Anda di halaman 1dari 9

MATERI PERPAJAKAN

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 (PPh 22)

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 (PPh 23)

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 4

NADYA ANISSA SAHDAN 210611040352

AINUN LESTARI 210611040359

NIA RAMADANI PAPEO 210611040362

VETI PUTRIASI LASENA 210611040366

ELSHADAI MANDAGI 210611040368

GABRELA MADELU 210611040370

TRISA ARUNDAA 210611040412

AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SAMRATULANGI MANADO

2022
Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 22 (PPh 22)

Menurut UU Pajak Penghasilan (PPh) Nomor 36 tahun 2008, PajakPenghasilan Pasal 22 (PPh Pasal 22)
adalah bentuk pemotongan atau pemungutan pajak yang dilakukan satu pihak terhadap wajib pajak dan
berkaitandengan kegiatan perdagangan barang.
Pajak Penghasilan Pasal 22 (PPh Pasal 22) adalah pajak yang dipungutoleh bendaharawan pemerintah,
baik pemerintah pusat maupun pemerintahandaerah , instansi atau lembaga pemerintah, dan lembaga-
lembaga tinggi lainnya.PPh Pasal 22 dikenakan terhadap pembayaran atas penyerahan barang
kepada badan pemerintah atau kegiatan import atau kegiatan di bidang usaha tertentu.Dalam Pajak
Penghasilan (PPH) Pasal 22 ada tiga hal yang menjadi focus pe-mungutan pajak, yaitu
a. Bendaharawan pemerintahan pusat atau daerah, instansi atau lembaga pemerintahan dan lembaga-
lembaga Negara lainnya, berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang biasa disebut
sebagai PPh pasal 22 bendaharawan
b. Badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta berkenan dengan kegiatan dibidang
import biasa disebut PPh pasal 22 atas import
c. Badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta berkenaan dengan kegiatan dibidang
tertentu, yaitu industry semen, industry rokok kretek atau putih, industry kertas, industry baja,
industri otomotif, penjualan hasil produksi pertamina, penyaluran oleh bulog

Pemungut dan Objek PPh Pasal 22

Pasal 1 Peraturan Menteri Keuangan No. 154/PMK.03/2010 menyebutkan pemungut PPh Pasal 22 adalah:
1. Bank Devisa dan Direktorat Jendral Bca dan Cukai atas impor barang.
2. Bendahara pemerintahan dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak pada
pemerintah pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau lembaga pemerintahan dan lembaga-lembaga
negara lainnya berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang.
3. Bendahara mengeluarkan untuk pembayaran yang dilakukan dengan mekanisme uang persediaan
(UP)
4. Kuasa pengguna anggaran (KPA) atau pejabat penerbitan suraat perintah membayar yang diberi
delegasi oleh KPA, untuk pembayaran kepada pihak ketiga yang dilakukan dengan mekanisme
pembayaran langsung (LS)
5. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industry semen, industry kertas, industry baja, dan
industry otomotif yang ditunjukkan oleh kepala kantor pelayanan pajak, atas penjualan hasil
produksintya di dalam negeri.
Pasal 1 Peraturan Menteri Keuangan No. 253/PMK.03/2008 menyebutkan Pemungut PPh pasal 22 adalah
wajib pajak badan yang melakukan penjualan barang tergolong sangat mewah yaitu:
1. Pesawat udara pribadi dengan harga jual lebih dari Rp. 20.000.000.000,00 (dua puluh milyar
rupiah)
2. Kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar
rupiah)
3. Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga pengaliannya lebih dari
Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) dan luas bangunan lebih dari 500m2 (lima ratus
meter persegi)
4. Apartemen, kondominium, dan sejenisnya dengan harga jual atau pengalihannya lebih dari Rp.
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) dan/atau luas bangunan lebih dari 400m2 (empat ratus
meter persegi)
5. Kendaraan bermotor roda empat pengangkatan orang kurang dari 10 orang berupa sedan, jeep, sport
utility vehicle (suv), multi purpose vehicle (mpv), minibus dan sejenisnya dengan harga jual lebih
dari Rp.5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) dan dengan harga jual lebih dari 3.00 cc.

Dikecualikan Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22

1) Impor barang dan/atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan tidak terutang pajak penghasilan
2) Impor barang yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk dan/atau pajak pertambahan nilai
3) Impor sementara, jika pada waktu impornya nyata-nyata dimaksudkan untuk diekspor kembali:
4) Impor kembali (re-import), yang meliputi barang-barang yang telah diekspor kemudian diimpor
kembali dalam kualitas yang sama atau barang-barang yang telah diekspor untuk keperluan
perbaikan, pengerjaan dan pengujian, yang telah memenuhi syarat yang ditentukan oleh Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai
5) Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak berkenaan dengan:
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (BUMN tertentu dan Bank BUMN) yang
jumlahnya paling banyak Rp.10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan tidak merupakan
pembayaran yang terpecah-pecah
b. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak berkenaan dengan
pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (BendaharaPemerintah dan Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA), bendahara pengeluaran, KPA atau
pejabat penerbit Surat Perintah Membayar yangdiberi delegasi oleh Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA)), yang
jumlahnya paling banyak Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah) dan tidak merupakan
Tarif Pph Pasal 22

Besarnya pungutan pajak penghasilan pasal 22 ditetapkan sebagai berikut


1. Atas Impor
a. Barang-barang tertentu sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 175/PMK.011/2013, sebesar 7,5% (tujuh setengah persen) dari nilai
impor
b. Selain barang-barang tertentu sebagaimana dimaksud pada angka 1, yang menggunakan
angka pengenal impor (API), sebesar 2,5% (dua setengah persen) dari nilai impor, kecuali
atas impor kedelai, gandum, dan tepung terigu sebesar 0,5% (setengah persen) dari nilai
impor,
c. Selain barang-barang tertentu sebagaimana dimaksud pada angka 1, yang tidak
menggunakan Angka pengenal impor (API), sebesar 7,5% (tujuh setengah persen) dari nilai
impor.
2. Atas pembelian barang bendahara pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai
pemungut pajak pada pemerintah pusat, pemerintah daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan
lembaga-lembaga negara lainnya, sebesar 1,5% (satu setengah persen) dari harga pembelian tidak
termasuk PPN.
3. Atas pembelian barang yang dilakukan dengan mekanisme uang persediaan (UP) oleh bendahara
pengeluaran dan pembelian barang, sebesar 1,5% (satu setengah persen) dari harga pembelian tidak
termasuk PPN.
4. Berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang kepada pihak ketiga yang dilakukan dengan
mekanisme pembayaran langsung (LS) oleh kuasa pengguna anggaran (KPA) atau pejabat penerbit
surat perintah membayar yang diberi delegasi oleh kuasa pengguna anggaran (KPA), sebesar 1,5%
(satu setengah persen) dari harga pembelian tidak termasuk PPN.

Pemungutan PPh Pasal 22

Tata cara Pajak Penghasilan Pasal 22 didasarkan atas suatu pemungutan ,dalam arti setiap terjadi transaksi
maka Wajib Pajak akan di pungut PPh Pasal 22oleh bendaharawan pemerintah, instansi atau lembaga
pemerintah dan lembagatinggi lainnya. Selanjutnya pemungutan PPh Pasal 22 ini akan diserahkan padakas
Negara. Pemungutan PPh Pasal 22 dilakukan oleh :

a. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, atas impor barang;
b. Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Bendahara Pemerintah baik di tingkatPusat ataupun di tingkat
Daerah, yang melakukan pembayaran atas pembelian barang;
c. Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah, yang melakukan pembelian barang
dengan dana yang bersumber dari belanja negara (APBN)dan/atau belanja daerah (APBD), kecuali
badan-badan tersebut pada angka4;
d. Bank Indonesia (BI), PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA), Perum BadanUrusan Logistik
(BULOG), PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom), PTPerusahaan Listrik Negara (PLN), PT
Garuda Indonesia, PT Indosat, PTKrakatau Steel, PT Pertamina, dan bank-bank BUMN yang
melakukan pembelian barang yang dananya bersumber dari APBN maupun non-APBN;
e. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industrikertas, industri baja, dan
industri otomotif, yang ditunjuk oleh Kepala KantorPelayanan Pajak, atas penjualan hasil
produksinya di dalam negeri;
Besarnya pemungutan PPH Pasal 22 Bendaharawan adalah 1,5% dariharga penjualan. Harga penjualan
yang dimaksud adalah harga jual kepada bendaharawan pemerintah. Apabila harga jual di dalamnya
termasuk PPN danatau PPNBM maka PPN dan atau PPnBM ini harus dikeluarkan terlebih dahulu dari
perhitungan PPh Pasal 22 Bendaharawan. Hal yang dimaksudkanuntu menghindari pemungutan pajak
terhadap paak tertentu (Pajak berganda).Misalnya, PT Ady-Yuni melakukan penjualan kendaraan kepada
PemdaSalatiga dengan nilai transaksi sebesar Rp 130.000.000,00 dan dibayar melalui bendaharawan dinas.

a. Jika nilai transaksi sebesar Rp130.000.000,00 tidak termasuk PPN dan PPnBM, maka pasal 22
bendaharawan adalah Rp1.950.000,00 (1,5% xRp130.000.000,00)
Atas pemungutannya PPh Pasal 22 Bendaharawan ini, PT Ady-Yunihanya menerima kas
sebesar Rp128.050.000,00 (Rp130.000.000,00 -Rp1.950.000,00). Pemungutan PPh Pasal 22 ini
selanjutnya oleh PemdaSalatiga diserahkan ke kas Negara.
b. Jika nilai transaksi sebesar Rp130.000.000,00 termasuk PPN sebesar 10%dan PPn BM sebesar 20%
maka harus dihitung nilai jual di luar PPN danPPnBM yaitu sebesar Rp100.000.000,00 (100/130 x
Rp130.000.000,00)
Pemungutan PPh Pasal 22 Bendaharawan adalah sebesarRp1.500.000,00 (1,5% x Rp100.000.000,00).
Objek pemungutan PPh Pasal 22Import adalah penghasilan netto dari pemasukan barang ke dalam daerah
pabean yang dilakukan oleh importir, importir di bagi menjadi dua yaitu:

a. Import yang memiliki angka pengenal import (API)


b. Import yang tidak memiliki angka pengenal import (Non-API)Perbedaan Importir berdasarkan API
ini akan mempengaruhi tarif yangdigunakan untuk pemungutan PPh Pasal 22 Import. Untuk import
yangmemiliki API akan dikenakan Tarif PPh Pasal 22 sebesar 2,5 % sedangkayang tidak memiliki
API akan di pungut PPh Pasal 22 sebesar 7,5%. Angka pengenal import adalah nomor identitas
seorang importir yang dikeluarkanoleh Dirjen Bea dan Cukai.
Cara Penyetoran

1. Pemungutan PPh Pasal 22 atas impor barang dilaksanakan dengan cara penyetoran oleh importir
yang bersangkutan atau Direktorat Jenderal Bea danCukai ke kas negara melalui Kantor Pos, bank
devisa, atau bank yang ditunjukoleh Menteri Keuangan. Penyetoran dilakukan dengan
menggunakan SuratSetoran Pajak.
2. Pemungutan PPh Pasal 22 atas pembelian barang oleh Bendahara Pemerintahdan KPA, bendahara
pengeluaran dan pejabat penerbit Surat PerintahMembayar, wajib disetor oleh pemungut ke kas
negara melalui Kantor Pos, bank devisa, atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan,
denganmenggunakan Surat Setoran Pajak yang telah diisi atas nama rekanan sertaditandatangani
oleh pemungut pajak.Surat Setoran Pajak tersebut berlaku juga sebagai Bukti Pemungutan Pajak
3. Pemungutan PPh Pasal 22 oleh pemungut pajak selain , wajib disetor oleh pemungut ke kas negara
melalui Kantor Pos, bank devisa, atau bank yangditunjuk oleh Menteri Keuangan dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak.

Contoh Kasus dan Pemecahan Masalah Pajak Penghasilan pasal 22

Contoh :

pada tanggal 5 Agustus 2016 PT. ABC (produsen rokok dan telahditunjuk oleh Kantor Pelayanan Pajak
sebagai pemungut PPh pasal 22) NPWP :02.446.748.6-623.000, membeli tembakau dari Paijo, NPWP
08.445.546.8-623.000 sebesar Rp. 400.000.000,- diketahui Paijo seorang pedagang dan tidakmempunyai
sawah atau ladang tembakau. Bagaimana kewajiban perpajakannyaatas transaksi tersebut:

Jawaban:

Pemungutan PPh 22 pasal 22 antara lain badanusaha industri atau eksportir yang bergerak dalam sektor
kehutanan, pertanian, perkanan dan perkebunan atas pembelian bahan untuk keperluannya dan pedagang
pengumpul.Pedagang pengumpul adalah badan atau orang pribadi yang kegiatan usahanyamengumpulkan
hasil tersebut diatas.Oleh karena paijo adalah peadang dan tidak memiliki sawah atau ladangtembakau,
maka paijo masuk kategori pedagang pengumpul yang membelitembakau dari para petani.PT. ABC wajib
memungut PPh Pasal 22 dan membuat bukti pemungutan PPh pasal 22 kepada paijo pada tanggal 5 agustus
2016 dengan jumlah PPh pasal 22sebesar 0,25% x Rp. 400.000.000,- = Rp. 1.000.000,
Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 23 (PPh 23)

Pajak Penghasilan Pasal 23 merupakan Pajak Penghasilan yang dipotongatas penghasilan yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri danBentuk Usaha Tetap yang berasal dari modal, penyerahan
jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21,yang
dibayarkan atau terutang oleh badan pemerintah atau subjek pajak dalamnegeri, penyelenggara kegiatan,
Bentuk Usaha Tetap atau perwakilan perusahaanluar negeri lainnya.

Tarif dan Objek PPh Pasal 23

1. Sebesar 15% dari jumlah bruto atas :


a. dividen, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Ayat (1) huruf "g"Undang-undang PPh;
b. bunga, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Ayat (1) huruf "f";
c. royalti;
d. hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotong PajakPenghasilan Pasal 21 Ayat (1)
huruf "e" Undang-undang PPh.Hadiah dan penghargaan yang dipotong Pajak Penghasilan
21adalah hadiah dan penghargaan dalam bentuk apa pun yangditerima atau diperoleh Wajib
Pajak orang pribadi dalam negeri berkenaan dengan suatu kegiatan yang diselenggarakan,
misalkankegiatan olah raga, keagamaan, kesenian, dan kegiatan lainnya.Adapun hadiah dan
penghargaan yang dipotong PajakPenghasilan 23 adalah hadiah dan penghargaan dalam
bentukapapun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak badan dalamnegeri berkenaan
dengan suatu kegiatan yang diselenggarakan.
2. Sebesar 15% dari jumlah bruto dan bersifat final atas bunga simpananyang dibayarkan oleh
koperasi.
3. Sebesar 15% dari perkiraan penghasilan neto atas :
a. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta,kecuali sewa dan
penghasilan lain sehubungan dengan persewaantanah dan atau bangunan yang dikenakan
PPh yang bersifat final berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1996
b. imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasakonsultan hukum, jasa
konsultan pajak, dan jasa lain sebagaimanadimaksud dalam Pasal 23 Ayat (1) huruf "c"
Undang-undangPajak Penghasilan, yang dilakukan oleh Wajib Pajak Dalam Negeri atau
Bentuk Usaha Tetap selain jasa yang telah dipotongPajak Penghasilan Pasal 21

Saat Terutang, Penyetoran dan Pelaporan:

a. Terutang pada akhir bulan dilakukan pembayaran


b. Disetor paling lambat tgl 10 setelah Masa Pajak dilakukan pemotongan ber-akhir
c. Pelaporan ke KPP paling lambat tgl 20 setelah Masa Pajak berakhir
d. Pihak pemotong wajib memberi tanda bukti pemotongan kepada Orang Pri- badi atau Badan yang
terbebani

Dikenakan PPh Pasal 23

1. Dikenakan PPh Pasal 23 atas sewa sehubungan dengan penggunaan hartaselain kendaraan dan
tanah dan atau bangunan , yaitu atas jasa pelayanaan(sewa) alat-alat yang terdiri dari:
• jasa kran darat,
• jasa kran apung,
• jasa forklift,
• jasa head truck,
• jasa chasis,
• jasa tongkang,
• jasa BKMP (Kapal Motor Penggandeng Tipe B),
• jasa towing tractor
• jasa timbangan dan
• jasa pemadam kebakaran;
2. Dikenakan PPh Pasal 23 atas jasa sehubungan dengan jasa perawatan ataureparasi (docking) kapal.

Tidak Dikenakan PPh Pasal 23

Sedangkan jasa-jasa di bidang pelayaran dan kepelabuhan yang tidakdicantumkan dalam Peraturan Dirjen
Pajak sehingga tidak dikenakan PPh Pasal23 adalah sebagai berikut:

• Jasa persewaan kapal. Jasa persewaan kapal tidak dikenakan PPh Pasal 23,namun dikenakan PPh
Pasal 15 atas Charter Kapal Laut.
• Jasa kepelabuhan meliputi jasa tunda, jasa pandu, jasa tambat, dan jasalabuh; dan
• Jasa angkutan umum di air
• Jasa pelayanan barang yang terdiri dari jasa penumpukan dan jasadermaga;
• Jasa pelayanan terminal yang terdiri dari stevedoring, cargodoring,receiving, delivery dan
overbrengen;
• Jasa pelayanan peti kemas yang terdiri dari jasa bongkar muat, jasa gerakankontainer, jasa
penumpukan dan jasa mekanis;
• Jasa pelayanan rupa-rupa yang terdiri dari pas pelabuhan, retribusikendaraan dan telepon extension
Contoh Kasus dan Pemecahan Masalah Pajak Penghasilan Pasal 23 (PPhPasal 23)

1) Contoh : Jasa Pelabuhan


Pada tanggal 10 Oktober 2016, PT. ABC. NPWP : 01.234.445.6-623.000,mengadaan perjanjian dengan
PT. XYZ yang merupakan penyelenggaraan pelabuhan untuk memberikan jasa bongkar muat barang,
penimbunan barang danterminal peti kemas dengan nilai kontak sebesar Rp.40.000.000,00. PT.ABC
membayar kepada PT,XYZ sebesar Rp. 40.000.000,00. Pada tanggal 20 Oktober 2016.

Jawaban :

Jasa bongkar muat barang, penimbunan barang dan terminal peti kemasmerupakan bagian dari jasa
kepelabuhan sesuai aturan pelabuhan. Jasakepelabuhan tidak masuk dalam jenis jasa lain yang yang
merupakan objek pemotongan PPh Pasal 23 sehingga atas jasa tersebut tidak dilakukan Pemotongan PPH
Pasal 23 PT. ABC.

2) Jasa Perantara / Agen


PT. XYZ diperintah oleh PT. ABC, NPWP:01.234.445.6-623.00, untukmencarikan perusahaan
pengangkutan barang. Pada tanggal 10 Oktober 2016,PT. ABC membayar kepada PT. XYZ atas jasa
tersebut sebesar Rp.30.000.000,00.

Jawaban :

Jasa tersebut termasuk jasa perantara/keagenan sehingga merupakan objek pemotongan PPH Pasal 23 PT.
ABC wajib memotong PPh pasal 23 kepada PT.XYZ sebesar 2% x Rp. 20.000.000,- = Rp. 400.000,-
Kewajiban PT. ABC adalah :

• Memberikan Bukti pemotongan PPh Pasal 23 kepada PT. XYZ


• Melakukan penyetoran pajak tersebut paling lambat tanggal 10 Nopember2016
• Melaporkan SPT Masa PPH pasal 23 Pajak Oktober 2016 paling lambattanggal 20

Anda mungkin juga menyukai