Anda di halaman 1dari 2

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


___________________________________________________________________________________________
8 Pebruari 1984

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK


NOMOR SE - 02/PJ.24/1984

TENTANG

SURAT KETERANGAN BEBAS PPh PASAL 22 (SERI PPh PASAL 22 - 07)

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

1. Berdasarkan Pasal 22 Undang-undang Pajak Penghasilan 1984, Menteri Keuangan mengeluarkan


Keputusan tanggal 31 Desember 1983 Nomor 965/KMK.04/1983 tentang Badan-badan tertentu yang
ditetapkan sebagai pemungut pajak atas penghasilan dari Wajib Pajak yang melakukan kegiatan
usaha, dasar pungutan, tarif serta tata cara pelaksanaannya.

Badan-badan yang ditetapkan sebagai pemungut PPh Pasal 22 adalah :


a. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;
b. Direktorat Jenderal Anggaran;
c. Bendaharawan Rutin dan Bendaharawan Proyek, baik ditingkat Pemerintah Pusat maupun di
tingkat Pemerintah Daerah;
d. Badan-badan lain yang melakukan pembayaran untuk barang dan jasa dari Belanja Negara
dan Belanja Daerah.

2. Dasar pungutan PPh Pasal 22 adalah penghasilan netto dari :


a. Pemasukan barang impor;
b. Penyerahan barang dan/atau jasa yang pembayarannya dari Belanja Negara dan Belanja
Daerah.

3. Orang pribadi, badan, instansi atau Wajib Pajak tidak dikenakan pungutan PPh Pasal 22 atas
pemasukan barang impor dan penerimaan pembayaran dari Belanja Negara, baik APBN maupun
APBD, hanya apabila menyerahkan Surat Keterangan Bebas PPh Pasal 22 (Impor atau Belanja
Negara).

4. Surat Keterangan Bebas PPh Pasal 22 diberikan apabila :


a. Yang menerima pembayaran dari Belanja Negara bukan sebagai Subyek Pajak dari Pajak
Penghasilan;
b. Yang melakukan pemasukan barang impor bukan sebagai Subyek Pajak dari Pajak
Penghasilan;
c. Importir yang memasukkan barang impor atas dasar inden dari pihak lain, setelah Importir
tersebut melunasi PPh Pasal 25 atas "handling fee" yang diterima atau diperolehnya sebesar
15% x "handling fee" itu.
d. Importir menjual barang impor langsung kepada Pemerintah, setelah Importir menunjukkan,
bahwa atas pengimporan barang tersebut telah dibayar PPh Pasal 22.
e. Yang mengimpor barang adalah Badan-badan yang berdasarkan Undang-undang Nomor 1
Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1968
tentang Penanaman Modal Dalam Negeri sepanjang :
- diberikan masa bebas pajak, sedangkan impor tersebut berkenaan dengan barang
untuk keperluan penanaman modal yang bersangkutan, dan
- belum memulai dengan produksi dan mengimpor barang untuk keperluan
penanaman modal yang bersangkutan.

5. Penanaman Modal yang sedang menikmati masa bebas pajak tidak dikenakan pungutan PPh Pasal 22
melalui Surat Keterangan Bebas PPh Pasal 22 yang dikeluarkan untuk selama masa bebas pajak dan
jenis dan jumlah barang-barang yang diimpor sesuai dengan yang tercantum dalam "Master List".

6. Pemasukan bahan baku oleh Penanaman Modal tidak diberikan pembebasan PPh Pasal 22, kecuali
bila ada Surat Keputusan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) atas nama Menteri Keuangan
yang membebaskan pemasukkan bahan baku tersebut dari berbagai pungutan, termasuk PPh Pasal
22 sebagai pelaksanaan dari SPT (Surat Persetujuan Tetap) yang telah diterbitkan sebelum tanggal
1 Januari 1984.

7. Permohonan pembebasan PPh Pasal 22 agar ditujukan kepada Kepala Inspeksi Pajak tempat
pemohon bertempat tinggal atau bertempat kedudukan, ataupun Kepala Inspeksi Pajak yang
berwenang menetapkan Pajak Penghasilan.

8. Surat Keterangan Bebas PPh Pasal 22 agar dikeluarkan dalam waktu 2 x 24 jam, langsung oleh
Kepala Inspeksi Pajak tersebut pada angka 7 diatas, setelah semua syarat dipenuhi.

9. Bilamana timbul keragu-raguan, Kepala Inspeksi Pajak tersebut agar meneruskan ke Kantor Pusat
Direktorat Jenderal Pajak (u.p. Direktur Pajak Langsung), disertai pendapat dan usul dari Kepala
Inspeksi Pajak beserta alasan-alasannya.

10. Sambil menunggu penetapan formulir yang baru mengenai Surat Keterangan Bebas PPh Pasal 22
baik Impor maupun Belanja Negara, maka untuk keperluan pelaksanaan SE ini agar mempergunakan
contoh-contoh formulir yang kami sampaikan dengan surat kawat tanggal 31 Januari 1984 Nomor
S-5/PJ.24/1984.

11. Demikianlah penegasan kami untuk Saudara perhatikan dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

ttd

Drs. SALAMUN A.T.

Anda mungkin juga menyukai