Anda di halaman 1dari 60

PPH PASAL 22, 23, 4 AYAT

(2) DAN 26

1
PPH PASAL 22
PPh Pasal 22
Adalah Pajak yang :

- dipungut oleh Bendaharawan Pemerintah


sehubungan dengan pembayaran atas
penyerahan barang,

34/PMK.010/2017
- dipungut oleh badan-badan tertentu, dan
Berlaku 01 Maret 2017
Wajib Pajak yang melakukan kegiatan
impor atau kegiatan usaha bidang lain.

- dipungut oleh badan tertentu atas


pembelian yg tergolong sangat mewah
2
Pemungut PPh Pasal 22
34/PMK.010/2017 berlaku mulai 01 Maret 2017

1. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai,


a. impor barang
b. ekspor komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam yang
dilakukan oleh eksportir, kecuali yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang terikat dalam
perjanjian kerjasama pengusahaan pertambangan dan Kontrak Karya;
2. Bendahara pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak pada
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau lembaga Pemerintah dan lembaga-
lembaga negara lainnya berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang;
3. Bendahara pengeluaran untuk pembayaran yang dilakukan dengan mekanisme uang
persediaan (UP);
4. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat Perintah Membayar yang
diberi delegasi oleh KPA, untuk pembayaran kepada pihak ketiga yang dilakukan
dengan mekanisme pembayaran langsung (LS);
5. Badan usaha tertentu
3
Badan usaha tertentu meliputi
a) Badan Usaha Milik Negara, yaitu badan usaha yang seluruh atau sebagian
modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari
kekayaan negara yang dipisahkan;
b) Badan Usaha Milik Negara yang dilakukan restrukturisasi oleh Pemerintah
setelah berlakunya Peraturan Menteri ini, dan restrukturisasi tersebut dilakukan
melalui pengalihan saham milik negara kepada Badan Usaha Milik Negara lainnya;
dan
c) Badan usaha tertentu yang dimiliki secara langsung oleh Badan Usaha Milik
Negara, meliputi PT Pupuk Sriwidjaja Palembang, PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk
kujang, PT Pupuk Kalimantan Timur, PT Pupuk Iskandar Muda, PT Telekomunikasi
Selular, PT Indonesia Power, PT Pembangkitan Jawa-Bali, PT Semen Padang, PT
Semen Tonasa, PT Elnusa Tbk, PT Krakatau Wajatama, PT Rajawali Nusindo, PT
Wijaya Karya Beton Tbk, PT Kimia Farma Apotek, PT Kimia Farma Trading &
Distribution, PT Badak Natural Gas Liquefaction, PT Tambang Timah, PT Petikemas
Surabaya, PT Indonesia Comnets Plus, PT Bank Syariah Mandiri, PT Bank BRI
Syariah, dan PT Bank BNI Syariah,berkenaan dengan pembayaran atas pembelian
barang dan/atau bahan-bahan untuk keperluan kegiatan usahanya;

4
lanjutan...

Pemungut PPh Pasal 22


6. Produsen atau importir bahan bakar minyak, gas, dan pelumas atas penjualan
bahan bakar minyak, gas, dan pelumas;
7. Agen Tunggal pemegang Merk, Agen Pemegang merk, importir umum kendaraan
bermotor atas penjualan kendaraan bermotor didalam negeri
8. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas,
industri baja, industri otomotif, dan industri farmasi, atas penjualan hasil
produksinya kepada distributor di dalam negeri;
9. Industri atau eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan,
perkebunan,pertanian, peternakan, dan perikanan, atas pembelian bahanbahan
untuk keperluan industrinya atau ekspornya;
10. Industri atau badan usaha yang melakukan pembelian komoditas tambang
batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam, dari badan atau orang pribadi
pemegang izin usaha pertambangan;
11. Badan usaha yang memproduksi emas batangan, atas penjualan emas batangan di
dalam negeri..

4
Tarif PPh Pasal 22
34/PMK.010/2017
1. Atas pemungutan oleh Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai atas IMPOR
• Barang tertentu sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini
a) 10% • Memiliki ataupun tidak memiliki API

• Barang tertentu lainnya sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang


merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini
b) 7,5% • Memiliki ataupun tidak memiliki API

• Nilai impor, kecuali atas impor kedelai, gandum, dan tepung terigu sebesar
c) 0,5% 0,5% (nol koma lima persen) dari nilai impor;

• Selain barang tertentu dan barang tertentu lainnya sebagaimana dimaksud


2,5% pada huruf a) dan huruf b), yang menggunakan Angka Pengenal Impor
(API

• Selain barang tertentu dan barang tertentu lainnya sebagaimana dimaksud


7,5% pada huruf a) dan huruf b), yang tidak menggunakan Angka Pengenal Impor
(API)

7,5% • Barang yang tidak dikuasai (Barang lelang)


1. Atas pemungutan oleh Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai atas EKSPOR
 Ekspor komoditas tambang batubara, mineral logam, dan
mineral bukan logam, sesuai uraian barang dan pos
tarif/Harmonized System (HS) sebagaimana tercantum dalam
Lampiran III oleh eksportir kecuali yang dilakukan oleh Wajib
Pajak yang terikat dalam perjanjian kerjasama pengusahaan
pertambangan dan Kontrak Karya, sebesar 1,5% (satu koma
lima persen) dari nilai ekspor sebagaimana tercantum dalam
Pemberitahuan Ekspor Barang.
2. Atas pembelian barang yang dilakukan oleh
DJPB, Bendahara Pemerintah, BUMN/BUMD

 Tarif sebesar 1,5% (satu setengah persen) dari harga


pembelian tidak termasuk PPN. 7
3. Atas penjualan bahan bakar minyak, gas, dan ….lanjutan
pelumas oleh produsen atau importir bahan bakar
minyak, gas dan pelumas:

Tarif PPh
Produk Pembeli
Pasal 22
BBM SPBU Pertamina 0,25%
  SPBU bukan Pertamina 0,30% Tidak Termasuk PPN
BBG Siapapun 0,30%
Pelumas Siapapun 0,30%

4. Atas penjualan hasil produksi kepada distributor di dalam negeri oleh


badan
usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas,
industri baja, industri otomotif, dan industri farmasi:
a. Kertas = 0.1% x DPP PPN (Tidak Final)
b. Semen = 0.25% x DPP PPN (Tidak Final)
c. Baja = 0.3% x DPP PPN (Tidak Final)
d. Otomotif = 0.45% x DPP PPN (Tidak Final)
e. Farmasi = 0,3% x DPP PPN (Tidak Final)
8
….lanjutan
5. Atas penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri oleh Agen Tunggal
Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan importir umum
kendaraan bermotor sebesar 0,45% (nol koma empat puluh lima persen) dari dasar
pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.

6. Atas pembelian bahan-bahan berupa hasil kehutanan, perkebunan, pertanian,


peternakan, dan perikanan yang belum melalui proses industri manufkatur oleh badan
usaha industri atau eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan,
pertanian, peternakan, dan perikanan sebesar 0,25% dari harga pembelian tidak
termasuk PPN.

7. Atas pembelian batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam, dari badan
atau orang pribadi pemegang izin usaha pertambangan oleh industri atau badan usaha
sebesar 1,5% (satu setengah persen) dari harga pembelian tidak termasuk Pajak
Pertambahan Nilai.

8. Atas penjualan emas batangan oleh badan usaha yang memproduksi emas
batangan, termasuk badan usaha yang memproduksi emas batangan melalui
pihak ketiga, sebesar 0,45% dari harga jual emas batangan.
TIDAK PUNYA NPWP

Besarnya tarif pemungutan PPh 22 yang diterapkan


terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor
Pokok Wajib Pajak lebih tinggi 100% (seratus persen)
daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak
yang dapat menunjukkan Nomor Pokok Wajib Pajak.
Pemungutan PPh Pasal 22 atas pembelian Barang Sangat Mewah
a. pesawat terbang pribadi dan helikopter pribadi;
b. kapal pesiar, yacht, dan sejenisnya;
c. umah beserta tanahnya, dengan harga jual atau harga pengalihannya lebih dari
Rp.30.000.000.000,00 (Tiga puluh miliar rupiah) atau luas bangunan lebih dari 400m
(empat ratus meter persegi);
d. apartemen, kondominium, dan sejenisnya, dengan harga jual atau pengalihannya lebih
dari Rp.30.000.000.000,00 (Tiga puluh miliar rupiah) atau luas bangunan lebih dari 150m
(seratus lima puluh meter persegi);
e. kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10 orang berupa sedan,
jeep, sport utility vehicle (suv), multi purpose vehicle (mpv), minibus, dan sejenisnya,
dengan harga jual lebih dari Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) atau dengan kapasitas
silinder lebih dari 3.000cc;
f. kendaraan bermotor roda dua dan roda tiga, dengan harga jual lebih dari
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) atau dengan kapasitas silinder lebih dari 250cc.
Tarif Pph Pasal 22 Atas Pembelian Barang Sangat Mewah
= 5% X Harga Jual (Tidak Termasuk PPN & PPNBM)

Harga jual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (3) untuk:


a. Harga jual huruf c dan huruf d, adalah harga dasar, yaitu
harga tunai atau cash keras tidak termasuk Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah;
b. Harga jual huruf a, huruf b, huruf e, dan huruf f, adalah
harga barang tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan Barang Mewah.
Pemungut Pajak wajib memungut Pajak Penghasilan pada saat melakukan
penjualan barang yang tergolong sangat mewah Saat penjualan:
a. Huruf c dan d pada saat ditandatanganinya perjanjian pengikatan jual beli antara
pemungut pajak dengan pembeli, dan
b. Huruf a, huruf b, huruf e, dan huruf f, adalah berdasarkan pembukuan pemungut
pajak sebagaimana sesuai sistem akuntansi yang lazim dipakai di Indonesia secara
taat azas.

Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pembebasan dari pemungutan Pajak


Penghasilan kepada Direktur Jenderal Pajak apabila:
a. mengalami kerugian fiskal;
b. berhak melakukan kompensasi kerugian fiskal;
c. Pajak Penghasilan yang telah dibayar lebih besar dari Pajak Penghasilan yang akan
terutang;
d. merupakan Wajib Pajak orang pribadi yang penghasilannya sematamata berasal dari
pekerjaan sebagai pegawai dan telah dipotong Pajak Penghasilan oleh pember kerja;
dan/atau
e. atas penghasilannya hanya dikenakan pajak bersifat final.

Pembebasan dari pemungutan Pajak Penghasilan diberikan melalui Surat


Keterangan Bebas.
SAAT TERUTANG PPh Pasal 22:
(1) Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor barang, terutang dan dilunasi bersamaan
dengan saat pembayaran Bea Masuk.
(2) Dalam hal pembayaran Bea Masuk ditunda atau dibebaskan, maka Pajak
Penghasilan Pasal 22 terutang dan dilunasi pada saat penyelesaian dokumen
Pemberitahuan Impor Barang (PIB).
(3) Pajak Penghasilan Pasal 22 atas pembelian barang oleh pemungut pajak
Bendahara Pemerintah/Kuasa Anggaran terutang dan dipungut pada saat
pembayaran.
(4) Pajak Penghasilan Pasal 22 atas penjualan hasil produksi industri semen, industri
kertas, industri baja, dan industri otomotif terutang dan dipungut pada saat
penjualan.
(5) Pajak Penghasilan Pasal 22 atas penjualan hasil bahan bakar minyak, gas dan
pelumas terutang dan dipungut pada saat penerbitan Surat Perintah Pengeluaran
Barang (delivery order).
(6) Pajak Penghasilan Pasal 22 atas pembelian bahan-bahan dari pedagang pengumpul
terutang dan dipungut pada saat pembelian.

menggunakan Surat Setoran Pajak yang telah diisi atas nama rekanan serta ditandatangani oleh pemungut pajak.
Dikecualikan dari Pemungutan PPh Pasal 22
34/PMK.010/2017 pasal 3

 Impor barang yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk dan/atau PPN:
1. barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di
Indonesia berdasarkan asas timbal balik;
2. barang untuk keperluan badan internasional beserta pejabatnya yang bertugas di
Indonesia dan tidak memegang paspor Indonesia yang diakui dan terdaftar dalam
peraturan menteri keuangan yang mengatur tentang tata cara pemberian
pembebasan bea masuk dan cukai atas impor barang untuk keperluan badan
internasional beserta para pejabatanya yang bertugas di Indonesia;
3. barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial,
kebudayaan atau untuk kepentingan penanggulangan bencana;
4. barang untuk keperluan museum, kebun binatang, konservasi alam dan tempat
lain semacam itu yang terbuka untuk umum;
5. barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;
6. barang untuk keperluan khusus kaum tunanetra dan penyandang cacat lainnya;
7. peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah;
lanjutan…
8. barang pindahan;
9. barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan barang kiriman
sampai batas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan kepabeanan;
10. barang yang diimpor oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah yang ditujukan
untuk kepentingan umum;
11. persenjataan, amunisi, dan perlengkapan militer, termasuk suku cadang yang
diperuntukkan bagi keperluan pertahanan dan keamanan negara;
12. barang dan bahan yang dipergunakan untuk menghasilkan barang bagi keperluan
pertahanan dan keamanan negara;
13. vaksin Polio dalam rangka pelaksanaan program Pekan Imunisasi Nasional (PIN);
14. buku ilmu pengetahuan dan teknologi, buku pelajaran umum, kitab suci, buku pelajaran
agama, dan bukuilmu pengetahuan lainnya;
15. kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau, kapal angkutan
penyeberangan, kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkap ikan, kapal tongkang, dan
suku cadang serta alat keselamatan pelayaran atau alat keselamatan manusia yang
diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional atau perusahaan
penangkapan ikan nasional, Perusahaan Penyelenggara Jasa Kelabuhan Nasional atau
Perusahaan Penyelenggara Jasa Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan Nasional,
sesuai dengan kegiatan usahanya;
a) pesawat udara dan suku cadang serta alat keselamatan penerbangan atau alat keselamatan
manusia, peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan yang diimpor dan digunakan oleh
Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional;
b) kereta api dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan serta prasarana
yang diimpor dan digunakan oleh PT Kereta Api Indonesia;
c) peralatan yang digunakan untuk penyediaan data batas dan foto udara wilayah Negara Republik
Indonesia yang dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia; dan/atau
d) barang untuk kegiatan hulu Minyak dan Gas Bumi yang importasinya dilakukan oleh Kontraktor
Kontrak Kerja Sama.
e) Barang untuk kegiatan usaha panas bumi.

 Impor sementara, jika pada waktu impornya nyata-nyata dimaksudkan untuk


diekspor kembali;
 Impor kembali (re-impor), yang meliputi barang-barang yang telah diekspor
kemudian diimpor kembali dalam kualitas yang sama atau barang-barang yang
telah diekspor untuk keperluan perbaikan, pengerjaan dan pengujian, yang
telah memenuhi syarat yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai;
 Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak berkenaan dengan:
1. Pembelian barang yang jumlahnya paling banyak Rp 2.000.000,- dan
tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah yang dilakukan
oleh Bendahara Pemeritah;
2. Pembelian barang yang jumlahnya paling banyak Rp 10.000.000,- dan
tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah yang dilakukan
oleh BUMN/BUMD;
3. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas,
pelumas, air minum/PDAM dan benda-benda pos.
 Pembayaran untuk pembelian gabah dan/atau beras oleh Perusahaan
Umum Badan Urusan Logistik (BULOG);
 Emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang perhiasan
dari emas untuk tujuan ekspor dengan syarat terdapat surat keterangan
bebas;
 Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan
dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
CONTOH PERHITUNGAN PPH 22

1. Transaksi dengan Bendaharawan


PT ABC berkedudukan di Jakarta, menjadi pemasok alat-
alat tulis kantor bagi Dinas Pendidikan Kota Tangerang
Selatan. Pada tanggal 1 Oktober 2018, PT ABC melakukan
penyerahan barang kena pajak dengan nilai kontrak sebesar
Rp11.000.000 (nilai sudah termasuk PPN).
Berapakah PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Dinas Pendidikan
Kota Tangerang Selatan?
JAWAB:

No Diketahui Nilai (Rp)

1 Nilai kontrak termasuk PPN Rp11.000.000

2 DPP (100/110) x Rp11.000.000 Rp10.000.000

3 PPN dipungut (10% dari DPP) Rp1.000.000

PPh Pasal 22 yang dipungut (1,5% x


4 Rp150.000
Rp10.000.000)

Jadi, besarnya PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Dinas Pendidikan


Kota Tangerang Selatan sebesar Rp150.000. PPh Pasal 22 = 1,5%
x harga pembelian tidak termasuk PPN.
ATAS PEMBELIAN BARANG YANG DANANYA
BERASAL DARI BELANJA NEGARA ATAU BELANJA
DAERAH YANG DIKECUALIKAN DARI
PEMUNGUTAN PPH PASAL 22 ADALAH:
 Pembayaran atas penyerahan barang (bukan merupakan
jumlah yang dipecah-pecah) yang meliputi jumlah kurang
dari Rp1.000.000,00.

 Pembayaran untuk pembelian bahan bakar


minyak,listrik,gas,air minum/PDAM, dan benda-benda pos.

 Pembayaran/ pencairan dana Jaring Pengaman Sosial (JPS)


oleh kantor Perbendaharaan dan Kas Negara.
2. Impor Barang

Pada tanggal 1 Agustus 2018, PT DEF (tidak memiliki API) mengimpor barang dari

Jerman dengan harga faktur US$100.000.

Barang yang diimpor adalah jenis barang yang tidak termasuk dalam barang-barang

tertentu yang ditentukan dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 16/PMK.010/2016.

- Biaya asuransi 5% dari harga faktur,

- Biaya angkut sebesar 10% dari harga faktur.

- Bea masuk dan bea masuk tambahan masing-masing sebesar 20% dan 10%.

- Kurs yang ditetapkan Menteri Keuangan pada saat itu sebesar US$1= Rp10.000.

Hitunglah PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Ditjen Bea Cukai…


JAWAB:
No Diketahui Perhitungan Nilai (US$)
a. Harga faktur (cost)   US$100.000
Biaya asuransi
b (5% x US$100.000) US$5.000
(insurance)
c Biaya angkut (freight) (10% x US$100.000) US$10.000
CIF (cost, insurance &
  (a+b+c) US$115.000
freight)
d. CIF (dalam rupiah) (US$115.000 x Rp10.000) Rp1.150.000.000
e. Bea masuk (20% x Rp1.150.000.000) Rp230.000.000
f Bea masuk tambahan (10% x Rp1.150.000.000) Rp115.000.000
  Nilai Impor (d+e+f) Rp1.495.000.000
Jadi, PPh Pasal 22 yang dipungut oleh DJBC, jika PT ABC memiliki API (2,5% x Nilai
Impor):
2,5% x Rp1.495.000.000 = Rp37.375.000

PPh Pasal 22 yang dipungut oleh DJBC jika PT ABC tidak memiliki API (7,5% x Nilai
Impor):
7,5% X Rp1.495.000.000 = Rp112.125.00
3.Penjualan Hasil Produksi Industri
Tertentu

Pada bulan April, PT Gerhana yang bergerak dalam industri


kertas menjual hasil produksinya senilai Rp550.000.000 kepada
PT Halilintar. Harga tersebut sudah termasuk PPN sebesar 10%.
JAWAB:

DPP PPN = (100/110) x


Rp500.000.000
Rp550.000.000
0,25% x Rp500.000.000 Rp500.000
4. Perhitungan PPh Pasal 22 yang
Dipungut oleh Pertamina

PT Pertamina selaku produsen bahan bakar minyak, gas, dan


pelumas menyerahkan bahan bakar minyak senilai
Rp300.000.000 (tidak termasuk PPN) kepada non-SPBU.
Maka, berapakah PPh Pasal 22 yang dipungut?
JAWAB
PPh Pasal 22 yang dipungut atas penyerahan bahan bakar
minyak adalah:

0,3% x Rp 300.000.000 = Rp900.000


PPH PASAL 23
PPH PASAL 23

Dasar Hukum PPh Pasal 23


• UU No. 36 Tahun 2008 tentang perubahan keempat atas UU
No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
• Per Menkeu 141/PMK.03/2015 tentang jenis jasa lain dan
perkiraan penghasilan neto sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 ayat (1) huruf c UU No. 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir
dengan UU No. 36 Tahun 2008
Subjek Pemotong

 Badan Pemerintah
 Subjek Pajak Badan Dalam Negeri
 Penyelenggaraan kegiatan
 Bentuk usaha tetap (BUT)
 Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya
 Orang Pribadi yang menyelenggarakan pembukuan

Pihak Yang Dipotong

 WP Badan dalam negeri


 Penyelenggara kegiatan
 Bentuk usaha tetap, dan perwakilan perusahaan luar negeri lainnya
 Orang pribadi yang menyediakan jasa yang belum dikenakan pemotongan PPh
Pasal 21 atau menerima/memperoleh penghasilan dari modal yang terutang
PPh Pasal 23.
PEMOTONG PPH PASAL 23

1. Badan
Pemerintah
2.
6. Subjek
BUT Pajak
DN
Pemotong
5. WP OP
PPh 23
3.
Yg Penyelenggara
ditunjuk Kegiatan
4.
KEP-50/PJ/ Perwakilan
1994 Perush. LN

30
OBJEK DAN TARIF
PPH PASAL 23

Royalti Bunga

Deviden Hadiah
15%
x Bruto
OBJEK DAN TARIF
PPH PASAL 23 Selain yang dikenakan
PPh Ps 21
Jasa Jasa
Manajemen konsultan

Jasa Jasa
Tehnik Konstruksi

Sewa
Harta 2% Jasa
Lainnya
Selain yang dikenakan X Bruto PMK-141/2015
PPh Ps4(2)

32
Jenis Jasa Lain Selain Yang Telah Dipotong Pph Pasal 21
Sesuai Per 141/PMK.03/2015
 Jasa penilai (appraisal);
 Jasa aktuaris;
 Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;
 Jasa hokum;
 Jasa arsitektur;
 Jasa perencana kota dan arsitektur landscape;
 Jasa perancang (design);
 Jasa pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak dan gas bumi
(migas), kecuali yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap (BUT);
 Jasa penunjang di bidang penambangan migas;
 Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang penambangan selain migas;
 Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;
 Jasa penebangan hutan;
 Jasa pengolahan limbah;
 Jasa penyedia tenaga kerja (outsourcing services)
 Jasa perantara dan/atau keagenan;
 Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga , kecuali yang dilakukan oleh
KSEI;
Lanjutan…
 Jasa custodian/pemyimpanan /penitipan, kecuali yang dilakukan oleh KSEI;
 Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara;
 Jasa mixing film;
 Jasa pembuatan saranan promosi film, iklan, poster, photo, slide, klise, banner,
pamphlet, baliho dan folder;
 Jasa sehubungan dengan software atau hardware atau sistem komputer, termasuk
perawatan, pemeliharaan dan perbaikan;
 Jasa pembuatan dan/ atau pengelolaan website;
 Jasa internet termasuk sambungannya;
 Jasa penyimpanan, pengolahan, dan/atau penyaluran data, informasi, dan/ atau
program;
 Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, dan/atau
TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di
bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha
konstruksi;
 Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas,
AC, TV kabel, alat transportasi/kendaraan dan/atau bangunan, selain yang
dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan
mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;
Lanjutan…
 Jasa maklon;
 Jasa penyelidikan dan keamanan;
 Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer;
 Jasa pengepakan;
 Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media masa, media luar ruang atau
media lain untuk penyampaian informasi;
 Jasa pembasmian hama;
 Jasa kebersihan atau cleaning service;
 Jasa sedot septic tank;
 Jasa pemeliharaan kolam;
 Jasa catering atau tata boga.
 Jasa freight forwarding;
 Jasa logistik;
 Jasa pengurusan dokumen;
 Jasa pengepakan;
 Jasa loading dan unloading
 Jasa laboratorium dan/ atau pengujian kecuali yang dilakukan oleh lembaga atau
institusi pendidikan dalam rangka penelitian akademis;
 Jasa pengelolaan parkir;
 Jasa penyondiran tanah;
 Jasa penyiapan dan/atau pengolahan lahan;
Lanjutan…
 Jasa pembibitan dan/atau penanaman bibit;
 Jasa pemeliharaan tanaman;
 Jasa pemanenan;
 Jasa pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, dan/ atau
perhutanan;
 Jasa dekorasi;
 Jasa pencetakan/penerbitan;
 Jasa penerjemahan;
 Jasa pengangkutan/ekspedisi kecuali yang telah diatur dalam Pasal 15
Undang-Undang Pajak Penghasilan;
 Jasa pelayanan kepelabuhanan;
 Jasa pengangkutan melalui jalur pipa;
 Jasa pengelolaan penitipan anak;
 Jasa pelatihan dan/ atau kursus;
 Jasa pengiriman dan pengisian uang ke ATM;
 Jasa sertifikasi;
 Jasa survey;
 Jasa tester, dan
 Jasa selain jasa-jasa tersebut di atas yang pembayarannya dibebankan pada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah.
SAAT TERUTANG PPh PASAL 23
• DIBAYARKAN ……………………pembayaran jasa/sewa, dll.
• DISEDIAKAN UNTUK DIBAYAR.. Pengumuman deviden
• JATUH TEMPO PEMBAYARAN …. Bunga pinjaman selain bank

Maret April
Sewa mobil 1-31 Maret

31 Maret 2019 10 April 2019


INVOICE diterima Bayar sebesar Rp 10 juta
sebesar Rp 10 juta

Belum terutang PPh Pasal 23 TERUTANG ppH 23:


UU lama (sebelum 2009) tanggal ini sudah Potong PPh 23 sebesar 2%
harus dipotong PPh 23 Atau Rp 200.000
Tarif 2% x Jumlah Bruto Imbalan JASA di luar PPN
JUMLAH BRUTO, tidak termasuk:

 Pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran


lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang
dibayarkan oleh Wajib Pajak penyedia tenaga kerja kepada
tenaga kerja yang melakukan pekerjaan, berdasarkan kontrak
dengan pengguna jasa;
 Pembayaran atas pengadaan/pembelian barang atau material;
 Pembayaran kepada pihak kedua (sebagai perantara) untuk
selanjutnya dibayarkan kepada pihak ketiga;
 Pembayaran penggantian biaya (reimbursement) yaitu
Penggantian pembayaran sebesar jumlah yang nyata-nyata telah
dibayarkan oleh pihak kedua kepada pihak ketiga.

HARUS DAPAT DIBUKTIKAN


Pembuktian…..

Pembayaran sebagaimana tersebut di atas harus


dapat dibuktikan dengan :
• kontrak kerja dan daftar pembayaran gaji, upah, honorarium,
tunjangan dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan JASA OUTSOURCING
• faktur pembelian barang atau material;
• faktur tagihan dari pihak ketiga disertai dengan perjanjian
tertulis;
• faktur tagihan atau bukti pembayaran yang telah dibayarkan
oleh pihak kedua kepada pihak ketiga
Pengecualian Pemotongan PPh Pasal 23

 Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank;


 Sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha
dengan hak opsi
 Dividen yang diterima oleh PT & BUMN/D yang memiliki minimal 25%
saham pada perseroan yang memberikan dividen, Deviden yang diterima
oleh Koperasi (berapa % pun saham disetor), dan dividen yang diterima
oleh orang pribadi
 Bagian laba yang diterima oleh anggota CV/Firma/persekutuan yang
modalnya tidak terbagi atas saham
 sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya
 penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa
keuangan yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan
yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan, termasuk PT Permodalan
Nasional Madani.
Hal-hal yang terkait PPh pasal 23

 Penyetoran pajak dilakukan ke Kantor Pos dan Giro atau


Bank Persepsi, paling lambat pada hari ke-10 bulan
berikutnya setelah saat terutangnya pajak.
 Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 23 selambat-lambatnya
dilakukan pada tanggal 20 bulan berikutnya setelah saat
terhutangnya pajak. Jika tanggal 20 jatuh pada hari libur
nasional, maka pelaporan dapat dilakukan pada hari
sesudahnya.
 Bila penerima imbalan sehubungan dengan jasa tidak
memiliki NPWP, maka tarif pemotongan lebih tinggi 100%
PPH PASAL 26

Pajak yang dipotong atas penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang

dibayarkan kepada Wajib Pajak Luar Negeri.

Pihak-pihak yang mempunyai kewajiban untuk memotong PPh pasal 26 yang terutang :

subyek Pajak Dalam Negeri dan BUT.

Wajib Pajak Luar Negeri, baik orang pribadi maupun badan yang menerima atau

memperoleh penghasilan dari Indonesia


OBJEK PEMOTONGAN PPh PASAL 26
1. Atas penghasilan dibawah ini pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek
pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau
perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak luar negeri selain
bentuk usaha tetap di Indonesia, penghitungan pajaknya
= 20% x Jumlah penghasilan bruto

• Dividen;
• Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang;
• Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
• Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan;
• Hadiah dan penghargaan;
• Pensiun dan pembayaran berkala lainnya;
• Premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya;
• Keuntungan karena pembebasan utang;
Lanjutan…

2. Penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di Indonesia, kecuali yang


diatur dalam Pasal 4 ayat (2), yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar
negeri selain bentuk usaha tetap di Indonesia, Penghitungan pajak :
= 20% (dua puluh persen) dari perkiraan penghasilan neto.

3. Premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri,


Penghitungan pajaknya :
= 20% (dua puluh persen) dari perkiraan penghasilan neto

4. Penghasilan dari penjualan atau pengalihan saham sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 18 ayat (3c)
= 20% (dua puluh persen) dari perkiraan penghasilan neto.

5. Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu bentuk usaha tetap
di Indonesia dikenai pajak sebesar 20% (dua puluh persen), kecuali
penghasilan tersebut ditanamkan kembali di Indonesia
Pengecualian Objek Pemotongan PPh Pasal
26
Khusus untuk BUT dikecualikan dari pemotongan apabila
penghasilan kena pajak sesudah dikurangi pajak penghasilan dari
BUT ditanamkan kembali di Indonesia, dengan syarat :
 Penanaman kembali dilakukan dalam bentuk penyertaan modal
pada perusahaan yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia
sebagai pendiri atau peserta pendiri, dan;
 Penanaman kembali dilakukan pada tahun berjalan atau
selambat-lambatnya tahun pajak berikutnya dari tahun pajak
diterima atau diperoleh penghasilan tersebut;
 Tidak melakukan pengalihan atas penanaman kembali tersebut
sekurang-kurangnya dalam waktu 2 tahun sesudah perusahaan
tempat penanaman dilakukan mulai berproduksi komersial.
Perlakuan Khusus
Apabila wajib pajak yang menerima/memperoleh
penghasilan sudah terdaftar sebagai pembayar pajak (tax
payer) dari negara yang memiliki tax treaty (perjanjian
penghindaran pajak berganda) dengan pemerintah
Indonesia, maka berlaku ketentuan pemotongan PPh
Pasal 26 sesuai dengan Tax Treaty sepanjang WPLN
tersebut dapat menunjukkan Surat Keterangan Domisili
yang sah dan masih berlaku yang dikeluarkan oleh
Competent Authority Negara tersebut. Kantor Pajak
termasuk salah satu ‘competent authority’
TAX TREATY
PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK
BERGANDA (P3B)
 Atas jasa-jasa yang dilakukan Wajib Pajak Orang Pribadi Luar Negeri yang
tidak bertempat tinggal di Indonesia atau Badan Luar Negeri yang tidak
berkedudukan di Indonesia, yang keberadaannya di Indonesia kurang dari 183
hari dalam jangka waktu 12 bulan dipotong PPh Pasal 26
 Jika Wajib Pajak Orang Pribadi Luar Negeri tersebut berada di Indonesia
lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan sejak kedatangannya di
Indonesia, maka dia menjadi Wajib Pajak Dalam Negeri dan dikenakan PPh
Pasal 21 atau PPh Pasal 23 (tergantung dari jenis kegiatan atau usahanya),
tidak lagi dikenakan PPh Pasal 26
 Jika Wajib Pajak Badan Luar Negeri melakukan kegiatan/usaha di Indonesia,
maka dia menjadi Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang dipersamakan dengan
Wajib Pajak Dalam Negeri, dan dikenakan pemotongan PPh Pasal 23 (bukan
lagi PPh Pasal 26)
PPH 4 Ayat 2
OBJEK PAJAK

Bunga Deposito / Bunga Tabungan / Sertifikat SBI

Bunga Obligasi dan SUN

Bunga Simpanan yang dibayarkan Koperasi Kepada


Anggota Koperasi Orang Pribadi

Hadiah Undian
PPh
Transaksi Saham
Pasal 4 Ayat (2)
Pengalihan Harta berupa Tanah dan/ atau Bangunan

Jasa Konstruksi
Persewaan Tanah dan/ atau Bangunan

Dividen yang Diterima atau Diperoleh WP Orang Pribadi

Penghasilan dari Usaha yang diterima atau diperoleh


WP yang memiliki peredaran Bruto tidak melebihi
49 4,8
Miliar dalam 1 tahun
PENGHASILAN YANG PENGENAAN
PAJAKNYA BERSIFAT FINAL :
PPh-nya tidak dapat
dikreditkan dgn PPh
terutang atas PhKP. Biaya yg terkait dengan
usaha memperoleh,
Tidak digabungkan
dengan Penghasilan menagih, memelihara
yg dikenakan pajak penghasilan tersebut tidak
dgn tarif umum. dapat dikurangkan dalam
menghitung penghasilan
neto

Pemenuhan
kewajiban pajaknya Tarifnya: tarif tersendiri
melalui kecuali pesangon, Uang
pemotongan/pemung Sifat Sifat Tebusan Pensiun dan
utan pajak oleh THT/JHT yg diterima
pihak lain dan ada PPh Final sekaligus tarifnya
juga yg dibayar progresif.
sendiri.
PPH PASAL 4 AYAT 2
Penghasilan Bunga Deposito dan Tabungan
(PP No. 123 TAHUN 2015)

= 20% x Jumlah Bruto Bunga Deposito, Bunga tabungan, dan Diskonto


Sertifikat BI

Dikecualikan dari pemotongan ini :


 Sepanjang nilai pokok simpanan Deposito, Tabungan, dan Sertifikat BI tidak melebihi
Rp. 7.500.000,- dan tidak dipecah-pecah
 Bunga dan diskonto yang diterima oleh Bank yang didirikan di Indonesia atau cabang
bank luar negeri di Indonesia.
 Bunga dan diskonto yang diterima oleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan sepanjang dananya bersumber dari pendapatan sesuai pasal 29
UU No. 11 Tahun 1992 tentang dana pensiun.
 Bunga tabungan pada Bank yang ditunjuk pemerintah dalam rangka pemilikan rumah
sederhana dan sangat sederhana, kavling siap bangun untuk rumah sederhana dan sangat
sederhana atau rumah susun sederhana sesuai ketentuan, untuk dihuni sendiri.
Bunga Obligasi dan Surat Utang Negara (SUN):

Tarif :
15% Bagi WPDN dan BUT
20 % untuk WPLN selain BUT

Pengecualian dari Pemotongan PPh pasal 4 ayat 2:


1. Wajib Pajak dana pensiun yang pendirian atau pembentukannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan, dan
2. Wajib Pajak Bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar
negeri di Indonesia

Bunga Simpanan yang dibayarkan Koperasi kepada


Anggota Koperasi Orang Pribadi:

0% Untuk bunga simpanan sampai dengan Rp. 240.000


10% Untuk bunga simpanan lebih dari Rp. 240.000
• Penghasilan Hadiah atas Undian
(PP No. 132 Tahun 2000)
Tarif 25% dari jumlah bruto hadiah undian

Atas penghasilan berupa hadiah undian dengan nama dan dalam


bentuk apapun yang diterima oleh wajib pajak (WPDN dan WPLN)
Pemotong: penyelenggara undian, pemberi hadiah

• Penghasilan Sewa Tanah/Bangunan


(PP No. 34 TAHUN 2017)

Tarif Pemotongan PPh sebesar 10%

Atas sewa : Tanah, rumah, rumah susun, apartemen, kondominium, gedung


kantor, rumah kantor, toko, rumah toko, gudang dan industri
• Penghasilan Jasa Konstruksi
(PP No. 40 Tahun 2009)

No Kegiatan Tarif*
1. Jasa pelaksanaan konstruksi oleh penyedia jasa dengan
kualifikasi *) usaha kecil 2%

2. Jasa pelaksanaan konstruksi oleh penyedia jasa yang tidak


mempunyai kualifikasi usaha 4%

3. Jasa pelaksanaan konstruksi oleh penyedia jasa dengan


kualifikasi usaha menengah dan besar (selain angka 1 dan 2 3%
di atas)

4. Jasa perencanaan dan pengawasan konstruksi oleh penyedia


jasa yang memiliki kualifikasi usaha 4%

5. Jasa perencanaan dan pengawasan konstruksi oleh penyedia


jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha 6%

*) Kualifikasi usaha diterbitkan oleh Asosiasi Pengusaha Jasa


Konstruksi
• Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau
Bangunan
(PP No. 27 Tahun 1996 Diubah Terakhir dengan PP 34 Tahun 2016)
Tarif Penghitungan Pajak
a. 2,5% (dua koma lima persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah
dan/ atau bangunan selain pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan berupa
Rumah Sederhana atau Rumah Susun Sederhana yang dilakukan oleh Wajib
Pajak yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah dan/ atau
bangunan;
b. 1% (satu persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan berupa Rumah Sederhana dan Rumah Susun Sederhana yang
dilakukan oleh Wajib Pajak yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak
atas tanah dan/ atau bangunan; atau
c. 0% (nol persen) atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan kepada
pemerintah, badan usaha milik negara yang mendapat penugasan khusus dari
Pemerintah, atau badan usaha milik daerah yang mendapat penugasan khusus
dari kepala daerah, sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang
mengatur mengenai pengadaan tanah bag, pembangunan untuk kepentingan
umum.
Tidak dikenakan PPh Final atas penghasilan dari
pengalihan hak atas tanah dan bangunan dalam hal :

a.orang pribadi yang mempunyai penghasilan di bawah PTKP yang melakukan pengalihan
hak atas tanah dan/atau bangunan dengan jumlah bruto pengalihannya kurang dari Rp 60
juta dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah;
b.orang pribadi yang melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/ atau bangunan dengan
cara hibah kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu dera.iat, badan
keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi atau orang pribadi
yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungan dengan usaha,
pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan;
c.badan yang melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan dengan cara hibah
kepada badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi atau
orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihakpihak yang
bersangkutan;
Lanjutan…

d. pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan karena waris;


e. badan yang melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/atau
bangunan dalam rangka penggabungan, peleburan, atau
pemekaran usaha yang telah ditetapkan Menteri Keuangan untuk
menggunakan nilai buku;
f. orang pribadi atau badan yang melakukan pengalihan harta
berupa bangunan dalam rangka melaksanakan perjanjian bangun
guna serah, bangun serah guna, atau pemanfaatan barang milik
negara berupa tanah dan/ atau bangunan; atau
g. orang pribadi atau badan yang tidak termasuk subjek pajak yang
melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/ atau bangunan.
TARIF PPH 4 AYAT 2
• Penghasilan Dari Transaksi Penjualan
Saham di Bursa Efek
(PPh No. 41 Tahun 1994 diubah PPh No. 14 Tahun 1997)
Besarnya Pajak Penghasilan :
1) Adalah 0,1% (satu perseribu) dari jumlah bruto nilai transaksi
penjualan.
2) Pemilik saham pendiri dikenakan tambahan Pajak Penghasilan
sebesar 0,5 % (setengah persen) dari nilai transaksi penjualan
saham

• Dividen yang diterima oleh WPOP


(PP 19 Tahun 2009)
Tarif 10% dari penghasilan yang diterima
Sanksi Perpajakan
 Terlambat setor
sanksi berupa bunga 2 % (dua persen) per bulan sejak saat terhutang sampai
dengan saat dilakukannya penyetoran.
 Terlambat lapor
sanksi berupa denda administratif sebesar
- Rp 100.000,- untuk SPT Masa PPh
- Rp 500.000,- untuk SPT Masa PPN
- Rp 100.000,- untuk SPT Tahunan PPh Orang Pribadi
- Rp 1.000.000,- untuk SPT Tahunan PPh Badan
 Tidak memotong PPh:
Ditagih pokok pajak ditambah dengan : Sanksi bunga 2 % per bulan dari pokok
pajak terutang.
 Tidak memotong/memotong tetapi tak menyetorkan PPh yang sudah
dipotong,
Ditagih pokok pajak ditambah dengan :
 Sanksi bunga 2 % per bulan dari pokok pajak yang terhutang, dan
 Denda kenaikan sebesar 100 % (seratus persen) dari pokok pajak yang
terutang dalam hal SPT tidak disampaikan walaupun sudah ditegur.

Anda mungkin juga menyukai