/2017 Keuangan Nomor
jo. 199/PMK.010/2019
110/PMK.010/2018
PEMUNGUT
Bendahara Pemerintah
• pembayaran atas penyerahan barang

Badan-badan tertentu
• Wajib Pajak yang melakukan kegiatan impor atau
kegiatan usaha di bidang lain
Wajib Pajak badan tertentu
• Pembeli atas penjualan barang yang tergolong sangat
mewah
Pemungutan PPh Pasal 22
Pemungut Objek
Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Impor barang dan Ekspor tambang
Bea dan Cukai batubara, mineral logam, dan mineral
bukan logam

bendahara pemerintah dan Kuasa pembayaran atas pembelian barang


Pengguna Anggaran (KPA) serta dengan UP atau LS
bendahara pengeluaran
badan usaha tertentu *) pembayaran atas pembelian barang
dan/atau bahan-bahan untuk
keperluan kegiatan usahanya
badan usaha industri tertentu (semen, penjualan hasil produksinya kepada
kertas, baja, otomotif, farmasi) distributor di dalam negeri
ATPM, APM, dan importir umum Penjualan kendaraan bermotor di
kendaraan bermotor dalam negeri
Pemungutan PPh Pasal 22
Pemungut Objek
produsen atau importir bahan penjualan bahan bakar minyak, bahan
bakar minyak, bahan bakar gas, dan bakar gas, dan pelumas
pelumas

badan usaha industri atau eksportir untuk keperluan industrinya atau


yang melakukan pembelian bahan- ekspornya
bahan berupa hasil kehutanan,
perkebunan, pertanian, peternakan,
dan perikanan yang belum melalui
proses industri manufaktur
badan usaha tertentu atas pembelian komoditas tambang batubara, mineral
logam, dan mineral bukan logam, dari badan atau orang pribadi pemegang izin
usaha pertambangan
badan usaha yang melakukan penjualan emas batangan di dalam negeri
Pemungutan PPh Pasal 22

Pemungut Objek

Wajib Pajak badan yang


melakukan penjualan barang yang
tergolong sangat mewah
(PMK 92/PMK.03/2019)
*) Badan Usaha
Tertentu
1. BUMN;
2. badan usaha dan BUMN hasil restrukturisasi oleh Pemerintah,
melalui pengalihan saham milik negara kepada BUMN lainnya;
dan
3. badan usaha tertentu yang dimiliki secara langsung oleh Badan
Usaha Milik Negara, meliputi PT Pupuk Sriwidjaja Palembang, PT
Petrokimia Gresik, PT Pupuk Kujang, PT Pupuk Kalimantan Timur,
PT Pupuk Iskandar Muda, PT Telekomunikasi Selular, PT
Indonesia Power, PT Pembangkitan Jawa-Bali, PT Semen
Padang, PT Semen Tonasa, PT Elnusa Tbk, PT Krakatau
Wajatama, PT Rajawali Nusindo, PT Wijaya Karya Beton Tbk, PT
Kimia Farma Apotek, PT Kimia Farma Trading & Distribution, PT
Badak Natural Gas Liquefaction, PT Tambang Timah, PT Terminal
Petikemas Surabaya, PT Indonesia Comnets Plus, PT Bank
Syariah Mandiri, PT Bank BRI Syariah, dan PT Bank BNI Syariah
Ketentuan Khusus

Besarnya pungutan yang diterapkan terhadap WP


yang tidak memiliki NPWP lebih tinggi 100%
daripada tarif yang diterapkan terhadap WP yang
dapat menunjukkan NPWP.

industri baja: merupakan industri hulu, termasuk


industri hulu yang terintegrasi dengan industri
antara dan industri hilir
1. PPh Pasal 22 Impor
 Tarif:
◦ 10% x Nilai Impor, dengan/tanpa API → Lampiran A
◦ 7,5% x Nilai Impor → Impor Barang Kiriman (melalui
Penyelenggara Pos dan Perusahaan Jasa Titipan)
◦ 7,5% x Nilai Impor, dengan/tanpa API → Lampiran B
◦ 0,5% x Nilai Impor, dengan/tanpa API → Lampiran C
(kedelai, gandum, tepung terigu)
◦ 2,5% x nilai impor, dengan API → selain I, II, III
◦ 7,5% x nilai impor, tanpa API → selain I, II, III
◦ 7,5% x nilai lelang, bagi pemenang hasil lelang impor yang
tidak dikuasai.
PPh Pasal 22 Impor

 Nilai Impor:
nilai berupa uang yang menjadi dasar
penghitungan Bea Masuk yaitu Cost Insurance
and Freight (CIF) ditambah dengan Bea Masuk
dan pungutan lainnya yang dikenakan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang kepabeanan.
PPh Pasal 22 Impor
 Sifat pemungutan: Tidak Final (sebagai kredit
pajak).
 Saat terutang → Saat pembayaran Bea Masuk.
 Apabila mendapat fasilitas Bea Masuk
ditunda/dibebaskan, Saat terutang → saat
penyelesaian Pemberitahuan Impor Barang (PIB)

 Cara Pemungutan: dilakukan importir


menggunakan SSP di bank devisa atau
bendaharawan Ditjen Bea & Cukai.
 (harus dilunasi saat penyelesaian dokumen PIB)
2. PPh Pasal 22 Ekspor

 Tarif:
◦ 1,5% x Nilai Ekspor, dengan/tanpa API → Lampiran IV
(ekspor komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral
bukan logam)
 Nilai Ekspor:
Nilai Free on Board (FOB) yang tercantum pada Pemberitahuan
Pabean Ekspor, termasuk Pemberitahuan Pabean Ekspor yang nilai
ekspomya telah dibetulkan.
 Dilunasi saat penyelesaian PEB
3. PPh Pasal 22 atas Pembelian
Barang Dalam Negeri

 Pembelian dilakukan oleh bendahara


pemerintah, bendahara pengeluaran, KPA
(kecuali paling banyak Rp 2.000.000,00 tidak termasuk PPN
dan bukan transaksi yang dipecah)

 Pembelian oleh badan usaha tertentu*)


(kecuali paling banyak Rp 10.000.000,00 tidak
termasuk PPN dan bukan transaksi yang
dipecah)
PPh Pasal 22 atas Pembelian
Barang Dalam Negeri

 Tarif PPh Pasal 22 : 1,5% dari harga Pembelian


tidak termasuk PPN.

 Sifatnya Tidak final dan dipungut sekaligus pada


setiap dilakukan pembayaran.

 Cara pemungutan: Pemungut Pajak harus menyetor


pada hari yang sama dengan pelaksanaan
pembayaran dengan menggunakan formulir SSP
yang telah diisi atas nama rekanan serta ditandatangani oleh pemungut
pajak.
4. PPh Pasal 22 atas Penjualan
BBM, Gas, dan Pelumas

• BBM (atas penjualan: tidak termasuk PPN)


✓ 0,25% → SPBU beli dari pertamina/anak perusahaan pertamina
✓ 0,3% → SPBU beli dari selain pertamina/anak perusahaan
pertamina
✓ 0,3% → non SPBU
• BBG → 0,3% dari penjualan (exl. PPN)
• Pelumas → 0,3% dari penjualan (exl. PPN)

Misal: PT Anoa (SPBU) beli Pertalite Rp100juta. Maka yang dibayar ke


pertamina: Rp100juta ditambah (Rp100.000.000 x 0,25% =
Rp250.000,-)
= Rp100.250.000,-
PPh Pasal 22 atas
Penjualan BBM, Gas,
Pelumas (2)
Pembeli BBM dan Gas
• penyalur/agen → bersifat final
• selain penyalur/agen → bersifat tidak final

Atas Pelumas → TIDAK FINAL

Terutang pada saat pembayaran


5. PPh Pasal 22 atas Penjualan
Industri Semen, Kertas, Baja,
Otomotif, Farmasi

Penjualan Barang Produksi Tarif


Industri Semua Jenis Semen 0,25% dari DPP PPN
Industri Kertas 0,10% dari DPP PPN
Industri Baja 0,30% dari DPP PPN
Industri semua jenis kendaraan 0,45% dari DPP PPN
tidak termasuk alat berat
Semua Jenis Obat 0,3% dari DPP PPN

•Saat ini Sifat Pemotongannya Tidak Final


•Sifat Pemotongan Dapat bersifat Final
berdasarkan Keputusan Dirjen Pajak
Contoh
• PT ABC membeli bahan baku Baja dari PT Voda Steel Indonesia
sebesar Rp100.000.000,-.
• PPh dipungut oleh PT Voda Steel sebesar 0,3% x Rp100 juta
=Rp300.000,-

• Maka yang dibayar oleh PT ABC adalah:


• Rp100.000.00,- + Rp300.000,-
• = Rp100.300.000,-
• → Tidak Termasuk PPN
6. PPh Pasal 22 atas
Pembelian Bahan-Bahan

 Pembelian bahan-bahan berupa hasil kehutanan, perkebunan,


pertanian, peternakan, dan perikanan yang belum melalui proses
industri manufaktur
 Badan usaha industri atau eksportir untuk keperluan industrinya
atau ekspornya wajib memungut PPh Pasal 22 sebesar 0,25% (nol
koma dua puluh lima persen) dari harga pembelian tidak termasuk
PPN
 PPh Pasal 22 terutang dan dipungut pada saat pembelian.

 Paling banyak Rp20.000.000,00 per masa pajak → BEBAS.


Contoh

 PT Dea Rizky merupakan produsen Karet Bahan Industri. Membeli bahan


baku karet dari petani, sbb:
 kepada 20 orang @100 juta → Ber-NPWP
 Dipungut PPh Pasal 22 sebesar (0,25% x 20 x Rp100 juta =
Rp5.000.000) berarti yang dibayarkan ke petani (Total Rp2 Miliar – Rp5
juta)
 Jika petani tidak ber-NPWP, 0,25% x 2 x Rp2M
7. PPh Pasal 22 atas Pembelian
batubara, mineral logam, dan
mineral bukan logam

 Pembelian dari badan atau orang pribadi pemegang izin


usaha pertambangan oleh industri atau badan usaha
 PPh Pasal 22 sebesar 1,5% (satu koma lima persen) dari
harga pembelian tidak termasuk PPN
 PPh Pasal 22 terutang dan dipungut pada saat pembelian.
 Pemungut Pajak menyetorkan PPh Pasal 22 menggunakan
SSP ke bank persepsi dan menerbitkan Bukti pemungutan
PPh Pasal 22 untuk penjual barang.
8. PPh Pasal 22 atas emas
batangan

 Pembelian dari badan usaha yang melakukan penjualan


emas batangan
 PPh Pasal 22 sebesar 0,45% (nol koma empat puluh
lima persen) dari harga jual emas batangan
 PPh Pasal 22 terutang dan dipungut pada saat
pembelian.
 Pemungut Pajak menyetorkan PPh Pasal 22
menggunakan SSP ke bank persepsi dan menerbitkan
Bukti pemungutan PPh Pasal 22 untuk penjual barang.
Contoh

• Ibu Debora (ber-NPWP) membeli emas batangan senilai


Rp100.000.000,- dari PT ANTAM. Maka Ibu Debora membayar ke
PT ANTAM (Rp100.000.000,- + (0,45% x Rp100.000.000,-)
• = Rp100.450.000,-

• Jika Ibu Debora tidak ber-NPWP, maka pungutan PPh Pasal 22 =


0,45% x 2 x Rp100 juta
9. PPh Pasal 22 atas
barang yang sangat
mewah
PMK Nomor 92/PMK.03/2019
✓ pesawat terbang pribadi dan helikopter pribadi;
✓ kapal pesiar, yacht, dan sejenisnya;
✓ kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang
kurang dari 10 orang berupa sedan, jeep, sport utility
vehicle (SUV), multi purpose vehicle (MPV), minibus,
dan sejenisnya, dengan harga jual lebih dari
Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) atau dengan
kapasitas silinder lebih dari 3.000cc; dan/atau
✓ kendaraan bermotor roda dua dan tiga, dengan harga
jual lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)
atau dengan kapasitas silinder lebih dari 250cc.
PPh Pasal 22 atas barang
yang sangat mewah (2)
PMK Nomor 92/PMK.03/2019
✓ rumah beserta tanahnya, dengan harga jual atau harga
pengalihannya lebih dari Rp30.000.000.000,00 (tiga
puluh miliar rupiah) atau luas bangunan lebih dari
400m2 (empat ratus meter persegi);
✓ apartemen, kondominium, dan sejenisnya, dengan harga
jual atau pengalihannya lebih dari Rp30.000.000.000,00
(tiga puluh miliar rupiah) atau luas bangunan lebih dari
150m2 (seratus lima puluh meter persegi);
PPh Pasal 22 atas Penjualan
Barang Sangat Mewah

 Tarif Pajak
❑ 1% dari harga jual (exl. PPN dan PPnBM) untuk rumah,
apartemen, kondominium, dsb)
❑ 5% dari harga jual (exl. PPN dan PPnBM) untuk SELAIN
rumah, apartemen, kondominium, dsb).
 Dipungut pada saat penjualan
Contoh
• Ibu Yenny beli apartemen senilai Rp35miliar.
• → Beli Barang Sangat Mewah
• Pemungutnya adalah PENJUAL
• Jadi kalau PENJUAL-nya bukan pemungut PPh Pasal 22, maka
tidak ada PPh Pasal 22
• Jadi misal, belinya dari Bapak Yonathan (bukan pemungut) → tidak
ada PPh Pasal 22
• Tapi jika beli dari PT AGUNG PODOMORO GROUP, maka
dipungut PPh Pasal 22 oleh PT APG (1% x Rp35.000.000.000,- =
Rp350.000.000,-)
PPh Pasal 22 atas
Penjualan Barang Sangat
Mewah (2)
 PPh dapat diperhitungkan dlm SPT Tahunan PPh WP
Pembeli (PPh Non Final)
 Pemungut Pajak → Wajib Pajak badan yang melakukan
penjualan barang yang tergolong sangat mewah
Pengecualian Pemungutan
PPh Pasal 22
Pembelian Barang Dalam Negeri :
 Impor barang dan/atau penyerahan barang yang berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan tidak terutang Pajak
Penghasilan
 Impor barang yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk
dan/atau Pajak Pertambahan Nilai
 Impor sementara, jika pada waktu impornya nyata-nyata
dimaksudkan untuk diekspor kembali
 Impor kembali (re-impor), yang meliputi barang-barang yang
telah diekspor kemudian diimpor kembali dalam kualitas yang
sama atau barang-barang yang telah diekspor untuk keperluan
perbaikan, pengerjaan dan pengujian, yang telah memenuhi
syarat yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Pengecualian Pemungutan
PPh Pasal 22 (2)
Pembayaran oleh pemungut pajak
 paling banyak Rp 2.000.000,00 (dua juta rupiah) tidak termasuk
PPN dan tidak dipecah → bendahara
 paling banyak Rp 10.000.000,00 (dua juta rupiah) tidak termasuk
PPN dan tidak dipecah → BUMN dan BU tertentu
 Pembelian BBM, air, listrik
 Pembelian minyak bumi, gas bumi, panas bumi tertentu (see PMK)
Fasilitas Pembebasan
PPh Pasal 22

Wajib Pajak yang mengalami dapat mengajukan pembebasan PPh


Pasal 22 atas Impor ke KPP tempat WP tersebut terdaftar dengan
syarat:

 WP dalam tahun berjalan dapat menunjukkan tidak akan terutang


Ph karena mengalami kerugian fiskal

 WP berhak atas kompensasi kerugian dari tahun-tahun pajak


sebelumnya sepanjang jumlah kerugiannya > perkiraan
penghasilan neto tahun pajak bersangkutan atau

 Dapat menunjukkan bahwa dalam satu tahun pajak tidak akan


terutang PPh
PPh yang telah dibayar > PPh yang akan terutang
Impor barang untuk Kegiatan
/Jasa yang dikenakan PPh Final

 Impor barang yang digunakan untuk kegiatan /jasa yang


imbalannya semata-mata dikenakan PPh Final tidak dikenakan
PPh Pasal 22 Impor.

 Untuk mendapat pembebasan PPh Pasal 22 impor tersebut,


Wajib Pajak bersangkutan dapat menghubungi Kepala KPP
tempatnya terdaftar untuk diberikan SKB PPh Pasal 22.
SKB PPh Pasal 22 Impor

 Yang berhak :
Perusahaan PMA/PMDN yang baru didirikan
Terbatas pada barang-barang modal yang tersebut dalam master
list BKPM

Anda mungkin juga menyukai