Anda di halaman 1dari 23

1

PPh Pasal 22

M. Indra Gunawan, SE., M.Ak


Dasar Hukum 2

1. Pasal 22 UU Nomor 36 TAHUN 2008 tentang perubahan keempat atas UU Nomor 7


TAHUN 1983 tentang Pajak Penghasilan.
2. PMK-110/PMK.010/2018 tentang Pemungutan PPh Pasal 22 Sehubungan Dengan
Pembayaran Atas Penyerahan Barang Dan Kegiatan Di Bidang Impor Atau Kegiatan Usaha
Di Bidang Lain.
3. PER-31/PJ/2015 tentang tata cara dan prosedur pemungutan PPh Pasal 22 sehubungan
dengan pembayaran atas penyerahan barang dan kegiatan di bidang impor atau kegiatan
usaha di bidang lain.
Pasal 22 UU PPh 3

1. Menteri Keuangan dapat menetapkan:


a. bendahara pemerintah untuk memungut pajak sehubungan dengan pembayaran atas
penyerahan barang;
b. badan-badan tertentu untuk memungut pajak dari Wajib Pajak yang melakukan kegiatan
di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain; dan
c. Wajib Pajak badan tertentu untuk memungut pajak dari pembeli atas penjualan barang
yang tergolong sangat mewah.
Pasal 22 UU PPh 4

(2) Ketentuan mengenai dasar pemungutan, kriteria, sifat, dan besarnya pungutan pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
(3) Besarnya pungutan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang diterapkan terhadap
Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak lebih tinggi 100% (seratus persen)
daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang dapat menunjukkan Nomor Pokok
Wajib Pajak.
1. PPh Pasal 22 impor/ekspor 5

Bank Devisa dan Ditjen Bea Cukai adalah Pemungut PPh Pasal 22 atas
1. impor barang; dan
2. ekspor komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral
bukan logam yang dilakukan oleh eksportir, kecuali yang dilakukan
oleh Wajib Pajak yang terikat dalam perjanjian kerjasama
pengusahaan pertambangan dan Kontrak Karya;
Tarif PPh Pasal 22 atas impor/ekspor 6

1. Atas Impor :
a. barang tertentu sebagaimana tercantum dalam Lampiran I PMK-
34/PMK.010/2017 dan barang kiriman sampai batas jumlah tertentu yang
dikenai bea masuk dengan tarif pembebanan tunggal sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan di bidang kepabeanan, sebesar 10% dari
nilai impor dengan atau tanpa menggunakan Angka Pengenal Impor (API);
b. barang tertentu lainnya sebagaimana tercantum dalam Lampiran II PMK-
34/PMK.010/2017, sebesar 7,5% dari nilai impor dengan atau tanpa
menggunakan Angka Pengenal Impor (API);
c. barang berupa kedelai, gandum, dan tepung terigu sebagaimana tercantum
dalam Lampiran III PMK-34/PMK.010/2017, sebesar 0,5% dari nilai impor
dengan mengunakan Angka Pengenal Impor (API);
Tarif PPh Pasal 22 atas impor/ekspor 7
1. Atas Impor (lanjutan)
c. barang selain barang sebagaimana dimaksud pada huruf a), huruf b), dan
huruf c) yang menggunakan Angka Pengenal Impor (API),
sebesar 2,5% (dua koma lima persen) dari nilai impor;
d. barang sebagaimana dimaksud pada huruf c) dan huruf d) yang tidak
menggunakan Angka Pengenal Impor (API), sebesar 7,5% (tujuh koma
lima persen) dari nilai impor;dan/atau
e. barang yang tidak dikuasai, sebesar 7,5% dari harga jual lelang.

Nilai impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan
Bea Masuk yaitu Cost Insurance and Freight (CIF) ditambah dengan Bea
Masuk dan pungutan lainnya yang dikenakan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan kepabeanan di bidang impor.
Tarif PPh Pasal 22 atas impor/ekspor 8

2. Atas ekspor ;
a. Ekspor komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam oleh
eksportir kecuali yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang terikat dalam perjanjian
kerjasama pengusahaan pertambangan dan Kontrak Karya, sebesar 1,5% (satu koma
lima persen) dari nilai ekspor sebagaimana tercantum dalam Pemberitahuan Pabean
Ekspor.

b. Nilai ekspor sebagaimana tercantum dalam Pemberitahuan Ekspor Barang adalah


nilai Free on Board (FOB) yang tercantum pada Pemberitahuan Pabean Ekspor, termasuk
Pemberitahuan Pabean Ekspor yang nilai ekspomya telah dibetulkan.

c. Pemungutan PPh Pasal 22 ini bersifat tidak final dan dapat diperhitungkan sebagai
pembayaran PPh dalam tahun berjalan bagi Wajib Pajak yang dipungut
Impor Yang Dikecualikan Dari Pemungutan 9
PPh Pasal 22
a. Impor barang atau penyerahan barang di dalam negeri yang berdasarkan
peraturan perundang-undangan tidak terutang PPh
b. Impor barang yang dibebaskan dari pungutan bea masuk dan atau PPN.
c. Impor sementara
d. Impor kembali (re – impor)
e. impor emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang
perhiasan dari emas untuk tujuan ekspor.
f. Atas impor barang berupa mesin dan peralatan, baik dalam keadaan
terpasang maupun terlepas, tidak termasuk suku cadang, yang
diperlukan oleh pengusaha di bidang pemanfaatan Sumber Energi
Terbarukan.
2. PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah 1

1. Yang ditunjuk sebagai Pemungut PPh Pasal 22 Bendaharawan adalah bendahara


pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) pada Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, Instansi atau lembaga Pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya
berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang
2. PPh Pasal 22 Bendaharawan = 1,5% x Harga Pembelian tidak termasuk PPN, Pemungutan
PPh Pasal 22 ini bersifat tidak final dan dapat diperhitungkan sebagai pembayaran PPh
dalam tahun berjalan bagi Wajib Pajak yang dipungut.
3. Besarnya pungutan PPh Pasal 22 yang diterapkan terhadap WP yang tidak memiliki
NPWP lebih tinggi 100% (seratus persen) daripada tarif yang diterapkan terhadap WP
yang dapat menunjukkan NPWP.
Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 22 1
Bendaharawan
a. Pembayaran atas belanja yang jumlahnya paling banyak Rp2.000.000 dan
tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, bahan bakar gas,
pelumas, benda-benda pos serta pemakaian air dan listrik.
c. Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan
dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
d. Pembayaran yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan proyek Pemerintah
yang dibiayai dengan hibah luar negeri;
e. Pembelian minyak bumi, gas bumi, dan/atau produk sampingan dari
kegiatan usaha hulu di bidang migas yang dihasilkan di Indonesia
f. pembelian panas bumi atau listrik hasil pengusahaan panas bumi dari Wajib
Pajak yang menjalankan usaha di bidang usaha panas bumi.
3. PPh Pasal 22 atas Badan Usaha Tertentu 1

Pemungut PPh Pasal 22 adalah Badan usaha tertentu berkenaan dengan pembayaran atas
pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk keperluan kegiatan usahanya, meliputi:
1. Badan Usaha Milik Negara, yaitu badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya
dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan
negara yang dipisahkan;
2. Badan usaha dan Badan Usaha Milik Negara yang merupakan hasil dari restrukturisasi
yang dilakukan oleh Pemerintah, dan restrukturisasi tersebut dilakukan melalui
pengalihan saham milik negara kepada Badan Usaha Milik Negara lainnya; dan
3. PPh Pasal 22 atas Badan Usaha Tertentu 1

3. Badan usaha tertentu yang dimiliki secara langsung oleh Badan Usaha Milik Negara,
meliputi PT Pupuk Sriwidjaja Palembang, PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk Kujang, PT Pupuk
Kalimantan Timur, PT Pupuk Iskandar Muda, PT Telekomunikasi Selular, PT Indonesia
Power, PT Pembangkitan Jawa-Bali, PT Semen Padang, PT Semen Tonasa, PT Elnusa Tbk,
PT Krakatau Wajatama, PT Rajawali Nusindo, PT Wijaya Karya Beton Tbk, PT Kimia Farma
Apotek, PT Kimia Farma Trading & Distribution, PT Badak Natural Gas Liquefaction, PT
Tambang Timah, PT Terminal Petikemas Surabaya, PT Indonesia Comnets Plus, PT Bank
Syariah Mandiri, PT Bank BRISyariah, dan PT Bank BNI Syariah,
4. PPh Pasal 22 = 1,5% x Harga Pembelian tidak termasuk PPN (Bersifat tidak final)
Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 22 BUMN 1

a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak yang jumlahnya paling


banyak Rp10.000.000 tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan
bukan merupakan pembayaran yang dipecah dari suatu transaksi yang
nilai sebenarnya lebih dari Rp10.000.000;
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, bahan bakar gas,
pelumas, benda-benda pos serta pemakaian air dan listrik.
c. Pembayaran untuk pembelian minyak bumi, gas bumi, dan/atau produk
sampingan dari kegiatan usaha hulu di bidang migas
d. Pembayaran untuk pembelian panas bumi atau listrik hasil pengusahaan
panas bumi dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha di bidang usaha
panas bumi.
4. PPh Pasal 22 atas Industri Tertentu 1

Industri Tertentu Pemungut PPh Pasal 22 adalah :


1. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas,
industri baja, industri otomotif, dan industri farmasi, atas penjualan hasil
produksinya kepada distributor di dalam negeri
2. Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan
importir umum kendaraan bermotor, atas penjualan kendaraan bermotor di
dalam negeri;
Tarif PPh Pasal 22 Industri Tertentu 1
a. Besarnya pungutan PPh Pasal 22 ditetapkan atas penjualan hasil produksi kepada
distributor di dalam negeri oleh badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri
semen, industri kertas, industri baja, industri otomotif, dan industri farmasi:

a. Besarnya pungutan PPh Pasal 22 ditetapkan atas penjualan kendaraan bermotor di


dalam negeri oleh Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek
(APM), dan importir umum kendaraan bermotor tidak termasuk alat berat sebesar
0,45% dari DPP PPN (tidak final).
5. PPh Pasal 22 Produsen atau importir bahan bakar 1
minyak, bahan bakar gas, dan pelumas

1. Termasuk pemungut PPh Pasal 22 yaitu produsen atau importir bahan bakar minyak,
bahan bakar gas, dan pelumas atas penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan
pelumas
2. Besarnya pungutan PPh Pasal 22 adalah sebagai berikut :
-

- Bahan bakar gas sebesar 0,3% dari penjualan tidak termasuk PPN
- pelumas sebesar 0,3% dari penjualan tidak termasuk PPN
6. PPh Pasal 22 Industri atau eksportir sektor kehutanan, 1
perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan

1. Pemungut PPh Pasal 22 adalah badan usaha industri atau eksportir yang melakukan
pembelian bahan-bahan berupa hasil kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan
perikanan yang belum melalui proses industri manufaktur, untuk keperluan industrinya
atau ekspornya.
2. Industri (industri yang melakukan proses industri manufaktur (pabrikasi) secara langsung
(sendiri) maupun melalui pihak lain) atau eksportir yang bergerak dalam sektor
kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan melakukan pemungutan
PPh Pasal 22 atas seluruh pembelian bahan-bahan berupa hasil kehutanan, perkebunan,
pertanian, peternakan, dan perikanan, yang belum melalui proses industri manufaktur
(pabrikasi), untuk kepentingan industrinya atau ekspornya.
3. Atas pembelian bahan-bahan berupa hasil kehutanan, perkebunan, pertanian,
peternakan, dan perikanan yang belum melalui proses industri manufaktur oleh badan
usaha industri atau eksportir sebesar 0,25% (nol koma dua puluh lima persen) dari harga
pembelian tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai.
Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 22 oleh Industri atau
1
eksportir sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan,
dan perikanan
a) pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, bahan bakar gas, pelumas,
benda-benda pos serta pemakaian air dan listrik;
b) pembayaran untuk pembelian minyak bumi, gas bumi, dan/atau produk sampingan
dari kegiatan usaha hulu di bidang minyak dan gas bumi yang dihasilkan di
Indonesia
c) pembayaran untuk pembelian panas bumi atau listrik hasil pengusahaan panas
bumi dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha di bidang usaha panas bumi
berdasarkan kontrak kerja sama pengusahaan sumber daya panas bumi;
d) pembelian bahan-bahan berupa hasil kehutanan, perkebunan, pertanian,
peternakan, dan perikanan yang belum melalui proses industri manufaktur untuk
keperluan industri atau ekspor oleh badan usaha industri atau eksportir, yang
jumlahnya paling banyak Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) tidak termasuk
PPN dalam satu masa pajak
7. PPh Pasal 22 Industri atau badan usaha komoditas 2
tambang batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam

1. Pemungut PPh Pasal 22 yaitu badan usaha yang


melakukan pembelian komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral
bukan logam, dari badan atau orang pribadi pemegang izin usaha pertambangan
2. Besarnya pungutan PPh Pasal 22 Atas pembelian batubara, mineral logam, dan
mineral bukan logam, dari badan atau orang pribadi pemegang izin usaha
pertambangan oleh industri atau badan usaha adalah sebesar 1,5% (satu koma
lima persen) dari harga pembelian tidak termasuk PPN.
3. Atas pembelian bahan-bahan berupa hasil kehutanan, perkebunan, pertanian,
peternakan, dan perikanan yang belum melalui proses industri manufaktur oleh
badan usaha industri atau eksportir sebesar 0,25% (nol koma dua puluh lima
persen) dari harga pembelian tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai.
8. PPh Pasal 22 Penjualan Barang yang Tergolong Sangat Mewah 2
dan penjualan emas batangan

1. PMK-92/PMK.03/2019 tentang Wajib Pajak Badan Tertentu sebagai


Pemungut Pajak dari Pembeli atas Penjualan Barang yang Tergolong
Mewah
2. Pemungut PPh Pasal 22 adalah Wajib Pajak badan yang melakukan
penjualan barang yang tergolong sangat mewah, serta
3. Badan usaha yang melakukan penjualan atas penjualan emas
batangan dengan tarif PPh Pasal 22 sebesar 0,45% (nol koma empat
puluh lima persen) dari harga jual emas batangan
Tarif PPh Pasal 22 dan Jenis Barang yang tergolong sangat
2
mewah yang dikenakan PPh Pasal 22
1% x Harga Jual (tidak termasuk PPN dan PPnBM) atas barang:
 rumah beserta tanahnya, dengan harga jual atau harga pengalihannya lebih dari
Rp30.000.000.000 atau luas bangunan lebih dari 400m2
 apartemen, kondominium, dan sejenisnya, dengan harga jual atau pengalihannya
lebih dari Rp30.000.000.000 atau luas bangunan lebih dari 150m2
5% x Harga Jual (tidak termasuk PPN dan PPnBM)
 pesawat terbang pribadi dan helikopter pribadi;
 kapal pesiar, yacht, dan sejenisnya;
 kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10 orang berupa
sedan, jeep, sport utility vehicle (SUV), multi purpose vehicle (MPV), minibus, dan
sejenisnya, dengan harga jual lebih dari Rp2.000.000.000 atau dengan kapasitas
silinder lebih dari 3.000cc;
 kendaraan bermotor roda dua dan tiga, dengan harga jual lebih dari
Rp300.000.000,00 atau dengan kapasitas silinder lebih dari 250cc.
terima kasih

Anda mungkin juga menyukai