Anda di halaman 1dari 28

 e-Filing

 e-Billing
 e-Faktur

 Search
PERHITUNGAN

Tarif, Contoh dan Cara Menghitung PPh Pasal 22


Pajak Penghasilan atau PPh Pasal 22 adalah pemotongan / pemungutan pajak penghasilan atas
pembayaran atau penyerahan barang maupun kegiatan impor dan usaha di bidang lain atau
penjualan barang mewah.

Mekari Klikpajak akan mengulas apa saja subjek PPh 22, objek pajak PPh Pasal 22 umum dan
bendaharawan, hingga BUMN.

Juga akan dijelaskan berapa tarif, cara hitung dan contoh perhitungan PPh 22, PPh Pasal 22 e,
pasal 22 ayat 1 dan cara membuat bukti potong dan pelaporan pajaknya dengan sistem terbaru
yakni e-Bupot Unifikasi.

eBupot Unifikasi adalah pembuatan bukti pemotongan pajak dan pelaporan Surat Pemberitahuan
(SPT) Masa PPh (Pajak Penghasilan) untuk beberapa jenis PPh tertentu yang wajib dibuat dan
dilaporkan melalui aplikasi e-Bupot Unifikasi.

Beberapa jenis PPh tertentu yang pembuatan bukti potong pajak melalui e Bupot Unifikasi
selengkapnya baca jenis-jenis PPh yang dikelola melalui eBupot Unifikasi.

Sekilas tentang sejarah perubahan PPh Pasal 22 dalam UU PPh dari masa ke masa

Sekadar informasi, peraturan perundangan pajak penghasilan yang di dalamnya termasuk


mengatur PPh 22 sebagaiamana yang menjadi topik artikel ini, sudah mengalami beberapa kali
perubahan.

Setidaknya, berikut bunyi Pasal 22 dalam UU PPh dari awal dibuatnya undang-undang pajak
penghasilan hingga perubahan terbarunya:

1. UU No. 7 Tahun 1983


Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, merupakan pertama kalinya
dibuat undang-undang yang mengatur pajak penghasilan.

Pasal 22 dalam undang-undang pajak penghasilan pertama ini memiliki 2 ayat.

Berikut bunyi Pasal 22 UU No. 7 Tahun 1983:

(1) Menteri Keuangan dapat menetapkan badan-badan tertentu untuk memungut pajak dari
Wajib Pajak yang melakukan kegiatan usaha di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain
yang memperoleh pembayaran untuk barang dan jasa dari Belanja Negara.

(2) Dasar pemungutan dan besarnya pungutan ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan
berdasarkan pertimbangan, bahwa jumlah pungutan itu diperkirakan mendekati jumlah pajak
yang terutang atas penghasilan dari kegiatan usaha yang bersangkutan.

2. UU No. 7 Tahun 1991

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991 tentang Perubahan atas UU No. 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan.

Perubahan pertama UU PPh dalam UU No. 7 Tahun 1991 ini tidak ada perubahan dalam Pasal 22
pada UU PPh sebelumnya.

3. UU No. 10 Tahun 1994

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 tentang Perubahan atas UU No. 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan Sebagaimana Telah Diubah dengan UU No. 7 Tahun 1991.

UU PPh No. 10 Tahun 1994 ini merupakan perubahan kedua UU PPh, yang mana dalam undang-
undang ini terdapat perubahan pada Pasal 22 ayat 1 dan ayat 2.

Berikut bunyi PPh Pasal 22 ayat 1 dan ayat 2 dalam UU No. 10 Tahun 1994:

Berdasarkan ketentuan ini yang dapat ditunjuk sebagai pemungut pajak adalah:

– Bendaharawan pemerintah, termasuk bendaharawan pada Pemerintah Pusat, Pemerintah


Daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya, berkenaan
dengan pembayaran atas penyerahan barang;
– Badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta berkenaan dengan kegiatan di
bidang impor, atau kegiatan usaha di bidang lain.

Pemungutan pajak berdasarkan ketentuan ini, dimaksudkan untuk meningkatkan peran serta


masyarakat dalam pengumpulan dana melalui sistem pembayaran pajak dan untuk tujuan
kesederhanaan, kemudahan, dan pengenaan pajak yang tepat waktu.

Dalam hubungan ini Menteri Keuangan menetapkan besarnya pungutan yang dapat bersifat
final.

Pelaksanaan ketentuan ini ditetapkan oleh Menteri Keuangan dengan mempertimbangkan antara


lain:

– Penunjukan pemungut pajak secara selektif, demi pelaksanaan pemungutan pajak secara efektif
dan efisien;

– Tidak mengganggu kelancaran lalu lintas barang;

– Prosedur pemungutan, penyetoran, dan pelaporan yang sederhana sehingga mudah


dilaksanakan.

4. UU No. 17 Tahun 2000

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atas UU No. 1983 tentang
Pajak Penghasilan.

Dalam perubahan ketiga UU PPh ini tidak ada perubahan pada Pasal 22. Sehingga ketentuan PPh
22 masih mengikuti aturan dalam undang-undang pajak penghasilan sebelumnya.

5. UU No. 36 Tahun 2008

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas UU No. 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan.

Dalam perubahan keempat UU PPh, kembali ada perubahan pada pasal 22.

Berikut bunyi Pasal 22 UU PPh No. 36 Tahun 2008:

Ketentuan Pasal 22 ayat (1) dan ayat (2) diubah, serta ditambah 1 (satu) ayat, yakni ayat (3)
sehingga Pasal 22 berbunyi sebagai berikut:
(1) Menteri Keuangan dapat menetapkan:

a. bendahara pemerintah untuk memungut pajak sehubungan dengan pembayaran atas


penyerahan barang;

b. badan-badan tertentu untuk memungut pajak dari Wajib Pajak yang melakukan kegiatan
di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain;
dan

c. Wajib Pajak badan tertentu untuk memungut pajak dari pembeli atas penjualan barang
yang tergolong sangat mewah.

(2) Ketentuan mengenai dasar pemungutan, kriteria, sifat, dan besarnya pungutan pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.

(3) Besarnya pungutan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang diterapkan terhadap Wajib
Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak lebih tinggi 100% (seratus persen)
daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang dapat menunjukkan Nomor Pokok
Wajib Pajak.

Dari semua ketentuan yang tertuang dalam undang-undang tersebut, terdapat beberapa peraturan
pelaksana yang ditetapkan, bisa berupa:

 Peraturan Menteri Keuangan (PMK)


 Peraturan Pemerintah (PP)
 Keputusan Menteri Keuangan (KMK)
 Peraturan Direktur Jenderal Pajak (Perdirjen-pajak), dan lainnya.

Terus simak penjelasan tentang PPh Pasal 22 dan tarif PPh 22 berapa persen hingga cara
menghitung PPh 22 impor.

Maupun cara menghitung PPh Pasal 22 atas pembelian barang, serta contoh bukti potong PPh 22
atau contoh soal PPh 22 bendaharawan sebagai panduan untuk mengelola pajak penghasilan pasal
22 ini.
Daftar Isi
1 Penjelasan PPh Pasal 22 Umum dan Bendaharawan / BUMN
1.1 a. PPh Pasal 22 adalah?
1.2 b. Apa itu PPh 22 Bendaharawan?
1.3 c. Apa itu PPh 22 BUMN?
2 Subjek dan Objek PPh Pasal 22 Bendaharawan atau Objek Pajak PPh 22 BUMN
2.1 1. Impor barang dan ekspor
2.2 2. Pembayaran atas pembelian barang ( PPh 22 Bendaharawan )
2.3 3. Pembayaran atas pembelian barang
2.4 4. Pembayaran atas pembelian barang kepada pihak ketiga
2.5 5. Pembayaran atas pembelian barang untuk BUMN ( objek pajak PPh 22 BUMN )
2.6 6. Penjualan hasil produksi kepada distributor
2.7 7. Penjualan kendaraan bermotor
2.8 8. Penjualan Migas
2.9 9. Pembelian bahan-bahan dari pedagang pengumpul
2.10 10. Penjualan barang yang tergolong sangat mewah
3 Perluasan Pemungutan Objek PPh Pasal 22
4 Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 22
5 Tarif PPh Pasal 22
6 Subjek dan Objek Pemungut Pajak Penghasilan PPh Pasal 22
7 Contoh Cara Hitung Perhitungan PPh 22 Umum dan Bendaharawan / BUMN
7.1 a. Contoh Perhitungan PPh Pasal 22 atas Impor
7.2 b. Contoh Perhitungan PPh Pasal 22 atas Pembelian Barang ( Contoh Soal PPh 22
Bendaharawan )
7.3 c. Contoh Perhitungan PPh Pasal 22 atas Penjualan Hasil Produksi Tertentu
7.4 d. Contoh Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 22 Hasil Produksi Migas ( PPh 22 BUMN )
7.5 e. Contoh Perhitungan PPh 22 atas Pembelian Bahan untuk Industri
7.6 f. Contoh Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas Impor Komoditas
7.7 g. Contoh Perhitungan PPh 22 atas Penjualan Barang Mewah
8 Ketentuan Pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 22
9 Tata Cara Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 (Pemungutan Subjek dan Objek PPh Pasal
22)
9.1 Pemungut pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf e, huruf f, huruf g, huruf
h, huruf i, huruf j, dan huruf k PMK No. 34/2017 wajib disetor oleh pemungut ke kas negara, di
antaranya:
10 Tata Cara Penyetoran Pajak PPh Pasal 22 Umum atau Bendaharawan / BUMN
11 Cara Membuat Bukti Potong PPh Pasal 22
11.1 a. Contoh Bukti Potong PPh 22
11.2 b. Contoh Download Bukti Potong PPh 22
12 Cara Lapor SPT Masa PPh 22
13 Urusan Pajak Bisnis Beres dengan Klikpajak!

Penjelasan PPh Pasal 22 Umum dan Bendaharawan / BUMN


Sebagaimana yang sudah disinggung di atas, ulasan pajak penghasilan kali ini dibatasi hanya
seputar PPh22 secara umum atau objek PPh Pasal 22 dan khususnya subjek dan objek PPh Pasal
22 Bendaharawan maupun PPh 22 BUMN, hingga penjelasan PPh Pasal 22 e serta Pasal 22 ayat
1.
a. PPh Pasal 22 adalah?

Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, PPh22


merupakan bentuk pemotongan atau pemungutan pajak yang dilakukan satu pihak terhadap wajib
pajak dan berkaitan dengan kegiatan perdagangan barang.

Menurut Pasal 22 ayat 1 UU PPh No. 36 Tahun 2008, Menteri Keuangan dapat menetapkan:

 Bendahara pemerintah untuk memungut pajak sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan
barang
 Badan-badan tertentu untuk memungut pajak dari Wajib Pajak yang melakukan kegiatan di bidang
impor atau kegiatan usaha di bidang lain
 Wajib Pajak Badan tertentu untuk memungut pajak dari pembeli atas penjualan barang yang tergolong
sangat mewah

Maka, pengertian Pajak Penghasilan Pasal 22 atau biasa disebut PPh 22 adalah pajak penghasilan
yang pemungutannya dilakukan oleh bendaharawan atau badan usaha tertentu, baik milik
pemerintah maupun swasta yang melakukan kegiatan ekspor dan impor serta re-impor maupun
kegiatan usaha lain.
b. Apa itu PPh 22 Bendaharawan?

Jadi, PPh 22 Bendaharawan artinya pemungutan pajak penghasilan Pasal 22 yang dilakukan oleh
Bendaharawan Pemerintah atas penyerahan barang oleh rekanan yang dibiayai dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD).

Dengan kata lain, PPh 22 Bendaharawan adalah pajak yang dipungut oleh Bendaharawan


Pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, instansi atau lembaga-lembaga
negara lain yang berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan.
c. Apa itu PPh 22 BUMN?
Tentu saja sebagai Badan Usaha Milik Negara, BUMN juga memiliki kewajiban pajak
penghasilan pasal 22.

Jadi, PPh 22 BUMN adalah pajak yang dipungut oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atas
pembayaran atau penyerahan barang.

Seperti halnya beberapa jenis PPh lainnya kecuali PPh 21, #PPhPasal22 kini pembuatan bukti
potong pajaknya harus lewat e-Bupot Unifikasi, begitu juga dengan pelaporan SPT PPh22 ini.

Sebagai wajib pajak yang melakukan transaksi terkait pajak penghasilan Pasal 22, ketahui dan
pahami ketentuan perpajakannya dan penuhi kewajiban pajak dengan baik agar bisnis lancar.

Seperti apa panduan lengkap pajak penghasilan pasal 22 atau cara hitung PPh22 serta cara lapor
SPT Masa PPh Unifikasi PPh Pasal 22, simak ulasan dari Mekari Klikpajak berikut ini.

Subjek dan Objek PPh Pasal 22  Bendaharawan atau Objek Pajak PPh 22 BUMN
Sebelumnya, ketentuan mengenai pemunguran pajak penghasilan pasal 22 sehubungan dengan
pembayaran atas penyerahan barang dan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang
lain diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2010.

Namun pemerintah telah melakukan beberapa kali perubahan atau penyempurnaan peraturan
terkait pemungutan pajak penghasilan pasal 22 ini, yang kemudian mencabut PMK No. 154/2010
tersebut.

Kemudian, berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 34/PMK.010/2017 tentang


Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Sehubungan dengan Pembayaran atas Penyerahan
Barang dan Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain.

Berikut yang menjadi objek PPh pasal 22:


1. Impor barang dan ekspor

Kegiatan impor dan ekspor barang yang dilakukan eksportir dan dikenakan #PPhPasal22
diantaranya barang komoditas:

 Tambang batubara
 Mineral logam
 Mineral bukan logam
2. Pembayaran atas pembelian barang ( PPh 22 Bendaharawan )

Pembayaran atas pembelian barang yang dikenakan Pajak Penghasilan Pasal 22 ini adalah yang
dilakukan oleh bendahara pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut
pajak pada:

 Pemerintah Pusat
 Pemerintah Daerah
 Instansi atau lembaga Pemerintah
 Lembaga-lembaga negara lainnya

Baca juga: Ulasan Lengkap Pajak Penghasilan: Jenis-Jenis


PPh, Objek, Subjek, Tarif dan Contoh
3. Pembayaran atas pembelian barang
Pembayaran atas pembelian barang yang dikenakan PPh 22 adalah yang dilakukan dengan
mekanisme Uang Persediaan (UP) yang dilakukan oleh bendahara pengeluaran.
4. Pembayaran atas pembelian barang kepada pihak ketiga

Pembayaran atas pembelian barang kepada pihak ketiga yang dikenai PPh Pasal 22 adalah dengan
mekanisme:

 Pembayaran langsung (LS) oleh KPA


 Pejabat penerbit surat perintah membayar yang diberi delegasi oleh KPA
5. Pembayaran atas pembelian barang untuk BUMN ( objek pajak PPh 22 BUMN )

Pembayaran atas pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang dikenai PPh 22 adalah untuk keperluan kegiatan usahanya.
6. Penjualan hasil produksi kepada distributor

Penjualan hasil produksi kepada distributor yang dikenai PPh 22 adalah distributor di dalam
negeri oleh badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha:

 Industri semen
 Industri kertas
 Industri baja
 Merupakan industri hulu
 Industri otomotif
 Industri farmasi

Sudah tahu? Pajak Karbon Berlaku! Ini Tarif Pajak Karbon


Perusahaan
7. Penjualan kendaraan bermotor

Penjualan kendaraan bermotor yang dikenakan objek pajak PPh Pasal 22 adalah penjualan di
dalam negeri oleh:

 Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM)


 Agen Pemegang Merek (APM)
 Importir umum kendaraan bermotor
8. Penjualan Migas

Penjualan migas yang dikenakan objek PPh Pasal 22 oleh produsen atau importir ini di antaranya:

 Bahan bakar minyak


 Bahan bakar gas
 Pelumas
9. Pembelian bahan-bahan dari pedagang pengumpul

Pembelian bahan-bahan dari pedagang pengepul yang dikenakan PPh Pasal 22 ini adalah untuk
keperluan industrinya atau ekspornya oleh industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor:

 Kehutanan
 Perkebunan
 Pertanian
 Peternakan
 Perikanan
10. Penjualan barang yang tergolong sangat mewah

 Penjualan barang yang tergolong sangat mewah yang dikenakan Pajak Penghasilan Pasal 22 ini adalah
dilakukan oleh wajib pajak badan.
Ilustrasi kegiatan ekspor impor sebagai subjek dan objek PPh Pasal 22 dan objek pajak PPh 22 bendaharawan 

Perluasan Pemungutan Objek PPh Pasal 22


Pajak penghasilan pasal 22 ini juga erat kaitannya dengan penjualan barang tergolong sangat
mewah. Hal ini sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor
92/PMK.03/2019 tentang Perubahan Kedua Atas PMK No. 253/PMK.03/2008.

“PMK No. 92/2019 ini mengatur tentang Wajib Pajak Badan Tertentu Sebagai Pemungut Pajak
Penghasilan dari Pembeli atas Penjualan Barang yang Tergolong Sangat Mewah.”

Melalui beleid ini, wajib pajak badan yang berhak memungut #PPhPasal22 diperluas.

Masih sebagaimana yang tertuang dalam PMK No. 92/2019 tersebut, waktu pemungutan PPh
Pasal 22 ini dilakukan saat penjualan barang tergolong mewah.

Barang Tergolong Mewah yang Kena Objek Pajak PPh Pasal 22


Sebagaimana Pasal 1 ayat (2) dalam PMK 92/2019 itu disebutkan bahwa barang tergolong sangat
mewah yang jadi objek dikenakan #PPhPasal22 di antaranya:

 Pesawat terbang pribadi dan helikopter pribadi


 Kapal pesiar, yacht, dan sejenisnya
 Rumah beserta tanahnya, dengan harga jual atau harga pengalihannya lebih dari Rp30 miliar atau
luas bangunan lebih dari 400 meter persegi
 Apartemen, kondominium dan sejenisnya, dengan harga jual atau pengalihannya lebih dari Rp30
miliar atau luas bangunan lebih dari 150 meter persegi
 Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10 orang berupa
sedan, jeep, sport utility vehicle (SUV), multi purpose vehicle (MPV), minibus dan sejenis, dengan
harga jual lebih dari Rp2 miliar atau dengan kapasitas silinder lebih dari 3.000cc
 Kendaraan bermotor roda dua dan tiga, dengan harga jual lebih dari Rp300 juta atau dengan
kapasitas silinder lebih dari 250cc

Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 22


Berikut ini adalah daftar pengecualian terhadap pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22:

1. Impor barang-barang dan/atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan peraturan


perundang-undangan tidak terutang PPh.

Pengecualian tersebut, harus dinyatakan dengan Surat Keterangan Bebas PPh Pasal 22 yang
diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

2. Impor barang-barang yang dibebaskan dari bea masuk:

 yang dilakukan ke dalam Kawasan Berikat (kawasan tanpa bea masuk hingga barang tersebut
dikeluarkan untuk impor, ekspor atau re-impor) dan Entrepot Produksi Untuk Tujuan Ekspor (EPTE),
yaitu tempat penimbunan barang dagangan karena pengimpornya tidak membayar bea masuk
sebagaimana mestinya;
 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7 PP Nomor 6 Tahun 1969 tentang Pembebanan atas
Impor sebagaimana diubah dan ditambah terakhir dengan PP Nomor 26 tahun 1988 Jo. Peraturan
Pemerintah Nomor 2 tahun 1973;
 berupa kiriman hadiah;
 untuk tujuan keilmuan.
3. Pembayaran atas penyerahan barang yang dibebankan kepada belanja negara/daerah yang
meliputi jumlah kurang dari Rp 2.000.000 (bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah).

4. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air minum/PDAM, benda-benda
pos, dan telepon.

Temukan di sini penjelasan tentang Inilah Daftar Subjek dan Objek Pajak yang Dikecualikan
dari PPh

Tarif PPh Pasal 22


Besar tarif pajak penghasilan pasal 22 menurut UU PPh dan diatur dalam PMK No. 34/PMK.010
Tahun 2017 adalah:

1. Tarif PPh 22 sebesar 2,5% dan 7,5% atas Impor

Tarif pajak penghasilan pasal 22 ini untuk pajak penghasilan atas impor barang dengan rincian
sebagai berikut:

 Tarif pembebanan tunggal sebesar 10% dari nilai impor, dengan atau tanpa menggunakan API untuk
barang tertentu yang tercantum dalam Lampiran I PMK 34/2017.
 Importir yang menggunakan Angka Pengenal Importir (API): 2,5% dari nilai impor.
 Importir non-API: 7,5% dari nilai impor.
 Importir yang tidak dikuasai: 7,5% dari harga jual lelang.

2. Tarif PPh Pasal 22 sebesar 1,5% atas Pembelian


Buat yang penasaran untuk PPh Pasal 22 berapa persen? Besaran tarif pajak penghasilan pasal 22
sebesar 1,5 persen dari harga pembelian barang tidak termasuk PPN dan tidak final. Pembelian
barang ini dilakukan oleh:

 Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPB) Kementerian Keuangan


 Bendahara Pemerintah ( pph 22 bendaharawan )
 BUMN/BUMD (Badan Usaha Milik Daerah)

3. Tarif PPh 22 atas Penjualan Hasil Produksi Tertentu

Tarif pajak penghasilan pasal 22 atas penjualan hasil produksi ini ditetapkan berdasarkan
Keputusan Direktur Jenderal Pajak (KEP) yang dihitung dari Dasar Pengenaan
Pajak ( DPP ) PPN dan bersifat tidak final, di antaranya:

 Kertas: 0.1% dari DPP PPN


 Semen: 0.25% dari DPP PPN
 Baja: 0.3% dari DPP PPN
 Otomotif: 0.45% dari DPP PPN
 Semua jenis obat: 0,3% dari DPP PPN

DPP adalah harga jual, nilai ekspor/impor, penggantian, atau nilai yang dipakai sebagai dasar dari
perhitungan besarnya pajak yang terutang.

DPP ini merupakan nilai dasar yang digunakan untuk menghitung pajak terutang seperti PPh
Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Pasal 4 ayat (2), dan PPN.

4. Tarif PPh Pasal 22 Hasil Produksi Migas

Pengenaan pajak penghasilan pasal 22 dari hasil produksi atau penyerahan barang oleh
produsen/importir bahan bakar minyak, gas, dan pelumas adalah:

 0,25% dari penjualan tidak termasuk PPN untuk penjualan kepada stasiun pengisian bahan bakar
umum yang menjual BBM yang dibeli dari Pertamina atau anak usaha Pertamina
 0,3% dari penjualan tidak termasuk PPN untuk penjualan kepada stasiun pengisian bahan bakar
umum yang menjual bakar minyak yang dibeli selain dari Pertamina atau anak perusahaan Pertamina
 0,3% dari penjualan tidak termasuk PPN untuk penjualan kepada pihak yang dibeli dari Pertamina
maupun selain dari Pertamina atau anak usaha Pertamina.
 0,3% dari penjualan tidak termasuk PPN untuk bahan bakar gas
 0,3% dari penjualan tidak termasuk PPN untuk pelumas
5. Tarif PPh 22 sebesar 0,25% atas Pembelian Bahan untuk Industri

Besar tarif pajak penghasilan pasal 22 sebesar 0,25% dari harga pembelian tidak termasuk PPN
ini atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor dari pedagang
pengumpul.

Di antaranya pembelian hasil kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan yang
belum melalui proses industri manufaktur.

6. Tarif PPh Pasal 22 sebesar 0,5% atas Impor Komoditas

Tarif pajak penghasilan pasal 22 sebesar 0,5 persen dari nilai impor ini berlaku untuk impor
beberapa komoditas seperti kedelai, gandum, dan tepung terigu, oleh importir yang menggunakan
API.

7. Tarif PPh 22 sebesar 1,5% atas Ekspor Komoditas Tambang

Tarif pajak penghasilan pasal 22 sebesar 1,5% dari nilai ekspor ini berlaku untuk ekspor
komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam, sesuai uraian barang
dan pos tarif (HS/Harmonized System) oleh eksportir yang terikat dalam perjanjian kerjasama
pengusaha pertambangan dan Kontrak Karya (KK).

8. Tarif PPh 22 sebesar 0,45% atas Penjualan Kendaraan Bermotor

Tarif pajak penghasilan pasal 22 sebesar 0,45% dari DPP PPN ini berlaku atas penjualan
kendaraan bermotor di dalam negeri oleh ATPM, APM, dan importir umum kendaraan
bermotor, tidak termasuk alat berat.

9. Tarif PPh 22 sebesar 0,45% atas Penjualan Emas Batangan

Tarif pajak penghasilan pasal 22 sebesar 0,45% dari harga jual emas batangan ini berlaku atas
penjualan emas batangan oleh badan usaha yang melakukan penjualan.

10. Tarif PPh Pasal 22 Barang Mewah

Sesuai Pasal 2 ayat (2) PMK 29/2019 ini, besar pajak penghasilan pasal 22 yang dipungut pada
saat melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah adalah:

a. Tarif PPh 22 sebesar 1% atas Penjualan Barang Mewah


Tarif Pajak Penghasilan 22 sebesar 1 persen dari harga jual tidak termasuk Pajak Pertambahan
Nilai ( PPN ) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) atas barang ini untuk:

 Rumah beserta tanahnya, dengan harga jual atau harga pengalihannya lebih dari Rp30 miliar atau luas
bangunan lebih dari 400 meter persegi
 Apartemen, kondominium dan sejenisnya, dengan harga jual atau pengalihannya lebih dari Rp30
miliar atau luas bangunan lebih dari 150 meter persegi

b. Tarif PPh Pasal 22 sebesar 5% atas Penjualan Barang Mewah

Tarif Pajak Penghasilan 22 sebesar 5 persen dari harga jual tidak termasuk PPN dan PPnBM atas
barang ini berlaku untuk:

 Pesawat terbang pribadi dan helikopter


 Kapal pesiar, yacht dan sejenisnya
 Kendaraan bermotor roda 4 pengangkutan orang kurang dari 10 orang berupa sedan, jeep, SUV, MPV,
minibus dan sejenisnya, dengan harga jual lebih dari Rp2 miliar atau dengan kapasitas silinder lebih
dari 3.000cc
 Kendaraan bermotor roda 2 dan 3 dengan harga jual lebih dari Rp300 juta atau dengan kapasitas
silinder lebih dari 250cc

Nilai impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan Bea Masuk
(BM) yaitu Cost Insurance and Freight (CIF) ditambah dengan Bea Masuk dan pungutan lainnya
yang dikenakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan kepabeanan di bidang
impor.

Jika wajib pajak tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), maka akan dikenakan tarif
100% daripada tarif umum PPh Pasal 22 yang berlaku.

Baca juga: Contoh Jasa Kena Pajak dan Tarif PPN Ekspor


Barang atau Jasa
Subjek dan Objek Pemungut Pajak Penghasilan PPh Pasal 22
Sebagaimana disebutkan dalam UU PPh No. 7 Tahun 1983 yang beberapa kali diubah terakhir
dengan UU No. 36 Tahun 2008, pemungut PPh Pasal 22 adalah wajib pajak badan yang
melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah.

a. Wajib Pajak Badan Pemungut PPh 22 ( subjek dan objek PPh Pasal 22 )

1. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) atas objek PPh Pasal 22 impor
barang.

2. Bendara Pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak pada
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau Lembaga Pemerintah dan lembaga-lembaga
negara lainnya, berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang.
3. Bendahara pengeluaran berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang yang
dilakukan dengan mekanisme uang persediaan (UP).

4. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat Perintah Membayar yang
diberikan delegasi oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), berkenaan dengan pembayaran atas
pembelian barang kepada pihak ketiga yang dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung
(LS)

5. Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu badan usaha yang seluruh atau sebagian besar
modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan
negara yang dipisahkan, yang meliputi:

 PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), PT Perusahaan Gas Negara (Persero)
Tbk., PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk., PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk., PT
Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk., PT Wijaya Karya (Persero) Tbk., PT Adhi Karya (Persero)
Tbk., PT Hutama Karya (Persero), PT Krakatau Steel (Persero)
 Bank-bank Badan Usaha Milik Negara, berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang
dan/atau bahan-bahan untuk keperluan kegiatan usahanya.

6. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian,


peternakan, dan perikanan, atas pembelian bahan-bahan dari pedagang pengumpul untuk
keperluan industrinya atau ekspornya.

7. Industri atau badan usaha yang melakukan pembelian komoditas tambang batubara, mineral
logam, dan mineral bukan logam, dari badan atau orang pribadi pemegang izin usaha
pertambangan.

Selengkapnya ketahui tentang Pajak Perusahaan Go Public &


Pentingnya e-Bupot Unifikasi untuk Perseroan Tbk

b. Perusahaan Swasta yang Wajib Memungut PPh 22 saat Penjualan

1. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri baja,
industri otomotif, dan industri farmasi, atas penjualan hasil produksinya kepada distributor di
dalam negeri.

2. Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan importir
umum kendaraan bermotor, atas penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri.
3. Produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas, atas penjualan
bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas.

4. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri baja yang merupakan industri
hulu, termasuk industri hulu yang terintegrasi antara hulu dan industri hilir.

5. Pedagang pengumpul berupa badan atau orang pribadi yang kegiatan usahanya:

 Mengumpulkan hasil kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan;


 Menjual hasil tersebut kepada badan usaha industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor
kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan.

6. Sesuai dengan PMK Nomor 92/PMK.03/2019, pemerintah menambahkan pemungut PPh


Pasal 22 dengan wajib pajak badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat
mewah.

Contoh Cara Hitung Perhitungan PPh 22 Umum dan Bendaharawan / BUMN


Untuk mengetahui cara menghitung PPh Pasal 22 sesuai subjek dan objek PPh Pasal 22 tidaklah
sulit.

Berikut contoh soal PPh Pasal 22 dengan beberapa ilustrasi:


a. Contoh Perhitungan PPh Pasal 22 atas Impor

PT AAA mengimpor barang dari Kanada dengan harga faktur senilai US$500.000.
Barang yang diimpor adalah jenis barang yang tidak termasuk dalam barang-barang tertentu yang
ditentukan dalam PMK No. 16/PMK.010 Tahun 2016.

Biaya asuransi yang dibayar di luar negeri sebesar 3% dari harga faktur dan biaya angkut sebesar
5% dari harga faktur.

Bea Masuk (BM) sebesar 10% dan Bea Masuk Tambahan sebesar 6%.

Kurs pajak saat itu sebesar Rp14.550 per dolar Amerika Serikat.

Maka, perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 22 yang dipungut Ditjen Bea Cukai adalah:

No Diketahui Perhitungan Nilai


a Harga Faktur (Cost) US$500.000
b Biaya Asuransi (Insurance) (3% x US$500.000) US$15.000
c Biaya Angkut (Freight) (5% x US$500.000) US$25.000
CIF (Cost, Insurance, Freight) (a + b + c) US$40.000
d CIF (dalam rupiah) (Rp540.000 + Rpp14.550) Rp7.857.000.000
e Bea Masuk (10% x Rp7.857.000.000) Rp785.700.000
f Bea Masuk Tambahan (6% x Rp7.857.000.000) Rp471.420.000
Nilai Impor (d + e + f) Rp9.114.120.000
 

1. Perhitungan PPh Pasal 22 jika memiliki API

Jika PT AAA memiliki angka pengenal impor, maka hitungan PPh Pasal 22 dari impor barang
tersebut sebagai berikut:

= (Tarif PPh Pasal 22 memiliki API x Nilai Impor)

= 2,5% x Rp9.114.120.000

= Rp227.853.000
 

2. Perhitungan PPh Pasal 22 jika tidak memiliki API


Ketika PT AAA tidak memiliki angka pengenal impor, hitungan PPh Pasal 22 dari impor barang
tersebut adalah:

= (Tarif PPh Pasal 22 tidak punya API x Nilai Impor)


= 7,5% x 9.114.120.000
= Rp683.559.000
 

Baca juga tentang Alur Pembuatan e-Faktur: Cara Bayar PPN &


Lapor SPT Masa PPN
b. Contoh Perhitungan PPh Pasal 22 atas Pembelian Barang ( Contoh Soal PPh 22 Bendaharawan )

PT AAA berkedudukan di Kota Jakarta, menjadi pemasok alat-alat tulis kantor untuk Dinas
Pendidikan Kota Bogor.

Pada tanggal 1 Agustus 2022, PT AAA melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dengan
nilai kontrak sebesar Rp20.000.000 (nilai sudah termasuk PPN).

Maka, perhitungan PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Dinas Pendidikan Kota Bogor adalah:

No. Diketahui Nilai


1 Nilai kontrak termasuk PPN Rp22.000.000
2 DPP (100/10) x Rp22.000.000 Rp20.000.000
3 PPN dipungut (10% dari DPP) Rp2.000.000
4 PPh Pasal 22 yang dipungut (1,5% x Rp22.000.000) Rp330.000
 

Jadi, besar Pajak Penghasilan pasal 22 yang dipungut Dinas Pendidikan Kota Bogor sebesar
Rp330.000, karena PPh Pasal 22 = 1,5% x harga pembelian tidak termasuk PPN.

Perlu diketahui, atas pembelian barang yang dananya berasal dari belanja negara atau belanja
daerah yang dikecualikan dari pungutan PPh Pasal 22 adalah:

   Pembayaran atas penyerahan barang (bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah) dengan jumlah
kurang dari Rp1.000.000.
   Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air minum/PDAM, dan benda-benda
pos.
   Pembayaran/pencairan dana Jaring Pengaman Sosial (JPS) oleh kantor Perbendaharaan dan Kas
Negara.
c. Contoh Perhitungan PPh Pasal 22 atas Penjualan Hasil Produksi Tertentu

PT AAA merupakan perusahaan kertas yang menjual hasil produksinya kepada PT BBB senilai
Rp1.100.000.000. Harga ini sudah termasuk PPN sebesar 10%.

Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas penjualan kertas adalah:

DPP PPN:
= (100/110) x Rp1.100.000.000
= Rp1.000.000.000
PPh Pasal 22 penjualan kertas:
= (Tarif PPh Pasal 22 atas penjualan kertas x DPP PPN)
= 0,1% x Rp1.000.000.000
= Rp1.000.000
 

PT CCC menjual hasil produksinya berupa semen kepada PT DDD senilai Rp2.200.000.000.
Harga tersebut sudah termasuk PPN sebesar 10%.

Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas penjualan semen adalah:

DPP PPN:
= (100/110) x Rp2.200.000.000
= Rp2.000.000.000
PPh Pasal 22 penjualan semen:
= (Tarif PPh Pasal 22 atas penjualan semen x DPP PPN)
= 0,25% x Rp2.000.000.000
= Rp5.000.000
 

PT EEE adalah perusahaan baja dan menjual hasil produksinya ke PT FFF senilai
Rp3.300.000.000.

Harga ini sudah termasuk PPN sebesar 10%.


Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas penjualan baja adalah:

DPP PPN:
= (100/110) x Rp3.300.000.000
= Rp3.000.000.000
PPh Pasal 22 atas penjualan baja:
= (Tarif PPh pasal 22 atas penjualan baja x DPP PPN)
= 0,3% x Rp3.000.000.000
= Rp9.000.000
 

PT GGG merupakan perusahaan otomotif dan menjual hasil produksinya ke PT HHH senilai
Rp5.500.000.000. Harga ini sudah termasuk PPN sebesar 10%.

Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas penjualan otomotif adalah:

DPP PPN:
= (100/110) x Rp5.500.000.000
= Rp5.000.000.000
PPh Pasal Pasal 22 atas penjualan otomotif:
= (Tarif PPh Pasal 22 atas penjualan otomotif x DPP PPN)
= 0,45% x Rp5.000.000.000
= Rp22.500.000
 

Baca juga tentang Terbaru! Barang Bebas PPN Ditambah, Ada


Sektor Bisnis Anda? Cek di Sini
d. Contoh Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 22 Hasil Produksi Migas ( PPh 22 BUMN )

PT AAA selaku produsen bahan bakar minyak, gas, dan pelumas, menyerahkan bahan bakar
minyak senilai Rp900.000.000 (tidak termasuk PPN) kepada PT BBB yang merupakan bukan
perusahaan SPBU. Maka PPh Pasal 22 yang dipungut adalah:

Pajak penghasilan Pasal 22 atas penyerahan hasil produksi migas:

= (Tarif PPh 22 hasil produksi migas x Nilai jual)


= 0,3% x Rp900.000.000
= Rp2.700.000
 
e. Contoh Perhitungan PPh 22 atas Pembelian Bahan untuk Industri

PT AAA merupakan perusahaan tekstil dan membeli bahan untuk tekstil untuk produksinya yang
akan diekspor dari pedagang pengepul CV BBB senilai Rp300.000.000.

Perhitungan PPh Pasal 22 atas pembelian bahan industri adalah:

= (Tarif PPh Pasal 22 atas pembelian bahan industri x Harga pembelian)


= 0,25% x Rp300.000.000
= Rp740.000
 
f. Contoh Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas Impor Komoditas

PT BBB mengimpor gandum dari Australia dengan harga faktur US$250.000.

Biaya asuransi sebesar 2% dari nilai faktur dan biaya angkut sebesar 8% dari nilai faktur.

Bea Masuk yang dibebankan dari impor gandum ini adalah 7,5% dan Bea Masuk Tambahan
2,5%.

Kurs pajak saat itu sebesar Rp14.220 per dolar AS.

Perhitungan PPh Pasal 22 yang dikenakan terhadap PT AAA atas impor gandum tersebut adalah:

No. Diketahui Perhitungan Nilai


a Harga Faktur (Cost) US$250.000
Biaya Asuransi
b (2% x US$250.000) US$5.000
(Insurance)
c Biaya Angkut (Freight) (8% x US$250.000) US$20.000
CIF (Cost, Insurance, Freight) (a + b + c) US$275.000
d CIF (dalam rupiah) (US$275.000 x Rp14.220) Rp3.910.000.000
e Bea Masuk (7,5% x Rp3.910.000.000) Rp293.250.000
f Bea Masuk Tambahan (2,5% x Rp3.910.000.000) Rp97.750.000
Nilai Impor (d + e + f) Rp4.037.075.000
 

Dengan demikian besar Pajak penghasilan pasal 22 atas impor gandum PT AAA yang juga
memiliki angka pengenal importir adalah:

= (Tarif PPh Pasal 22 impor komoditas dan memiliki API x Nilai Impor)
= 0,5% x Rp4.037.075.000
= Rp20.185.375
 
g. Contoh Perhitungan PPh 22 atas Penjualan Barang Mewah

Contoh 1,

PT AAA merupakan perusahaan pengembang properti yang menjual apartemen dengan nilai
Rp50.000.000.000 kepada CCC.

Harga jual ini tidak termasuk PPN dan PPnBM.

Maka, PPh Pasal atas penjualan barang mewah berupa apartemen ini sebesar:

= (Tarif PPh Pasal 22 atas penjualan barang mewah apartemen x Nilai jual
barang mewah)
= 1% x Rp50.000.000.000
= Rp500.000.000
 

Contoh 2,

PT BBB menjual kapal pesiar dengan nilai Rp800.000.000.000 kepada PT DDD.

Nilai ini tidak termasuk PPN dan PPnBM. Dengan demikian perhitungan PPh Pasal 22 atas
penjualan kapal pesiar ini adalah:

= (Tarif PPh Pasal 22 atas penjualan barang mewah kapal pesiar x Nilai jual
barang mewah)
= 5% x Rp800.000.000.000
= Rp40.000.000.000
Ketentuan Pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 22
Sebagaimana diatur dalam Pasal 4 PMK No. 34/PMK.010/2017 tentang Pemungutan PPh 22
Sehubungan dengan Pembayaran atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang Impor atau
Kegiatan Usaha di Bidang Lain.

Ketentuan pembayaran pajak penghasilan pasal 22 sesuai subjek dan objek PPh Pasal 22 adalah:

 PPh Pasal 22 atas impor barang, terutang dan dilunasi bersamaan dengan saat pembayaran Bea
Masuk (BM).
 Dalam hal pembayaran Bea Masuk ditunda atau dibebaskan dan tidak termasuk dalam pengecualian
dari pemungutan PPh 22 atas impor barang yang dibebaskan dari pungutan BM dan/atau PPN, PPh
Pasal22 terutang dilunasi pada saat penyelesaian dokumen pemberitahuan pabean atas
impor (PIB / Pemberitahuan Impor Barang).
 Pajak penghasilan pasal 22 atas ekspor komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral
bukan logam, terutang dan disetorkan bersamaan dengan saat penyelesaian dokumen
pemberitahuan pabean atas ekspor.
 PPh Pasal22 atas pembelian barang oleh bendahara pemerintah, KPA, bendahara pengeluaran, pejabat
penerbit SPM, dan pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk keperluan kegiatan usaha oleh
badan usaha tertentu yang tercantum dalam Pasal 1 ayat (1) huruf e (BUMN, badan usaha yang
dimiliki langsung oleh BUMN) terutang dan dipungut pada saat pembayaran.
 Penjualan hasil produksi oleh badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri
kertas, industri baja, industri otomotif, dan industri farmasi terutang dan dipungut pada saat
penjualan.
 Penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas oleh produsen atau importir terutang
dan dipungut pada saat penerbitan surat perintah pengeluaran barang (delivery order).
 Pembelian bahan-bahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf i (badan usaha industri
atau eksportir yang melakukan pembelian bahan-bahan berupa hasil kehutanan, perkebunan, pertanian,
peternakan, dan perikanan yang belum melalui proses industri manufaktur, untuk keperluan
industrinya atau ekspomya) dan pembelian batubara, mineral logam dan mineral bukan logam
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf j (badan usaha yang rnelakukan pernbelian
kornoditas tarnbang batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam, dart badan atau orang pribadi
pernegang izin usaha pertarnbangan), terutang dan dipungut pada saat pembelian.

Tata Cara Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 (Pemungutan Subjek dan


Objek PPh Pasal 22)
Bagaimana tata cara pemungutan sesuai subjek dan objek PPh Pasal 22 secara umum dan
pemungutan objek pajak PPh Pasal 22  bendaharawan atau objek pajak PPh 22 BUMN?

Tata cara pemungutan dan penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 22 ini juga diatur dalam Pasal 5
PMK No. 34/PMK.010/2017, yakni:

1. Pemungutan subjek dan objek PPh Pasal 22 atas impor barang dilaksanakan dengan
penyetoran ke kas negara melalui Pos Persepsi, Bank Devisa Persepsi, atau Bank Persepsi yang
ditunjuk Menteri Keuangan, oleh:

 Importir yang bersangkutan


 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC)

2. Pemungutan subjek dan objek PPh 22 atas ekspor komoditas tambang batubara, mineral
logam dan mineral bukan logam dilaksanakan dengan cara penyetoran oleh eksportir yang
bersangkutan ke kas negara melalui Pos Persepsi, Bank Devisa Persepsi, atau Bank Persepsi yang
ditunjuk oleh Menteri Keuangan.

3. Pemungutan subjek dan objek PPh 22 atas pembelian barang oleh pemungut
pajak (bendahara pemerintah, KPA, bendahara pengeluaran, pejabat penerbit SPM) wajib disetor
oleh pemungut ke kas negara melalui Pos Persepsi, Bank Devisa Persepsi, atau Bank Persepsi
yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak ( SSP ) yang
telah diisi atas nama rekanan serta ditandatangani oleh pemungut pajak.

4. Pemungutan subjek dan objek PPh 22 oleh pemungut pajak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 ayat (1) huruf e, huruf f, huruf g, huruf h, huruf i, huruf j , dan huruf k PMK 16/2016
wajib disetor oleh pemungut ke kas negara melalui Pos Persepsi, Bank Devisa Persepsi, atau Bank
Persepsi yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan dengan menggunakan SSP.

Anda mungkin juga menyukai